Sistitis
Sistitis:
Sistitis adalah inflamasi kendung kemih yang paling sering
disebabkan oleh menyebarnya infeksi dari uretra. (Brunner & Suddarth,
2002).
Pada umumnya disebabkan oleh basil gram negatif Escheriachia
Coli yang dapat menyebabkan kira-kira 90% infeksi akut pada penderita
tanpa kelainanurologis atau kalkuli. Batang gram negatif lainnya termasuk
proteus, klebsiella, enterobakter, serratea, dan pseudomonas bertanggung
jawab atas sebagian kecil infeksitanpa komplikasi.
Pada wanita biasanya karena bakteri-bakteri daerah vagina kearah
uretra atau dari meatus terus naik kekandumg kemih dan mungkin pula
karena renal infeksi tetapi yang tersering disebabkan karena infeksi E.coli.
-
Urinalisis
o Protein
Hasil lab menyatakan bahwa anak menderita proteinuria ringan
(protein +). Proteinuria biasanya merupakan pertanda dari suatu
penyakit ginjal, tetapi bisa juga terjadi secara normal setelah olah
raga berat (misalnya maraton). Proteinuria juga bisa terjadi pada
proteinuria ortostatik, dimana protein baru muncul di dalam urin
setelah penderitanya berdiri cukup lama, dan tidak akan ditemukan
di dalam urin setelah penderitanya berbaring.
o
Glukosa
Hasil lab urin tidak mengandung glukosa.
Leukosit
Dilaporkan jumlah leukosit 15-20/LPB. Piuria dapat ditemukan
pada pielonefritis, sistitis, prostatitis, juga uretritis.
Eritrosit
Pada urin ditemukan 8-12 eritrosit per LPB. Hematuria dapat
ditemukan pada banayak keadaan antara lain kelainan membrane
glomerulus, trauma vascular ginjal, glomerulonefritis akut, infeksi
akut ginjal, keganasan.
Silinder
Pemeriksaan radiologis
Foto polos abdomen dapat memperlihatkan ukuran dan letak ginjal, tetapi
kedua hal tersebut biasanya akan terlihat lebih baik pada pemeriksaan USG.
o
o
Kandung kemih yang terisi dengan urin bisa terlihat dengan jelas pada USG.
USG juga dapat digunakan untuk mendeteksi tumor kandung kemih, tetapi
hasilnya lebih baik jika digunakan CT scan.
o
o
MRI scan dapat memberikan informasi mengenai massa ginjal yang tidak
dapat ditampilkan oleh teknik lainnya. Bentuk suatu tumor dapat
digambarkan secara 3 dimensi. Massa padat dapat dibedakan dari massa
berrongga (kista), cairan di dalam kista bisa dibedakan antara perdarahan
dengan infeksi.
MRI juga memberikan gambaran yang sempurna dari pembuluh darah dan
struktur di sekitar ginjal. Tetapi endapan kalsium dan batu ginjal akan lebih
jelas terlihat pada CT scan.
Diagnosis Banding
1. Pielonefritis
Pengertian
Pielonefritis merupakan infeksi bakteri pada piala ginjal, tubulus,
dan jaringan interstinal dari salah satu atau kedua ginjal ( Brunner & Suddarth,
2002).
Pielonefritis merupakan suatu infeksi dalam ginjal yang dapat timbul secara
hematogen atau retrograd aliran ureterik (J.C.E. Underwood, 2007).
Etiologi
a. Bakteri (Escherichia Coli, Klebsiella Pneumoniac, Streptococcus Fecalis).
b. Obstruksi urinari track.
c. Refluks.
d. Kehamilan.
e. Kencing manis.
f. Keadaan-keadaan menurunnya imunitas untuk melawan infeksi.
(Barbara Engram, 1988).
Manifestasi Klinis
Gejala yang paling umum dapat berupa demam tiba-tiba, kemudian dapat disertai
menggigil, nyeri punggung bagian bawah, mual dan muntah (Barbara Engram,
1988).
Patofisiologi
Bakteri naik ke ginjal dan pelvis ginjal melalui saluran kandung kemih dan uretra.
Flora normal fekal seperti E. Coli, Streptococcus Fecali, Pseudomonas
Aeruginosa, dan Staphilococcus Aureus adalah bakteri paling umum yang
menyebabkan pielonefritis akut, E. Coli menyebabkan sekitar 85% infeksi. Pada
pielonefritis akut, inflamasi menyebabkan pembesaran ginjal yang tidak lazim.
Korteks dan medula mengembang dan multipel abses. Kulit dan pelvis ginjal juga
akan berinvolusi. Resolusi dari inflamasi menghasilkan fibrosis dan scarring
pielonefritis kronik muncul setelah periode berulang dari pielonefritis akut. Ginjal
mengalami perubahan degeneratik dan menjadi kecil serta atrophic. Jika destruksi
nefron meluas, dapat berkembang menjadi gagal ginjal (Barbara Engram, 1988).
Pemeriksaan Diagnostik
a. Whole Blood.
b. Urinalisis.
c. USG dan Radiologi.
d. BUN.
e. Kreatinin.
f. Serum Selectrolytes.
(Barbara Engram, 1988).
Komplikasi
a. Nekrosis papila ginjal.
b. Fionefrosis.
c. Abses perinefrit.
(Barbara Engram, 1988).
Penatalaksanaan
a. Terapi antimikroba spesifik organisme:
- Biasanya dimulai segera untuk mencakup prevalen patogen gram negatif,
kemudian disesuaikan berdasarkan hasil kultur urine.
- Pengobatan dilakukan 2 minggu atau lebih.
b. Pengobatan pasien rawat inap dengan terapi antimikroba parenteral jika pasien
tidak dapat mentoleransi asupan oral dan mengalami dehidrasi atau penyakit akut.
c. Drainase perkutan atau terapi antibiotik yang lama diperlukan untuk mengobati
abses renal atau abses perinefrik.
(Barbara Engram, 1988).
2. Glomerulonefritis
Pengertian
Glomerulonefritis adalah peradangan dan kerusakan pada alat
penyaring darah sekaligus kapiler ginjal (glomerulus) (Sandra M. Nettina,
2001).
Glomerulonefritis adalah sindrom yang ditandai oleh peradangan
dari glomerulus diikuti pembentukan beberapa antigen (Barbara Engram, 1999).
Manifestasi Klinis
a. Faringitis atau tansiktis.
b. Demam.
c. Sakit kepala.
d. Malaise.
e. Nyeri panggul, nyeri ketok CVA
f. Hipertensi.
g. Anoreksia.
h. Muntah.
i. Edema akut.
j. Oliguria, proteinuria, dan urine berwarna cokelat.
(Sandra M. Nettina, 2001).
Patofisiologi
Prokferusi seluler (peningkatan produksi sel endotel ialah yang melapisi
glomerulus). Infiltrasi leukosit ke glomerulus atau membran basal menghasilkan
jaringan perut dan kehilangan permukaan penyaring. Pada glomerulonefritis
ginjal membesar, bengkak dan kongesti. Pada kenyataan kasus, stimulus dari
reaksi adalah infeksi oleh kuman streptococcus A pada tenggorokan, yang
biasanya mendahului glomerulonefritis sampai interval 2-3 minggu. Produk
streptococcus bertindak sebagai antigen, menstimulasi antibodi yang
bersirkulasi menyebabkan cedera ginjal (Sandra M. Nettina, 2001).
Pemeriksaan Diagnostik
a. Urinalisis (UA).
b. Laju filtrasi glomerulus (LFG).
c. Nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin serum.
d. Pielogram intravena (PIV).
e. Biopsi ginjal.
f. Titer antistrepsomisin O (ASO).
(Sandra M. Nettina, 2001).
Penatalaksanaan
a. Manifestasi diet:
- Pembatasan cairan dan natrium.
- Pembatasan protein bila BUN sangat meningkat.
b. Farmakoterapi
- Terapi imunosupresif seperti agen sitoksit dan steroid untuk glomerulonefritis
progresif cepat.
- Diuretik, terutama diuretik loop seperti furosemid (lasix), dan bumex.
- Dialisis, untuk penyakit ginjal tahap akhir.
- Komplikasi
a. Hipertensi.
b. Dekopensasi jantung.
c. GGA (Gagal Ginjal Akut).
3. Ureterolithiasis
- adalah kalkulus atau batu di dalam ureter
- Gerakan pristaltik ureter mencoba mendorong batu ke distal, sehingga
menimbulkan kontraksi yang kuat dan dirasakan sebagai nyeri hebat (kolik).
Nyeri ini dapat menjalar hingga ke perut bagian depan, perut sebelah bawah,
daerah inguinal, dan sampai ke kemaluan.
- Batu yang terletak di sebelah distal ureter dirasakan oleh pasien sebagai nyeri
pada saat kencing atau sering kencing. Batu yang ukurannya kecil (<5 mm)
pada umumnya dapat keluar spontan sedangkan yang lebih besar seringkali
tetap berada di ureter dan menyebabkan reaksi peradangan (periureteritis)
serta menimbulkan obstruksi kronik berupa hidroureter/hidronefrosis (Basuki,
2000 Hal 69).
Manifestasi klinis
1). Nyeri dapat bersifat kolik ( terjadi karena tersumbatnya aliran urine dari ginjal ke kandung
kemih dan urine akan kembali ke ginjal sehingga menyebabkan peregangan kapsul ginjal )
2). Nyeri dimulai di daerah pinggang kemudian menjalar kearah testis disertai mual dan
muntah
3). Berkeringat dingin
4). Pucat dan dapat terjadi renjatan
5). Hematuria
6. Nyeri ketok di daerah atas pelvis ( meletakkan telpak tangan di daerah pelvis dan
memberikan ketokan di atas telapak tangan tersebut. Apabila terasa sakit berarti terjadi
gangguan pada ginjal )
4. Vesikolitiasis
-
beratnya gejala atau pemeriksaan fisik yang dilakukan pada saat anda berobat ke
dokter saja.
APA GUNA ALAT PFM ?
Kadang-kadang jalan napas sudah mulai menyempit tanpa ada gejala-gejala lain
yang anda rasakan dan dengan alat ini tanda-tanda penyempitan sudah dapat
diketahui secara dini sehinga dapat segera dilakukan pencegahan.
Selain itu, alat ini juga berguna untuk mengetahui apakah obat yang diberikan
dokter pada saat serangan asma sudah cukup atau belum. Jika dokter mengganti
obat anda karena alasan tertentu dengan obat lain, maka dengan alat ini dapat
diketahui apakah obat baru tersebut bermanfaat atau tidak. Dan yang tidak kalah
pentingnya yaitu untuk mengetahui apakah asma anda telah stabil dan
terkendali.
a. Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang paling
cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan
bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah
pamberian bronkodilator aerosol (inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik.
Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis
asthma. Tidak adanya respon aerosol bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan
spirometri tidak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting
untuk menilai berat obstruksi dan efek pengobatan. Benyak penderita tanpa
keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi.
b.Uji Provokasi bronkus
Menurut Heru Sundaru dalam bukunya H.Slamet Sogiono, dkk (2001: 24-25)
Dilakukan jika spirometri normal, maka dilakukan uji provokasi bronkus dengan
allergen, dan hanya dilakukan pada pasien yang alergi terhadap allergen yang di
uji.
c.Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:
Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal
eosinopil.
Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari cabang
bronkus.
Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.
Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat mukoid
dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug.
d.Pemeriksaan Coninofit total
e.Uji kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat
menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
f.Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3
bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru yaitu :
Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi dan
clock wise rotation.
Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB
(Right bundle branch block).
Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES, dan
VES atau terjadinya depresi segmen ST negative.
3. Eritromisin
Eritromisin termasuk antibiotika golongan makrolid. Eritromisin
merupakan alternatif pilihan setelah penisilin dalam pengobatan terhadap
gonore dan sifilis dalam kehamilan. Diantara berbagai bentuk eritromisin yang
diberikan peroral, bentuk estolat diabsorpsi paling baik, tetapi sediaan ini
sekarang tidak lagi beredar di Indonesia karena hepatotoksik
4. Nitrofurantoin
Nitrofurantoin adalah antiseptik saluran kemih derivat furan. Obat ini biasa
digunakan untuk infeksi saluran kemih baik pada wanita hamil ataupun tidak
hamil.
Nitrofurantoin bisa menyebabkan hemolisis, anemia dan hiperbilirubinemia
pada bayi yang menderita defisiensi enzim G6PD yang dilahirkan dari ibu
yang mendapat terapi obat ini. Selain potensi tersebut tidak ada efek
teratogenik lain yang dilaporkan.
5. Kloramfenikol
Sejak ditemukan pertama kali dan diketahui bahwa daya antimikrobanya kuat,
maka penggunaan obat ini meluas dengan cepat sampai tahun 1950 ketika
diketahui bahwa obat ini dapat menimbulkan anemia aplastik yang fatal. 1,5
Kloramfenikol umumnya bersifat bakteriostatik. Pada konsentrasi tinggi kadangkadang bersifat bakterisid terhadap kuman-kuman tertentu. Kerjanya dengan jalan
menghambat sintesis protein kuman.
Obat ini dipakai dalam pengobatan infeksi-infeksi anaerob dan dikatakan
bahwa kloramfenikol berhubungan dengan terjadinya drug-induced aplastic
anemia serta dengan terjadinya gray baby syndrome jika digunakan untuk
neonatus.
Adanya resiko terjadinya gray baby syndrome ini menyebabkan kloramfenikol
tidak direkomendasikan untuk pemakaian pada trimester tiga kehamilan
6. Sulfonamid
Secara umum, sel hati yang normal sudah mengandung lemak, namun kandungan
lemaknya tidak tinggi. Ketika akumulasi lemak hati mencapai lebih dari 10%
berat hati, hal inilah yang dikenal sebagai fatty liver. Pada keadaan ini, sebagian
sel-sel liver yang sehat sudah diganti dengan sel lemak. Liver pun sudah berubah
warnanya menjadi kuning mengkilat karena berlemak, membesar dan lebih berat
dari keadaan normal.
Fatty liver umumnya tidaklah berbahaya, karena fungsi liver sebenarnya juga
tidak terganggu, akan tetapi dalam jangka panjang, fatty liver berpotensi menjadi
penyebab kerusakan hati dan sirosis.
Jenis penyakit fatty liver dapat dimulai dari 1) Steatosis (hanya perlemakan hati),
2) Steatohepatitis (perlemakan hati disertai dengan inflamasi). Keadaan ini dapat
terjadi karena (1) konsumsi alkohol yang berlebihan yang disebut dengan ASH
(Alcoholic Steatohepatitis), atau (2) bukan karena alkohol yang disebut NASH
(Nonalcoholic Steatohepatitis).
Fatty liver jarang menimbulkan keluhan, karena penimbunan lemak ini terjadinya
secara perlahan-lahan. Gejala klinis yang dikeluhkan penderita adalah perut terasa
penuh, Hal ini disebabkan karena lemak kebanyakan menumpuk di hati bagian
atas. Ketika kondisi memburuk, pasien bisa merasa letih, berat badan merosot,
tidak nyaman di perut, lemah, dan pening. Penderita umumnya tidak mengetahui
sedang menderita fatty liver dan baru diketahui setelah melakukan check up
lengkap karena penyakit lainnya.
Apa penyebab dari perlemakan hati?
Jika hepatitis A, B, C lebih disebabkan karena virus, sedangkan gangguan
perlemakan hati lebih diakibatkan oleh gaya hidup yang tidak sehat. Konsumsi
makanan berlemak dan berkarbohidrat tinggi yang terlalu sering bisa
menimbulkan perlemakan hati. Begitu juga dengan kebiasaan mengonsumsi
alkohol, kondisi obesitas atau kelebihan berat badan.
Beberapa hal lainnya yang dapat meyebabkan terjadinya fatty liver yakni antara
lain :
- Obat-obatan.
- Gangguan maupun perubahan hormonal misalnya kehamilan.
- Sindrom gangguan metabolik.
- Diabetes.
- Penurunan berat badan yang drastis dan kekurangan gizi.
Siapakah yang beresiko menderita fatty liver?
- 80% penderita fatty liver adalah obese untuk NASH (Nonalcoholic
Steatohepatitis). Resiko fatty liver meningkat bagi yang kelebihan
berat dan obese.
- Penderita diabetes.
- Penderita dengan jumlah trigliserida yang tinggi.
Apakah konsekuensi dari perlemakan hati?
Perlemakan hati menyebabkan hati menyimpan lemak, padahal seharusnya ia
membakar lemak dan membuang kelebihan lemak dari tubuh anda. Perlemakan
hati sebetulnya merupakan akumulasi trigliserida dan jenis lemak lain di dalam sel
hati. Jika ruangan pada hati dan sel-sel hati ini dipenuhi oleh lemak, maka hati
tidak mampu menyaring dan membersihkan aliran darah secara efesien dan aliran
darah menjadi penuh dengan racun dan lemak.
Pengobatan terbaik bagi kondisi ini adalah meninggalkan hal-hal yang bisa
menjadi faktor penyebab. Faktanya memang pada orang kegemukan, perlemakan
di hati akan berkurang ketika berat badannya berkurang. Pada pengguna alkohol,
kadar lemak di hati berkurang jika ia berhenti "minum".
Akibat konsumsi alkohol
Sejatinya organ hati akan memecah alkohol, sehingga dapat dikeluarkan dari tubuh.
Namun bila anda mengkonsumsi alkohol dalam jumlah berlebihan, akan terjadi
ketidakseimbangan yang bisa mencederai hati. Kondisi ini akan menghambat proses
pemecahan protein, lemak, dan karbohidrat.
Ada 3 jenis penyakit hati terkait dengan konsumsi alkohol:
1. Perlemakan Hati
Ditandai oleh pembentukan sel lemak di hati. Biasanya tidak ada gejala yang
menyertai, meski hati bisa saja membesar dan Anda merasakan tidak nyaman pada
perut kanan bagian atas.
Perlemakan hati terjadi pada kebanyakan orang yang mengonsumsi alkohol dalam
jumlah banyak. Kondisi ini akan membaik setelah yang bersangkutan berhenti minum
alkohol.
2. Hepatitis alkoholik atau peradangan hati.
Sekitar 35% dari populasi peminum berat mengalami hepatitis alkoholik. Gejalanya
bisa berupa hilangnya nafsu makan, mual, muntah, nyeri perut, demam dan kulit
berwarna kuning.
Jika tingkatnya ringan, hepatitis alkoholik dapat bertahan hingga bertahun-tahun,
tetapi bisa menyebabkan kerusakan hati progresif.
3. Sirosis Alkoholik
Tipe ini lebih serius dari penyakit hati gara-gara alkohol. Antara 10-20% dari
peminum kelas berat mengalami sirosis, biasanya setelah 10 tahun lebih
mengonsumsi alkohol. Gejalanya mirip hepatitis alkoholik.
Ingat, bahwa kerusakan akibat sirosis membuat hati tidak dapat dikembalikan bagai
semula lagi. Kebanyakan peminum berat akan mengalami perjalanan gangguan hati
mulai dari perlemakan hati ke hepatitis alkoholik dan bisa berakhir pada sirosis
alkoholik.
Perjalanan gangguan hati ini tentu bervariasi pada tiap individu. resiko mengalami
sirosis menjadi tinggi terutama pada peminum kelas berat dan memiliki penyakit lever
kronis seperti infeksi virus hepatitis C. Kesehatan para peminum ini bisa membaik
bila berhenti minum alkohol.
Minum alkohol dalam jumlah moderat bagi kebanyakan orang tidak menyebabkan
penyakit liver. Moderat artinya tidak lebih satu gelas (porsi) per hari bagi perempuan
dan 2 gelas/hari bagi pria.
Meski demikian, bagi orang dengan penyakit hati kronis, alkohol dalam jumlah
sedikit saja akan memperburuk sakit hatinya. Pengidap sakit hati akibat alkohol dan
dengan sirosis dari berbagai penyebab sebaiknya benar-benar putus dengan alkohol.
Yang tidak kalah penting, jangan minum obat asetaminofen dengan alkohol atau
setelah menenggak banyak alkohol. Kombinasi ini dapat membahayakan lever.
181. C. ATRIAL FIBRILASI
1. Infark Miokard
Tanda dan Gejala
Keluhan : rasa tidak enak, sakit, rasa tertindih beban berat, atau rasa tercekik
Lokasi bagian tengah dada, belakang tulang dada, kerap menjalar ke bahu, punggung,
bawah dagu dan ke tangan
Jangka waktu beberapa menit, biasanya lebih dari 5 menit dan keluhan hilang timbul
dan semakin berat/ progresif
Tanda tanda lain serangan jantung : berkeringat dingin, lemas, sesak nafas, dan
pingsan
Penderita AMI tidak selalu mengalami keluhan spesifik seperti di atas. Pada orang
yang mempunyai beberapa faktor resiko koroner, keluhan sukar menelan harus
dicurigai mengalami AMI. Sakit dada ( chest pain ) sering berhubungan dengan AMI,
tetapi dari penelitian populasi usia lanjut, menunjukkan kira kira 2/3 dari kejadian
AMI tidak didahului oleh sakit dada.
Perubahan EKG pada AMI
Daerah Iskemia : inversi gelombang T, karena perubahan repolarisasi
Daerah Luka : elevasi segmen ST, karena iskemia berat
Daerah infark : gelombang Q abnormal/ patologis karena tidak ada depolarisasi pada
jaringan mati/ nekrosis
Laboratorium
Peningkatan kadar enzim atau isoenzim merupakan indikator spesifik AMI. Pada AMI
enzim enzim intrasel ini dikeluarkan ke dalam aliran darah. Kadar total enzim
enzim ini mencerminkan luas AMI. Pemeriksaan yang berulang diperlukan apalagi
bila diagnosis AMI diragukan atau untuk mendeteksi perluasan AMI. Enzim enzim
terpenting ialah kreatin fosfokinase atau aspartat amino transferase ( SGOT ), laktat
Nyeri dada
Sinus Aritmia
182. a. Leukemia
Untuk AML dan ALL, gejala awal leukemia dapat termasuk:
Demam
Kelelahan
Sering infeksi terutama daerah tenggorokan
Tanpa rasa sakit benjolan di leher, ketiak, perut, atau pangkal paha
Nyeri atau perasaan penuh di bawah tulang rusuk
Pucat atau pucat
Mudah perdarahan atau memar
Kehilangan nafsu makan
Kecil merah bintik-bintik (disebut petechiae) di bawah kulit
Tulang atau nyeri sendi.
Anemia Aplastik
Gejala/manifestasi klinik
Kompleks gejala anemia aplastik berkaitan dengan pansitopenia (hoffbbrand
et al, 2005). Pada gejala anemia ditemukan pucat, takikardia, bising jantung, cepat
lelah, pusing, dll. Terkadang disertai dengan defisiensi trombosit dan sel darah putih.
Defisiensi trombosit dapat mengakibatkan ekimosis dan petekie, epistaksis,
perdarahan saluran cerna, perdarahan saluran kemih, perdarahan susunan saraf pusat.
Sedangkan defisiensi sel darah putih menjadikan tubuh mudah terkena infeksi.
Penyakit von Willebrand
adalah kelainan perdarahan herediter disebabkan oleh defisiensi factor von
Willebrand (FVW). FVW membantu trombosit melekat pada dinding pembuluh darah
dan antara sesamanya, yang diperlukan untuk pembekuan darah yang normal.
Gejala paling sering terjadi meliputi perdarahan gusi, hematuria, epistaksis,
perdarahan saluran kemih, darah dalam feses, mudah memar, menoragi. Pasien
dengan penyakit von Willebrand. Simptomatik, seperti pada gangguan fungsi
trombosit lainnya, biasanya tampil dengan perdarahan mukokutan, terutama
epsitaksis, mudah memar, menoragi dan perdarahan gusi dan gastrointestinal.
Pasien dengan kadar factor VIII yang sangat rendah bahkan dapat menunjukkan
hemartrosis dan perdarahan jaringan dalam tubuh. Seringkali gambaran kelainan itu
tidak nyata sampai terdapat factor pemberat seperti trauma atau pembedahan.
Penyakit von Willebrand dapat diturunkan sebagai satu sifat dominan atau resesif
autosomal. Seringkali terdapat riwayat yang jelas dalam keluarga dengan perdarahan
abnormal dan berat, namun daya tembus dan ekspresi gen yang mengalami mutasi
sangat bervariasi. Meskipun orang tua dengan autosom dominan memindahkan gen
yang abnormal ke 50% anak-anaknya, penyakit dengan gejala yang nyata hanya pada
30-40% keturunanya.
ITP
ITP adalah singkatan dari Idiopathic Thrombocytopenic Purpura. 'Idiopathic' berarti
'tidak diketahui penyebabnya'. 'Thrombocytopenic' berarti 'darah yang tidak cukup
memiliki keping-keping darah (trombosit). 'Purpura' berarti seseorang memiliki luka
memar yang banyak (berlebihan).
ITP [Idiopathic Thrombocytopenic Purpurae] ialah suatu gangguan sistem
imunitas yang ditandai dengan trombositopeni yaitu jumlah trombosit menurun
hingga dibawah dari jumlah normal 150.000 /ul sehingga menimbulkan perdarahan.
Adanya trombositopenia pada ITP ini akan mengakibatkan gangguan pada sistem
hemostasis tersebut.
Ciri-ciri ITP :
Penderita ITP memiliki tanda-tanda :
-
TTP
Thrombotic thrombocytopenic purpura (TTP) adalah kelainan darah yang
menyebabkan gumpalan darah terbentuk dalam pembuluh darah kecil di seluruh
tubuh, dan menyebabkan platelet yang rendah (trombositopenia).
183. b. RHZE
184. D
Gejala skizofrenia katatonik
Prognosis baik:
Onset lambat
Faktor pencetus jelas
Onset akut
Riwayat sosial, seksual, dan pekerjaan premorbid baik
Gejala gangguan mood
Menikah
Riwayat keluarga gangguan mood
Sistem pendukung yang baik
Gejala positif
Prognosis buruk
Onset muda
Tidak ada faktor pencetus
Onset tidak jelas
Riwayat sosial, seksual, dan pekerjaan premorbid buruk
Perilaku menarik diri, autistik
Tidak menikah, bercerai, atau janda/duda
Riwayat keluarga skizofrenia
Sistem pendukung buruk
Gejala negatif
Tanda dan gejala neurologis
Riwayat trauma perinatal
Tidak ada remisi dalam tiga tahun
Banyak relaps
Riwayat penyerangan
185. BINGUNG
1. Hemofilia
berasal dari bahasa Yunani Kuno, yang terdiri dari dua kata yaitu haima yang berarti
darah dan philia yang berarti cinta atau kasih sayang.
Hemofilia adalah suatu penyakit yang diturunkan, yang artinya diturunkan dari ibu
kepada anaknya pada saat anak tersebut dilahirkan.
Darah pada seorang penderita hemofilia tidak dapat membeku dengan sendirinya
secara normal. Proses pembekuan darah pada seorang penderita hemofilia tidak
secepat dan sebanyak orang lain yang normal. Ia akan lebih banyak membutuhkan
waktu untuk proses pembekuan darahnya.
Hemofilia A dan B
Hemofilia terbagi atas dua jenis, yaitu :
- Hemofilia A; yang dikenal juga dengan nama :
- Hemofilia Klasik; karena jenis hemofilia ini adalah yang paling banyak
kekurangan faktor pembekuan pada darah.
- Hemofilia kekurangan Factor VIII; terjadi karena kekurangan faktor 8 (Factor
VIII) protein pada darah yang menyebabkan masalah pada proses pembekuan
darah.
- Hemofilia B; yang dikenal juga dengan nama :
- Christmas Disease; karena di temukan untuk pertama kalinya pada seorang
bernama Steven Christmas asal Kanada
- Hemofilia kekurangan Factor IX; terjadi karena kekurangan faktor 9 (Factor IX)
protein pada darah yang menyebabkan masalah pada proses pembekuan darah.
Gambar 1
a.
K
et
ik
a
m
e
n
g
al
a
m
i
p
er
d
ar
a
h
a
n
b
er
ar
ti
te
rj
a
di
lu
k
a
p
a
d
a
p
e
m
b
ul
u
h
d
ar
a
h
(y
ai
tu
sa
lu
ra
n
te
m
p
at
d
ar
a
h
m
e
n
g
al
ir
k
es
el
ur
u
h
tu
b
u
h)
,
la
lu
d
ar
a
h
k
el
u
ar
d
ar
i
p
e
m
b
ul
u
h.
b. Pembuluh darah mengerut/ mengecil.
c. Keping darah (trombosit) akan menutup luka pada pembuluh.
d. Kekurangan jumlah factor pembeku darah tertentu,
mengakibatkan anyaman penutup luka tidak terbentuk
sempurna, sehingga darah tidak berhenti mengalir keluar
pembuluh.
Gambar 2
Klasifikasi
Berat
Sedang
Ringan
Penderita hemofilia parah/berat yang hanya memiliki kadar faktor VIII atau faktor IX
kurang dari 1% dari jumlah normal di dalam darahnya, dapat mengalami beberapa
kali perdarahan dalam sebulan. Kadang - kadang perdarahan terjadi begitu saja tanpa
sebab yang jelas.
Penderita hemofilia sedang lebih jarang mengalami perdarahan dibandingkan
hemofilia berat. Perdarahan kadang terjadi akibat aktivitas tubuh yang terlalu berat,
seperti olah raga yang berlebihan.
Penderita hemofilia ringan lebih jarang mengalami perdarahan. Mereka mengalami
masalah perdarahan hanya dalam situasi tertentu, seperti operasi, cabut gigi atau
mangalami luka yang serius. Wanita hemofilia ringan mungkin akan pengalami
perdarahan lebih pada saat mengalami menstruasi.
Gejala Hepatitis A
Gejala Hepatitis tipe ini pada umumnya ringan, terutama pada anak-anak dan
muncul kisaran 2 6 minggu setelah terpapar virus. Pada pasien dewasa lebih
mungkin untuk mengalami demam, sakit kuning (jaundice), mual (malaise),
kelelahan, dan gatal-gatal yang dapat bertahan sampai beberapa bulan. Kotoran
(tinja) mungkin tampak abu-abu pucat dan urin akan muncul gelap.
Demam Chikungunyah
Demam Chikungunya disebabkan oleh infeksi virus Chikungunya. Virus ini masih
satu keluarga dengan Virus Dengue, penyebab Demam Berdarah Dengue (DBD).
Virus ini masuk ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti atau Aedes
Albopictus yang juga nyamuk penular DBD.
Demam Chikungunya sering rancu dengan DBD karena mempunyai gejala yang awal
yang hamper sama, tetapi gejala nyeri sendi merupakan gejala yang penting pada
demam Chikungunya. Tetapi untuk pasti membedakannya adalah dengan pemeriksaan
laboratorium darah pada demam hari ke 3. Serangan demam Chikungunya dalam
bentuk KLB (kejadian luar biasa) sudah sering terjadi, terutama pada musim
penghujan.
Nyamuk Aedes yang sudah terinfeksi virus Chikungunya bila menggigit manusia akan
menularkan virus Chikungunya. Di dalam tubuh manusia, virus tidak serta merta
1. Palpasi
2. Perkusi
3. Auscultasi
-
kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan
barrel chest.
192. a. Samonela typhi
Giardia lamblia adalah salah satu protozoa penyebab infeksi pada saluran
pencernaan manusia. Protozoa ini ditemukan pertama kali oleh Leuwenhoek
tahun 1681 pada fesesnya sendiri. Nama lain dari Giardia lamblia adalah
Lamblia intestinalis atau Giardia doudenalis. Selain menyerang saluran
pencernaan manusia, protozoa flagellata ini dapat pula menyerang kucing,
anjing, burung, sapi, berang-berang, rusa dan domba.
Gejala giardiasis diantaranya ;
Diare
Rasa tidak nyaman di perut
Buang gas yang berlebihan (berbau busuk)
Bersendawa dengan bau seperti belerang yang menyebabkan seseorang ingin muak
dan muntah
Steatorrhoea (feses berwarna pucat,berbau busuk dan licin)
Nyeri pada daerah epigastic(antara dada dan perut)
Perut sering kembung
Mual
Kurang nafsu makan
Mungkin (jarang) muntah-muntah yang banyak
Kehilangan berat badan
Pus, lendir dan darah yang tidak biasa pada feses
goiter noduler,
4) TSH : tertekan dan tidak berespons pada TRH (tiroid relasing hormon)
5) Tiroglobulin : meningkat
6) Elektrolit : hiponatremia mungkin sebagai akibat dari respon adrenal atau efek
dilusi dalam terapi cairan pengganti hipokalemia terjadi dengan sendirinya pada
kehilangan melalui gastrointestinal dan dieresis.
7) Katekolamin serum : menurun
8) Kreatinine urine : meningkat
9) EKG : fibrilasi atrium, waktu sistolik memendek, kardimegali.
197. a. Angina
Angina Pectoris
Angina pektoris adalah kumpulan gejala klinis berupa serangan nyeri dada yang khas,
yaitu seperti ditekan atau terasa berat di dada yang sering menjalar ke lengan kiri.
Nyeri dada tersebut biasanya timbul pada saat melakukan aktivitas dan segera
hilang bila aktivitas dihentikan.
Nyeri angina dapat menyebar ke lengan kiri, ke punggung, ke rahang atau ke
daerah perut, yang bisa disalahartikan sebagai gejala maag.
Gejala klinis :
Diagnosis seringkali berdasarkan keluhan nyeri dada yang
mempunyai ciri khas sebagai berikut :
Sering pasien merasakan nyeri dada di daerah sternum (tulang dada) atau di
bawah sternum (substernal), atau dada sebelah kiri dan kadang-kadang
menjalar ke lengan kiri, dapat menjalar ke punggung, rahang, leher, atau ke
lengan kanan. Nyeri dada juga dapat timbul di tempat lain seperti di daerah ulu
hati, leher, rahang, gigi, bahu.
Pada angina, nyeri dada biasanya seperti tertekan benda berat, atau seperti di
peras atau terasa panas, kadang-kadang hanya mengeluh perasaan tidak enak
di dada karena pasien tidak dapat menjelaskan dengan baik, lebih-lebih jika
pendidikan pasien kurang.
Nyeri dada pada angina biasanya timbul pada saat melakukan aktivitas,
misalnya sedang berjalan cepat, tergesa-gesa, atau sedang berjalan mendaki
atau naik tangga. Pada kasus yang berat, aktivitas ringan seperti mandi atau
menggosok gigi, makan terlalu kenyang, emosi, sudah dapat menimbulkan
nyeri dada. Nyeri dada tersebut segera hilang bila pasien menghentikan
aktivitasnya. Serangan angina dapat timbul pada waktu istirahat atau pada
waktu tidur malam.
Lamanya nyeri dada biasanya berlangsung 1-5 menit, kadang-kadang perasaan
tidak enak di dada masih terasa setelah nyeri hilang. Bila nyeri dada
berlangsung lebih dari 20 menit, mungkin pasien mendapat serangan jantung
dan bukan angina pektoris biasa.
Pada angina pektoris dapat timbul keluhan lain seperti sesak napas, perasaan
lelah, kadang-kadang nyeri dada disertai keringat dingin.
Pemeriksaan penunjang
1. Elektrokardiogram (EKG)
Gambaran EKG saat istirahat dan bukan pada saat serangan angina sering
masih normal.
3. Pemeriksaan laboratorium
Penatalaksanaannya :