Anda di halaman 1dari 17

NAMA : WAHYU KHOIRUNAS

NIM : 838534845
KODE MATA KULIAH : PDGK 4301
NAMA MATA KULIAH : EVALUASI PEMBELAJARAN DI SD
PROGRAM STUDI : PGSD

TUGAS TUTORIAL I

1) A. Buatlah Rancangan Perencanaan Portofolio!


B. Susunlah Sebuah Portofolio!
C. Buatlah Rubrik Penilaian Portofolio!
2) A. Buatlah Rancangan Perencanaan Penilaian Afektif!
B. Susunlah Sebuah Penilaian Afektif!
C. Buatlah Rubrik Penilaian Afektif!
JAWABAN :

A. Agar terarah, pengunaan portofolio harus dilakukan dengan perencanaan yang


sistematis, melalui enam langkah di bawah ini.

1. Menentukan maksud atau fokus portfolio


Hal ini dilakukan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.
· Mengapa saya (guru) memerlukan portfolio siswa?
· Sasaran belajar apa atau tujuan kurikuler apa yang ketercapaiannya hendak dinilai
dengan portofolio ini?
· Apakah penilaian dengan portofolio lebih cocok untuk menilai belajar atau tujuan
kurikuler tersebut daripada dengan penilaian alternative yang lain?
· Apakah portofolio itu harus difokuskan pada karya terbaik, atau pertumbuhan
(perkembangan) belajar, atau keduanya?
· Portofolio itu akan digunakan sebagai komponen penilaian formatif ataukah untuk
penilaian sumatif, atau keduanya?
· Siapakah yang menentukan isi portofolio: guru saja, guru dan siswa, atau pihak lain
(misalnya siswa, orang tua, dan guru)?

2. Menentukan aspek isi yang dinilai


Hal ini dilakukan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.
· Apakah saya (guru) akan menilai hanya karya terbaik siswa, ataukah akan
menilai perkembamgannya siswa?
· Pengetahuan, keterampilan, atau sikap apa, yang menjadi aspek utama
untuk dinilai?

3. Menentukan bentuk, susunan, atau organisasi portofolio.


Hal ini dilakukan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.
· Jenis isi apa (karya cipta siswa ataukah catatan laporan kegiatan siswa
yang harus ada untuk mendapat nilai
· Apa yang harus ada dalam ‘Daftar Isi’ protfolio, atau apa garis besar isi
portofolio, yang harus terdapat dalam portofolio?
· Bagaimana definisi tiap-tiap kategori atau jenis satuan isi portofolio?
4. Menentukan penggunaan portfolio
Hal ini dilakukan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.
· Berapa lama setiap hari siswa diharapkan mengerjakan tugas membuat portofolio
itu? (Misalnya 15 menit setiap hari)
· Bagaimana kaitan antara portofolio itu dan pembelajaran sehari-hari?
· Siapa yang menentukan jenis isi portofolio itu? (Guru sendiri, guru dan siswa, atau
siswa sendiri?)
· Kapan portofolio itu akan dicermati untuk dinilai?
· Bagaimana pembobotan nilai portofolio dan komponen penilaian lain, dalam
rangka penentuan nilai akhir semester (penentuan nilai rapor)?
· Apakah guru akan mendiskusikan isi portofolio itu dengan siswa yang
bersangkutan?
· Apakah portofolio itu akan ditunjukkan pula kepada orang tua siswa, kepala
sekolah, guru lain, atau siswa lain?

5. Menentukan cara menilai portfolio


Hal ini dilakukan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.
· Apakah penskoran portofolio akan dilakukan dengan dua macam rubrik (pedoman)
penskoran, yaitu rubrik umum dan rubrik khusus?
· Apakah rubrik penskoran untuk setiap jenis isi portofolio itu sudah ada?
· Apakah penilaian portofolio akan dikerjakan oleh guru sendiri, ataukah oleh guru
bersama siswa yang bersangkutan?

6. Menentukan bentuk atau penggunaan rubrik


Hal ini dilakukan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.
· Apakah nilai portfolio akan dinyatakan sebagai satu skor saja?
Perlu diperhatikan bahwa isi portofolio dapat sangat bervariasi. Oleh karena itu, guru harus
mengarahkan siswa agar portofolio yang dibuat oleh siswa sesuai dengan tujuaan
pembelajaran. Guru sebaiknya menentukan apa yang harus ada di dalam portofolio dan apa
yang boleh ada di dalam portofolio; meskipun produk yang istimewa di luar yang ditentukan
itu tentu diizinkan untuk dimasukkan ke dalam portofolio. Penggunaan portofolio juga
memberikan kesempatan kepada guru untuk memperluas wawasan, dan memahami siswanya.
Dalam rangka itu, sebaiknya portofolio dibahas dengan sesama guru, kepala sekolah, dan
dengan orang tua siswa

B. Bagi kamu yang belum pernah membuat portofolio sebelumnya, simak di bawah ini ya
langkah-langkahnya!

1. Buat Daftar Isi

Portofolio adalah kumpulan dokumentasi yang menunjukkan prestasi kamu di dunia


pendidikan selama ini. Nah, dengan membuat daftar isi, kamu akan memudahkan pembaca
untuk melihat dokumentasi kamu.

2. Lampirkan Data Diri

Meskipun portofolio adalah hasil dokumentasi prestasi kamu, tetapi tak ada salahnya tetap
memasukkan data diri atau CV singkat sebagai gambaran singkat tentang siapa diri kamu.
Berikan data diri berupa informasi kontak seperti e-mail, nomor telepon, sejarah akademik,
dan pengalaman kerja atau institusi secara singkat.

3. Beritahu Tujuan Kamu

Hal selanjutnya dari sebuah portofolio ialah menjelaskan tentang tujuan dan pencapaian yang
hendak kamu capai. Jelaskan visi dan misi kamu dalam jangka waktu pendek dan jangka
waktu panjang. Dengan begini, pembaca bisa menilai bahwa kamu adalah orang yang
visioner dan punya tujuan ketika mengambil keputusan.

4. Beritahu Keterampilan dan Pengalaman

Pada bagian ini, uraikan dengan lengkap dan detail perihal keterampilan dan pengalaman
kamu. Kamu juga bisa menambahkan apa saja kelebihan kamu supaya bisa lebih
meyakinkan. Misalnya, tambahkan kemampuan dalam bidang desain, menulis, atau fotografi.
Berikan penjelasan tentang karya-karya kamu selama ini, mulai dari latar belakangnya,
kapan, di mana, dan tujuannya.

5. Sertakan Contoh Hasil Karya

Tanpa adanya bukti hasil karya atau penghargaan yang kamu miliki, portofolio tentulah tidak
lengkap. Justru bukti-bukti inilah yang membuat portofolio semakin meyakinkan. Dengan
bukti-bukti ini, pembaca pun bisa menilai sendiri apakah hasil karya kamu memang patut
dijadikan acuan atau tidak. Lampiran ini bisa berupa foto, sertifikat, tulisan, atau video.

6. Melampirkan Testimoni dari Klien

Supaya makin meyakinkan, kamu juga bisa lho, menyertakan testimoni dari klien kamu yang
sebelumnya. Dengan menambahkan testimoni ini, menunjukkan kalau kamu memang
dipercaya banyak orang untuk melakukan sesuatu. Sertakan dengan jelas nama lengkap
pemberi testimoni, jabatan, dan institusinya

C. Pengertian Penilaian Portofolio


Penilaian portofolio merupakan kegiatan penilaian yang dilakukan dengan menggunakan
bukti-bukti hasil belajar (evidence) yang relevan dengan kompetensi keahlian yang dipelajari.
Evidence tersebut dapat berupa karya peserta didik (hasil pekerjaan) dari proses pembelajaran
yang dianggap terbaik, atau bentuk informasi lain yang terkait dengan kompetensi keahlian
tertentu.
Portofolio adalah kumpulan hasil karya seorang peserta didik, sebagai
hasil pelaksanaan tugas kinerja yang ditentukan oleh guru atau oleh peserta didik bersama
guru, sebagai bagian dari usaha mencapai tujuan belajar, atau mencapai kompetensi yang
ditentukan dalam kurikulum. Jadi, tidak setiap kumpulan karya seorang peserta didik disebut
portofolio. Portofolio digunakan sebagai instrumen penilaian atau salah satu komponen dari
instrumen penilaian, untuk menilai kompetensi peserta didik, atau menilai hasil belajar
peserta didik.

Sebagai instrumen penilaian, portofotio; difokuskan pada (dokumen tentang kerja siswa yang
produktif, yaitu ‘bukti’ tentang apa yang dapat dilakukan oleh siswa, bukan apa yang tidak
dapat dikerjakan (dijawab atau dipecahkan) oleh siswa. Bagi guru, portofolio menyajikan
wawasan tentang banyak segi perkembangan siswa dalam belajarnya: cara berpikirnya,
pemahamannya atas pelajaran yang bersangkutan, kemampuannya mengungkapkan
gagasan-gagasannya, sikapnya terhadap mata pelajaran yang bersangkutan, dan sebagainya.

Penilaian Portofolio bukan sekedar kumpulan hasil kerja siswa, melainkan kumpulan hasil
siswa dari kerja yang sengaja diperbuat siswa untuk menunjukkan bukti tentang kompetensi,
pemahaman, dan capaian siswa dalam mata pelajaran tertentu. Portofolio juga merupakan
kumpulan informasi yang perlu diketahui oleh guru sebagai bahan pertimbangan dalam
menentukan langkah-langkah perbaikan pembelajaran, atau peningkatan,belajar siswa.

Jenis dokumen portofolio


Portofolio peserta didik untuk penilaian merupakan kumpulan produksi siswa, yang berisi
berbagai jenis karya seorang siswa, misalnya:

Hasil proyek, penyelidikan, atau praktik siswa, yang disajikan secara tertulis atau dengan
penjelasan tertulis. T
Gambar atau laporan hasil pengamatan siswa, dalam rangka melaksanakan tugas untuk mata
pelajaran yang bersangkutan
Analisis situasi yang berkaitan atau relevan dengan mata pelajaran yang bersangkutan
Deskripsi dan diagram pemecahan suatu masalah, pada mata pelajaran yang bersangkutan
Laporan hasil penyelidikan tentang. hubungan antara konsep-konsep dalam mata pelajaran
atau antar mata pelajaran
Penyelesaian soal-soal terbuka
Hasil tugas pekerjaan rumah yang khas, misalnya dengan cara yang berbeda dengan cara
yang diajarkan di sekolah atau dengan cara yang berbeda dari cara pilihan ternan-teman
sekelasnya.
Laporan kerja kelompok
Hasil kerja siswa yang diperoleh dengan menggunakan alat rekam video, alat rekam audio,
dan komputer.
Fotokopi surat piagam atau tanda penghargaan yang pernah diterima oleh siswa yang
bersangkutan. .
Hasil karya dalam mata pelajaran yang bersangkutan, yang tidak ditugaskan oleh guru (atas
pilihan siswa sendiri tetapi relevan dengan mata pelajaran yang bersangkutan)
Cerita tentang kesenangan atau ketidaksenangan siswa terhadap mata pelajaran yang
bersangkutan
Cerita tentang usaha siswa sendiri dalam mengatasi hambatan psikologis, atau usaha
peningkatan diri, dalam mempelajari mata pelajaran yang bersangkutan.
Teknik Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio dapat dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

Jelaskan kepada peserta didik maksud penggunaan portofolio.


Jelaskan sampel-sampel portofolio yang dapat digunakan.
Peserta didik diharuskan mengumpulkan dan mengarsipkan portofolio.
Cantumkan tanggal pembuatan pada setiap evidence.
Tentukan kriteria penilaian sampel-sampel portofolio.
Lakukan penilaian diri peserta didik.
Lakukan perbaikan terhadap portofolio yang belum sesuai dengan kriteria.
Lembar Penilaian Portofolio
Penilaian Portofolio dapat dirangkum pada lembar penilaian portofolio seperti contoh
berikut :
2.Penilaian afektif, bagi sebagian guru lebih sulit dilakukan dibanding
penilaian kognitif atau penilaian psikomotor. Padahal dalam dunia pendidikan
seperti halnya di sekolah, ranah afektif juga sangat perlu mendapatkan
perhatian. Kenyataan selama ini di lapangan lebih menunjukkan penilaian
afektif terkesan bagai “anak tiri” dibanding  penilaian kognitif maupun
psikomotor. Ada juga kasus-kasus di lapangan yang menunjukkan guru telah
melakukan penilaian afektif, tetapi tanpa panduan atau instrumen yang baik.

Ranah afektif sangat menentukan keberhasilan belajar siswa. Beberapa komponen penting
ranah afektif misalnya minat dan sikap terhadap suatu mata pelajaran atau materi pelajaran.
Siswa bisa memiliki sikap positif terhadap mata pelajaran atau materi pelajaran tertentu, bisa
juga negatif, atau netral. Harapan semua guru tentunya, siswa mereka memiliki sikap dan
minat positif terhadap semua mata pelajaran atau materi pelajaran. Melalui sikap yang positif
ini kemudian dapat diharapkan, siswa juga akan memiliki minat yang positif. Siswa yang
mempunyai sikap positif dan minat positif terhadap suatu mata pelajaran atau materi
pelajaran akan mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk berhasil dalam kegiatan
pembelajaran.
Langkah-Langkah Menyusun Instrumen Penilaian Afektif
Dalam kaitan untuk mengetahui sejauh mana sikap dan minat siswa terhadap suatu mata
pelajaran atau materi pelajaran, yang kedua termasuk bagian penting dari ranah afektif, maka
guru perlu menyusun instrumen penilaian afektif. Untuk menyusun instrumen penilaian
afektif, dapat dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Pemilihan ranah afektif yang ingin dinilai oleh guru, misalnya sikap dan minat
terhadap suatu materi pelajaran.
2. Penentuan indikator apa yang sekiranya dapat digunakan untuk mengetahui
bagaimana sikap dan minat siswa terhadap suatu materi pelajaran
3. Beberapa contoh indikator yang misalnya dapat digunakan untuk mengetahui
bagaimana sikap dan minat siswa terhadap suatu materi pelajaran, yaitu: (1)
persentase kehadiran atau ketidakhadiran di kelas; (2) aktivitas siswa selama kegiatan
pembelajaran berlangsung, misalnya apakah suka bertanya, terlibat aktif dalam
diskusi, aktif memperhatikan penjelasan guru, dsb.; (3) penyelesaian tugas-tugas
belajar yang diberikan, seperti ketepatan waktu mengumpul PR atau tugas lainnya; (4)
kerapian buku catatan dan kelengkapan bahan belajar lainnya terkait materi pelajaran
tersebut.
4. Penentuan jenis skala yang digunakan, misalnya jika menggunakan skala Likert,
berarti ada 5 rentang skala, yaitu: (1) tidak berminat; (2) kurang berminat; (3) netral;
(4) berminat; dan (5) sangat berminat.
5. Penulisan draft instrumen penilaian afektif (misalnya dalam bentuk kuisioner)
berdasarkan indikator dan skala yang telah ditentukan.
6. Penelaahan dan meminta masukan teman sejawat (guru lain) mengenai draft
instrumen penilaian ranah afektif yang telah dibuat.
7. Revisi instrumen penilaian afektif berdasarkan hasil telaah dan masukan rekan
sejawat, bila memang diperlukan
8. Persiapan kuisioner untuk disebarkan kepada siswa beserta inventori laporan diri yang
diberikan siswa berdasarkan hasil kuisioner (angket) tersebut.
9. Pemberian  skor inventori kepada siswa
10. Analisis hasil inventori minat siswa terhadap materi pelajaran
Bagaimana memberikan skor dalam penilaian afektif
Teknik penskoran untuk penilaian ranah afektif dapat dilakukan secara sederhana. Contoh,
pada instrumen penilaian minat siswa terhadap suatu materi pelajaran terdapat 10 item
(berarti ada 10 indikator), maka bila skala yang digunakan adalah skala Likert (1 sampai 5),
berarti skor terendah yang mungkin diperoleh seorang siswa adalah 10 (dari 10 item x 1) dan
skor paling  tinggiyang mungkin diperoleh siswa adalah 50 (dari 10 item x 5). Maka kita
dapat menetukan median-nya, yaitu (10 + 50)/2 atau sama dengan 30. Bila kita membaginya
menjadi 4 kategori, maka skor 10 -20 termasuk tidak berminat; skor 21 – 30 termasuk kurang
berminat; skor 32 – 40 berminat, dan skor 41 – 50 termasuk kategori sangat berminat.
Contoh Instrumen Penilaian Afektif
Berikut ini diberikan contoh instrumen penilaian sikap siswa terhadap materi pelajaran
evolusi pada mata pelajaran IPA di kelas IX

Contoh Instrumen Penilaian Afektif

Artikel Lain Yang Berhubungan dengan Penilaian Afektif :


Prinsip-Prinsip Penilaian
Kata Kerja Operasional untuk Ranah Afektif
Dalam penyusunan instrumen penilaian afektif, kita harus menggunakan kata kerja
operasional dalam indikatornya. Ini dilakukan (sama seperti instrumen penilaian kognitif dan
psikomotor) agar indikator dapat diamati / terukur. Menurut taksonomi Bloom, ada 5
tingkatan ranah afektif yaitu: (1) A1 – menerima; (2) A2 – menanggapi; (3) A3- menilai; (4)
A4 – mengelola; dan (5) A5 – menghayati. Berikut ini disajikan contoh-contoh kata kerja
operasional untuk kelima tingkatan dalam ranah afektif.

NAMA : WAHYU KHOIRUNAS


NIM : 838534845
PROGRAM STUDI : PGSD
KODE MATA KULIAH : PDGK4505
NAMA MATA KULIAH : PEMBAHARUAN DALAM PEMBELAJARAN DI SD

TUGAS TUTORIAL I

No Skor Sumber Tugas


Uraian Tugas Tutorial
. Maksimum Tutorial
1. Untuk Mencapai Keunggulan Yang Dicita- 20 Modul 1
Citakan, Banyak Pendekatan Yang Dapat Pdgk4505
Dilakukan Salah Satunya Apa Yang Dipaparkan
Oleh Salisbury (1996) Yaitu Tentang Five
Technologies Untuk Perubahan Pendidikan.
Teknologi Ini Sudah Banyak Diterapkan Dalam
Dunia Bisnis Dan Menjadikan Kegiatan Bisnis
Menjadi Lebih Kompetitif Dan Siap Terhadap
Perubahan. Uraikan Kelima Teknologi Tersebut!

2. Perubahan Sosial Berdampak Pada Sistem 20 Modul 1


Pendidikan Yaitu, Adanya Perubahan Paradigma Pdgk4505
Dalam Pendidikan. Sampai Saat Ini Pendidikan
Indonesia Telah Melalui Tiga Paradigma, Yaitu:
Paradigma Pengajaran (Teaching), Pembelajaran
(Instruction), Dan Proses Belajar (Learning).
Uraikan Pemaknaan Ketiga Paradigma Tersebut!
3. Atribut Inovasi Adalah Segala Sesuatu Yang 20 Modul 2
Dapat Mempengaruhi Cepat Lambatnya Laju Pdgk4505
Suatu Inovasi Untuk Diadopsi Oleh Anggota
Sistem Sosial. Atribut Inovasi Juga Dapat
Diartikan Sesuatu Yang Dapat Mempengaruhi
Suatu Inovasi Diterima Atau Tidak Oleh Suatu
Anggota Sistem Sosial. Zaltman Mengemukakan
Bahwa Cepat Lambatnya Penerimaan Inovasi
Dipengaruhi Oleh Atribut Inovasi Sendiri.
Uraikan Beberapa Atribut Inovasi Menurut
Zaltman, Minimal 3 Atribut Saja!
4. Dunia Pendidikan Membutuhkan Inovasi 20 Modul 2
Terutama Inovasi Pembelajaran, Hal Ini Pdgk4505
Didasarkan Pada Kenyataan Bahwa Ilmu
Pengetahuan Terus Berkembang Seiring Dengan
Perkembangan Zaman. Sebuah Inovasi Harus
Dapat Dilaksanakan Agar Terjadi Perubahan.
Dalam Penerapannya, Sebuah Inovasi
Menghadapi Berbagai Hambatan Dan Sulit
Diterima Oleh Masyarakat. Uraikan Beberapa
Faktor Penghambat Inovasi Pendidikan Menurut
Ibrahim!
5. Globalisasi Dan Desentralisasi Dalam Bidang 20 Modul 3
Pendidikan, Merupakan Isu Yang Menarik Untuk Pdgk4505
Dibicarakan Di Tahun 2018. Globalisasi Adalah
Proses Integrasi Internasional Yang Terjadi
Karena Pertukaran Pandangan Dunia, Produk,
Pemikiran, Dan Aspek-Aspek Kebudayaan
Lainnya. Globalisasi Dan Desentralisasi
Memiliki Dinamika Dan Makna Mendasar Yang
Menjadi Bagian Tidak Terpisahkan. Uraikan
Dinamika Dan Makna Globalisasi Dan
Desentralisasi Tersebut!

JAWABAN

1) Untuk mencapai keunggulan yang dicita-citakan, banyak pendekatan yang dapat


dilakukan salah satunya apa yang dipaparkan oleh Salisbury (1996) yaitu tentang
Five Technologies untuk perubahan pendidikan. Teknologi ini sudah banyak
diterapkan dalam dunia bisnis menjadi lebih kompetitif dan siap terhadap
perubahan. Uraikan kelima teknologi tersebut!
Jawab:
Untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan, Salisbury menyebutkan
adanya 5 teknologi yang berperan dalam perubahan pendidikan, yaitu system
thinking, system design, quality science, change management dan instructional
technology. Kelima teknologi tersebut diterapkan secara paralel agar usaha
memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan dapat terlaksana dengan baik dan
manfaatnya dapat dirasakan.

a. System thinking atau berfikir sistem kita dapat melihat bahwa perubahan atau
perubahan akan memiliki pengaruh yang besar dan menyeluruh. Tanpa berfikir
sistem kita sering membuat kesalahan. Untuk meningkatkan mutu pendidikan kita
harus melihat masalah pendidikan sebagai suatu sistem. Melalui berfikir sistem
kita dapat melihat bagaimana masalah-masalah saling berhubungan dan kadang
kala menjadi penyebab bagi yang lainnya. Berfikir sistem merupakan teknologi
untuk melihat keseluruhan sistem dan mempertimbangkan semua faktor yang
berkaitan dengan hasil. Untuk melihat keseluruhan sistem, kita dapat melihat
faktor internal dan eksternalnya. Faktor internal, meliputi pembelajaran, penilaian,
iklim sekolah dan kurikulum. Faktor eksternal, meliputi ekonomi, pasar, pengaruh
regulasi dan birokrasi. Untuk dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas
pendidikan harus dipertimbangkan faktor-faktor internal dan eksternal tersebut,
dengan demikian keseluruhan sisterm dapat terlihat.
b. System design atau merancang sistem merupakan satu set metode dan aktivitas
khusus untuk menghasilkan solusi baru terhadap masalah yang besar. System
design juga meliputi penggunaan model sebagai suatu cara untuk mendeskripsikan
sistem baru.
c. Quality science merupakan teknologi untuk membantu proses-proses dalam sistem
untuk meyakinkan bahwa proses-proses tersebut memproduksi hasil yang
diinginkan. Quality science menghendaki siswa, guru dan pegawai lain untuk
mengidentifikasi apa yang sedang bekerja dan apa yang tidak. Quality science
juga meliputi proses-prose untuk merencanakan tindakan perbaikan. Untuk
memperbaiki beberapa kesalahan dalam proses sehingga proses tersebut dapat
berlanjut tepat waktu. Quality science merupakan aplikasi dari system thinking
untuk mengelola dan untuk menghasilkan barang dan jasa yang dapat memenuhi
kepuasan pelanggan.
d. Change management atau mengubah manajemen adalah teknologi yang
menghendaki pemimpin menjadi sukses dalam mensponsori, memberi inisiatif
dan merupakan perubahan dalam organisasi.
e. Instructionaltechnology atau teknologi instruksional adalah bagian dari revolusi
informasi dan komunikasi yang mengantarkan perubahan hampir pada setiap
sektor dalam masyarakat kita saat ini. Teknologi instruksional merupakan desain,
pengembangan dan pemanfaatan teknologi yang efektif untuk siswa.

2) Perubahan sosial berdampak pada sistem pendidikan yaitu, adanya perubahan


paradigma dalam pendidikan. Sampai saat ini pendidikan Indonesia telah melalui
tiga paradigma, yaitu paradigma (teaching),pembelajaran ( instruction) dan proses
belajar (learning). Uraikan pemaknaan ketiga paradigma tersebut!
Jawab:
1. Paradigma pengajaran ( teaching) dapat diartikan bahwa pendidikan hanya terjadi
disekolah, dimana sudah ada guru yang mengajar. Guru sebagai satu-satunya nara
sumber yang akan mentransfer ilmu. Dalam proses pembelajaran, guru berperan
sebagai penyaji materi artinya guru menjelaskan materi kepada siswa,sedangkan
siswa menyimak dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Alat bantu
mengajar yang digunakan oleh guru bersifat mendukung penjelasan guru, alat
bantu tersebut ditentukan oleh guru. Contoh, guru mengajarkan pelajaran Biologi
tentang hewan dan tumbuhan. Guru memberikan informasi dengan pedoman pada
buku dalam menyajikan materi, guru tidak melibatkan peran aktif siswa.
2. Paradigma pembelajaran (instructional) lebih memberikan perhatian kepada siswa.
Dalam paradigma ini guru tidak hanya sebagai satu-satunya nara sumber dan tidak
hanya sebagai pengajar, namun juga sebagai fasilitator yang membantu siswa
belajar. Tugas guru sebagai komunikator adalah mengolah pesan dan menentukan
penyampaian agar pesan dapat diterima dengan baik oleh siswa. Media digunakan
sebagai sumber belajar dan guru sebagai fasilitator.
3. Proses belajar (learning) yakni menggali lebih dalam lagi seluruh aspekbelajar,
tidak hnaya proses belajar yang berada dalam lingkungan pendidikan formal tapi
juga dilembaga nonformal.

3) Atribut inovasi adalah segala sesuatu yang dapat mempengaruhi cepat lambatnya
laju suatu inovasi untuk diadopsi oleh anggota sistem sosial. Atribut inovasi juga
dapat diartikan sesuatu yang dapat mempengaruhi suatu inovasi diterima atau
tidak oleh suatu anggota sistem sosial. Zaltman mengemukakan bahwa cepat atau
lambatnya penerimaan inovasi dipengaruhi oleh atribut inovasi sendiri. Uraikan
beberapa atribut inovasi menurut Zaltman, minimal 3 atribut saja!
Jawab:
Menurut Zaltman bahwa cepat atau lambatnya suatu inovasi diterima oleh
masyarakat, akan dipengaruhi oleh atribut inovasi itu sendiri. Inovasi merupakan
kombinasi dari berbagai atribut. Atribut tersebut adalah sebagai berikut:
1. Efisiensi
Inovasi akan cepat diterima jika ternyata pelaksanaannya dapat menghemat waktu
dan juga terhindar dari berbagai macam hambatan.
2. Risiko dan ketidak pastian
Dalam menyebarkan inovasi perlu dipertimbangkan risiko yang akan terjadi.
Misalnya, penggunaan alat kontrasepsi akan semakin cepat diterima bila
masyarakat tahu resiko kesehatan atau efek sampingnya kecil.
3. Mudah dikomunikasikan
Suatu inovasi akan mudah diterima masyarakat jika mudah dikomunikasikan.
4. Kompatibilitas
Inovasi akan cepat diterima jika sesuai dengan kebutuhan, keyakinan, norma,
pengalaman, pendidikan dan tingkat ekonomi penerimanya.
4) Dunia pendidikan membutuhkan inovasi terutama inovasi pembelajaran, hal ini
didasarkan pada kenyataan bahwa ilmu pengetahuan terus berkembang seiring
dengan perkembangan zaman. Sebuah inovasi harus dapat dilaksanakan agar
terjadi perubahan.
Jawab:
Inovasi dalam proses pembelajaran terkait erat dengan inovasi dalam bahan belajar,
penerapan beberapa prinsip dan prosedur baru pembelajaran, pemecahan masalah
yang dialami oleh para pengajar. Contoh inovasi dalam proses pembelajaran, yaitu
tutorial terjadwal untuk program D-II PGSD Guru Kelas, tutorial tatap muka berkala
antara 2-3 kali per semester untuk program PGRBS,PSGBS, tutorial tatap muka
intensif sebanyak 1x dalam 1 semester yang dilaksanakan selama 2-5 hari berturut-
turut pada masa libur untuk program PGRBS, PSGBS dan masih banyak lagi program
tutorial yang lain.
Selain itu sekarang muncul inovasi dalam bidang pendidikan khususnya model
pembelajaran yang dinamakan Quantum Teaching. Quantum teaching adalah ilmu
pengetahuan dan metodologi yang diciptakan berdasarkan teori-teori pendidikan.
Quantum teaching menunjukkan cara-cara untuk menjadi guru yang lebih baik.
Kemudian menguraikan cara-cara baru yang memudahkan proses belajar siswa
dengan cara bagaimana gru memadukan unsur-unsur seni dan strategi-strategi
pencapaian tujuan yang sistematis. Dengan adanya model pembelajaran Quantum
Teaching ini maka pembelajaran bukan lagi kegiatan yang membosankan bagi siswa
karena siswa ikut terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran.
TUGAS TUTORIAL I

NAMA : WAHYU KHOIRUNAS


NIM : 838534845
PROGRAM STUDI : PGSD
KODE MATA KULIAH : PDGK 4407
NAMA MATA KULIAH : PENGANTAR PENDIDIKAN ANAK
BERKENUTUHAN KHUSUS

1. Jelaskan penyebab keluarbiasaan berdasarkan waktu terjadinya!


2. Dalam UUD 1945 disebutkan bahwa semua warga negara berhak mendapat
pendidikan. Bagaimana menurut saudara pelaksanaan undang-undang tersebut
terutama dalam pelayanan pendidikan bagi anak luar biasa di daerah Saudara
3. Mengapa anak berbakat perlu mendapatkan layanan pendidikan khusus, pada hal
mereka termasuk anak yang kepandaiannya di atas rata-rata? 
4. Buatkan resume singkat dari jurnal artikel berikut! "Peningkatan Kompetensi Guru
Sekolah Inklusif Dalam Penanganan Anak Berkebutuhan Khusus Melalui
Pembelajaran Kolaboratif"
JAWABAN : 1
1) Faktor penyebab dan waktu terjadinya keluarbiasaan dapat dibagi kedalam empat
bagian, yaitu: keturunan, sebelum lahir, ketika lahir, dan sesudah lahir.
Faktor keturunan hereditas Yaitu antara lain pada peristiwa idipathi, psikhosa, sakit
gila, neurosa, psikhosa sifilitika kegilaan disebabkan oleh penyakit sifilis, familial
corneal dystrophies, retinitis pigmentosa, dan sebagainya.
2) Faktor sebelum lahir
A. Disebabkan karena kekurangan gizi, infkesi, luka-luka, dan keracunan sewaktu bayi
ada dalam kandungan. Peristiwa tersebut pada umumnya menyebabkan kandungan
jadi gugur abortus.
B. Sewaktu bayi di dalam kandungan, ibu menderita penyakit, misalnya: kholera, sifilis,
thypus, dsb. sehingga ada pengaruh yang merusak pada janin. Bayi yang lahir
mungkin akan menderita toxemia, yaitu peristiwa keracunan darah sehingga terjadi
abnormalitas pada system syaraf serta menyebabkan kecacatan. 11
C. Terjadinya intoxication atau keracunan pada janin, karena sewaktu mengandung muda
ia terus menerus menelan obat-obat penenang yang beracun. Obat-obatan tersebut
gagal atau tidak bekerja secara efektif sehingga menyebabkan abnormalitas
pertumbuhan bayi dalam kandungan.
D. Ibu yang sedang mengandung mengalami psikosa jadi gila. Dapat juga karena ibu
mengalami shock hebat, atau dalam keadaan panik sangat ketakutan ketika dia
mengandung. Pada umumnya gangguan yang menimpa bayi yang akan lahir berupa
kelemahan mental. e. Ketika ibu sedang mengandung, perut atau kandungannya
terkena pukulan hebat sehingga mengenai bayinya. Mungkin kepala bayi dan bagian
vital lainnya terkena pukulan keras, sehingga jadi rusak dan cacat.
3) Faktor ketika lahir Banyak resiko sewaktu ibu melahirkan anaknya, sehingga
mengancam keselamatan jiwanya juga bayinya. Terutama terjadi pada kelahiran anak
pertama yang berlangsung lama dan sulit. Pada saat kelahiran, kepala bayi lama
terganggu oleh tekanan yang mempat dari dinding rahim sehingga menyebabkan
pendarahan pada bagian dalam kepala si bayi. Selain itu bisa disebabkan juga karena:
 kelahiran dengan bantuan tang yang sulit, sehingga otak bayi terganggu,
 asphixia, yaitu lahir tanpa napas. Bayi seolah-olah tercekik yang disebabkan oleh
adanya lendir dalam pernafasan atau ada air ketuban dalam paru-parunya.
 prematur lahir sebelum waktunya, sehingga pertumbuhan jasmani dan mentalnya
tertunda dan mengalami kelambatan.
4) Faktor sesudah lahir Gangguan penyakit dan kecelakaan sesudah lahir, terutama terjadi
pada tahun-tahun pertama 0-3 tahun. Sebabnya antara lain:
A. Pengalaman traumatik atau luka-luka, misalnya kepala bayi atau di kepala bagian
dalam. Hal ini terjadi karena mungkin bayi pernah jatuh, terpukul atau kejatuhan
benda berat, atau mengalami serangan sinar matahari zonnesteek. Juga bayi pernah
jatuh pingsan dalam waktu yang sangat lama.
B. Kejang atau stuip karena anak sakit dan panas badannya tinggi sekali. Atau menderita
epilepsi atau ayan, terutama sekali bila kejang- kejangnya sering menyerang anak.
C. Infeksi pada otak atau pada selaput otak yang disebabkan oleh penyakit cerebral
minginitis, campak, dyphteri, dll.
D. Kekurangan nutrisia, kekurangan zat makanan dan vitamin. Misalnya kekurangan
thurosxine pada kelenjar gondok yang mengakibatkan cretinisme.
E. Faktor psikologis, yaitu ditinggalkan ibu, ayah, atau kedua orang tuanya. Atau anak
terpaksa dirawat dalam satu institusi di mana anak kurang sekali mendapatkan
perhatian dan cinta kasih atau afeksi. Mereka kekeringan unsur kasih sayang. Hal ini
bisa menyebabkan hambatan, kelambanan, atau keterbelakangan pada semua fungsi
kejiwaan anak. 13 Terutama sekali terjadi hambatan-hambatan pada perkembangan
intelegensia dan emosi. Sebagai contoh, seorang bayi yang gagal atau tidak pernah
menerima kasih sayang dari orang tuanya dan tidak bisa menjalin relasi normal
dengan ibunya yang disertai perlindungan dan kasih sayang, maka anak tersebut
menjadi tidak mampu mengadakan hubungan antar manusia yang normal dengan
manusia lainnya pada usia dewasa. Ada satu “permanent incapacity in human
relationship” yang bisa membuat anak menjadi a-sosial, bahkan kelak jadi anti-sosial
pada usia dewasa. Bahkan pada umumnya di kemudian hari, mereka juga mengalami
moral defectiveness kerusakah moral.

JAWABAN : 2

Pasal – Pasal Yang Melandasi Pendidikan Luar Biasa


Seluruh warga negara tanpa terkecuali apakah dia mempunyai kelainan atau tidak
mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan. Hal ini dijamin oleh UUD 1945
pasal 31 ayat1 yang mengumumkan. Bahwa tiap-tiap warga negara berhak mendapat
pengajaran.
Pada tahun 2003 pemerintah mengeluarkan undang- undang no 20 tentang systempendidikan
nasional ( UUSPN ). Dalam undang – undang tersebut dikemukakan hal- hal yang erat
hubungan dengan pendidikan bagi anak-anak dengan kebutuhan pendidikan khusus sebagai
berikut ;
Bab 1( pasal 1 ayat 18 ) Wajib belajar adalah program pendidikan minimal yang harus di
ikuti oleh warga negara Indonesia atas tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah
Bab II ( pasal 4 ayat 1 ) Pendidikan diselenggarakan secara demokratis berdasarkan
HAM,agama,kultural,dan kemajemukan bangsa.
Bab IV ( pasal 5 ayat 1 ) Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh
pendidikan yang bermutu baik yang memiliki kelainan fisik,emosionl,mental,intelektual atau
sosial berhakmemperoleh pendidikan khusus.
Bab Vbagian 11 Pendidikan khusus (pasal 32 ayat 1 ) Pendidikan khusus bagi pesertayang
memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan
fisik,emosional,mental,sosial atau memiliki potensi kecerdasan.
Dan menurut saya pelaksanaan undang-undang tersebut masih belum berjalan dengan
semestinya di daerah saya tinggal. Sarananya pun belum mendukung dan belum memadai,
termasuk orang-orangnyapu dalam segi pandangan terhadap anak berkebutuhan khusus masih
minim dan sering terjadinya anak-anak berkebutuhan khusus ini sering terkucilkan dan tidak
dapatnya melanjutkan sekolah seperti anak yang lainnya.

JAWABAN :3
 karena mereka merupakan salah satu cikal bakal penerus bangsa yang ungguL yang
akan membawa bangsa ke puncak kejayaan, jadi mereka harus betul betul dijaga dan
diberikan pelayanan khusus. Dan anak berbakat perlu mendapat layanan pendidikan
khusus agar meningkatkan bakat yang dimiliki agar berguna di masa depan
 Disini kita harus membedakan antara bakat sebagai potensi bawaan dan bakat yang
telah terwujud dalam prestasi yang tinggi. Semua anak berbakat mempunyai potensi
yang unggul, tetapi tidak semuanya telah berhasil mewujudkan potensi unggul
tersebut secara optimal. Anak yang memiliki bakat di bidang matematika misalnya,
apabila memperoleh kesempatan untuk mengembangkan secara optimal disertai
motivasi yang tinggi maka akan memiliki kemampuan khusus dan prestasi yang
menonjol dalam bidang matematika. Di sini kita harus membedakan antara bakat
sebagai potensi bawaan dan bakat yang telah terwujud dalam prestasi yang tinggi.
Semua anak berbakat mempunyai potensi yang unggul, tetapi tidak semuanya telah
berhasil mewujudkan potensi unggul tersebut secara optimal. Anak yang memiliki
bakat di bidang matematika misalnya, apabila memperoleh kesempatan untuk
mengembangkan secara optimal disertai motivasi yang tinggi maka akan memiliki
kemampuan khusus dan prestasi yang menonjol dalam bidang matematika.
Anak yang memiliki bakat khusus dan memperoleh dukungan internal maupun eksternal
maka akan memunculkan kinerja atau kemampuan unggul dan mencapai prestasi yang
menonjol di kelasnya. Anak berbakat adalah mereka yang memiliki intelektual yang tinggi.
Dengan keunggulan ini diharapkan memiliki peluang besar untuk mencapai prestasi tinggi
dan menonjol didalam bidang bakatnya.
Mengapa anak berbakat memerlukan layanan khusus ?. jawabannya agar potensi tinggi yang
mereka miliki dapat tersalurkan dan memberi hasil yang baik untuk ke depannya. Bahkan
secara nasional,pemerintah telah mengisyaratkan penyelenggaraan pendidikan khusus
tersebut dalam sebuah undang-undang sistem pendidikan nasional.

JAWABAN ; 4
 Sekolah inklusif adalah sekolah yang mengakomodasi semua anak tanpa
menghiraukan kondisi fisik, intelektual, social, emosional, linguistic, atau kondisi lain
mereka, termasuk anak kebutuhan pendidikan khusus.
 Pembelajaran kolaboratif adalah prosses pembelajara yang dilakukan oleh guru
umum/reguler dan guru pembimbing khusus dalam menciptakan kegiatan bersama
yang terkoordinasi untuk bersama-sama melakukan pembelajaran terhadap kelompok
siswa yang heterogen.
 Metode: jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan. Penelitian ini
dilakukan pelatihan, workshop dan pendampingan bagi guru reguler dan guru
pembimbing khusus sekolah inklusif anak berkebutuhan khusus dalam meningkatkan
kompetensi profesional penanganan anak berkebutuhan khusus melalui pembelajaran
kolaboratif.
 Hasil dan pembahasan, hasil penelitian siklus 1, dalam perencanaan penelitian ini
telah dilakukan identifikasi masalah yaitu kurangnya kompetensi profesional guru
reguler dan guru pembimbing khusus sekolah inklusif terutama dalam pelaksanaan
pembelajaran kolaboratif untuk menangani anak berkebutuhan pendidikan khusus dan
penetapan alternatif pemecahan masalah, yaitu dengan latihan dan workshop
pembelajaran kolaboratif anak berkebutuhan pendidikan dalam setting sekolah
inklusif.
’’Peningkatan Kompetensi Guru Sekolah Inklusif Dalam Penanganan Anak
Berkebutuhan Khusus Melalui Pembelajaran Kolaboratif’’

Penguatan Pendidikan Inklusif membutuhkan peran dari semua pihak dalam institusi
pendidikan tak terkecuali bimbingan dan konseling. Layanan bimbingan dan konseling di
Sekolah Inklusif saat ini berorientasi kepada bimbingan dan konseling perkembangan dengan
target layanannya menjadi tidak sebatas siswa reguler dalam tatanan kelembagaan, melainkan
akan tertuju kepada semua siswa dalam berbagai tatanan kehidupan dan budaya termasuk
dengan kebutuhan khususnya. Pendidikan inklusif menjadi tanggung jawab bersama antara
konselor atau guru Bimbingan dan Konseling (BK), guru Mata Pelajaran (Mapel), guru
Pendamping Khusus (GPK), maupun Orang Tua. Guru tidak dapat melakukan semuanya
sendiri, karena itu perlu keterlibatan orang tua agar pelaksanaan kegiatan di sekolah
berkesinambungan dengan kegiatan siswa di rumah. Kolaborasi menjadi dasar antara pihak
sekolah dan orang tua, serta ahli lain untuk melakukan pendampingan secara sistematis,
terprogram, konsisten dan berkesinambungan. Dengan demikian, dibutuhkan peran
kolaboratif konselor, pengembangan ketrampilan konselor, dan penyelenggaraan program BK
secara profesional untuk mengoptimalisasi perkembangan siswa berkebutuhan khusus di
sekolah inklusif. Kolaborasi untuk keberhasilan siswa merupakan bagian integral dari
reformasi pendidikan di sekolah inklusif, sekolah inklusif, dan kolaboratif konselor.

Sumber : https://brainly.co.id/tugas/ dan

Modul PDGK 4407 Pengantar Anak Berkebutuhan Khusus

Anda mungkin juga menyukai