Nim : 21406071
Kelas demokratis
Sekolah demokratis dicirikan dengan kelas demokratis. Kelas demokratis mencerminkan
komitmen terhadap tujuan, yakni tiap-tiap individu merasa diterima, termotivasi untuk
mengembangkan diri. Kelas demokratis memberikan penghargaan kepada setiap peserta didik.
Penghargaan ini diwujudkan dalam bentuk bantuan kepada peserta didik memahami tujuan dan
mencapai sasaran, swakontrol, dan kerja sama antarpeserta didik. Peran guru ialah menumbuhkan
semangat kerja sama, nilai-nilai yang disepakati bersama, dan kehidupan komunitas belajar yang
didasarkan pada pembelajaran autentik Angell 1991.
Kurikulum demokratis memberi peluang terbuka terhadap informasi dan penghargaan terhadap
perbedaan pendapat. Para pendidik berpegang teguh pada prinsip bahwa pengetahuan dibangun
berdasarkan konteks sosial, yakni dihasilkan dan disebarluaskan individu yang secara pribadi
mempunyai nilai, minat, dan bias sendiri constructivism. Guru dan murid terlibat dalam diskusi
tentang kejadian atau peristiwa yang tengah terjadi, menggunakan materi pembelajaran dari media
masa seperti surat kabar atau kasus yang terjadi. Kurikulum demokratis tidak hanya mengandung
pemikiran-pemikiran apa yang penting dari para ahli, tetapi juga hal-hal yang menjadi perhatian dan
pertanyaan peserta didik tentang dirinya dan dunia di sekitar Apple , Beane 1995.
Kurikulum demokratis mensyaratkan peran aktif dari peserta didik sebagai 'pembuat arti making
meaning. Proses pembelajaran diarahkan pada pengembangan kemampuan kecerdasan dan
kemampuan reflektif terhadap masalah, peristiwa, dan isu yang muncul dalam kehidupan, seperti
keadilan, konflik, dan lainnya. Proses ini menjadikan peserta didik paham dan terlatih dengan
berbagai cara atau pendekatan Apple Beane 1995. Kurikulum demokratis memberdayakan peserta
didik memahami dan melakukan perubahan.
Dengan kata lain, kurikulum demokratis mendukung kebebasan akademik Freire, Gutmann
1995,menumbuhkan dialog, kritik, oposisi, dan keadilan Freire 1984, Girox 2001a,mengembangkan
kebijakan tentang lintas ilmu pengetahuan, multikulturalisme, dan isu-isu yang terkait dengannya,
seperti keadilan, saling menghargai Strayhorn 2005. Pendekatan pembelajaran yang digunakan
membekali peserta didik berpikir, belajar, melakukan refleksi dan bekerja sama MacBeath dan
Moos 2004. Peserta didik dibawa dalam pergumulan persoalan untuk memahami dan mencari
pemecahan authentic learning melalui penerapan kemampuan berpikir kritis dan kreatif,
menghargai dan menarik manfaat hikmah dari gagasan dan pandangan teman sejawatnya Gatlin
2007.
Pendidikan demokrasi
Seperti halnya demokrasi, pendidikan demokrasi secara substantif bukan semata keterlibatan
publik dalam elektoral, seperti pilkada, pileg Fachruddin 2006. Pendidikan demokrasi memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk meraih :
1.pengetahuan
2.keterampilan
3.sikap
4.nilai-nilai yang berkaitan dengan berbudaya demokratis Naval et all 2002.
Pendidikan demokrasi membentuk warga negara politik, warga negara yang percaya, setia,
menjunjung tinggi, dan mendukung prinsip-prinsip dasar demokrasi, dan menjadi warga negara
yang efektif atau melek politik Pring 1999. Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam
mengembangakan demokrasi kini dan kedepan, yakni kohesivitas sosial dan integrasi masyakarat.
Karenanya, pendidikan demokrasi secara hakiki ialah menumbuhkan sikap kesediaan berbagi dalam
menghadapi persoalan yang muncul dalam masyarakat, budaya, ekonomi, politik dan lain 2011
sehingga demokrasi bukan semata bentuk pemerintahan, melainkan juga merupakan bentuk
kesediaan berbagi dalam kehidupan sosial Dewey, 1915. 2004: 104, Katz, Verducci, Biest, 2008.
Secara konstitusional dan formal-kurikuler sesungguhnya pendidikan demokrasi dan HAM sudah
ada sejak tahun 1945 yang ditujukan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagaimana tersurat
dalam pembukaan UUD 1945 yang diwujudkan dalam tatanan pendidikan nasional. Namun dalam
perjalanan instrumentasi dan praksisnya yang begitu fluktuatif, sesuai dengan irama dan iklim
sosial-politik terkait pada kebijakan politik kenegaraan pada setiap kurun kepemimpinan nasional
mulai dari era Presiden Soekarno, Presiden Soeharto, Presiden Habibie, dan kini Presiden
Abdurahman Wahid, ternyata dirasakan bahwa pendidikan demokrasi dan HAM ini belum
memberikan hasil yang menggembirakan.
Indikator yang kasat mata dapat kita amati dan rasakan bahwa sampai hari ini antara lain
kebebasan mengeluarkan pendapat yang cenderung anarkis, pelanggaran HAM di mana-mana,
komunikasi sosial-politik yang cenderung asal menang sendiri, hukum yang terkalahkan, dan
kontrol sosial yang sering lepas tata krama, serta terdegradasinya kewibawaan para pejabat negara.
Oleh karena itu dapat dipahami bila hasil National Survey of Voter Education Asia Foundation,
1998 menunjukkan bahwa lebih dari 60% dari sampel nasional mengindikasikan belum mengerti
tentang apa, mengapa, dan bagaimana demokrasi. Tampaknya hal itu cocok dengan fenomena
sosial-kultural dan sosial-politik yang sama-sama kita alami, dan kita amati sampai saat ini.
Di situlah penulis melihat perlunya rekonseptualisasi pendidikan demokrasi dan HAM untuk
Indonesia, agar nantinya dapat diperoleh paradigma pendidikan demokrasi dan HAM, yang bukan
hanya secara konstitusional ada, tetapi secara instrumental dan praksis benar-benar terjadi dan
memberikan dampak pedagogis dan sosial-kultural kumulatif terhadap semakin meningkatnya
kualitas kehidupan berdemokrasi dan ber-HAM di Indonesia.
Setelah 20 tahun reformasi bergulir, demokrasi di Indonesia belum memberikan dampak yang
signifikan terhadap kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Demokrasi masih dinikmati segelintir
elite dan belum secara sistemik menyentuh jantung persoalan rakyat, terutama dalam upaya
mengentaskan kemiskinan dan ketimpangan. Meski menurun, jumlah penduduk miskin masih di
kisaran 10 persen dari jumlah penduduk. Ketimpangan pun belum beranjak jauh dengan rasio gini
masih di kisaran 0,39.Ada dua hal utama agar demokrasi dapat berjalan dengan baik dan memberi
dampak bagi kesejahteraan, yakni kebebasan dan penegakan hukum. Dua hal ini harus berjalan
beriringan, di mana kebebasan harus dipayungi oleh supremasi hukum. Penegakan hukum harus
menjadi panglima dan jangan pernah pandang bulu.
Sejak zaman kemerdekaan, Indonesia telah mengalami sedikitnya empat periode demokrasi. Pada
era 1945 hingga 1965, demokrasi parlementer mewarnai panggung politik dan pemerintahan
Indonesia. Sebagai periode awal demokrasi, tentu Indonesia masih dalam tahap belajar. Model
politik aliran yang mewarnai panggung politik nasional membuat partai-partai politik, yang tumbuh
bak jamur, justru terpecah belah.Pada era ini untuk pertama kali Indonesia melakukan pemilihan
umum yang diikuti lebih dari 29 partai. Namun, partai-partai tersebut masih mencari bentuk dan
sekadar ingin meraih kekuasaan. Kesejahteraan rakyat sebagai tujuan dari demokrasi belum bisa
diwujudkan.
Kondisi tersebut melahirkan periode Demokrasi Pancasila 1965-1988 dengan era pemerintahan
Orde Baru. Secara konseptual dan ideologis, demokrasi Pancasila memunculkan harapan bagi
perwujudan keadilan sosial bagi rakyat. Tiga komponen utama demokrasi menjadi andalan, yakni
penegakan kembali asas-asas negara hukum dan kepastian hukum; mewujudkan keadilan sosial;
dan pengakuan serta perlindungan terhadap hak asasi manusia (HAM).
Seiring berakhirnya kekuasaan Orde Baru pada 1998, era Demokrasi Pancasila pun meredup dan
Indonesia memasuki era reformasi. Rakyat yang selama ini sulit untuk mengemukakan pendapat
dan berkumpul semakin berani mengekspresikan perasaan mereka. Partai politik, yang pada era
Orde Baru hanya dua ditambah satu golongan, pun kembali bermunculan. Namun, keruntuhan Orde
Baru hanya melahirkan euforia kebebasan freedom, tanpa ada konsep yang jelas ke arah mana
demokrasi akan dibawa dalam rangka mewujudkan kesejahteraan dan keadilan sosial.
Kini, setelah 20 tahun reformasi, muncul pertanyaan di kalangan masyarakat, masih perlukah kita
melaksanakan sistem demokrasi dengan ideologi Pancasila. Pertanyaan-pertanyaan itu diwujudkan
dari adanya gerakan-gerakan sebagian anggota masyarakat yang ingin mengubah ideologi dan
sistem pemerintahan. Apalagi, saat ini demokrasi yang dijalankan di Indonesia tertantang untuk bisa
mewujudkan kesejahteraan dan keadilan sosial.
Jawaban atas pertanyaan itu, Indonesia masih sangat membutuhkan demokrasi dengan Pancasila
sebagai ideologi yang bisa mempersatukan berbagai perbedaan. Namun, kita tentu ingin agar ada
pembenahan dan peningkatan kualitas demokrasi di Tanah Air. Demokrasi seharusnya tidak hanya
bicara tentang kebebasan yang saat ini mengarah pada keblabasan. Semua orang seolah bisa
berbicara dan bertindak apa saja tanpa ada tanggung jawab moral dan hukum.
Berbagai model demokrasi yang pernah dijalani Indonesia gagal karena hukum belum menjadi
panglima. Kuncinya adalah penegakan hukum sebagai penyeimbang dari kebebasan dan kekuasaan.
Jangan biarkan hukum semakin pandai memilih bulu, yang hanya tajam ke bawah namun tumpul ke
atas, atau cenderung berpihak kepada kelompok dan golongan tertentu. Hukum harus benar-benar
menjadi panglima yang bisa menciptakan keadilan.
Pembenahan perangkat hukum, mulai dari undang-undang, institusi, hingga aparat penegak
hukum, menjadi kunci dalam mewujudkan negara hukum.Peningkatan kualitas demokrasi yang bisa
mewujudkan kesejahteraan rakyat juga tidak terlepas dari perbaikan sistem dan institusi politik agar
bisa melahirkan pemimpin-pemimpin yang benar-benar peduli terhadap kepentingan rakyat dan bisa
menciptakan keadilan sosial. Sistem pemilu harus bisa memberikan kesempatan yang besar kepada
anak bangsa yang memiliki visi, misi, dan konsep membangun bangsa, bukan kepada orang-orang
yang sekadar memiliki popularitas dan isi tas.
Penguasaan segelintir elite yang memiliki kekuasaan dan kekuatan finansial membuat demokrasi
di internal partai mandek. Agar tidak dikuasai orang-orang tertentu, secara institusi partai politik
harus memiliki dana yang memadai. Selain melalui iuran anggota, bantuan anggaran dari negara
juga bisa menjadi solusi dalam upaya partai melahirkan pemimpin-pemimpin yang mumpuni.
Meski demikian, partai juga dituntut untuk bertanggung jawab dalam setiap penggunaan uang
negara tersebut.
Pendidikan dan seleksi kepemimpinan di internal partai politik harus dilakukan dengan baik dan
menerapkan prinsip-prinsip demokrasi. Jangan sampai partai mengusung calon-calon pemimpin di
semua tingkatan dan lembaga hanya karena memiliki darah biru politik atau kekuatan finansial yang
besar dengan mengabaikan kompetensi dan rekam jejak
1.Terjadinya kontrol sosial dari masyarakat terhadap jalannya pemerintahan untuk membuktikan
kebebasan kepada masyarakat dalam mengemukakan pendapat dan menjamin terciptanya
pemerintahan yang bersih.
Gagasan demokrasi sebagai sistem pemerintahan berasal dari kebudayaan Yunani. Dengan sistem
tersebut rakyat akan terlibat langsung dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan
keberlangsungan sebuah negara.
Dalam buku berjudul Throes of Democracy yang ditulis oleh Walter A. Mcdougall terdapat
sejarah pergolakan demokrasi yang terjadi di Amerika Serikat pada tahun 1829 hingga 1877.
Jadi, seluruh perkara kenegaraan harus dibicarakan langsung dengan rakyatnya. Demokrasi murni
atau demokrasi langsung adalah sistem yang diusung di zaman tersebut. Ribuan tahun kemudian,
pada abad ke-6 SM, bentuk pemerintahan yang relatif demokratis diperkenalkan di negara-negara
bagian Athena oleh Cleisthenes pada 508 sebelum masehi.
Kondisi tersebut membuat Cleisthenes dikenal dengan panggilan bapak demokrasi Athena. Saat
itu, Athena menganut demokrasi langsung dan memiliki dua ciri utama, yakni pemilihan warga
secara acak untuk mengisi jabatan administratif dan yudisial di pemerintahan, serta majelis legislatif
yang terdiri dari semua warga Athena.
Kesemuanya saat itu memiliki hak berbicara dan memberi suara di majelis Athena. Meski dibuat
oleh majelis, demokrasi Athena berjalan dengan kontrol langsung dari rakyat. Rakyat akan
menyuarakan pendapatnya lewat majelis atau pengadilan untuk membantu kendali politik.
Hingga pada saat memasuki abad pertengahan 6-15 M di Eropa Barat, gagasan tersebut tidak
digunakan lagi, ada banyak sistem dimana pemilihan tetap dilakukan meskipun hanya beberapa
orang yang dapat bergabung.
Parlemen Inggris sendiri dimulai dari Magna Carta, sebuah dokumen yang menunjukkan bahwa
kekuasaan Raja terbatas dan melindungi hak-hak tertentu rakyat. Parlemen terpilih pertama adalah
Parlemen De Montfort di Inggris pada 1265. Namun hanya beberapa orang yang benar-benar dapat
bergabung sebab parlemen dipilih oleh beberapa orang saja
3.MANFAAT DAN KEGUNAAN DEMOKRASI & PENDIDIKAN DEMOKRASI
Demokrasi merupakan salah satu jenis pemerintahan yang mengizinkan warga negaranya untuk
berpartisipasi baik secara langsung maupun tak langsung dalam perumusan, pengembangan serta
pembuatan hukum. Kata demokrasi sendiri berasal dari bahasa Yunani yakni Demos yang berarti
rakyat dan Kratos yang berarti kekuasaan. Pengertian demokrasi yang paling terkenal dikemukakan
oleh Abraham Lincoln yang menyatakan bahwa demokrasi merupakan sistem pemerintahan yang
diselenggarakan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.
Indonesia sebagai salah satu negara demokrasi memberikan izin kepada masyarakatnya untuk
turut serta baik secara langsung maupun tak langsung dalam menjalankan pemerintahan yang
dipimpin oleh Presiden. Secara umum, demokrasi memiliki dua bentuk, yakni Demokrasi Langsung
di mana rakyat memiliki hak yang mewakili dirinya sendiri untuk memilih suatu kebijakan politik
atau untuk menyuarakan pendapat yang nantinya dipakai untuk menentukan suatu keputusan.
Kedua adalah Demokrasi Perwakilan yang mana berbeda dengan bentuk Demokrasi Langsung,
bentuk Demokrasi Perwakilan cenderung mengemukakan pendapat dan pengumpulan keputusan
dilakukan berdasarkan hasil dari pemilihan umum.
Namun, ada kekurangan dalam penerapan demokrasi yang dilakukan pada masa modern ini, yaitu
disebabkan adanya peningkatan populasi negara yang sehingga tak memiliki waktu untuk
mempelajari permasalahn politik.
Negara yang menjalankan pemerintahannya dengan sistem demokrasi menjamin hak-hak dasar
warga negaranya. Penjaminan hak dasar ini dilakukan dengan terbuka sebagai cara untuk
mengungkap serta mengatasi adanya masalah sosial yang belum terwujud. Tak terwujudnya hak
dasar dapat terjadi karena tak adanya kebebasan. Kebebasan inilah yang dapat mewujudkan
keterbukaan yang nantinya menjamin hak-hak dasar.
Sistem negara demokratis mengedepankan kepentingan rakyat dengan menomor satukan rakyat.
Kekuasaan tertinggi negara demokrasi dimiliki oleh rakyat, entah dari mana rakyat tersebut berasal
dan latar belakangnya. Semua warga negara dianggap sama tanpa melihat latar belakang dan asal
rakyat tersebut. Sehingga, dalam suatu negara demokrasi semua warga negara dianggap memiliki
kesetaraan.
Demokrasi dilakukan agar kebutuhan masyarakat umum dapat terpenuhi. Pengambilan kebijakan
negara demokrasi tergantung pada keinginan dan aspirasi rakyat secara umum. Dengan menentukan
kebijakan sesuai dengan keinginan masyarakat, dalam suatu negara demokrasi akan tercipta
kepuasan rakyat karena kebutuhan masyarakat umum dapat terpenuhi.
Kebijakan pemerintah dibuat sesuai dengan keinginan rakyat. Akan tetapi, suatu kebijakan
memiliki tenggang waktu karena dimungkinkan adanya perkembangan zaman yang akan
berpengaruh terhadap kebutuhan kebijakan yang diperlukan. Negara demokrasi memungkinkan
dirumuskannya kebijakan baru yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
5.Kebebasan rakyat untuk menyampaikan pendapat.
Negara yang memiliki kekuasaan tertinggi di tangan rakyatnya akan menyediakan ruang bagi
rakyat untuk menyampaikan pendapat. Rakyat yang hidup di dalam negara demokrasi bebas untuk
menyampaikan pendapat selama pendapat yang dikemukakan tak bertentangan dengan Pancasila,
UUD serta memiliki etika dalam menyampaikan pendapat.
6. Mencegah tirani.
Sistem pemerintahan demokrasi disebut sebagai sistem pemerintahan paling aman karena
pemerintah dan rakyat dapat saling berinteraksi melalui dewan yang telah dipilih oleh rakyat.
Negara dengan sistem demokrasi mencegah adanya kekuasaan tunggal dai pemerintah karena
rakyat turut serta dalam pemerintahan melalui dewan yang telah dipilih.
Adanya peran rakyat dalam merumuskan kebijakan pemerintah secara tak langsung dapat
mencegah adanya pemerintahan yang diktaktor.
.
Pemerintah hanyalah sebagai wakil rakyat yang ditugasi untuk merangkum semua kebutuhan
rakyat sebagai salah satu acuan untuk merumuskan kebijakan. Rakyat dapat menilai dan menuntut
apabila ada ketidaksesuaian antara kebutuhan dengan kebijakan yang dirumuskan. Rakyat dapat
mengajukan tuntutan apabila pemerintah melakukan penyelewengan terhadap kebijakan yang telah
dibuat.
Warga negara membutuhkan satu sama lain untuk membangun masa yang banyak sebagai salah
satu cara untuk forum perundingan dan juga pengajuan kebutuhan untuk pemerintah. Meskipun
setiap warga negara memiliki haknya sendiri untuk mengemukakan pendapat, namun warga negara
juga memerlukan pendapat yang lainnya untuk menguatkan pendapatnya di pemerintahan. Dengan
adanya demokrasi, maka rakyat akan memiiki kesadaran untuk bekerja sama satu sama lain.
Adanya peran rakyat dalam pemerintahan membuat setiap warga negara untuk bertanggung jawab
terhadap peran yang dimilikinya sebagai seorang warga negara yang wajib menjaga keutuhan
negara. Sistem negara demokrasi menjadikan warga masyarakat memiliki tanggung jawab dalam
ikut serta berperan dalam penentuan kebijakan pemerintah.
Bertujuan untuk memperlakukan semua orang atau warga nergara adalah sama sederajat tidak di
beda-bedakan.
12.Memenuhi kebutuhan-kebutuhan umum
Semakin besar suara rakyat dan menentukan kebijakan , semakin besar pula
kemungkinankebijakan yang mencerminkan keinginan dan aspirasi-aspirasi rakyat.
Kebijakan-kebijakan yang telah usang secara rutin dan penggantian para politisi dilakuakndengan
cara yang santun.
Demokrasi dianggap sebagai sistem pemerintahan yang baik, karena dengan adanya demokrasi
maka akan tercipta keharmonisan antara pemerintahan dan juga masyarakat sebagai warga negara.
Sistem demokrasi yang baik akan selalu mengikut sertakan warga negara dalam menentukan setiap
kebijakan.
TUJUAN DEMOKRASI