MK. PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN
SKOR NILAI :
Dosen Pengampu : Dr. Deny Setiawan, M.Si/ Fazli Rachman, S.Pd., M.Pd
DISUSUN OLEH :
Email : Dwichayalaudra@gmail.com
ABSTRAK
Latar Belakang
Pada dasarnya demokrasi telah tumbuh sejak zaman Yunani Kuno
ialah pada masa Neara Kota (City State) Athena sekitar abad ke-6 sampai
abad ke-3 sebelum masehi. Dalam sejarah dikenal bahwa Negara kota Athena
Kuno sebagai Negara demokrasi pertama di dunia mampu menjalankan
demokrasi langsung dengan majelis sekitar 5.000 sampai 6.000 orang
berkumpul secara fisik menjalankan demokrasi langsung. Winataputra
(2008:7.4). Pendidikan kewarganegaraan di Indonesia diharapkan dapat
mempersiapkan peserta didik agar menjadi warga Negara yang punya
komitmen yang kuat dan punya potensi untuk mempertahankan Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945, dengan semangat kebangsaan dan berkehidupan
kemasyarakatan, maka pemahaman tentang komitmen tersebut perlu
ditingkatkan secara terus menerus kepada seluruh komponen bangsa
Indonesia, khususnya generasi muda sebagai generasi penerus. Untuk
membentuk warga negara yang berkomitmen dan berpotensi kuat,
berkehidupan yang demokratis perlu dikenal, dipahami, diinternalisasi, dan
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan keluarga, sekolah,
masyarakat, pemerintahan dan organisasi-organisasi non-pemerintahan, agar
mampu memahami dan melaksanakan hak-hak dan kewajibannya sebagai
warga negara melalui jalur pendidikan. Dalam hal ini menjadi salah satu fokus
mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk membelajarkannya
kepada peserta didik. Pembangunan karakter bangsa yang sudah diupayakan
dengan berbagai bentuk, hingga saat ini belum terlaksana dengan optimal. Hal
itu tercermin dari semakin meningkatnya kriminalitas, pelanggaran hak asasi
manusia, ketidak adilan hukum, kerusakan lingkungan yang terjadi di
berbagai pelosok negeri, pergaulan bebas, pornografi dan pornoaksi , tawuran
yang terjadi di kalangan remaja, kekerasan dan kerusuhan, serta korupsi yang
kian merambah pada semua sektor kehidupan. Masyarakat indonesia yang
terbiasa dengan kesantunan dalam berperilaku, musyawarah-mufakat dalam
menyelesaikan masalah, kearifan lokal yang kaya dengan pluralitas, sikap
toleran dan gotong royong, mulai cenderung berubah menjadi hegemoni
kelompok-kelompok yang saling mengalahkan dan berperilaku egois
individual. Gambaran fenomena tersebut, menunjukkan bangsa ini tengah
mengalami krisis moral yang menegaskan terjadinya ketidakpastian jati diri
dan karakter bangsa. Bahasan dalam materi ini adalah PKn sebagai
Pendidikan demokrasi yang berkarakter, dimana bangsa Indonesia menganut
faham demokrasi sebagai bentuk pemerintahan. Demokrasi adalah salah satu
muatan materi pelajaran yang tercantum dalam kurikulum PKn. Berbicara
tentang demokrasi bukanlah hal asing bagi kita. Banyak diantara kita yang
telah paham tentang konsep maupun pengertian yang berkaitan dengan
demokrasi. Namun apa dan bagaimana makna dan hakikat demokrasi belum
sepenuhnya dimengerti dan dihayati. Perbincangan tentang demokrasi yang
sering dibicarakan dimana-mana, belum begitu menyentuh makna yang
sebenarnya, dan pelaksanaannya belum secara demokratis. Tujuan
pembelajaran PKn sebagai pendidikan demokrasi yang berkarakter akan kita
bahas di pembahasan sebagai berikut.
PEMBAHASAN
Demokrasi
Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” atau
menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan
dalam bentuk tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur,
kejam, rakus dan perilaku jelek lainnya dikatakan orang berkarakter jelek.
Sebaliknya, orang yang perilakunya sesuai dengan kaidah moral disebut
dengan berkarakter mulia. Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa
Dekdiknas adalah bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku,
dll. Sedangkan berkarakter adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat,
dan berwatak.
No. Karakter
Warga Deskripsi
Negara
1. Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan
ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap
pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun
dengan pemeluk agama lain.
2. Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan
dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya
dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3, Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan
agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan
orang lain yang berbeda dari dirinya.
4. Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh
pada berbagai ketentuan dan peraturan.
5. Kerja Keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh
dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas,
serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
Pendidikan demokrasi dalam arti luas dapat dilakukan baik secara informal,
formal, dan non formal. Secara informal, pendidikan demokrasi bisa
dilakukan di lingkungan keluarga yang menumbuhkembangkan nilai-nilai
demokrasi. Secara formal, pendidikan demokrasi dilakukan di sekolah, baik
dalam bentuk intra atau ekstrakurikuler. Sedang secara nonformal
pendidikan demokrasi berlangsung pada kelompok masyarakat, lembaga
swadaya, partai politik, pers, dan lain-lain.
Selain masalah penataan, yang lebih penting lagi adalah masalah isi materi
dari pendidikan demokrasi. Agar benar-benar berfungsi sebagai pendidikan
demokrasi maka materinya perlu ditekankan pada empat hal, yaitu asal-usul
sejarah demokrasi dan perkembangan demokrasi; sejarah demokrasi di
Indonesia; jiwa demokrasi Indonesia berdasar Pancasila dan UUD 1945; dan
masa depan demokrasi. Asal-usul demokrasi akan membelajarkan anak
mengenai perkembangan konsep demokrasi dari mulai konsep awal hingga
menjadi konsep global saat ini. Materi tentang demokrasi Indonesia
membelajarkan anak akan kelebihan, kekurangan, serta bentuk-bentuk ideal
demokrasi yang tepat untuk Indonesia. Materi masa depan demokrasi akan
membangkitkan kesadaran kesadaran anak mengenai pentingnya demokrasi
serta memahami tantangan demokrasi yang akan muncul di masa depan.
Untuk menghindari terjadinya indoktrinasi, materi-materi yang berisi
doktrin-doktrin negara sedapat mungkin diminimalkan dan diganti dengan
pendekatan historis dan ilmiah, serta dikenalkan dengan fakta-fakta yang
relevan.
PENUTUP
Pendidikan demokrasi dalam arti luas dapat dilakukan baik secara informal,
formal, dan non formal. Secara informal, pendidikan demokrasi bisa
dilakukan di lingkungan keluarga yang menumbuhkembangkan nilai-nilai
demokrasi. Secara formal, pendidikan demokrasi dilakukan di sekolah, baik
dalam bentuk intra atau ekstrakurikuler. Sedang secara nonformal
pendidikan demokrasi berlangsung pada kelompok masyarakat, lembaga
swadaya, partai politik, pers, dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
Guru, Tim Abdi Dkk. 2006. Pendidikan Kewarganegaraan SMP Kelas VIII.
Jakarta. Erlangga.
Jauhar, Najid. 2007. Jurnal ilmu sosial dan politik: Islam, Demokrasi, dan
HAM. ISSN 1410-4946. vol 11.
Lele, Gabriel. 2005. Jurnal ilmu sosial dan politik: Terorisme dan
Demokrasi, ISSN 1410-4946. vol 9.
Lay, Cornelis. 2007. Jurnal Ilmu Sosial dan Politik: Pilkada Langsung dan
Pendalaman Demokrasi. ISSN 1410-4946 vol 11.
Prasetyo, Antonius Galih. 2012. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik: Menuju
Demokrasi Rasional. ISSN 1410-4946, vol 16.
Rianto, Puji. 2005. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik: Globalisasi,
Liberalisasi Ekonomi dan Krisis Demokrasi. ISSN 1410-4946. Vol 8.
Yumitro, Gonda. 2013. Jurnal ilmu sosial dan politik: Partai Islam dalam
Dinamika Demokrasi di Indonesia. ISSN 1410-4946. vol 17.