Anda di halaman 1dari 12

Laporan Mini Riset

Mata Kuliah Pengantar Hukum Indonesia

Dosen Pengampu: Arief Wahyudi, S.H.,M.H.

Disusun Oleh

NAMA : NOVA ULI SIBURIAN

NIM : 3193311018

KELAS : PPKN REGULER B 2019

PROGRAM STUDI PENDDIKAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Virus Corona adalah virus yang menyebabkan pada manusia saluran pernapasan virus
infeksi yang bisa ringan, seperti beberapa kasus flu biasa, dan lainnya yang bisa mematikan,
seperti SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) dan MERS (Middle-East Respiratory
Syndrome). Sekarang virus corona disebut dengan COVID-19. Severe acute respiratory
syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) yang lebih dikenal dengan nama virus Corona
adalah jenis baru dari virus yang menular ke manusia. Virus ini bisa menyerang siapa saja,
baik bayi, anak-anak, orang dewasa, lansia, ibu hamil, maupun ibu menyusui. Belum ada
vaksin atau obat antivirus untuk mencegah atau mengobati infeksi coronavirus manusia..
Virus yang disebut COVID-19 ini pertama kali ditemukan di kota Wuhan, Cina pada
Desember 2019. Virus ini menyebar begitu cepat di berbagai wilayah di Cina dan juga
sekarang di beberapa negara. Sehingga dibeberapa negara menerapkan yang namanya
lockdown untuk memperkecil penyebaran virus ini. Gejala awal yang pada umumnya
disebabkan oleh virus ini adalah demam tinggi, flu, sakit tenggorokan, batuk dan sakit
kepala. Sesuai dengan penelitian COVID-19 ini muncul pada dua hari atau dua minggu
setelah terpapar virus ini. Virus ini bisa saja menyebar melalui percikan ludah atau bersin
dari seseorang yang terpapar corona , tidak mencuci tangan saat sudah menyentuh benda-
benda yang terkena cipratan air ludah penderita COVID-19 sehingga saat menyentuh mulut
atau hidung.
Dalam penanganan Covid-19 social distancing atau jaga jarak aman adalah yang
diupayakan sebisa mungkin dapat menekan jumlah orang yang terinfeksi. Dengan sifat virus
yang sangat mudah menular, social distancing tidak bisa lagi ditempatkan sebagai imbauan,
melainkan kewajiban bagi siapa pun. Konsekuensinya adalah perlu segera dikeluarkan
kebijakan-kebijakan setingkat peraturan pemerintah untuk memastikan bahwa hal ini dapat
ditaati semua warga negara. Ini adalah persoalan hukum. Permintaan agar masyarakat
melakukan social distancing kini masih sebatas imbauan dan tentu tidak cukup. Nyatanya,
banyak orang masih mengabaikan dengan sengaja imbauan ini. Kawasan Puncak dan
beberapa tempat hiburan bahkan masih ramai pada saat korban wabah bertambah. Masih
banyak pihak yang melakukan kegiatan dengan jumlah orang yang banyak. Siswa dan
mahasiswa yang diharapkan belajar dari rumah justru bermain di luar.
B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang maka masalah yang timbul dalam penelitian ini adalah
bagaimana perilaku masyarakat terhadap himbauan dan peraturan pemerintah terkait Covid-
19 ?

C. Rumusan Masalah

Apakah masyarakat susdah mentaati himbauan dan peraturan pemerintah terkait Covid-
19?

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seperti apa saja tindakan yang dilakukan oleh
masyarakat terhadap himbauan dan perturan pemerintah terkait Covid-19?

E. Manfaat Penelitian

Sebagai bahan acuan bagi peneliti-prneliti dan pembaca untuk mengenai himbauan-
himbauan yang ditetapkan oleh pemerintah terkait Covid-19.
BAB II

KERANGKA TEORI

A. Kajian Teori

Menurut pendapat-pendapat di media sosial seperti TV dikemukan bahwa dari pantauan


para ilmuwan dunia, indonesia memiliki penanganan virus corona yang terburuk. “dari
semua negara di Asia Tenggara, Indonesia yang paling mengkhawatirkan. Indonesia
memiliki populasi yang besar namun birokrasi yang tidak rapi. Penanganan krisis yang buruk
di indonesia akan membuat negara terapapr semakin buruk,” ujar Dosen Griffith University
Lee Morgenbesser, seorang ahli dalam politik Asia Tenggara, dilansir dalam laman
(smh.com). Tingkat kematian di indonesia delapan persen dari kasus, jauh lebih tinggi dari
pada rata-rata internasional, meskipun ini hanya mencerminkan sejumlah tes kecil yang
dilakukan secara proporsional. Masyarakat pun sekarang mengalami perubahan yang begitu
cepat melakukan berbagai aktivitas maupun pekerja dan yang sedang menjalankan
pendidikan. Sehingga perkembangan ekonomi negara indonesia yang begitu merosot dan
tidak berkecukupannya masyarakat-masyarakat yang harus berhenti melakukan aktivitas
terutama para pekerja non formal. Karena dengan arahan dari pemerintah masyarakat lebih
dapat dilindungi dan mengurangi penyebaran virus corona ini dengan melakukan aktivitas
didalam rumah. Sebagaimana pemerintah mengajak masyarakat untuk melaksanakan pola
hidup sehat, dan mempengaruhi agar masyarakat mau melaksanakan instruksi pemerintah
terkait penanganan virus corona, menjadi alternatif solusi guna mempercepat Indonesia
terbebas dari virus corona. Bagiamana masyarakat bersedia patuh akan ajakan dan anjuran
pemerintah, sedangkan masih terdapat ketidakterbukaan mengenai informasi yang masih
layak diketahui oleh masyarakat umum.

Berbagai dampak bisa timbul dari penyebaran COVID-19 ini yaitu pada dampak
kesehatan seseorang. Terdapat berbagi ketakutan dan kecemasan yang timbul dapat kita
ketahui pada seseorang akibat adanya wabah ini dan itu dapat mendorong perilaku yang
merugikan diri sendiri. Sehingga seseorang yang mengalami kecemasan itu bingung untuk
melakukan apa-apa untuk mengatasi dirinya sendiri dan mereka punmengelola kecemasan
dan ketakutan mereka dan beralih ke penggunaan narkoba untuk memberi mereka bantuan
sementara. Wabah ini juga menghasilkan berbagai macam emosi yang berdampak negatif
terhadap kesejahteraan psikologis, termasuk kekecewaan tentang peristiwa yang dibatalkan,
ketidakberdayaan dalam menghadapi ancaman besar, dan tidak berharga bagi mereka yang
tidak bisa pergi bekerja. Terdapat juga dampak sosial yang timbul diantaranya adalah
timbulnya rasa curiga dan hilangnya kepercayaan terhadap orang-orang yang ada di
seputaran kita atau yang baru kita kenal. Contohnya pada saat kita membeli makanan, baik di
warung yang berlabel maupun kaki lima kita pasti akan mencari tahu apakah bersih atau
tidak. Apakah pelayan ada bersentuhan dengan orang yang terjangkit virus atau tidak,
adakah petugas atau pelayan yang mencuci tangan pada saat mengolah atau memproses
makanan yang kita pesan atau tidak, sehingga timbul keraguan. Wabah ini juga sangat
memicu dampak ekonomi yang terjadi di negara indonesia. Seperti yang saya kutip di artikel
(suara.com) dikatakan bahwa “Sangat menghawatirkan, ketika negara suatu saat harus
memutuskan lockdown untuk sementara waktu. Dampak perekonomian bagi kelompok
menengah ke bawah akan sangat besar. Ekonomi mereka yang setiap harinya hanya ditopang
oleh pendapatan pada hari itu juga. Pemasukan menjadi sangat rentan karena ketika mereka
tidak bekerja, maka pendapatan mereka juga tidak ada. Tidak usah jauh-jauh berpikir. Hari-
hari terakhir ini saja, transportasi online sangat sepi. Pendapatan mereka turun drastis karena
tidak ada yang mengorder. Begitu juga sektor pariwisata sudah tutup. Jutaan orang yang
hidupnya tergantung sektor pariwisata menjadi pengangguran. Jutaan pengelola dan pegawai
destinasi parisiwasata menganggur”. Bahkan dalam melaksanakan hari-hari raya kita
sekarang kini tidak diperbolehkan sebagaimana biasanya kita berkumpul bersama keluarga
besar kini tidak boleh lagi juga untuk beribadah kita harus melaksanakannya dirumah
masing-masing.

kewajiban masyarakat untuk melakukan social distancing harus dimuat dalam peraturan,
yang jika diabaikan akan menimbulkan konsekuensi berupa sanksi. Persoalan ini memang
akan berkaitan dengan pembatasan hak individual. Maka, berdasarkan konstitusi, pembatasan
hak harus didasari undang-undang. Presiden mungkin dapat mempertimbangkan untuk
menerbitkan peraturan pemerintah pengganti undang-undang tentang upaya-upaya
penanganan wabah Covid-19, yang salah satunya mengatur bahwa social distancing adalah
kewajiban. Pembatasan hak individual ini tentu sah karena kondisi sekarang adalah kondisi
genting yang mengancam kesehatan publik. Persoalan hukum lainnya berkaitan dengan
keseimbangan antara hak-hak pekerja dan kewajiban kerja mereka. Pandemi ini menyerang
khususnya sektor-sektor ekonomi. Dunia usaha mengalami kerugian yang tidak sedikit
karena banyak usaha harus menghentikan produksi. Yang jelas, kesehatan pekerja tetap harus
diutamakan sebagai kewajiban pelaku usaha yang telah diatur dalam undang-undang. Untuk
itu, pemerintah harus memastikan semua pelaku usaha, khususnya di daerah-daerah paling
terancam, memberikan kebijakan internalnya yang lebih mendahulukan kesehatan pekerja
daripada perhitungan untung-rugi usaha. Dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan,
pemerintah adalah pihak yang menjadi penengah antara pekerja dan pelaku usaha agar
pemenuhan hak dan kewajiban di antara para pihak dapat seimbang.

Selain itu, ada persoalan penegakan hukum kepada penyebar berita, data, atau informasi
bohong terkait dengan Covid-19 dan setiap upaya penanganannya. Sejak kasus corona
pertama kali terjadi di Wuhan, hoaks menyebar di Indonesia dengan segala macam bentuk,
terutama penyebaran ketakutan. Sampai hari ini, masih banyak hoaks yang menyebar dan
membuat simpang- siur data dan jumlah korban serta informasi tentang fasilitas kesehatan
yang menjadi rujukan, juga isu-isu pengobatan alternatif yang mampu menghancurkan
Covid-19. Kerugian yang diakibatkan oleh berita bohong atau hoaks ini akan jauh lebih
berbahaya ketimbang Covid-19 itu sendiri jika diabaikan. Sudah barang tentu di tengah
situasi sulit seperti sekarang, ada saja pihak-pihak yang ingin membuat situasi semakin
meresahkan dan mengambil keuntungan darinya. Dalam logika hukum, siapa saja subyek
hukum yang sengaja melanggar hukum di dalam keadaan yang memaksa, termasuk dalam
bencana non-alam seperti wabah Covid-19, harus dihukum lebih tegas. Penyebaran berita
bohong/hoaks juga akan mengaburkan setiap kebenaran data dan informasi yang
sesungguhnya. Jika diabaikan, penanganan wabah Covid-19 tidak akan berjalan dengan
lancar.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Kajian Pustaka

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan, yaitu studi yang
objek penelitiannya berupa karya-karya kepustakaan baik berupa jurnal ilmiah, buku, artikel
dalam media massa, maupun data-data statistika. Kepustakaan tersebut akan digunakan
untuk menjawab permasalahan penelitian yang diajukan oleh penulis yang dalam hal ini
adalah mengapat masyarakat Indonesia menunjukan perilaku tertentu dalam menghadapi
pandemi virus Covid-19 dan bagaimana mengatasinya, serta juga menjawab bagaimana
kiat-kiat masyarakat untuk menjaga kesejahteraan jiwa dari sudut pandang psikologi
positif. Adapun sifat dari studi yang dilakukan adalah deskriptif analisis yaitu
memberikan edukasi dan pemahaman kepada pembaca.

Kajian pustaka dalam penelitian, baik penelitian pustaka maupun penelitian lapangan
mempunyai kedudukan yang sangat penting. Bahkan tidak berlebihan jika dikatakan bahwa
kajian pustaka merupakan merupakan variabel yang menentukan dalam suatu penelitian.
Karena akan menentukan cakrawala dari segi tujuan dan hasil penelitian. Di samping itu,
berfungsi memberikan landasan teoritis tentang mengapa penelitian tersebut perlu dilakukan
dalam kaitannya dengan kerangka pengetahuan. Kajian pustaka menjelaskan laporan tentang
apa yang telah ditemukan oleh peneliti lain atau membahas masalah penelitian. Kajian
penting yang berkaitan dengan masalah biasanya dibahas sebagai subtopik yang lebih rinci
agar lebih mudah dibaca. Bagian yang kurang penting biasanya dibahas secara singkat. Bila
ada beberapa hasil penelitian yang mirip dengan masalah penelitian, maka kajian pustaka
ditulis dengan aspek penulisan yang sesuai dengan kaidah-kaidah aturan dalam masing-
masing instansi. Sehingga dalam penelitian tentang masalah ketaan masyarakat terhadap
peraturan yang dibuat pemerintah tentang Covid-19 ini penulis menggunakan berbagai
informasi dari berita-berita maupun informasi dari media sosial dan juga penelituan-
penelitian sehingga menyimpukannya agar lebih mudah dipahami pembaca maupun
masyarakat.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Negara saat ini sedang melakukan usaha yang terbaik bagi seluruh masyarakat indonesia baik
pemerintah pusat maupun poemerintah kota. Seperti yang kita lihat pemerintah saat ini sedang
mengupayakan negara kita untuk lockdown, namun karena keadaan masyarakat yang tidak
memungkinkan pemerintah saat ini melakukan upaya dengan membagikan sembako pada
masyarakat yang mengalami kekurangan ekonomi yang pada kebiasaannya hanya mendapatkan
upah harian untuk memenuhi kebutuhan keluarga serta keringanan atas pembayaran cicilan dan
pembayaran listrik. Namun dapat kita ketahui juga kurangnya fasilitas-fasilitas seperti Rapid
Test dan alat pelindung diri bagi para medis yang disediakan pemerintah di berbagai Rumah
Sakit rujukan sehingga masyarakat menjadi lebih kuatir terutama di daerah-daerah pelosok. Di
atas semua itu negara juga membutuhkan dukungan masyarakat dalam upaya memperkecil
penyebaran COVID-19 untuk mematuhi segala aturan-aturan yang diberikan pemerintah
sehingga terjalinnya kerja sama yang baik antara pemerintah dengan masyarakat.

Pemerintah memberikan himbauan kepada masyarakat untuk bekerja dari rumah, belajar
dari rumah, beribadah dari rumah dan untuk tidak keluar rumah jika tidak penting-penting sekali
dan untuk menerapkan social distancing dan physical distancing akan tetapi tidak sedikit
masyarakat yang melanggarnya dan malah berpikiran negatif. Seperti yang kita lihat karena
kepanikan masyarakat untuk membeli masker sehingga banyak yang memanfaatkan kondisi
tersebut dengan membeli dan menjualnya dengan harga yang cukup mahal dan WHO
memberikan himbaun untuk lebih mengutamakan masker untuk para tenaga medis dan juga
kepada orang-orang yang sakit akan tetapi masyarakata acuh tak acuh terhadap keadaan tersebut.
Bahkan masyarakat juga menganggap bahwa mereka dirumahkan malah dipandang sebagai
berlibur sehingga beberap tempat wisata juga dipenuhi oleh pengunjung-pengunjung.
Masyarakat juga kerap bepikiran negatif terhadap saran-saran yang diberikan oleh pemerintah
yang mengacu terhadap pendapat-pendapat para ahli, namun masyarakat lebih percaya terhadap
berita-berita hoaks yang malahan disukai dan dibagikan masayarakat diberbagai media sosial
sehingga membuat kekeliruan terhadap berita-berita yang disampaikan oleh negara.
Berawal dari prasangka, akhirnya dapat muncul sikap diskriminasi. Sikap diskriminasi
yang paling nyata terjadi berupa kekerasan simbolik. Misal, saat seseorang berada di ruang sosial
tertentu tiba – tiba melihat ada orang lain yang berada di dekatnya bersin-bersin dan batuk, maka
seseorang itu tiba – tiba segera menjauh karena merasa kuatir individu orang lain terjangkit virus
corona. Padahal individu seseorang itu hanya mengalami flu biasa. Sikap diskriminasi lainnya
lagi, seperti tidak mau menolong orang lain secara kontak fisik dengan orang yang diduga
terjangkit virus corona. Padahal kita dijarkan untuk saling tolong menolong dan menghargai
sesama namun apa boleh buat kita harus tetap mengikuti aturan sesuai anjuran demi menghidanri
penyebaran wabah corona ini karna lebih baik mencegah daripada mengobati.

Program penanggulangan bencana harus dilihat sebagai kegiatan pertambahan nilai untuk
menahan sebaran virus dan membuat orang yang sudah terinfeksi kembali sehat. Berhasil dalam
menanggapi dan mengatasi Covid-19 tentu akan membantu pemerintah melakukan program
pemulihan; membuat kondisi sosial ekonomi yang terganggu menjadi kembali normal.

Seperti sudah sering digambarkan oleh berbagai kalangan, daya rusak wabah Corona
memang dahsyat. Tidak ada yang menghendaki Virus Corona mewabah hingga ke 32 provinsi di
Indonesia. Virus ini menular karena mobilitas manusia yang sebelumnya tak bisa dibendung atau
dibatasi. Bisa dikatakan bahwa virus ini mewabah di Indonesia sebagai konsekuensi logis dari
keterbukaan Indonesia yang membolehkan setiap WNI bergaul dengan WNA dari berbagai
belahan dunia. Itu sebabnya, saat pertama kali terdeteksi, sejumlah pasien COVID-19 diketahui
sebagai imported case, berdasarkan riwayat perjalanan atau aktivitas masing-masing pasien. Ada
yang baru kembali dari luar negeri, sementara lainnya karena kontak dengan WNA yang
beraktivitas di Indonesia.

Seperti halnya aktivitas ribuan WNI di berbagai belahan dunia, begitu juga ada ribuan
WNA beraktivitas di sejumlah daerah di Indonesia. Dengan begitu, sekarang bukanlah waktu
yang ideal untuk saling menyalahkan, membuat pernyataan spekulatif atau bahkan berperilaku
provokatif. Sebaliknya, semua elemen masyarakat didorong untuk mewujudkan kondusifitas.
Tidak sulit, karena kondusifitas pasti terwujud dan terjaga jika ruang publik tidak dijejali dengan
pernyataan provokatif yang berpotensi menakut-nakuti orang banyak. Patut diingat bahwa
Pandemi Corona barulah awal krisis, sebab setelahnya berlanjut dengan resesi ekonomi. Dua
bencana ini tak terelakan sehingga harus dihadapi. Butuh kebersamaan seluruh elemen
masyarakat Indonesia untuk menghadapi dua bencana ini. Untuk menguatkan keyakinan
masyarakat di tengah kejadian luar biasa akibat wabah Virus Corona dan resesi, pemerintah terus
bekerja keras untuk mewujudkan dua tujuan besar yang sama strategisnya. Pertama, menangani
dan memberi layanan medis kepada semua pasien COVID-19, serta gencar mengupayakan
cegah-tangkal penyebaran Virus Corona di semua wilayah melalui koordinasi dengan semua
pemerintah daerah. Juga mengubah sejumlah bangunan atau fasilitas umum untuk menampung
dan merawat pasien COVID-19. Agar hidup kebangsaan dan kenegaraan tidak lumpuh, negara
ini tidak di-lockdown. Kendati rumit, pemerintah lebih memilih menerapkan kebijakan PSBB
(Pembatasan Sosial Berskala Besar) tingkat wilayah. Penerapan PSBB tingkat wilayah atau
daerah bergantung pada kondisi daerah, sehingga inisiatif penerapan PSBB ada di tangan kepada
daerah (gubernur, bupati, wali kota), tentunya setelah berkoordinasi dengan Menteri Kesehatan.
Kedua, didukung TNI dan Polri, pemerintah juga memastikan terjaganya keamanan dan
ketertiban umum, mencegah panik masyarakat, serta memastikan terjaganya rantai pasok
kebutuhan pokok dan energi.

Pemerintah juga harus mengalokasi anggaran untuk membiayai bantuan langsung tunai
(BLT) dan listrik gratis selama tiga bulan, karena jutaan pekerja harian tidak bisa bekerja
sehingga mereka kehilangan sumber penghasilan. Patut disyukuri karena sebagian besar
masyarakat patuh pada imbauan untuk bekerja dan belajar di rumah selama periode pandemi
Corona. Kepatuhan masyarakat itu menjadi faktor signifikan bagi terwujudnya kondusifitas di
tengah periode kejadian luar biasa sekarang ini. Karena itu, masyarakat pun berharap agar
suasana kondusif sekarang ini tidak dirusak oleh pernyataan-pernyataan yang berpotensi
mengeskalasi rasa takut, mendorong banyak orang panik atau mereduksi kepercayaan publik
kepada pemerintah.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Maka dari itu kenyataan yang terjadi sekarang masih banyaknya masyarakat yang tidak
perduli dengan peraturan-peraturan yang telah dibuat pemerintah. Masyarakat merasa acuh
tak acuh terhadap anjuran pemerintah dan ada juga yang menganggap sepele atas pandemi
Covid-19 ini. Kebiasaan masyarakat Indonesia yang komunal yakni suka berkumpul tentunya
sangat sulit untuk diubah dalam waktu yang cukup singkat seperti ini. Karena dalam masa
pandemi ini juga masyarakat juga berpikir kebijakan social distancing pada dasarnya
memang sangat baik untuk mencegah penularan Covid-19, namun pertimbangan yang perlu
diperhatikan oleh Pemerintah adalah jaminan ketersediaan bahan pangan, serta kebutuhan
sehari-hari masyarakat terutama yang tergolong dalam ekonomi menengah ke bawah
sebagaimana ketentuan UU Kekarantiaan Kesehatan. Seperti yang kita ketahui juga berbagai
penolakan-penolakan yang dilakukan masyarakat ketika dilakukan saat pemeriksaan yang
tidak mau mendengarkan sarannya ketika didiagnosis terinfeksi virus corona Covid-19.
Pasien justru tampil ceria di hadapan orang lain meski dokter telah mendiagnosisnya.
Penyangkalan ini seolah menjadi mekanisme mereka dalam bertahan dan melindungi dirinya
sendiri. Tetapi, penolakan itu akan berbahaya bagi orang di sekitar. Apalagi bila ia tidak
melakukan langkah-langkah perlindungan dan pencegahan penularan virusnya ke orang lain.
Dalam aksus corona Covid-19, kita bisa melihat banyak orang yang menyangkal atau tidak
peduli ketika virus ini pertama kali muncul di Wuhan, China.Bahkan ketika virus corona
Covid-19 ini menyebar di negara-negara lainnya, reaksi sebagian besar orang masih sama
karena mengira dirinya bukan kelompok yang rentan terpapar.

B. Saran

Presiden pemilik kekuasaan dan kewenangan tertinggi dalam menjamin keselamatan,


kesehatan dan kehidupan rakyat Indonesia dalam penanggulangan bencana. Disamping itu,
pemerintah perlu terbuka memberikan informasi secara jujur kepada masyarakat terkait
informasi Covid-19, Pemerintah harus dapat memberikan keyakinan bahwa apapun kebijakan
yang diambil adalah yang terbaik bagi masyarakat dan bangsa Indonesia. Maka dari itu kita
harus berperan dalam penanganan penyebaran virus corona dan memberikan dukungan
melalui edukasi, pencegahan, dan pengendalian virus corona dengan memberikan segala
informasi yang akurat tidak berupa hoax. Mahasiswa sebagai kaum terpelajar dengan tidak
mudah tergiring oleh opini yang beredar di media sosial. Sebab mahasiswa memiliki sikap
kritis dalam melihat setiap persoalan yang terjadi di sekelilingnya. Tidak boleh apatis atau
menerima apa adanya tanpa menganalisis, menelaah terlebih dahulu setiap berita yang
dikonsumsinya. Kewajiban besar mahasiswa dalam membawa masyarakat menuju perubahan
kearah yang lebih baik yaitu dengan bijak menggunakan media sosial dan tidak
menyebarluaskan hoax kepada masyarakat sehingga pemerintah lebih mudah mengkontrol
segala kebijakan-kebijakan yang akan dilakukan untuk memperkecil penyebaran COVID-19.
Kita boleh mengritik langkah atau kebijakan pemerintah dalam merespons bencana ini, tetapi
kritik itu hendaknya proporsional. Terpenting, menahan diri untuk tidak membuat pernyataan
yang berpotensi mendorong banyak orang jadi panik.

Anda mungkin juga menyukai