PPh Pasal 22
02
BAB II
LANDASAN TEORI
03
BAB III
PEMBAHASAN
04
BAB IV
PENUTUP
BAB I
Latar Belakang
• Pajak adalah pungutan wajib yang dibayar rakyat untuk negara dan akan digunakan untuk
kepentingan pemerintah dan masyarakat umum.
• Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah pajak yang dipungut oleh bendaharawan pemerintah baik
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, instansi atau lembaga pemerintah dan lembaga-
lembaga Negara lainnya berkenaan dengan pembayaran atas penyerahan barang, dan badan-
badan tertentu baik badan pemerintah maupun swasta berkenaan dengan kegiatan di bidang
impor atau kegiatan usaha di bidang lain.
• PPh Pasal 22 dikenakan terhadap perdagangan barang yang dianggap ‘menguntungkan’, sehingga baik
penjual maupun pembelinya dapat menerima keuntungan dari perdagangan tersebut.
DASAR HUKUM PPh 22
1 2 3
UU PPh No. 36 tahun 2008 PMK 34/PMK.010/2017 Tentang PMK 90/PMK.03/2015 Tentang Wajib
Tentang Pajak Penghasilan Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Pajak Badan Tertentu Sebagai Pemungut
Objek pajak PPH Pasal 22 > adalah barang yang dianggap “menguntungkan”.
Subjek pajak PPh Pasal 22 > meliputi Badan Usaha (industri semen, kertas, baja, otomotif,
dan farmasi), Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM), produsen atau importir bahan bakar
minyak, badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri baja, dan pedagang.
Tarif PPH Pasal 22
1. Atas impor :
• Yang menggunakan Angka Pengenal Importir (API) = 2,5% (dua setengah persen) dari nilai impor,
kecuali atas impor kedelai, gandum, dan tepung terigu sebesar 0,5% (setengah persen) dari nilai
impor.
• Non-API = 7,5% . yang tidak menggunakan angka pengenal impor (API), sebesar 7,5% (tujuh
setengah persen) dari nilai impor; dan/atau
• Yang tidak dikuasai = 7,5% (tujuh setengah persen) dari harga jual lelang. Pengertian nilai impor
adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar perhitungan bea masuk yaitu cost insurance and
freight (CIF) ditambah dengan bea masuk dan pungutan lainnya yang dikenakana berdasrkan
ketentuan peraturan perundang undangan kepabeanan di bidang impor.
2. Atas pembelian barang yang pemungut pajaknya bendahara pemerintah dan KPA, sebesar 1,5%(satu
setengah persen) dari harga pembelian.
4. Atas penjualan hasil produksi atau penyerahan barang oleh produsen atau importir bahan bakar minyak,gas,
dan pelumas.
- Pungutan PPh Pasal 22 kepada penyalur/agen, bersifat final. Selain penyalur/agen bersifat tidak final.
5. Atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor dari pedagang pengumpul ditetapkan
= 0,25 % x harga pembelian (tidak termasuk PPN)
6. Atas impor kedelai, gandum, dan tepung terigu oleh importir yang menggunakan API = 0,5% x nilai
impor.
7. Atas penjualan barang Mewah, sebesar 5% dari harga jual tidak termasuk PPN dan PPnBM.
• Pesawat udara pribadi dengan harga jual lebih dari Rp 20.000.000.000,
• Kapal pesiar dan sejenisnya dengan harga jual lebih dari Rp 10.000.000.000,
• Rumah beserta tanahnya dengan harga jual atau harga pengalihannya lebih dari Rp 10.000.000.000,- dan
luas bangunan lebih dari 500 m2
8. Untuk yang tidak memiliki NPWP dipotong 100% lebih tinggi dari tarif PPh Pasal 22
Cara Pembayaran PPh Pasal 22
• PPh Pasal 22 adalah cicilan PPh pada tahun berjalan. Maksudnya, pada akhir tahun, cicilan ini akan diperhitungkan
menjadi kredit pajak PPh badan atau PPh orang pribadi.
• PPh Pasal 22 yang berbentuk SSE, artinya PPh Pasal 22 tersebut dibayar langsung ke bank persepsi oleh wajib pajak yang
bersangkutan pada saat transaksi.
• Transaksi yang wajib dibayar langsung adalah transaksi yang berkaitan dengan impor .
3. Pajak Penghasilan Pasal 22 atas pembelian barang oleh pemungut disebut pada angka 2, angka 3, dan angka 4
terutang dan dipungut pada saat pembayaran.
4. Pajak Penghasilan Pasal 22 atas penjualan hasil produksi industri semen, industri kertas, industri baja, dan
industri otomotif terutang dan dipungut pada saat penjualan.
5. Pemungut pajak penghasilan pasal 22 atas impor barang dilakukan dengan cara penyetoran oleh;
- Importir yang bersangkutan, atas
- Direktorat jendral Bea dan Cukai, Ke kas Negara melalui kantor pos, bank devisa, atau bank yang ditunjuk oleh
menteri keuangan.
6. Penyetoran pajak penghasilan pasal 22 oleh importir, direktorat jendral Bea dan Cukai dan pemungut pajak
sebagaimana dalam angka 2, angka 3, dan angka 4, menggunakan formulir surat setoran pajak yang berlaku
sebagai bukti pemungutan pajak
Pengecualian Pemungutan PPH Pasal 22
Pasal 3 ayat 1 Peraturan Menteri Keuangan No. 224/PMK. 001/2012 jo Peraturan Direktur Jendral Pajak No. 06/PJ/2013 menyebutkan
dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22:
Impor barang dana tau penyerahan barang yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan tidak
terutang Pajak Penghasilan.
Impor barang yang dibebaskan dari pungutan Bea masuk dan/atau Pajak Pertambahan Nilai.
Impor sementara, jika pada waktu impornya nyata-nyata dimaksudkan untuk diekspor kembali.
Pembayaran yang dilakukan oleh pemungutan pajak bendaharawan pemerintah pusat atau daerah atau kuasa
pengguna anggaran
Pembayaran untuk pembelian gabah dan/atau beras oleh Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (BULOG)
Emas batangan yang akan diproses untuk menghasilkan barang perhiasan dari emas untuk tujuan ekspor
Pembayaran untuk pembelian barang sehubungan dengan pengunaan dana Bantuan Operasional Sekolah
(BOS)
BAB III
PEMBAHASAN
kegiatan di bidang impor, dengan 2. Penunjukan pemungut PPh Pasal 22 sebagaimana dimaksud
pengaturan sebagai berikut : angka 5 dilakukan kepala KPP yang wilayah kerjanya meliputi
tempat kedudukan badan usaha yang melakukan penjualan hasil
produksinya di dalam negeri, dengan surat keputusan yang
berlaku sejak tanggal diterapkan
Contoh 2:
10.000,00= Rp 325.000.000,-