Anda di halaman 1dari 10

NAMA : DWI CHAYA LAUDRA

NIM : 3191111003

KELAS : PPKN REG B 2019

PERAN NEGARA DALAM BERTANGGUNG JAWAB MENGHADAPI

PANDEMI COVID-19

ABSTRAK

Penyebab pandemi Covid-19 pertama kali diketahui menyebar pertama kali di


Kota Wuhan, China pada Desember 2019. Virus ini menyebar begitu cepat di
berbagai wilayah di Cina dan sudah hampir keseluruh dunia.Word Health
Organization (WHO) dan pemerintah disetiap negara sudah berusaha
semaksimal mungkin menekan angka penularan dan berbagai upaya
pencegahan penyebaran Covid-19. Sejumlah Negara juga sudah menerapkan
lockdown untuk memperkecil atau memutuskan rantai penyebaran virus
corona. Hal ini sangat diperlukannya peran Negara dalam bertanggung jawab
menghadapi pandemi covid-19 baik dalam kesehatan,pencegahan dan
pengobatan. Terkait hal pandemi wabah Covid-19 pemerintah mengeluarkan
adanya himbauan dan peraturan selama wabah Covid-1, himbauan yang
dikeluarkan oleh pemerintah untuk mencegah penyebaran virus corona salah
satunya physical distancing atau sosial distancing. Pemerintah indonesia
mengeluarkan adanya peraturan-peraturan untuk mencegah penyebaran virus
corona, peraturan-peraturan itu dikeluarkan oleh bapak presiden jokowi, ada
peraturan yang dikeluarkan olehnya dan semuanya terkait penanganan virus
corona yaitu Peraturan Presiden (Perpres) dan Instruksi Presiden (Inpres)
untuk mengatur mudik lebaran 2020, Peraturan Pemerintah (PP) tentang
Pembatasan Sosial Berskala Besar, Keputusan Presiden (Keppres) Penetapan
Kedaruratan Kesehatan Masyarakat,dan Peraturan Pengganti Undang-Undang
(Perppu) Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pandemi Covid-19 dan
Tanggung Jawab Negara. Penelitian Ini dilakukan dengan menggunakan
Metode kajian literatur/kepustakaan untuk menghimpun informasi yang
relevan dengan topic obyek penelitian. Informasi diperoleh dari
buku,jurnal,berita, yang berhubungan dengan covid-19.

Kata-Kata Kunci : Negara, Tanggung Jawab.


2.2 Pendahuluan

Word Health Organizati menyatakan bahwa penyakit yang disebabkan


oleh virus corona menjadi perhatian serius masyarakat internasional.WHO
menyatakan COVID-19 berkarakter pandemi yang sangat sulit
dikendalikan.Solidaritas internasional pun telah dan terus digalang untuk
secara bersama-sama menghadapi musuh bersama yang terlihat ini. WHO
juga telah menetapkan delapan pilar penting sebagai pedoman kebijakan
strategis kedaruratan dan kewaspadaan menghadapin COVID-19. Pedoman
ini menjadi rujukan bagi semua Negara dalam bingkai kerja yang
integrative,koordinatif,konsultatif dan deliberative. Merujuk ketentuan Pasal 1
IHR,WHO memandatkan pembentukan vocal point IHR di level
nasional.Presiden Jokowi telah menunjuk Kepala BNPB sebagai Ketua Gugus
Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 melalui Kepres No. 7 tahun 2020.
Gugus Tugas juga wajib dibentuk ditingkat daerah oleh kepala daerah,sesuai
mandate pasal 11.
Hak Kesehatan diakui sebagai HAM di banyak instrument HAM
internasional dan nasional. Menurut Ketentuan Pasal 12 Ayat (2) huruf C dan
d ICESCR 1966, sebagaimana diratifikasi Indonesia melalui UU No.11 Tahun
2005,dengan tegas menyatakan bahwa langkah-langkah yang akan diambil
oleh Negara Pihak pada Kovenan ini guna mencapai perwujudan hak ini
sepenuhnya,harus meliputi hal-hal yang diperlukan untuk mengupayakan : c)
pencegahan,pengobatan,dan pengendalian segala penyakit
menular,endemic,penyakit lainnya ; d) penciptaan kondisi yang akan
menjamin semua pelayanan dan perhatian medis dalam hal sakitnya
seseorang. Penting juga dipahami bahwa Komentar Umum No.14 (2000)
terkait 12 ICESCR Itu telah menyatakan aplikasi presisi penting dilakukan
Negara untuk memastikan terpenuhinya HAM atas kesehatan dengan
memerhatiakn empat unsur penting kesehatan,yakni (1) ketersediaan; (2)
aksesilibilitas; (3) aksesptalibilitas dan (4) kualitas. Dalam kaitan
mengendalikan aneka penyakit menilar,Negara diminta melakukan langkah-
langkah kalaboratif untuk meningkatkan ketersediaan dan penggunanaan
teknologi,improvisasi kewaspadaan ,progam imunisasi dan strategi lainya
dalam upaya pengendalian penyakit menular.

Pandemi Covid-19 memiliki dampak berbagai aspek, mulai dari


pendidikan, sosial, ekonomi hingga kesehatan. Dampak pada aspek-aspek
tersebut kian hari mulai dirasakan masyarakat. Sebab ini menyangkut
persoalan kesejahteraan sosial masyarakat. Pemerintah juga selain berfokus
pada penanganan pandemi Covid-19, harus juga memperhatikan kondisi
kesejahteraan masyarakatnya. keterbatasan sumber daya yang dimiliki oleh
daerah akan sangat berdampak terhadap kualitas penanganan, termasuk
penyebaran virus corona di masyarakat. Oleh karena itu, sebaiknya
pemerintah pusat mengambil alih pandemik virus corona ini menjadi
kebijakan nasional. Penyebaran Virus Corona Covid 19 di Indonesia  sangat
cepat dan sangat meresahkan. Dalam waktu tidak sampai 1 bulan, ratusan
orang telah positif dinyatakan terinfeksi dengan virus ini. Berbagai istilah
kemudian dikenal seiring dengan upaya menghentikan penyebaran virus ini
yaitu Orang dalam pemantauan (ODP), Pasien dalam Pengawasan (PDP),
Social distancing, Isolasi mandiri, Karantina, Work From Home (WFH),
Imported Case, Local transmission, Lockdown dan rapid test. Dalam aspek
regulasi, pada dasarnya terdapat beberapa peraturan perundang-undangan
yang mengatur tentang wabah penyakit menular antara lain UU No. 4 Tahun
1984 yang menegaskan pemerintah bertanggung jawab melaksanakan upaya
penanggulangan wabah. Langkah yang perlu dilakukan yaitu penyelidikan
epidemiologis; pemeriksaan, pengobatan, perawatan, dan isolasi penderita,
termasuk tindakan karantina; pencegahan dan pengebalan; pemusnahan
penyebab penyakit; penanganan jenazah akibat wabah; penyuluhan kepada
masyarakat; dan upaya penanggulangan lainnya berikut dalam, PP No.40
Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular menjelaskan
tindakan penyelidikan epidemiologis dilakukan melalui tahapan kegiatan.
Pertama, pengumpulan data kesakitan dan kematian penduduk. Kedua,
pemeriksaan klinis, fisik, laboratorium dan penegakan diagnosis. Ketiga,
pengamatan terhadap penduduk pemeriksaan terhadap makhluk hidup lain dan
benda-benda yang ada di suatu wilayah yang diduga mengandung penyebab
penyakit wabah. Kemudian Peraturan Menteri Kesehatan No. 1501 Tahun
2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu yang Dapat Menimbulkan
Wabah dan Upaya Penanggulangan juga menegaskan tentang peran
pemerintah untuk melakukan penelusuran aktif terhadap wabah. Peraturan
teknis ini menetapkan juga berbagai jenis penyakit menular yang dapat
menimbulkan wabah.
2.3 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan,


yaitu studi yang objek penelitiannya berupa karya-karya kepustakaan baik
berupa jurnal ilmiah, buku, artikel dalam media massa, maupun data-data
statistika. Kepustakaan tersebut akan digunakan untuk menjawab
permasalahan penelitian yang diajukan oleh penulis yang dalam hal ini
adalah peran negara dalam bertanggung jawab menghadapi pandemi covid-19
serta juga menjawab bagaimana kiat-kiat masyarakat untuk menjaga
kesejahteraan jiwa dari sudut pandang psikologi positif. Adapun sifat
dari studi yang dilakukan adalah deskriptif analisis yaitu memberikan
edukasi dan pemahaman kepada pembaca. Kajian pustaka dalam penelitian,
baik penelitian pustaka maupun penelitian lapangan mempunyai kedudukan
yang sangat penting. Bahkan tidak berlebihan jika dikatakan bahwa kajian
pustaka merupakan merupakan variabel yang menentukan dalam suatu
penelitian. Karena akan menentukan cakrawala dari segi tujuan dan hasil
penelitian. Di samping itu, berfungsi memberikan landasan teoritis tentang
mengapa penelitian tersebut perlu dilakukan dalam kaitannya dengan
kerangka pengetahuan. Kajian pustaka menjelaskan laporan tentang apa yang
telah ditemukan oleh peneliti lain atau membahas masalah penelitian. Kajian
penting yang berkaitan dengan masalah biasanya dibahas sebagai subtopik
yang lebih rinci agar lebih mudah dibaca. Bagian yang kurang penting
biasanya dibahas secara singkat. Bila ada beberapa hasil penelitian yang mirip
dengan masalah penelitian, maka kajian pustaka ditulis dengan aspek
penulisan yang sesuai dengan kaidah-kaidah aturan dalam masing-masing
instansi. Sehingga dalam penelitian tentang peran negara dalam bertanggung
jawab menghadapi pandemi covid-19 penulis menggunakan berbagai
informasi dari berita-berita maupun informasi dari media sosial dan juga
penelituan-penelitian sehingga menyimpukannya agar lebih mudah dipahami
pembaca maupun masyarakat.
2.4 Penjelasan Teoritis
A. Peraturan- Peraturan Pemerintah dalam menanggulangi Covid-19
1. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perppu) Nomor 1 Tahun
2020. Perpu tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem
Keuangan untuk Penanganan Pandemi Covid-19 dan/atau Dalam Rangka
Menghadapi Ancaman yang Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau
Stabilitas Sistem Keuangan ini ditetapkan pada 31 Maret 2020.Diundangkan
oleh Kemenkumham RI, Perppu ini membahas soal kebijakan keuangan
negara dalam menghadapi krisis corona. Kebijakan ini termasuk menetapkan
batasan defisit anggaran melampaui 3 % dari PDB selama masa penanganan
corona, penerbitan surat utang dan/atau surat berharga negara untuk dibeli
BUMN, investor korporasi atau pun inverstor ritel. Penetapan sumber
pembiayaan anggaran dan pemberian pinjaman pada Lembaga Penjamin
Simpanan, hingga pemberian dana hibah kepada Pemerintah Daerah turut
dicantumkan dalam Perppu ini.
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2020. Peraturan
Pemerintah ini menetapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam Rangka
Percepatan Penanganan Covid-19 yang juga ditetapkan pada 31 Maret
2020.Pembatasan Sosial ini meliputi peliburan sekolah dan tempat kerja,
pembatasan kegiatan keagamaan, serta pembatasan kegiatan di tempat atau
fasilitas umum. PSBB ini ditetapkan oleh Menteri Kesehatan kepada
Pemerintah Daerah dengan memerhatikan ketentuan yang diatur dalam UU
Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan.
3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2020. Keppres
ini juga ditetapkan pada 31 Maret tentang Penetapan Kedaruratan Kesehatan
Masyarakat terkait Covid-19. Presiden menetapkan Covid-19 sebagai jenis
penyakit yang menimbulkan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat. Dengan
penetapan Darurat Kesehatan ini, Presiden mengeluarkan sejumlah kebijakan
penggratisan tarif .
4. Undang-undang Repubik Indonesia Nomor 6 tahun 2018 tentang Karantina
Kesehatan
Secara normatif, Indonesia telah meratifikasi Deklarasi Universal Hak
Asasi Manusia (Duham), Konvenan Internasional tentang Hak Sipil dan
Politik, dan Konvenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial, dan
Budaya (Ekosob), menjadi UU Nomor 11 Tahun 2005 serta UU Nomor 12
Tahun 2005. Pasal 23 ayat (1) Duham menyebutkan: Setiap orang berhak atas
tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan
keluarganya, termasuk hak atas pangan, pakaian, perumahan, dan perawatan
kesehatan serta pelayanan sosial yang diperlukan, dan berhak atas jaminan
pada saat menganggur, menderita sakit, cacat, menjadi janda/duda, mencapai
usia lanjut atau keadaan lainnya yang mengakibatkan kekurangan nafkah,
yang berada di luar kekuasaannya.

Dalam Pasal 12 Konvenan Hak Ekosob, salah satu ketentuannya juga


menyatakan bahwa negara pihak harus melakukan segala sesuatu yang
diperlukan untuk mengupayakan: Pencegahan, pengobatan, dan pengendalian
segala penyakit menular, endemik, penyakit lainnya yang berhubungan
dengan pekerjaan. Jadi, kesehatan sangatlah penting karena dia menjadi
prasyarat bagi seseorang untuk dapat maksimal mencapai harkat hidupnya,
sekalipun juga diakui bahwa pemenuhan kesehatan individu bergantung pada
berbagai faktor. Untuk itu, dalam Komentar Umum Nomor 14 Hak Atas
Standar Kesehatan Tertinggi yang bisa dijangkau, konvenan ini menjelaskan
bahwa: hak kesehatan mencakup wilayah yang luas dari faktor ekonomi dan
sosial yang berpengaruh pada penciptaan kondisi di mana masyarakat dapat
mencapai kehidupan yang sehat, juga mencakup faktor-faktor penentu
kesehatan seperti makanan dan nutrisi, tempat tinggal, akses terhadap air
minum yang sehat dan sanitasi yang memadai, kondisi kerja yang sehat dan
aman serta lingkungan yang sehat.

B. Dampaknya Bagi Sosial,Ekonomi Indonesia

1. Ancaman Krisis Ekonomi.

Banyak sekali negara sudah mengalami guncangan di sektor ekonomi


akibat krisis yang ditimbulkan oleh pandemik covid-19, tak terkecuali
Indonesia. Hampir seluruh negara di dunia mengalami kondisi dilematis yakni
dihadapkan oleh dua pilihan yang cukup berat, memilih untuk menyelamatkan
kesehatan warganya atau menyelamatkan aktivitas ekonomi. Tentu prioritas di
setiap negara adalah jatuh pada pilihan pertama yakni menyelamatkan
kesehatan warganya, akan tetapi ada konsekuensi logis yang harus dihadapi
berupa kemerosotan ekonomi. Sampai-sampai Direktur Pelaksana
International Monetary Fund (IMF), kristalina Georgieva, seperti dikutif dari
Market Watch mengatakan bahwa, “pertumbuhan ekonomi global akan 0,1
persen lebih rendah dari prediksi sebelumnya”. Indonesia juga akan terkena
dampak ekonomi akibat pandemik covid-19 .

2. Kebijakan Pemerintah
Langkah mengamankan nilai rupiah sudah dilakukan oleh Bank
Indonesia (BI) dengan memberlakukan jenis penjaminan (underlying)
transaksi bagi para investor asing sehingga bisa menjadi alternatif terhadap
lindung nilai atas kepemilikan rupiah. Kementerian Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) juga mengintruksikan kepada seluruh perusahaan plat merah
untuk melakukan buyback saham dalam merespon pelemahan IHSG.
Presiden Joko Widodo selalu menekankan untuk membantu pemerintah pusat,
pemerintah daerah dituntut untuk refocusing kegiatan dan relokasi anggaran
agar para pejabat daerah bisa fokus dalam menangani pandemi covid-19 dan
melakukan efisiensi dengan memangkas anggaran yang bukan menjadi
prioritas. Gugus Tugas Percepatan Penanganan covid-19 yang dibentuk
Melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 7 Tahun 2020 juga harus
melakukan langkah-langkah strategis agar pandemi covid-19 di Indonesia
cepat usai. Karena jika tidak kunjung selesai, dampak terhadap ekonominya
bisa saja lebih buruk daripada potrait ekonomi saat ini seperti yang telah
dipaparkan sebelumnya.

Secara normatif, Indonesia telah meratifikasi Deklarasi Universal Hak


Asasi Manusia (Duham), Konvenan Internasional tentang Hak Sipil dan
Politik, dan Konvenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial, dan
Budaya (Ekosob), menjadi UU Nomor 11 Tahun 2005 serta UU Nomor 12
Tahun 2005. Pasal 23 ayat (1) Duham menyebutkan: Setiap orang berhak atas
tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan
keluarganya, termasuk hak atas pangan, pakaian, perumahan, dan perawatan
kesehatan serta pelayanan sosial yang diperlukan, dan berhak atas jaminan
pada saat menganggur, menderita sakit, cacat, menjadi janda/duda, mencapai
usia lanjut atau keadaan lainnya yang mengakibatkan kekurangan nafkah,
yang berada di luar kekuasaannya.

Dalam Pasal 12 Konvenan Hak Ekosob, salah satu ketentuannya juga


menyatakan bahwa negara pihak harus melakukan segala sesuatu yang
diperlukan untuk mengupayakan: Pencegahan, pengobatan, dan pengendalian
segala penyakit menular, endemik, penyakit lainnya yang berhubungan
dengan pekerjaan. Jadi, kesehatan sangatlah penting karena dia menjadi
prasyarat bagi seseorang untuk dapat maksimal mencapai harkat hidupnya,
sekalipun juga diakui bahwa pemenuhan kesehatan individu bergantung pada
berbagai faktor. Untuk itu, dalam Komentar Umum Nomor 14 Hak Atas
Standar Kesehatan Tertinggi yang bisa dijangkau, konvenan ini menjelaskan
bahwa: hak kesehatan mencakup wilayah yang luas dari faktor ekonomi dan
sosial yang berpengaruh pada penciptaan kondisi di mana masyarakat dapat
mencapai kehidupan yang sehat, juga mencakup faktor-faktor penentu
kesehatan seperti makanan dan nutrisi, tempat tinggal, akses terhadap air
minum yang sehat dan sanitasi yang memadai, kondisi kerja yang sehat dan
aman serta lingkungan yang sehat.

2.5 Kesimpulan dan Rekomendasi

A. Kesimpulan

Kewajiban dan tanggung jawab negara dalam mengangani pandemi


covid-19 cukup terlaksana bisa dilihat dari negara negara lainnya dengan cara
memberi kebijakan untuk lockdown dan beberapa kegiatan harus dirumahkan
demi pemutusan rantai penyebaran. Tanggung jawab negara juga menjadi hal
yang sangat diperlukan untuk melindungi seluruh warga negaranya. Namun
kenyataan yang terjadi sekarang masih banyaknya masyarakat yang tidak
perduli dengan peraturan-peraturan yang telah dibuat pemerintah. Masyarakat
merasa acuh tak acuh terhadap anjuran pemerintah dan ada juga yang
menganggap sepele atas pandemi Covid-19 ini. Kebiasaan masyarakat
Indonesia yang komunal yakni suka berkumpul tentunya sangat sulit untuk
diubah dalam waktu yang cukup singkat seperti ini. Karena dalam masa
pandemi ini juga masyarakat juga berpikir kebijakan social distancing pada
dasarnya memang sangat baik untuk mencegah penularan Covid-19, namun
pertimbangan yang perlu diperhatikan oleh Pemerintah adalah jaminan
ketersediaan bahan pangan, serta kebutuhan sehari-hari masyarakat terutama
yang tergolong dalam ekonomi menengah ke bawah sebagaimana ketentuan
UU Kekarantiaan Kesehatan. Seperti yang kita ketahui juga berbagai
penolakan-penolakan yang dilakukan masyarakat ketika dilakukan saat
pemeriksaan yang tidak mau mendengarkan sarannya ketika didiagnosis
terinfeksi virus corona Covid-19. Pasien justru tampil ceria di hadapan orang
lain meski dokter telah mendiagnosisnya. Penyangkalan ini seolah menjadi
mekanisme mereka dalam bertahan dan melindungi dirinya sendiri. Tetapi,
penolakan itu akan berbahaya bagi orang di sekitar. Apalagi bila ia tidak
melakukan langkah-langkah perlindungan dan pencegahan penularan virusnya
ke orang lain. Dalam aksus corona Covid-19, kita bisa melihat banyak orang
yang menyangkal atau tidak peduli ketika virus ini pertama kali muncul di
Wuhan, China.Bahkan ketika virus corona Covid-19 ini menyebar di negara-
negara lainnya, reaksi sebagian besar orang masih sama karena mengira
dirinya bukan kelompok yang rentan terpapar.

B. Rekomendasi
Saran yang dapat diberikan oleh penulis, ialah agar masyarakat tetap
mengikuti anjuran dari pemerintah. Karena seperti yang kita ketahui,
peraturan serta himbauan yang dibuat oleh pemerintah pasti sudah dipikirkan
matang-matang untuk memutuskan rantai corona virus. Serta jangan lupa,
untuk mebiasakan hidup sehat. Contonya seperti rajin mencuci tangan, jaga
jarak dengan orang yang tampak sakit sepanjang kurang lebih kira kira 1
meter, rajin berolahraga, dan jika keluar rumah pastikan anda menggunakan
masker. Dan untuk pemerintah, sebaiknya pemerintah juga mengirimkan
bantuan-bantuan seperti kebutuhan pokok kepada seluruh masyarakat. Agar
masyarakat sedikit terbantu dengan adanya bantuan dari pemerintah tersebut.
Dan kita harus pandai menggunakan media sosial dan tidak menyebarluaskan
hoax kepada masyarakat sehingga pemerintah lebih mudah mengkontrol
segala kebijakan-kebijakan yang akan dilakukan untuk memperkecil
penyebaran COVID-19. Selain itu, kita diharapkan tetap tenang, tidak ada
halangan untuk beraktivitas sehari-hari, tidak perlu merasa khawatir, merasa
cemas, dan ketakutan secara berlebihan serta jangan menyalahgunakan serta
menyalahartikan tentang virus corona ini dengan upaya-upaya yang
berlebihan.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.antaranews.com/berita/1371686/covid-19-dan-
tanggungjawab-negara
https://kolom.tempo.co/read/1335245/bencana-covid-19-dan-kejahatan-
negara
https://m.detik.com/news/kolom/d-4942715/wabah-corona-dan-tanggung-
jawab-negara
https://www.kompasiana.com/khutbahrulwahid/5e7f1199d541df6a2a38cbc
3/pandemi-covid-19-tanggung-jawab-pemerintah-masyarakat-dan-media-
dalam-perspektif-hukum
http://manadopost.id/m/berita/66910/PENANGGULANGAN-VIRUS-
COVID-19-ANTARA-HAK-DAN-KEWAJIBAN
https://www.msn.com/id-id/berita/nasional/sebulan-pandemi-corona-
pemerintahsudah-keluarkan-5-aturan/ar-BB12gUJP
https://www.kompasiana.com/adlierafqie/5e7a0b2e53807b48957b0503/pan
demikcovid-19-dan-dampaknya-bagi-depresi-ekonomi-indonesia

Anda mungkin juga menyukai