Anda di halaman 1dari 16

REKAYASA IDE

MK. PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN

SKOR NILAI :

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI PENDIDIKAN


DEMOKRASI YANG BERKARAKTER

Disusun untuk Memenuhi Tugas Rekayasa Ide Mata Kuliah Pendidikan


Kewarganegaraan pada Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas
Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan

Dosen Pengampu : Dr. Deny Setiawan, M.Si/ Fazli Rachman, S.Pd., M.Pd

DISUSUN OLEH :

Dwi Chaya Laudra ( 3191111003)

KELAS : PPKN REGULER B 2019


MATA KULIAH : PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


MEI 2020

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI PENDIDIKAN


DEMOKRASI YANG BERKARAKTER

Dwi Chaya Laudra

Nim : 3191111003 Kelas : PPKN REG B 2019

Falkutas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan

Email : Dwichayalaudra@gmail.com

ABSTRAK

Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pendidikan kewarganegaraan,


pendidikan demokrasi, bentuk-bentuk karakter kewarganegaraan dan bagaimana PKn
sebagai pendidikan demokrasi yang berkarakter. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
diajarkan untuk menciptakan warga negara yang sesuai dengan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945, agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh
bangsa dan Negara. Karakter yang dimiliki oleh warga Negara meliputi: religius,
jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu,
semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat, cinta damai,
gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggung jawab. Untuk
menciptakan karakter tersebut harus diintegrasikan dalam pendidikan demokrasi yang
masuk kelompok studi sosial (Social Studies). Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan metode kajian literature atau kepustakaan untuk menghimpun
informasi yang relevan dengan topic obyek penelitian. Informasi ini diperoleh dari
buku, jurnal, berita yang berhubungan dengan pendidikan kewarganegaraan sebagai
pendidikan demokrasi yang berkarakter.

Kata Kunci : Pendidikan Kewarganegaraan, Pendidikan Demokrasi dan


Karakter Kewarganegaraan
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pada dasarnya demokrasi telah tumbuh sejak zaman Yunani Kuno
ialah pada masa Neara Kota (City State) Athena sekitar abad ke-6 sampai
abad ke-3 sebelum masehi. Dalam sejarah dikenal bahwa Negara kota Athena
Kuno sebagai Negara demokrasi pertama di dunia mampu menjalankan
demokrasi langsung dengan majelis sekitar 5.000 sampai 6.000 orang
berkumpul secara fisik menjalankan demokrasi langsung. Winataputra
(2008:7.4). Pendidikan kewarganegaraan di Indonesia diharapkan dapat
mempersiapkan peserta didik agar menjadi warga Negara yang punya
komitmen yang kuat dan punya potensi untuk mempertahankan Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945, dengan semangat kebangsaan dan berkehidupan
kemasyarakatan, maka pemahaman tentang komitmen tersebut perlu
ditingkatkan secara terus menerus kepada seluruh komponen bangsa
Indonesia, khususnya generasi muda sebagai generasi penerus. Untuk
membentuk warga negara yang berkomitmen dan berpotensi kuat,
berkehidupan yang demokratis perlu dikenal, dipahami, diinternalisasi, dan
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan keluarga, sekolah,
masyarakat, pemerintahan dan organisasi-organisasi non-pemerintahan, agar
mampu memahami dan melaksanakan hak-hak dan kewajibannya sebagai
warga negara melalui jalur pendidikan. Dalam hal ini menjadi salah satu fokus
mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk membelajarkannya
kepada peserta didik. Pembangunan karakter bangsa yang sudah diupayakan
dengan berbagai bentuk, hingga saat ini belum terlaksana dengan optimal. Hal
itu tercermin dari semakin meningkatnya kriminalitas, pelanggaran hak asasi
manusia, ketidak adilan hukum, kerusakan lingkungan yang terjadi di
berbagai pelosok negeri, pergaulan bebas, pornografi dan pornoaksi , tawuran
yang terjadi di kalangan remaja, kekerasan dan kerusuhan, serta korupsi yang
kian merambah pada semua sektor kehidupan. Masyarakat indonesia yang
terbiasa dengan kesantunan dalam berperilaku, musyawarah-mufakat dalam
menyelesaikan masalah, kearifan lokal yang kaya dengan pluralitas, sikap
toleran dan gotong royong, mulai cenderung berubah menjadi hegemoni
kelompok-kelompok yang saling mengalahkan dan berperilaku egois
individual. Gambaran fenomena tersebut, menunjukkan bangsa ini tengah
mengalami krisis moral yang menegaskan terjadinya ketidakpastian jati diri
dan karakter bangsa. Bahasan dalam materi ini adalah PKn sebagai
Pendidikan demokrasi yang berkarakter, dimana bangsa Indonesia menganut
faham demokrasi sebagai bentuk pemerintahan. Demokrasi adalah salah satu
muatan materi pelajaran yang tercantum dalam kurikulum PKn. Berbicara
tentang demokrasi bukanlah hal asing bagi kita. Banyak diantara kita yang
telah paham tentang konsep maupun pengertian yang berkaitan dengan
demokrasi. Namun apa dan bagaimana makna dan hakikat demokrasi belum
sepenuhnya dimengerti dan dihayati. Perbincangan tentang demokrasi yang
sering dibicarakan dimana-mana, belum begitu menyentuh makna yang
sebenarnya, dan pelaksanaannya belum secara demokratis. Tujuan
pembelajaran PKn sebagai pendidikan demokrasi yang berkarakter akan kita
bahas di pembahasan sebagai berikut.

PEMBAHASAN

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di Indonesia di artikan sebagai


pendidikan politik yang fokus materi adalah peranan warga negara dalam
kehidupan bernegara yang sesuai dengan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945, agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh
bangsa dan Negara (Cholisin dalam Winarno 2013: 6). Menurut Azra dan
Zamroni dalam ICCE (2008:8), berpendapat bahwa Pendidikan
Kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk
mempersiapkan warga masyarakat berfikir kritis dan bertindak
demokratis, melalui aktivitas menanamkan kesadaran kepada generasi
baru tentang kesadaran bahwa demokrasi adalah bentuk kehidupan
masyarakat yang paling menjamin hak-hak warga masyarakat.

Demokrasi

Dari sudut bahasa (etimologis), demokrasi berasal dari bahasa Yunani


yaitu demos yang berarti atau rakyat dan cratos atau cratein yang berarti
pemerintahan atau kekuasaan. Jadi secara bahasa, demoscratein atau
demos-cratos berarti pemerintahan rakyat atau kekuasaan rakyat Sarbaini
Saleh (2008:49). Selanjutnya Pengertian demokrasi secara istilah
dikemukakan oleh para ahli yang dikutip dari Tim ICCE UIN (2003:110):
1). Menurut Joseph A. Schmeter, demokrasi merupakan suatu
perencanaan institusional untuk mencapai keputusan politik dimana
individu-individu memperoleh kekuasaan untuk memutuskan cara
perjuangan kompetitif atas suara rakyat. 2). Henry B. Mayo Menyatakan
demokrasi sebagai system politik yang menunjukkan bahwa kebijakan
umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi
secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan berkala yang
didasarkan atas prinsipkesamaan politik dan diselenggarakan dalam
suasana terjaminnya kebebasan politik.

Jadi kesimpulannya demokrasi adalah pemerintahan yang ada di


tangan rakyat, rakyat yang memberikan ketentuan-ketentuan dalam
masalah-masalah kehidupannya termasuk menilai kebijakan pemerintah
negara karena hal tersebut menentukan kehidupan rakyat banyak. Dengan
demikian negara yang menganut system demokrasi adalah negara yang
diselenggarakan berdasarkan kemauan dan kehendak rakyat.

Saat ini, demokrasi merupakan komoditas rejim konseptual yang


paling laku di dunia ini, serta menjadi keimanan sebagian besar umat
manusia sebagai model ideal untuk mencapai tujuan perdamaian dan
keadilan. Demokrasi tidak hanya berdiri kokoh di tempat kelahirannya
saja, tetapi telah sedemikian jauh mengglobal dari Barat ke timur,
mengalir dari utara ke selatan. Tentu saja proses perpindahan dan
penyebaran demokrasi tidak seperti yang dibayangkan Tidak semudah
yang diperkirakan dan tidak Semudah yang diharapkan. Karena
demokrasi tidak hanya terkait sistem yang kokrit, tetapi juga syarat akan
muatan nilai, ide, konsepsi yang lebih abstrak sifatnya. Atau dengan kata
lain demokrasi itu tidak hanya mempermasalahkan mekanisme
perwujudan dan pembentukan sistem (prosedural) atau schumpeterian
tetapi juga terkait dengan substansi (hakekat) yang sifatnya fundamental.

Dalam pandangan nurcholish Madjid (sebagaimana dikutip oleh


Sukron Kamil, 2002), ditegaskan bahwa demokrasi bukanlah benda, tetapi
lebih merupakan kata kerja yang mengandung makna sebagai proses
dinamis. Karena itu demokrasi harus diupayakan. Demokrasi dalam
kerangka di atas berarti sebuah proses melaksanakan nilai-nilai civility
(kedaban) dalam bernegara dan bermasyarakat. Demokrasi adalah proses
menuju dan menjaga civil society yang menghormati dan berupaya
merealisasikan nilai-nilai demokrasi.

Meskipun demokrasi dalam pandangan barat merupakan upaya untuk


menghargai keberadaan manusia dalam hidup ini sehingga terwujud
persamaan, realita menunjukkan bahwa negara-negara berkembang yang
notabene mayoritas Islam “dipaksa” melaksanakan demokrasi ala
Amerika, yang belum tentu sesuai dengan kondisi sosial politik negara-
negara tersebut. Padahal demokrasi seharusnya bisa dimaknai seperti
sepatu, boleh jadi berbeda antara yang satu dengan lainnya. Bangsa-
bangsa Islam semestinya bisa diberi keleluasaan untuk mendefenisikan
sendiri makna demokrasi yang sesuai dengan budaya politik yang mereka
miliki.4 Adapun ciri-ciri Demokrasi Negara dengan sistem politik
demokrasi umumnya ditandai oleh ciri-ciri sebagai berikut:

a)Adanya pembatasan terhadap tindakan pemerintah untuk


memberikan perlindungan bagi individu dan kelompok, dalam
penyelenggaraan pergantian pimpinan secara berkala, tertib, damai dan
melalui alat-alat perwakilan rakyat yang efektif. Pembatasan ini tidak
berarti bahwa tidak adanya campur tangan pemerintah dalam beberapa
segi kehidupan, sepanjang undang-undang memberikan wewenang untuk
itu. b) Prasarana pendapat umum baik pers, televisi, dan radio harus diberi
kesempatan untuk mencari berita secara bebas dalam merumuskan
pendapat mereka. Karena kebebasan untuk mengeluarkan pendapat,
berserikat, dan berkumpul merupakan hak-hak politik dan sipil yang
sangat mendasar.

Sikap menghargai hak-hak minoritas dan perorangan, lebih


mengutamakan musyawarah daripada paksaan dalam menyelesaikan
perselisihan, sikap menerima legitimasi dari sistem pemerintahan.5 Selain
ciri-ciri, Demokrasi juga memiliki dua prinsip utama, yaitu: a)Kebebasan:
dalam demokrasi, kebebasan merupakan dasar demokrasi. Demokrasi
merupakan sistem politik yang melindungi kebebasan dan memberikan
tugas pada pemerintah untuk menjamin kebebasan rakyat. b) Kedaulatan
rakyat: penyelesaian pertikaian secara damai dan sukarela, terjaminnya
perubahan secara damai dalam masyarakat dinamis, pergantian kekuasaan
secara teratur, penggunaan paksaan sesedikit mungkin, pengakuan dan
penghormatan terhadap keanekaragaman, penegakan keadilan, kemajuan
ilmu pengetahuan, pengakuan dan penghormatan atas kebebasan.

Ada tujuh faktor-faktor yang mendorong apakah suatu negara akan


memakai demokrasi yang terdesentralisasi atau nasionalisme yang kokoh
tersentralistik sebagai berikut: 1) Faktor sifat dan bentuk negara, 2) Faktor
rezim dan berkuasa, 3) Faktor geografis, 4) Faktor warga Negara, 5)
Faktor sejarah, 6) Faktor efifiensi dan efektivitas dan 7) Faktor politik7
Sebagai bentuk pemerintahan, demokrasi meliputi unsur-unsur sebagai
berikut: a) Adanya partisipasi masyarakat secara aktif dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, b) Adanya pengakuan akan
supremasi hukum (daulat hukum), c) Adanya kebebasan, diantaranya:
kebebasan berekspresi dan berbicara atau berpendapat, kebebasan untuk
berkumpul dan berorganisasi, kebebasan beragama dan berkeyakinan,
kebebasan untuk menggugat pemerintah, kebebasan untuk memilih dan
dipilih dalam pemilihan umum, dan kebebasan untuk mengurus nasib
sendiri, dan d) Adanya pengakuan supremasi sipil atas militer.

Demokrasi pascareformasi merupakan salah satu reaksi terhadap


pemerintah Orde Baru yang dianggap telah menyimpang dari tujuan dan
cita-cita demokrasi pancasila. Era reformasi berlangsung dari 1998 sampai
dengan saat ini atau sering disebut orde transisi demokrasi Pancasila. Era
reformasi dimulai setelah Presiden Suharto mengundurkan diri pada 21
Mei 1998 dan digantikan oleh Wakil Presiden Prof. Dr. B.J. Habibie. Di
masa reformasi, kebebasan masyarakat dalam menggunakan haknya
menjadi lebih terbuka dan meluas. Masyarakat semakin melakukan
pengawasan terhadap pemerintah. Masyarakat lebih kritis dan terbuka.
Demokrasi tidak hanya menjadi identitas, tetapi diupayakan untuk
diaplikasikan secara total oleh pemerintah. Bangsa Indonesia telah sepakat
untuk membangun sistem demokrasi yang sehat atas dasar evaluasi dan
instropeksi terhadap berbagai sistem demokrasi yang pernah diterapkan di
Indonesia yang ternyata dinilai gagal, yaitu demokrasi liberal pada awal
kemerdekaan yang tidak menjamin stabilitas pemerintahan, demokrasi
terpimpin pada era Orde Lama dan demokrasi Pancasila di era Orde Baru
yang menghasilkan pemerintahan yang otoriter.
Budaya demokratis haruslah menjadi langgam/ gaya hidup bagi setiap
warganegara baik dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Budaya demokrasi haruslah menjadi jalan hidup bangsa Indonesia; sebab,
hanya dengan cara itulah demokrasi berdasarkan Pancasila dalam bidang
politik, ekonomi ataupun sosial benar-benar dapat kita jalankan. Perilaku
demokratis tidak hanya berlaku dalam kehidupan bernegara, melainkan
juga dalam kehidupan sehari-hari. Sebab aspek kehidupan itu tidak dapat
dipisah-pisahkan walau dapat dibedabedakan. Kehidupan politik tidak
terpisah dari kehidupan sosial, ekonomi dan sebagainya. Karena itu, kita
tidak dapat berperilaku demokratis dalam kegiatan politik sementara
dalam kegiatan hidup sehari-hari tidak. Demokrasi harus menjadi jalan
hidup, atau prinsip yang menjiwai tindakan kita dalam segala bidang.

Sikap dan perilaku demokratis dapat dipelajari dan dibiasakan. Karena


itu, kita perlu belajar bersungguh-sungguh dan berupaya keras
membiasakan diri agar selalu bersikap dan berperilaku demokratis. Hal itu
bisa kita mulai dari lingkungan yang paling kecil, keluarga kita. Dalam
pergaulan dan kegiatan di sekolah atau di masyarakat sekitar, sikap dan
perilaku demokratis perlu kita kembangkan.10 Kehidupan demokrasi itu
sangat nyata diterapkan ketika ada suatu masalah di kampung, demokrasi
tidak berjalan apabila pihak yang memecahkan masalah itu hanya ketua
adat saja. Sebaliknya, demokrasi berjalan apabila semua warga kampung
dilibatkan untuk memecahkan masalah tersebut. Masing-masing warga
tertentu memiliki pandangan tertentu terhadap masalah dan
pemecahannya.

Jadi salah satu pentingnya kehidupan demokrasi dalam masyarakat,


yakni keefektifan dan kecepatan dalam menyelesaikan masalah yang ada
dalam lingkungan masyarakat. Pentingnya kehidupan demokrasi dalam
masyarakat dapat pula menumbuhkan semangat kerukunan antara anggota
masyarakat. Bahkan demokrasi dapat menjadi wahana silaturahmi bagi
warga masyarakat. Dengan demikian, kekeluargaan, kebersamaan,
kebebasan mengemukakan pendapat, dan sebagainya akan tumbuh dengan
sendirinya.
Karakter

Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” atau
menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan
dalam bentuk tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur,
kejam, rakus dan perilaku jelek lainnya dikatakan orang berkarakter jelek.
Sebaliknya, orang yang perilakunya sesuai dengan kaidah moral disebut
dengan berkarakter mulia. Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa
Dekdiknas adalah bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku,
dll. Sedangkan berkarakter adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat,
dan berwatak.

Individu yang berkarakter baik dan unggul adalah seseorang yang


berusaha melakukan hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan negara serta dunia internasional
pada umumnya dengan mengoptimalkan potensi (pengetahuan) dirinya
dan disertai dengan kesadaran, emosi dan motivasinya (perasaannya).12
Dalam mata pelajaran PPKn, karakter warga negara sering dikenal dengan
istilah civic disposition, yaitu sifat-sifat yang harus dimiliki setiap warga
negara untuk mendukung efektivitas partisipasi politik, berfungsinya
sistem politik yang sehat, berkembangnya martabat, harga diri dan
kepentingan umum (Cholisin, 2005:8). Seorang warga negara dituntut
untuk memiliki karakter dan menerapkannya sesuai dengan peranannya.
Karakter tersebut adalah:
a)Karakter individual, yaitu nilai-nilai unik dan baik yang terpateri
dalam diri dan mendarah daging dalam perilaku seseorang. Misalnya:
jujur dan kerja keras. b) Karakter privat, seperti tanggung jawab moral,
disiplin diri, dan penghargaan terhadap harkat martabat manusia dari
setiap individu. c) Karakter publik, seperti: kepedulian sebagai warga
negara, kesopanan, mengindahkan aturan main, berpikir kritis, kemauan
untuk mendengar, bernegosiasi dan berkompromi (Muhtadi, 2013).
Tabel 1.1 karakter yang harus dimiliki oleh warga negara

No. Karakter
Warga Deskripsi
Negara
1. Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan
ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap
pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun
dengan pemeluk agama lain.
2. Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan
dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya
dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3, Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan
agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan
orang lain yang berbeda dari dirinya.
4. Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh
pada berbagai ketentuan dan peraturan.
5. Kerja Keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh
dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas,
serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan


cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7. Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada
orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

8. Demokratis Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai


sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9. Rasa Ingin Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
Tahu mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu
yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
10. Semangat Cara berfikir, bertindak, dan berwawasan yang
Kebangsaan menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas
kepentingan diri dan kelompoknya.
11. Cinta Tanah Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang
Air menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan
yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial,
budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
12. Menghargai Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
Prestasi menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat,
dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang
lain
13 Bersahabat / Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara,
Komunikatif bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.
14. Cinta Damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan
orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran
dirinya.
15. Gemar Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca
Membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi
dirinya

16. Peduli Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah


Lingkungan kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan
mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki
kerusakan alam yang sudah terjadi.
17. Peduli Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan
Sosial pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
18. Tanggung Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan
Jawab tugas dan kewajiban, yang seharusnya dia lakukan,
terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam,
sosial, dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

PKn Sebagai Pendidikan Demokrasi yang Berkarakter

Pendidikan demokrasi dapat saja merupakan pendidikan yang


diintegrasikan ke dalam berbagai bidang studi, misal dalam mata pelajaran
PPKn dan sejarah atau diintegrasikan kedalam kelompok ilmu sosial lainnya.
Akan tepat bila pendidikan demokrasi masuk dalam kelompok studi sosial
(social studies). Selain itu, pendidikan demokrasi dapat pula dijadikan
subject matter tersendiri sehingga menjadi suatu bidang studi atau mata
pelajaran. Misalnya, dimunculkan di mata pelajaran civics yang masa lalu
pernah menjadi mata pelajaran sekolah. Namun, civics yang sekarang
hendaknya dipertegas dan dibatasi sebagai pendidikan demokrasi di
Indonesia. Dapat pula pendidikan demokrasi dikemas dalam wujud
Pendidikan Kewarganegaraan.

Pendidikan demokrasi dalam arti luas dapat dilakukan baik secara informal,
formal, dan non formal. Secara informal, pendidikan demokrasi bisa
dilakukan di lingkungan keluarga yang menumbuhkembangkan nilai-nilai
demokrasi. Secara formal, pendidikan demokrasi dilakukan di sekolah, baik
dalam bentuk intra atau ekstrakurikuler. Sedang secara nonformal
pendidikan demokrasi berlangsung pada kelompok masyarakat, lembaga
swadaya, partai politik, pers, dan lain-lain.

Hal yang sangat penting dalam pendidikan di sekolah adalah mengenai


kurikulum pendidikan demokrasi yang menyangkut dua hal, yaitu penataan
dan isi materi. Penataan menyangkut pemuatan pendidikan demokrasi dalam
suatu kegiatan kurikuler, apakah secara eksplisit dimuat dalam suatu mata
pelajaran atau mata kuliah, ataukah disisipkan ke dalam mata pelajaran
umum. Merujuk pada prinsip-prinsip pemerintah yang demokratis di bawah
Rule of Low, maka pendidikan kewarganegaraan memegang posisi penting
guna membangun kultur warga negara yang demokratis.

Selain masalah penataan, yang lebih penting lagi adalah masalah isi materi
dari pendidikan demokrasi. Agar benar-benar berfungsi sebagai pendidikan
demokrasi maka materinya perlu ditekankan pada empat hal, yaitu asal-usul
sejarah demokrasi dan perkembangan demokrasi; sejarah demokrasi di
Indonesia; jiwa demokrasi Indonesia berdasar Pancasila dan UUD 1945; dan
masa depan demokrasi. Asal-usul demokrasi akan membelajarkan anak
mengenai perkembangan konsep demokrasi dari mulai konsep awal hingga
menjadi konsep global saat ini. Materi tentang demokrasi Indonesia
membelajarkan anak akan kelebihan, kekurangan, serta bentuk-bentuk ideal
demokrasi yang tepat untuk Indonesia. Materi masa depan demokrasi akan
membangkitkan kesadaran kesadaran anak mengenai pentingnya demokrasi
serta memahami tantangan demokrasi yang akan muncul di masa depan.
Untuk menghindari terjadinya indoktrinasi, materi-materi yang berisi
doktrin-doktrin negara sedapat mungkin diminimalkan dan diganti dengan
pendekatan historis dan ilmiah, serta dikenalkan dengan fakta-fakta yang
relevan.

Demokrasi memang tidak diwarisi, tetapi ditangkap dan dicerna melalui


proses belajar oleh karena itu untuk memahaminya diperlukan suatu proses
pendidikan demokrasi. Demokrasi memerlukan usaha nyata setiap
warganegara dan perangkat pendukungnya yaitu budaya yang kondusif
sebagai manifestasi dari suatu mind set (kerangka berfikir) dan setting social
(rancangan masyarakat) dengan menjadikan demokrasi sebagai pandangan
hidup bernegara baik oleh rakyat maupun oleh pemerintah.

Sekarang PKn sebagai mata pelajaran mulai dari tingkat SD sampai


perguruan tinggi, yang mengembang sebagai pendidikan demokrasi. PKn
adalah salah satu ciri pemerintah demokrasi yang isi materi pendidikan
demokrasi di sekolahan mendapat porsi yang lebih dalam waktu
membelajarkannya. Namun dalam pelaksanaan di lapangan PKn hanya
mendapat porsi yang sedikit dan cara membelajarkannya seakan hanya
sebatas memperkenalkannya saja. Winarno (2007:115) mengatakan, agar
PKn benar-benar berfungsi sebagai pendidikan demokrasi maka materinya
perlu ditekankan pada empat hal, yaitu asal usul sejarah demokrasi dan
perkembangan demokrasi; sejarah demokrasi di Indonesia; jiwa demokrasi
Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, dan masa depan demokrasi.
Pkn memiliki dan sejalan dengan tiga fungsi pokok pendidikan
kewarganegaraan sebagai wahana pengembangan warganegara yang
demokratis, yakni mengembangkan kecerdasan warganegara (civic
intelligence), membina tanggung jawab warganegara (civic responsibility),
dan mendorong partisipasi warganegara (civic partisipation) Winataputra
(2008:1.1). tiga kompetensi warganegara ini sejalan pula dengan tiga
komponen pendidikan kewarganegaraan yang baik, yaitu pengetahuan
kewarganegaraan (civic knowledge), keterampilan kewarganegaraan (civic
skills), dan karakter warganegara (civic disposisions). Warganegara yang
memiliki pengetahuan kewarganegaraan akan menjadi warganegara yang
cerdas, warganegara yang partisipatif, sedangkan warganegara yang
memiliki karakter kewarganegaraan akan menjadi warganegara yang
bertanggung jawab.

Pendidikan kewarganegaraan mengemban tugas menyiapkan peserta didik


menjadi warganegara yang demokratis dan bertanggung jawab untuk
mendukung tegaknya negara demokrasi. Pendidikan sekolah memiliki misi
sebagai pendidikan politik demokrasi di Indonesia. Jadi PKn mempunyai
tugas membelajarkan demokrasi secara demokratis kepada peserta didik.
Dengan pendidikan kewarganegaraan, akan ada sosialisasi, dan
penyebarluasan nilai-nilai demokrasi pada masyarakat. Untuk
membelajarkan demokrasi kepada peserta didik ada berbagai cara yang dapat
dilakukan. James McGregor dalam Winataputra (2008:7.21) menyatakan
bahwa pembelajaran demokrasi mempunyai banyak cara yang dapat
ditempuh dengan mengaitkan lingkungan di luar kelas. Sedangkan Couto
dalam Winataputra (2008:7.21) memberi gambaran bahwa pembelajaran
demokrasi memerlukan sejumlah proses yang secara implisit terjadi dalam
peran guru maupun siswa selama proses pembelajaran di kelas yang
demokratis dengan mengaitkan persoalan-persoalan dari lingkungan sekitar.

PENUTUP

Demokrasi adalah pemerintahan yang ada di tangan rakyat, rakyat yang


memberikan ketentuan-ketentuan dalam masalah-masalah kehidupannya
termasuk menilai kebijakan pemerintah negara karena hal tersebut
menentukan kehidupan rakyat banyak. Dengan demikian negara yang
menganut system demokrasi adalah negara yang diselenggarakan
berdasarkan kemauan dan kehendak rakyat.

Pendidikan demokrasi dalam arti luas dapat dilakukan baik secara informal,
formal, dan non formal. Secara informal, pendidikan demokrasi bisa
dilakukan di lingkungan keluarga yang menumbuhkembangkan nilai-nilai
demokrasi. Secara formal, pendidikan demokrasi dilakukan di sekolah, baik
dalam bentuk intra atau ekstrakurikuler. Sedang secara nonformal
pendidikan demokrasi berlangsung pada kelompok masyarakat, lembaga
swadaya, partai politik, pers, dan lain-lain.

Pendidikan kewarganegaraan mengemban tugas menyiapkan peserta didik


menjadi warganegara yang demokratis, bertanggung jawab dan memiliki
karakter yang baik untuk mendukung tegaknya negara demokrasi.
Pendidikan sekolah memiliki misi sebagai pendidikan politik demokrasi di
Indonesia. Jadi PKn mempunyai tugas membelajarkan demokrasi secara
demokratis kepada peserta didik.

UCAPAN TERIMA KASIH

Sebelumnya saya ucapkan Terima Kasih kepada Dosen Pengampu kami


Bapak Dr. Deny Setiawan, M.Si/ Fazli Rachman S.Pd., M.Pd yang telah
memberikan dan menjelaskan pedoman dan cara mengerjakan Laporan
Rekayasa Ide . Dan tidak lupa saya juga mengucapkan Terima Kasih kepada
Orangtua saya yang telah mendukung saya baik dalam materi maupun
nasihat dan semangat. Tidak lupa juga saya mengucapkan Terima Kasih
kepada seluruh teman - teman saya yang membantu penyelesaian tugas ini
baik berupa bantuan moril maupun materil. Oleh karena itu, saran dan kritik
yang bersifat membangun dari pembaca sangat diharapkan sehingga dapat
dijadikan bahan evaluasi untuk kedepannya lebih baik. Dan akhirnya,
semoga Laporan Rekayasa Ide ini memberikan manfaat bagi pembaca dalam
menambah wawasan.

DAFTAR PUSTAKA

Alfitri, Rogaiyah. 2009. Jurnal PPKn & Hukum: Demokrasi Indonesia.


Vol.4.

Al Hakim, Suparlan Dkk. Pendidikan Kewarganegaraan dalam Konteks


Indonesia. Jakarta. Bumi Aksara.

Budiyanto. 2006. Pendidikan Kewarganegaraan SMA Kelas XI. Jakarta.


Erlangga.

Bambang TriP. Dan Sunardi H.S. 2012. Membangun Wawasan


Kewarganegaraan SMA/Ma Kelas XI. Jakarta. Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri.

Guru, Tim Abdi Dkk. 2006. Pendidikan Kewarganegaraan SMP Kelas VIII.
Jakarta. Erlangga.

Jauhar, Najid. 2007. Jurnal ilmu sosial dan politik: Islam, Demokrasi, dan
HAM. ISSN 1410-4946. vol 11.

Lele, Gabriel. 2005. Jurnal ilmu sosial dan politik: Terorisme dan
Demokrasi, ISSN 1410-4946. vol 9.

Lay, Cornelis. 2007. Jurnal Ilmu Sosial dan Politik: Pilkada Langsung dan
Pendalaman Demokrasi. ISSN 1410-4946 vol 11.
Prasetyo, Antonius Galih. 2012. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik: Menuju
Demokrasi Rasional. ISSN 1410-4946, vol 16.

Rianto, Puji. 2005. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik: Globalisasi,
Liberalisasi Ekonomi dan Krisis Demokrasi. ISSN 1410-4946. Vol 8.

Syafiie, Inu Kencana. 2014. Ilmu Pemerintahan. Jakarta. Bumi Aksara.

Saronji Dahlan dan H. Asy’ari. 2006. Pendidikan Kewarganegaraan SMP/


MTs Kelas VIII. Jakarta. Erlangga.

Suteng, Bambang Dkk. 2006. Pendidikan Kewarganegaraan SMA Kelas XI.


Jakarta. Erlangga.

Setiawan, Deny. 2013. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Medan.


UNIMED PRESS.

Setiawan, Deny. 2015. Kapita Selekta Kewarganegaraan. Medan. Larispa


Indonesia.

Winarno. 2014. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta.


Bumi Aksara.

Yumitro, Gonda. 2013. Jurnal ilmu sosial dan politik: Partai Islam dalam
Dinamika Demokrasi di Indonesia. ISSN 1410-4946. vol 17.

Yuyus Kardiman dkk. 2013. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan


untuk SMA/ MA kelas XI. Jakarta. Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai