Manusia
I. Paradigma Pendidikan Demokrasi dan HAM
a. Posisi Pendidikan Demokrasi
Menurut Gandal dan Finn (1992) terutama di negara berkembang,
pendidikan demokrasi sering dianggap taken for granted or ignored, yakni
dianggap sebagai hal yang akan terjadi dengan sendirinya atau malah
dilupakan. Sesungguhnya, pendidikan demokrasi seyogianya ditempatkan
sebagai bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan. Oleh
karena
itu
pendidikan
demokrasi
perlu
dilihat
dalam
dua
sudah
berdasarkan rasa keadilan dengan berpegang teguh pada harga diri; dan
Keyakinan bahwa negara memerlukan warganegara yang rajin bekerja,
mengetahui
kewajiban,
dan
jujur
dalam
pikiran
dan
tindakan
(Djojonegoro,1996:75-76).
Dari kutipan tersebut di atas dapat dilihat bahwa semua ide yang
terkandung
dalam
butir-butir
rumusan
tujuan
pendidikan
nasional
dan
kebangsaan,
sesungguhnya
merupakan
esensi
pendidikan demokrasi. Dengan kata lain sejak tahun 1945 sampai sekarang
instrumen perundangan sedang menempatkan pendidikan demokrasi dan
HAM, sebagai bagian integral dari pendidikan nasional.
Sangat
banyak
faktor
yang
mempengaruhi
tumbuh
dan
masyarakat.
Tantangan
konseptual
tersebut
mengimplikasi
terhadap
perlu
pendidikan
multidimensional
demokrasi
citizenship
multidimensionalitasnya
itu
yang
bersifat multidimensional
education
terletak
dalam
(Cogan:1998).
asumsi
positif
atau
Sifat
dan
yang
selama
ini
sudah
aktif
melakukan
penelitian
dan
atau
dan
pedagogis
merupakan
misi
utama
pendidikan
kewarganegaraan.
2. Menerapkan model portfolio-based learning atau model belajar yang
berbasis pengalaman utuh peserta didik dan portfolio-assissted
assessment atau penilaian berbantuan hasil belajar utuh peserta didik
yang dirancang dalam disain pembelajaran yang memadukan secara
sinergis model-model social problem solving (pemecahan masalah),
social inquiry (penelitian sosial), social involvement (perlibatan
sosial), cooperative learning (belajar bersama), simulated hearing
(simulasi dengar pendapat), deep-dialogue and critical thinking (dialog
mendalam dan berpikir kritis), value clarification (klarifikasi nilai),
democratic teaching (pembelajaran demokratis). Dengan demikian
model ini potensial menghasilkan powerful learning atau belajar yang
berbobot dan bermakna yang secara pedagogis bercirikan prinsip
meaningful (bermakna), integrative (terpadu), value-based (berbasis
nilai), challenging (menantang), activating (mengaktifkan), and joyfull
(menyenangkan).
3. Kerangka operasional pedagogis dasar yang digunakan adalah
modifikasi langkah strategi pemecahan masalah dengan langkahlangkah, identifikasi masalah, pemilihan masalah, pengumpulan data,
pembuatan portofolio, show case, dan refleksi. sedangkan kemasan
sistematika
identifikasi
dan pemilihan
masalah,
(pengetahuan
kewarganegaraan),
kewarganegaraan),
civic
civic
skills
dispossitions
(keterampilan
pembelajaran
demokrasi
dan
HAM
yang
kini
2.
ini
berfokus
pada
pengembangan
pengertian
pembuatan
keputusan
dimulai
ketika
warga
pemerintahan
lainnya.
Kemudian
warga
mengembangkan portofolio.
2.
Mengumpulkan informasi.
Bantulah
para
peserta
didik
informasi.
Contohnya
adalah
penjelasan
bagaimana cara:
a. mencari informasi di perpustakaan;
b. menggunakan buku telepon untuk menemukan kantor-kantor
lembaga pemerintahan dan organisasi swasta lain yang
diprediksi memiliki informasi-informasi yang dibutuhkan
berkaitan masalah yang sedang dikaji;
c. menggunakan komputer untuk memasuki jaringan informasi
elektronik (misalnya internet) yang mungkin mempunyai
informasi on-line tentang permasalahan yang sedang dikaji;
d. menghubungi warga masyarakat yang bisa menjadi nara
sumber yang baik sehubungan dengan permasalahan yang
sedang dikaji;
e. menulis surat untuk mendapat informasi;
f. mempersiapkan wawancara dengan narasumber melalui
telepon atau tatap muka; dan
g. mengunjungi sumber-sumber wawancara dan tempat-tempat
lainnya yang memungkinkan perolehan informasi.
3.
yang telah mereka hadapi, dan apakah mereka akan melakukan hal
yang berbeda jika mereka nantinya akan mengembangkan
5.
portofolio lainnya.
Membatasi bantuan sukarelawan
a. Pengumpulan
informasi.
Guru
hendaknya
tidak
profesional dan sekolahnya semakin menampakkan dirinya sebagai selfrenewing school. Berkaitan dengan hal tersebut, maka strategi perluasan
implementasi model PKKBI yang relevan dengan etos baru itu antara lain
sebagai berikut.
1.
2.
3.
4.
kerja
PKKBI
yang
melibatkan
SD/SLTP/SMU
di
Bila
memungkinkan,
sekolah
pionir