Anda di halaman 1dari 4

PENDIDIKAN POLITIK BAGI WARGANEGARA

Politik adalah sesuatu yang mempunyai kaitan dengan kekuasaan, pemerintahan, proses
memerintah dan bentuk organisasi pemerintahan, lembaga atau institusi, tujuan negara atau
pemerintahannya. Ilmu politik berasal dari negara Yunani, tepatnya pada zaman Sokrates,
Plato dan Aristoteles. Ilmu ini adalah ilmu paling tua, sistematis dan bersifat analitis di dunia.
Ilmu politik adalah disiplin ilmu yang berkonsepkan ide filosofis dan depraktekkan dengan
metode pertanyaan dan anlisis tentang organisasi negara bertujuan agar rakyat bisa hidup
makmur, bahagia dengan tatanan yang baik. Plato menamakan pribadi manusia sebagai home
politicus, yang berarti manusia politik secara abstrak, suka berpolitik untuk menata
masyarakat dan negara tanpa menilai asal dan derajatnya.
Pendidikan adalah proses sosialisasi manusia. Proses sosial menjadi dimensi dari filsafat
pendidikan. Adanya praktek pendidikan yang berbeda adalah hasil dari relasi sosial yang
ditampung di dalam suatu negara dan bergantung pada dekatnya relasi sosial antara satu
individu dengan yang lain. Contohnya, di negara demokrasi orang menghargai perbedaan
pada setiap orang, Oleh karena itu, keunikan manusia inilah yag menyusun sistem pendidikan
yang bersesuaian di setiap negara.
Di negara totaliter, mereka diberikan pendidikan dengan pola uniform, ketat dan keras.
Sistem pendidikannya hanya ada satu, berdasarkan satu macam filsafat. Guru bersikap mutlak
dan cenderung otoriter. Guru hanyalah sebagai medium dari perintah suatu kekuatan politik
yang juga bersifat otoriter. Bagi negara seperti ini, pendidikan adalah kekuatan politik. Oleh
karena itu, pendidikan di tangan negara berarti negara secara mutlak mengatur pendidikan.
Bagi negara totaliter, pendidikan bertujuan untuk mendidik manusia sebagai alat negara.
Berbeda dengan negara demokrasi, tercakup hak-hak seperti hak kemerdekaan pers, hak
menyatakan pendapat, hak memilih anggota perwakilan rakyat secara bebas dan rahasia, hak
kebebasan beragama, hak berorganisasi. Pengakuan selaku pribadi dalam negara demokrasi
berarti dia berhak memenuhi segala kebutuhannya yang kodrati, berhak untuk meningkatkan
derajat dan martabat dirinya, berhak mendapatkan pengakuan terhadap milik pribadi. Oleh
karena itu, pendidikan harus dioptimalkan untuk mendidik manusia supaya bisa berkembang
dengan bebas dan maksimal. Tambahan lagi, tugas esensi negara demokrasi adalah
mengembangkan potensi rakyat. Generasi muda harus dididik untuk menjaga
warisankebudayaan seperti Bahasa, adat kebiasaan, tingkah laku, norma, nilai, keyakinan
beragama, ilmu pengetahuan, teknologi, dan lain-lain.
Di negara demokrasi, pendidikan tidak dilakukan lewat drilling, dresur indoktrinasi, tekanan
maupun paksaan dari luar. Menurut Plato dan Rousseau dinamika kodrati yang ada pada diri
manusia adalah ambisi yang dinamis untuk memperbaiki nasib sendiri, hasrat untuk
mengangkat diri ke taraf yang lebih tinggi, semangat untuk terus berjuang dan mendapatkan
kemajuan dalam hidupnya. Oleh karena itu, negara demokrasi lewat sistem pendidikan
bertujuan mebentuk warga negara menjadi pribadi dengan identitas unik. Malah, pendidikan
politik juga diaplikasikan untuk mengembangkan bakat warga negaranya sehingga stagnansi
dalam perkembangan bakat dan potensi bisa menjadi indikator kegagalan pendidikan politik
negara tersebut.
PENDIDIKAN POLITIK
Pendidikan politik merupakan faktor penting bagi terbentuknya skap politik warganegara
yang mendukung berfungsinya sistem pemerintahan secara sehat, Print mengatakan bahwa
negara-negara baru (newly emerging democracies) memerlukan sarana pendidikan yang
memungkinkan generasi muda untuk mengetahui tentang pengetahuan, nilai-nilia, dan
keahlian yang diperlukan untuk melestarikan demokrasi. Pendidikan politik menyiapkan
generasi muda untuk berfikir merdeka seputar kekuasaan dan pilar-pilarnya, fakto yang
memengaruhi dalam lembaga atau masyarakat. Esensi dari pendidikan politik itu sendiri
berkaitan dengan aktivitas pendidikan dengan praktek kekuasaan yang seimbang, berguna
dan demokratis.
Pendidikan politik juga mengembangkan kesadaran generasi terhadap masalah kekuasaan dan
kemampuan berpartisipasi dalam kehidupan politik. Pendidikan politik dilakukan dengan
sarana seperti diskusi, ceramah dan kegiatan politik lainnya. Hal ini merupakan proses
dialogis antara pemberi dan penerima pesan agar masyarakat mengenal dan mempelajari
nilai, norma dan simbol politik yang ideal dari berbagai pihak dalam sistem politik seperti
pemerintah, sekolah dan partai politik.
Dari poin-poin diatas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan politik adalah proses
implementasi nilai-nilai di bidang politik yang dilakukan secara formal maupun informal,
dilakukan terus menerus dari generasi ke generasi agarwarganegara safar tentang hak dan
kewajibannya dalam negara demokratis.

Beberapa teori pendidikan politik :


1. Teori Sistem
Sosialisasi politik dianggap memainkan peranan dalam kestabilan politik sehingga sistem
politik yang sama berlaku terus menerus hingga mencapai kondisi mapan dan mantap.
Pendidikan politik diarahkan untuk memelihara sistem politik yang dianggap ideal. Bagi
Indonesia sistem politik ideal yang hendak dibangun adalah sistem politik demokrasi yang
dijiwai nilai-nilai Pancasila.
2. Teori Hegemoni
Menurut teori ini, pendidikan politik digunakan untuk mendukung kepentingan penguasa atau
kelompok yang dominan seperti rezim yang berkuasa, meskipun kadang jauh dari sistem
yang ideal.
3. Teori Psikodinamik
Menurut teori ini, pengalaman pribadi pada awal anak-anak sangat menentukan orientasi
politik seseorang. Dengan demikian faktor internal sangat memengaruhi sikap politik
seseorang.
4. Teori Belajar Sosial
Menurut teori ini, faktor eksternal yaitu lingkungan sosial dimana seseorang hidup, bergaul,
bermasyarakat sangat menentukan sikap politik seseorang. Stimulus lingkungan seperti
keluarga , sekolah, dan pergaulan sangat menentukan sikap politik seseorang.
Tujuan Pendidikan Politik
Pendidikan politik sering dianggap sebagai “taken for granted or ignored” atau dianggap akan
terjadi dengan sendirinya (Gandal dan Finn). Pendidikan politik dan demokrasi seharusnya
menjadi bagian integral dari pendidikan secara general. Pendidikan politik dan demokrasi
dilakukan lewat dua jalur yaitu pendidikan formal, dan pendidikan non formal.
Pendidikan politik bertindak sebagai maintenance dan persistence atau pemeliharaan sebuah
sistem politik (Almond). Pendidikan politik berfungsi sebagai nation and character building
bagi sebuah bangsa. Fungsi lainnya adalah :representative government under the rule of law”
mewujudkan pemerintahan yang demokratis berdasarkan hukum. Cir-ciri pemerintahan
demokratis yakni : adanya konstitusi, pengadilan yang independen, pemilu yang bebas,
kebebasan berpendapat, kebebasan berserikat dan diselenggarakannya civic education. Paling
penting sekali adalah pendidikan politik membentuk kesadaran warga negara tentang hak dan
kewajibannya dalam suatu konsititusi negara. Oleh sebab itu, pendidikan politik merupakan
fondasi bagi terbentuknya pemerintahan demokratis berdasarkan hukum.
Pendidikan politik akan melahirkan warganegara demokratis dengan ciri-ciri seperti berfikir
rasional, berpartisipasi aktif, memiliki informasi yang cukup tentang politik, setia pada
negara, percaya dan patuh pada pemerintah, dan ada kepercayaan sesame warganegara
(Almond). Pendidikan politik merupakan faktor oenting bagi terbentuknya sikap politik
warganegara yang mendukung sistem pemerintahannya secara sehat. Negara yang sedang
mengalami transisi demokrasi memerlukan sarana pendidikan yang memungkinkan generasi
mudanya untuk mengetahui nilai dan keahlian untuk kelestarian sistem demokrasi suatu
negara.
Selain itu, pendidika politik bertujuan untuk menyiapkan generasi muda berpikir merdeka
seputar esensi kekuasaan dan pilar-pilarnya atau pengaruhnya terhadap masyarakat melalui
lembaga. Esensi dari pendidikan politik adalah mengaitkan aktivitas pendidikan dengan
praktek kekuasaan secara seimbang, berguna, dan demokratis (Edgar Fore).
Lewat pendidikan politik juga individu diajarkan untuk mengumpulkan informasi dari
berbagai media massa, diperkenalkan mengenai sturuktur politik, lembaga-lembaga politik,
lembaga-lembaga pemerintahan (Almond).
Jadi, pendidikan politik adalah proses untuk mengajarkan nilai-nilai politik yang dilakukan
secara sengaja, terencana, bersifat formal maupun non formal, dilakukan konsisten dari
generasi kegenerasi, agar warganegara mau berpartisipasi dalam politik, serta memiliki
kesadaran akan hak dan kewajibannya secara bertanggungjawab.
Agen-Agen Pendidikan Politik
Sarana pendidikan politik meliputi : keluarga, sekolah, kelompok pergaulan, pekerjaan,
media massa, serta kontak-kontak politik langsung, Anak memperoleh sosialisasi yang
pertama kali dari keluarga baik secara langsung maupun tidak langsung. Keluarga
memounyai pengaruh dalam pembentukan sikap terhadap wewenang dan kekuasaan sehingga
anak memperoleh pengalaman berpartisipasi dalam pembuatan keputusan keluarga. Hal ini
menigkatkan kompetensi anak dalam bidang politik dan kecekapannya dalam berinteraksi
dan berpartisipasi dengan lebih aktif.
Tipe Sosialisasi Politik
Langsung
1. Imitation
Sosialisasi politik dengan model meniru. Metode ini dilakukan berupa tingkah laku politik,
harapan politik serta sikap politik. Modal dasar untuk melakukannya adalah mobilisasi dan
komunikasi. Contohnya, anak-anak memilih partai politik karena meniru pilihan orang
tuanya.

2. Anticipatory Socialization
Pada dasarnya dilakukan dengan menyiapkan diri tentang peran politik yang diinginkan.
Misalnya orang tua atau guru dapat mendefinisikan peranan warga negara yang baik,
sehingga anak dapat mengantisipasi peran yang dituntut oleh sistem politik nasional.
3. Political Education
Dilakukan dengan dialogis, terbuka, rasional. Contohnya, di sekolah lewat Pendidikan
Kewarganegaraan. Tujuannya untuk mewudkan “gpod citizen”. Dilakukan dengan
pendekatan ilmiah bukan dengan cara indoktrinasi.
4. Political experience
Metode ini menekankan adanya kontak politik langsung dengan para pejabat yang terlibat
dalam pembuatan keputusan.
Tidak langsung
1. Interpersonal transference
Pengalaman hubungan pribadi dengan orang tua dalam keluarga, ataupun guru di sekolah
akan menjadi pengalaman anak kelak ketika berinteraksi dengan figur penguasa.
2. Apprenticeship
Aktivitas-aktivitas non politik dijadikan sarana sebagai praktek magang untuk aktivitas
politik. Contohnya, aktivitas dalam kepramukaan, aktivitas di organisasi sekolah, dan
organisasi kemasyarakatan adalah bentuk penting dalam pembelajaran politik.
3. Generalization
Nilai-nilai umum yang dianut masyarakat memainkan peran penting dalam membentuk
budaya politik dalam suatu masyarakat.
Sosialisasi politik di sekolah dapat mempertajam dan memperluas orientasi politik peserta
didik.

Anda mungkin juga menyukai