Anda di halaman 1dari 5

PENDAHULUAN

Manusia telah memiliki satu konsep pemerintahan yang dapat dibilang sesuai dengan hakikat dan
kodrat manusia sebagai makhluk individual dan sosial. Konsep tersebut disebut dengan demokrasi.
Demokrasi banyak dianut oleh berbagai negara di dunia Salah satunya Indonesia. Saat ini Indonesia
dikenal sebagai salah satu negara demokrasi terbesar di dunia. Predikat ini tentu patut untuk
dibanggakan oleh setiap warga negara mengingat demokrasi dengan berbagai macam
keunggulannya adalah sistem politik yang tidak mudah dijalankan. Sebagai warga negara Indonesia,
sudah menjadi keharusan untuk mengetahui seluk-beluk pelaksanaan sistem politik terbesar di
dunia ini.

Dalam konteks kenegaraan Republik Indonesia, ketentuan yang menunjukkan bahwa Indonesia
adalah negara yang menganut sistem politik demokrasi dapat dilihat pada bunyi sila keempat
Pancasila, yaitu “Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/
Perwakilan”. Kata ‘kerakyatan’ di dalam sila keempat Pancasila tersebut menunjukkan bahwa negara
Indonesia mengakui adanya kedaulatan rakyat.

Dengan kata lain, negara ini didirikan atas pemahaman bahwa rakyatlah pemilik kedaulatan negara
yang sesungguhnya. Kebijakan negara dirumuskan oleh rakyat, berdasarkan pertimbangan yang
dilakukan oleh rakyat, yang ditujukan tidak lain juga untuk rakyat. Rakyat menempati kedudukan
yang sentral di dalam negara demokrasi dan menentukan arah dan tujuan negara.

Secara garis besar, sistem demokrasi adalah sistem yang sesuai dengan hakikat manusia sebagai
makhluk individual dan sekaligus makhluk sosial, serta sesuai dengan hakikat kedudukan kodrat
manusia sebagai makhluk yang bebas.

Keluarga memainkan peran sentral dalam pembentukan demokrasi yang beradab. Keluarga
berperan sebagai guru pertama dalam mempelajari nilai-nilai kemanusiaan. Keluarga menjadi
tempat di mana individu memahami arti toleransi, partisipasi, dan penghargaan terhadap
perbedaan.

Melalui pendidikan informal, keluarga membentuk karakter yang bertanggung jawab dan kritis.
Kesadaran akan hak dan kewajiban mulai tumbuh di lingkungan keluarga sebagai fondasi dari
lahirnya demokrasi. Oleh karena itu keluarga bukan hanya unit terkecil masyarakat tetapi juga
fasilitator utama bagi masyarakat yang demokratis dan beradab.

Kajian Pustaka

Artikel ini akan membahas Bagaimana peran keluarga dalam membangun demokrasi yang beradab.

Dalam kajian pustaka ini digunakan BMP MKDU4111 sebagai referensi utama. Modul ini
memberikan penjelasan tentang demokrasi. Selain itu digunakan juga buku Pendidikan Agama
Islam / BMP MKDU4221 tentang demokrasi dan jurnal ilmiah sebagai referensi tambahan dalam
artikel ini.
Pembahasan

- Pengertian dan Sejarah Demokrasi

Secara etimologis demokrasi berasal dari bahasa Yunani demos (rakyat) dan cratos (kekuasaan).
Demokrasi berarti kekuasaan rakyat. Demokrasi juga dapat didefinisikan sebagai Pemerintahan dari
rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.

Secara historis istilah demokrasi telah dikenal sejak abad ke-5 SM yang pada awalnya sebagai
respons terhadap pengalaman buruk monarki dan kediktatoran di negara-negara kota Yunani kuno.
Dalam sistem monarki itu warga diabaikan dan tidak dilibatkan dalam proses pengambilan kebijakan
sehingga setiap kebijakan mengingkari hak-hak primer warga.

Pada masa ini, kehidupan sosial dan spiritual masyarakat dikuasai oleh Paus dan pejabat-pejabat
agama, sedangkan kehidupan politiknya ditandai oleh perebutan kekuasaan oleh para bangsawan.
Masyarakat abad pertengahan dengan demikian dibelenggu oleh kekuasaan feodal dan kekuasaan
pemimpin-pemimpin agama sehingga tenggelam ke dalam masa yang gelap kemudian disebut
dengan masa atau zaman kegelapan. Zaman kegelapan ini berlangsung selama berabad-abad dan
baru surut ketika gerakan Renaissance muncul dan berusaha menghidupkan kembali sastra dan
budaya Yunani Kuno.

Gerakan ini mencapai puncaknya pada abad ke-15 dan ke-16. Masa Renaissance adalah masa ketika
orang mematahkan semua ikatan yang ada dan menggantikannya dengan kebebasan bertindak yang
seluas-luasnya sepanjang sesuai dengan apa yang dipikirkan. Semboyan “beranilah berpikir” menjadi
semboyan yang sangat agung-agungkan pada masa Renaissance ini. Perlahan tetapi pasti, pola pikir
dan semangat baru di kalangan masyarakat Eropa tersebut sedikit demi sedikit melahirkan
pemikiran modern yang meletakkan akal budi atau rasio sebagai instrumen epistemologi yang
utama.

Maraknya gerakan renaissance yang mengembalikan posisi penting akal budi pekerti manusia
sebagai sarana untuk mengantarkan manusia pada pengetahuan, pada saat yang sama
membangkitkan kembali semangat demokrasi yang telah lama tenggelam karena dominasi tokoh
agama dan para bangsawan.

Demokrasi dalam bentuknya yang sekarang mulai muncul sejak Revolusi Amerika tahun 1776
kemudian disusul oleh Revolusi Perancis pada tahun 1789. Dan saat ini demokrasi telah diterima
oleh hampir semua pemerintahan di dunia, bahkan pemerintahan otoriter sekalipun
mengidentifikasi pemerintahannya dengan nama demokrasi. Maka munculah istilah demokrasi
liberal, demokrasi terpimpin, demokrasi kerakyatan, demokrasi sosialis, demokrasi Pancasila dengan
karakteristiknya masing-masing.

Meskipun demokrasi memiliki pengertian yang banyak, akan tetapi pada prinsipnya sama
sebagaimana awal kemunculannya pada zaman Yunani Kuno, yakni pemerintahan di mana rakyat
dilibatkan dalam setiap keputusan dan kebijakan sehingga hak-hak rakyat tidak diabaikan. Dengan
kata lain demokrasi dengan singkat dan padat dirumuskan sebagai “government of the people, by
the people, for the people” (Pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat).

- Tujuan Demokrasi

Sekarang ini demokrasi bukan semata-mata soal kekuasaan, melainkan juga masalah nilai-nilai,
perjuangan untuk kebebasan dan jalan hidup yang lebih baik. Demokrasi bukan sekedar metode
kekuasaan mayoritas untuk menentukan jabatan-jabatan publik melainkan lebih dari itu demokrasi
juga menyangkut nilai-nilai universal yang terangkum dalam HAM. Karena itu demokrasi tidak hanya
dipahami sebagai semata-mata institusi formal, melainkan juga nilai-nilai yang dipraktikkan dalam
kehidupan sosial politik sehari-hari. Karena itu Ulf Shundaussen menegaskan bahwa ada dua prinsip
sistem demokrasi, yaitu kebebasan dan persamaan.

Dengan demikian jelas bahwa tujuan paling Hakiki dari sistem demokrasi adalah membentuk sebuah
sistem yang apresiatif terhadap dasar-dasar manusia sebagai makhluk, baik individu maupun
anggota kelompok sosial, yang berdaulat dan bermartabat. Demokrasi baik sebagai nilai-nilai
maupun sebagai manifestasi dalam bentuk institusi formal akan mencegah munculnya sistem
diktator dan otoriter yang menghancurkan individu dan masyarakat.

Demokrasi sebagai sistem politik yang menempatkan kedaulatan rakyat sebagai Sentral utama
sistem pengambilan keputusan publik suatu negara, merupakan sistem yang melembagakan
kebebasan manusia dan menjamin hak-hak dasar negara mereka untuk mewujudkan kemaslahatan
umum.

- Prinsip Dasar Demokrasi


1. Kedaulatan rakyat.
2. Pemerintahan berdasarkan persetujuan dari yang diperintah.
3. Kekuasaan mayoritas.
4. Hak-hak minoritas
5. Jaminan hak asasi manusia
6. Pemilihan yang bebas dan jujur
7. Persamaan di depan hukum
8. Proses hukum yang wajar
9. Pembatasan pemerintah secara konstitusional
10. Pluralisme sosial, ekonomi, dan politik.
11. Nilai-nilai toleransi, pragmatisme, kerja sama, dan mufakat.

- Peran Keluarga dalam Demokrasi yang Beradab.

1. Pendidikan Politik Awal

Keluarga berperan sebagai lembaga pertama di mana individu


memperoleh pengetahuan awal mereka tentang sistem politik dan nilai-
nilai demokrasi. Interaksi sehari-hari, antara orang tua dan anak dapat
mengajarkan betapa pentingnya partisipasi, tanggung jawab, dan hak
asasi manusia. Sehingga keluarga dapat dikatakan sebagai pendidikan
politik awal pada anak.

2. Pembentukan Nilai Kewarganegaraan

Keluarga juga berperan dalam membentuk nilai-nilai


kewarganegaraan yang mendasar seperti sikap toleransi,
menghargai perbedaan, dan partisipasi dalam proses pengambilan
keputusan yang demokratis dapat ditanamkan sejak dini. Dengan
memberikan contoh langsung melalui tindakan positif, keluarga
menjadi pilar dalam membentuk karakter yang mencintai keadilan,
kesetaraan, dan kebebasan.

3. Pembelajaran Melalui Partisipasi

Melibatkan anggota keluarga dalam kegiatan demokratis di komunitas


lokal juga merupakan metode efektif untuk memperkenalkan konsep
demokrasi. Dengan berpartisipasi dalam pemilihan umum, diskusi warga,
atau kegiatan sosial lainnya, anggota keluarga dapat merasakan dampak
langsung dari partisipasi aktif dalam kehidupan masyarakat. Hal ini dapat
merangsang minat dan keterlibatan dalam proses demokratis lebih lanjut.

4. Penciptaan Lingkungan Diskusi Terbuka

Keluarga menciptakan lingkungan diskusi terbuka. Memahami bahwa


setiap individu memiliki pandangan dan pengalaman unik. Keluarga dapat
menjadi tempat di mana anggota keluarga belajar mendengarkan dan
menghormati pandangan orang lain. Kemampuan ini adalah landasan
penting untuk masyarakat yang demokratis.

5. Kesadaran Terhadap Hak Asasi Manusia

Pentingnya hak asasi manusia dalam konteks demokrasi perlu disadari


dan dihormati di tingkat keluarga. Keluarga dapat mengajarkan tentang
hak asasi manusia, keadilan, dan tanggung jawab individu dalam menjaga
hak dan kebebasan bersama.

Peran keluarga dalam membentuk karakter dan sikap anggotanya terhadap demokrasi
memiliki implikasi jangka panjang dalam pembangunan demokrasi yang beradab.

Dengan memberikan pendidikan nilai-nilai demokrasi sejak dini, keluarga menciptakan


fondasi yang kuat untuk partisipasi aktif dalam proses demokratis di masyarakat.

Dalam hal ini, keluarga memiliki peran penting dalam membentuk karakter dan sikap
warganegara yang demokratis dan beradab.

- Membangun Demokrasi yang Beradab di Indonesia

Di Indonesia, peran keluarga dalam membangun demokrasi yang beradab sangatlah besar.

Dengan mengedepankan nilai-nilai demokrasi sejak dini, keluarga di Indonesia memiliki


kesempatan untuk membentuk generasi yang menghargai kebebasan, keadilan, dan
keberagaman. Semua nilai-nilai ini menjadi pondasi penting bagi demokrasi yang beradab
di masa depan.

Kesimpulan

Peran keluarga dalam demokrasi tidak boleh diabaikan. Pendidikan politik,


pembentukan nilai-nilai kewarganegaraan, partisipasi aktif, diskusi terbuka, dan
kesadaran akan hak asasi manusia adalah elemen-elemen kunci yang dapat
ditanamkan oleh keluarga untuk memperkuat dasar demokrasi.

Dalam bagian akhir, artikel akan menekankan bahwa keluarga memiliki peran krusial
dalam membentuk individu yang memiliki pemahaman mendalam tentang demokrasi.

Serta sikap yang beradab dalam berinteraksi dengan masyarakat. Keluarga adalah pondasi
utama dalam membangun masyarakat yang demokratis, toleran, dan berkeadaban.

Karena waktu yang dihabiskan oleh seseorang lebih banyak dilakukan bersama keluarga,
oleh karena itu peran keluarga dalam demokrasi yang beradab perlu ditekankan agar dalam
kehidupan dewasa nanti seorang anak sudah siap menghadapi dan menjalani kehidupan
berdemokrasi yang beradab.

Anda mungkin juga menyukai