Anda di halaman 1dari 4

JALAN DEMOKRATISASI PENDIDIKAN

Oleh: Edo Saputra


(Mahasiswa Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Jakarta)

ABSTRACT

Democratic life in Indonesia has not been as expected, many problems


arise regarding human rights violations, egalitarian values have not been
socialized, the truth is distorted and there is a judicial mafia. The
condition of the nation is getting worse, officials are selfish, partisan
groups are difficult to control by the government and reforms do not
make significant changes for the prosperity of the people, all messy
things that originate in an undemocratic life. In the above conditions,
democratic education is needed which is expected to provide solutions to
all the problems of the nation and state as well as to provide
enlightenment by real public participation.

A. PENDAHULUAN
Pendidikan demokrasi pada hakekatnya membimbing peserta didik agar semakin dewasa
dalam berdemokrasi dengan cara mensosialisasikan nilai-nilai demokrasi, agar
perilakunya mencerminkan kehidupan yang demokratis. Secara konstitusional dan
formal-kurikuler sesungguhnya pendidikan demokrasi dan HAM sudah ada sejak tahun
1945 yang ditujukan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagaimana tersurat dalam
pembukaan UUD 1945 yang diwujudkan dalam tatanan pendidikan nasional. Namun
dalam perjalanan instrumentasi dan praksisnya yang begitu fluktuatif, sesuai dengan
irama dan iklim sosial-politik terkait pada kebijakan politik kenegaraan pada setiap kurun
kepemimpinan nasional mulai dari era Presiden Soekarno, Presiden Soeharto, Presiden
Habibie, dan kini Presiden Abdurahman Wahid, ternyata dirasakan bahwa pendidikan
demokrasi dan HAM ini belum memberikan hasil yang menggembirakan. Indikator yang
kasat mata dapat kita amati dan rasakan bahwa sampai hari ini antara lain kebebasan
mengeluarkan pendapat yang cenderung anarkis, pelanggaran HAM di mana-mana,
komunikasi sosial-politik yang cenderung asal menang sendiri, hukum yang terkalahkan,
dan kontrol sosial yang sering lepas tata krama, serta terdegradasinya kewibawaan para
pejabat negara.

B. RUMUSAN MASALAH
1. PENDIDIKAN DEMOKRATIS
2. SEJARAH PENDIDIKAN DEMOKRATIS
3. MENGAPA HARUS ADA PENDIDIKAN DEMOKRATIS
4. TUJUAN PENDIDIKAN DEMOKRATIS
C. HASIL PEMBAHASAN
Pendidikan Demokratis
Pendidikanyang demokratis adalah pendidikan yang memberikan kesempatan yang sama
kepada setiap anak untuk mendapatkan pendidikan di sekolah sesuai dengan
kemampuannya. Pengertian demokratis di sini mencakup arti baik secara horizontal
maupun vertikal.
Dalam pendidikan itu sendiri, demokratis ditujukan dengan pemusatan perhatian suatu
usaha pada si anak didik dalam keadaan sewajarnya, (intelegensi, kesehatan, serta
keadaan sosial), dikalangan taman siswa dianut sikap Tutwuri Handayani, suatu sikap
demokratis yang mengakui hak si anak untuk berkembang menurut kodratnya. sehingga
Demokratis dapat diartikan sebagai sistem pendidikan yang mampu menawarkan
kemungkinan kepada peserta didik untuk dapat berkembang dan mengasah kemampuan
nalar dan pemikirannya secara bebas, serta mengembangkan potensi intelaktual siswa
melalui pendidikan formal.

Sejarah Pendidikan Demokratis


Sejak munculnya gerakan reformasi di Indonesia, yang berujung dengan lengsernya
Presiden Soeharto selaku penguasa Orde Baru dan naiknya Presiden Habibie yang
berhasil memancangkan tonggak awal demokratisasi berupa kebebasan pers yang
bertambah luas, Pemilu yang jujur, adil, dan transparan, serta terpilihnya Presiden
Abdurahman Wahid dan Wakil Presiden Megawati Soekarnoputri oleh MPR secara
demokratis, gerakan demokrasi di Indonesia menjadi semakin luas jangkauannya dan
semakin tinggi intensitasnya. Namun demikian dalam perkembangannya ternyata tidak
semudah yang diduga kebanyakan orang, karena memang kehidupan demokrasi tidak
bisa dibangun seketika atau dalam waktu singkat. Sangat banyak faktor yang
mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya demokrasi dalam suatu negara.
Berkenaan dengan hal tersebut, Bahmuller (1996) menidentifikasi sejumlah faktor yang
berpengaruh terhadap perkembangan demokrasi suatu negara, yaitu: "…the degree of
economic development; …a sense of national identity; …historical experience and
elements of civic culture." Salah satu unsur dari budaya kewarganegaraan adalah civic
virtue atau kebajikan atau akhlak kewarganegaraan yang mencakup keterlibatan aktif
warganegara, hubungan kesejajaran/egaliter, saling percaya dan toleran, kehidupan yang
kooperatif, solidaritas, dan semangat kemasyarakatan.

Mengapa harus ada Pendidikan Demokratis


Dengan demikian, gagasan reformasi pendidikan saat ini memiliki momentum yang amat
mendasar, dan berbeda dengan gagasan yang sama pada era sebelumnya. Salah satu
perubahan mendasar dari reformasi pendidikan dalam era reformasi ini adalah lahirnya
UU No. 22 Tahun 1999, serta UU No. 20 Tahun 2003 tentang sitem pendidikan nasional
(SISDIKNAS). Kedua undang-undang tersebut membawa perspektif baru yang amat
revolusioner dalam kontek perbaikan sector pendidikan, yang mendorong pendidikan
sebagai urusan public dan urusan masyarakat secara umum dengan mengurangi otoritas
pemerintah baik dalam kebijakan kurikulum, manajemen maupun berbagai kebijakan
pengembangan institusi pendidikan itu sendiri.
Gagasan reformasi ini sejalan dengan pemikiran Decker F. Walker yaitu Reformasi
pendidikan tidak cukup hanya perbaikan dan perubahan dalam sector kurikulum, baik
struktur maupun prosedur perumusannya, serta pola pengelolaan sekolah yang berbasis
pada masyarakat, namun siswa-siswanya sendiri harus diberi arah pandangan tentang
belajar itu sendiri, bahwa bersekolah sebuah formalitas tetapi harus memperoleh
kompetensi-kompetensi yang telah ditentukan.

Tujuan Pendidikan Demokratis


Demokrasi bukan kebebasan tanpa batas. Kebebasan demokrasi dibatasi oleh
tanggungjawab terhadap kepentingan umum dan hukum, karena demokrasi adalah
pemerintahan untuk kepentingan umum dan hanya dapat terwujud apabila dilaksanakan
berdasarkan hukum (Democracy Under The Rule Of Law). Namun kondisi objektif
memperlihatkan bahwa pembelajaran yang selama ini dipraktikan belum kondusif bagi
pengembangan nilai-nilai demokrasi. Seperti halnya dikemukakan oleh Affandi bahwa :
Tujuan pendidikan demokrasi adalah untuk mempersiapkan warga masyarakat berpikir
kritis dan berpikir demokratis. Namun demikian dalam Kaitan dengan pendidikan,
persoalan, yang muncul adalah mungkinkah pendidikan demokrasi dilangsungkan dalam
suasana sekolah yang sangat birokratis, hirairkis-sentralistis dan elitis sebagai mana
sekolah yang ada dewasa ini.
Berdasarkan pendapat di atas, memberikan implikasi bahwa pendidikan demokrasi sangat
diperlukan, agar warga negaranya mengerti, menghargai kesempatan dan tanggungjawab
sebagai warga negara yang demokratis.
Pendidikan bukan hanya sekedar memberikan pengetahun dan praktek demokrasi, tetapi
juga menghasilkan warga negaranya yang berpendirian teguh, mandiri memiliki sikap
selalu ingin tahu, dan berpandangan jauh ke depan.
Pendidikan demokrasi yang baik menurut Gandal dan Finn perlu dikembangkannya
model "School-Based Democracy Education"( sekolah berbasis demokrasi), paling tidak
dalam empat bentuk alternatif. (1) Perhatian yang cermat yaitu landasan dan bentuk-
bentuk demokrasi. (2) Bagaimana ide demokrasi telah diterjemaahkan ke dalam bentuk-
bentuk kelembagaan dan praktek di berbagai belahan bumi dalam berbagai kurun waktu.
Dengan demikian siswa, akan mengetahui dan memahami kekuatan dan kelemahan
demokrasi dalam berbagai konteks ruang dan waktu, (3) adanya kurikulum yang
memungkinkan siswa dapat belajar secarah demokrasi di negaranya yang dapat
menjawab persoalan apakah kekuatan dan kelemahan demokrasi yang diterapkan
dinegaranya dalam berbagai kurun waktu, (4) tersedianya kesempatan bagi siswa untuk
memahami kondisi demokrasi yang diterapkan dinegara-negara di dunia, sehingga para
siswa memiliki wawasan luas tentang aneka ragam sistem sosial demokrasi datam
berbagai konteks.

D. KESIMPULAN
Pendidikan demokrasi diharapkan dapat menghasilkan peserta didik yang memiliki
kompetensi personal dan sosial sehingga menjadi warga negara yang baik (good care
atau good citezen) dengan ciri-cirinya antara lain: berani mengambil sikap positif untuk
menegakkan pilar-pilar demokrasi demi masa depan bangsa yang mengedepankan nilai-
nilai kebebasan, persamaan, persaudaraan, kesatuan, kebangsaan, kebhinekaan,
multikultural, nasionalisme, demokrasi dan demokratisasi. Diberikannya pendidikan
demokrasi pada generasi penerus merupakan salah satu alternatif solusi penyelesaian
untuk mengantisipasi konflik-konflik yang terjadi di Indonesia dimasa mendatang.
Dengan tersosialisasikan pendidikan demokrasi diharapkan generasi penerus dapat
memahami, menganalisis, menjawab masalah-masalah yang dihadapi bangsa, dan dapat
membangun kehidupan demokrasi secara berkesinambungan, konsisten berdasarkan cita-
cita bangsa sehingga tujuan nasional bisa tercapai.

DAFTAR PUSTAKA

Bahmuller, C.E. 1996. The Future of Democracy and Education for Democracy, Calabasas:


Center for Civic Education (CCE).

CCE. 1998. We the People …Project Citizen, Calabasas.

CCE. 1996. Foundation of Democracy: Authority, Privacy, Responsibility, and


Justice, Calabasas.

CCE. 2000. An International Framework for Education in Democracy, Calabasas.

Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Peresada,1999), hal. 242.

Ubaidilllah, Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, (Jakarta : ICCE Syarif


Hidayatullah, 2000) , hal.243-244.

Zuhairi Misrawi, Rekonstruksi Keindonesian, Kompas, 30 Agustus 2006.

Anda mungkin juga menyukai