Anda di halaman 1dari 23

Kelompok 2

PPh Pasal 22

21216226 Karina Putri S


21216247 M Iyan Sumaryana
21216264 Shella Fitrias
21215246 Ahmad Budi Santosa

21216234 Mochamad Dwiki Assegaf


21216235 Fitri Nurdina
21216237 Ade Papa Aulia
21216244 Trisna Dwiyanto Putra
PPh Pasal 22
01
BAB I
PENDAHULUAN

02
BAB II
LANDASAN TEORI

03
BAB III
PEMBAHASAN

04
BAB IV
PENUTUP
BAB I
Latar Belakang

• Pajak adalah pungutan wajib yang dibayar rakyat untuk negara dan akan digunakan untuk
kepentingan pemerintah dan masyarakat umum.

• Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah pajak yang dipungut oleh bendaharawan pemerintah baik
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, instansi atau lembaga pemerintah dan lembaga-
lembaga Negara lainnya berkenaan dengan pembayaran atas penyerahan barang, dan badan-
badan tertentu baik badan pemerintah maupun swasta berkenaan dengan kegiatan di bidang
impor atau kegiatan usaha di bidang lain.

• Dasar hukum pengenaan Pajak Penghasilan Pasal 22


Apa pengertian dari pajak penghasilan pasal 22?

Bagaimana dasar hukum pengaturan dari


pajak penghasilan?

Siapa pemungut PPh Pasal 22?

Apa Objek dan Subjek PPh Pasal 22?

Rumusan Masalah Apakah PTKP dan PKP itu?

Berapakah tarif PPh Pasal 22?

Siapa saja yang termasuk dari pengecualian


pemungutan PPh pasal 22 dan kewajiban membuat
bukti potong
Bagaimana cara pembayaran PPh pasal 22?

Bagaimana cara Pemungutan, Penyetoran dan


pelaporan PPh pasal 22?
BAB II
Landasan Teori

Pengertian PPh pasal 22


• Pajak Penghasilan Pasal 22 (PPh Pasal 22) adalah bentuk pemotongan atau pemungutan pajak yang
dilakukan satu pihak terhadap Wajib Pajak dan berkaitan dengan kegiatan perdagangan barang.

• PPh Pasal 22 dikenakan terhadap perdagangan barang yang dianggap ‘menguntungkan’, sehingga baik
penjual maupun pembelinya dapat menerima keuntungan dari perdagangan tersebut.
DASAR HUKUM PPh 22

1 2 3

UU PPh No. 36 tahun 2008 PMK 34/PMK.010/2017 Tentang PMK 90/PMK.03/2015 Tentang Wajib

Tentang Pajak Penghasilan Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Pajak Badan Tertentu Sebagai Pemungut

Sehubungan Dengan Pembayaran Atas Pajak Penghasilan Dari Pembeli Atas

Penyerahan Barang dan Kegiatan Di Bidang Penjualan Barang yang Tergolong

Impor Atau Kegiatan Usaha di Bidang Lain Sangat Mewah


Pemungut PPh Pasal 22
2

Badan-badan tertentu, baik badan


pemerintah you haven’t
Something maupun seenswasta
or
berkenaan
tried denganinspire
before could kegiatan
you! di
1 bidang impor atau kegiatan usaha di 3
bidang lain
Bendaharawan Pemerintah Pusat/ Wajib Active Mind
Pajak Badan yang melakukan
Daerah, instansi atau lembaga penjualan barang yang tergolong sangat
pemerintah dan lembaga – lembaga mewah sesuai dengan Peraturan Menteri
negara lainnya, berkenaan dengan Keuangan No.90/PMK.03/2015.
pembayaran atas penyerahan barang
Bendahara & badan-badan yang memungut PPh Pasal 22 sebesar 1,5% dari
pembelian adalah:
• Bank Devisa dan Direktoran Jendral Bea dan Cukai (DJBC) atas Objek PPh 22
impor barang
• Bendahara Pemerintah dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) 
• Bendahara pengeluaran berkenaan dengan pembayaran atas pembelian barang
yang dilakukan dengan mekanisme uang persediaan (UP) Pemungut PPH 22
• Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)  atau pejabat penerbit Surat Perintah
Membayar
• Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
• Bank-bank Badan Usaha Milik Negara
• Industri atau badan usaha yang melakukan pembelian komoditas tambang
batubara, mineral logam, dan mineral bukan logam
• Badan Usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, industri
kertas, industri baja, dan industry otomotif, serta industri farmasi atas penjualan
kepada distributornya.
• Produsen atau importir bahan bakar minyak, gas, dan pelumas atas penjualan
bahan bakar minyak, gas, dan pelumas.
Objek dan Subjek PPH Pasal 22

Objek pajak PPH Pasal 22 > adalah barang yang dianggap “menguntungkan”.

Subjek pajak PPh Pasal 22 > meliputi Badan Usaha (industri semen, kertas, baja, otomotif,
dan farmasi), Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM), produsen atau importir bahan bakar
minyak, badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri baja, dan pedagang.
Tarif PPH Pasal 22

1. Atas impor :
• Yang menggunakan Angka Pengenal Importir (API) = 2,5% (dua setengah persen) dari nilai impor,
kecuali atas impor kedelai, gandum, dan tepung terigu sebesar 0,5% (setengah persen) dari nilai
impor.
• Non-API = 7,5% . yang tidak menggunakan angka pengenal impor (API), sebesar 7,5% (tujuh
setengah persen) dari nilai impor; dan/atau
• Yang tidak dikuasai = 7,5% (tujuh setengah persen) dari harga jual lelang. Pengertian nilai impor
adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar perhitungan bea masuk yaitu cost insurance and
freight (CIF) ditambah dengan bea masuk dan pungutan lainnya yang dikenakana berdasrkan
ketentuan peraturan perundang undangan kepabeanan di bidang impor.

2. Atas pembelian barang yang pemungut pajaknya bendahara pemerintah dan KPA, sebesar 1,5%(satu
setengah persen) dari harga pembelian.

3. Atas penjualan hasil produksi ditetapkan berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak, yaitu :


- Kertas : 0.1% x DPP PPN (Tidak Final) - Baja : 0.3% x DPP PPN (Tidak Final)
- Semen : 0.25% x DPP PPN (Tidak Final) - Otomotif: 0.45% x DPP PPN (Tidak Final)
Tarif PPH Pasal 22

4. Atas penjualan hasil produksi atau penyerahan barang oleh produsen atau importir bahan bakar minyak,gas,
dan pelumas.
- Pungutan PPh Pasal 22 kepada penyalur/agen, bersifat final. Selain penyalur/agen bersifat tidak final.

5. Atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor dari pedagang pengumpul ditetapkan
= 0,25 % x harga pembelian (tidak termasuk PPN)

6. Atas impor kedelai, gandum, dan tepung terigu oleh importir yang menggunakan API = 0,5% x nilai
impor.

7. Atas penjualan barang Mewah, sebesar 5% dari harga jual tidak termasuk PPN dan PPnBM.
• Pesawat udara pribadi dengan harga jual lebih dari Rp 20.000.000.000,
• Kapal pesiar dan sejenisnya dengan harga jual lebih dari Rp 10.000.000.000,
• Rumah beserta tanahnya dengan harga jual atau harga pengalihannya lebih dari Rp 10.000.000.000,- dan
luas bangunan lebih dari 500 m2

8. Untuk yang tidak memiliki NPWP dipotong 100% lebih tinggi dari tarif PPh Pasal 22
Cara Pembayaran PPh Pasal 22

• PPh Pasal 22 adalah cicilan PPh pada tahun berjalan. Maksudnya, pada akhir tahun, cicilan ini akan diperhitungkan
menjadi kredit pajak PPh badan atau PPh orang pribadi.

• PPh Pasal 22 yang berbentuk SSE, artinya PPh Pasal 22 tersebut dibayar langsung ke bank persepsi oleh wajib pajak yang
bersangkutan pada saat transaksi.

• Transaksi yang wajib dibayar langsung adalah transaksi yang berkaitan dengan impor .

Tata Cara Pemungutan, penyetoran, dan Pelaporannya PPh 22


1. Pajak Penghasilan Pasal 22 atas impor barang,terutang,dan dilunasi bersamaan dengan saat pembayaran bea masuk
2. Dalam hal pemyaran bea masuk ditunda atau dibebaskan, maka pajak penghasilan pasal 22 terutang dan dilunasi pada
saat penyelesaian dokumen Pemberitahuan Impor Barang (PIB).
Cara Pembayaran PPh Pasal 22

3. Pajak Penghasilan Pasal 22 atas pembelian barang oleh pemungut disebut pada angka 2, angka 3, dan angka 4
terutang dan dipungut pada saat pembayaran.
4. Pajak Penghasilan Pasal 22 atas penjualan hasil produksi industri semen, industri kertas, industri baja, dan
industri otomotif terutang dan dipungut pada saat penjualan.
5. Pemungut pajak penghasilan pasal 22 atas impor barang dilakukan dengan cara penyetoran oleh;
- Importir yang bersangkutan, atas
- Direktorat jendral Bea dan Cukai, Ke kas Negara melalui kantor pos, bank devisa, atau bank yang ditunjuk oleh
menteri keuangan.

6. Penyetoran pajak penghasilan pasal 22 oleh importir, direktorat jendral Bea dan Cukai dan pemungut pajak
sebagaimana dalam angka 2, angka 3, dan angka 4, menggunakan formulir surat setoran pajak yang berlaku
sebagai bukti pemungutan pajak
Pengecualian Pemungutan PPH Pasal 22
Pasal 3 ayat 1 Peraturan Menteri Keuangan No. 224/PMK. 001/2012 jo Peraturan Direktur Jendral Pajak No. 06/PJ/2013 menyebutkan
dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22:

Impor barang dana tau penyerahan barang yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan tidak
terutang Pajak Penghasilan.

Impor barang yang dibebaskan dari pungutan Bea masuk dan/atau Pajak Pertambahan Nilai.

Impor sementara, jika pada waktu impornya nyata-nyata dimaksudkan untuk diekspor kembali.

Impor kembali (re-impor).

Pembayaran yang dilakukan oleh pemungutan pajak bendaharawan pemerintah pusat atau daerah atau kuasa
pengguna anggaran

Pembayaran untuk pembelian gabah dan/atau beras oleh Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (BULOG)

Emas batangan yang akan diproses untuk menghasilkan barang perhiasan dari emas untuk tujuan ekspor

Pembayaran untuk pembelian barang sehubungan dengan pengunaan dana Bantuan Operasional Sekolah
(BOS)
BAB III
PEMBAHASAN

Kewajiban Pajak PPh Pasal 22


Semua Pemungutan PPh Pasal 22 bersifat tidak final dan
dapat diperhitungkan sebagai pembayaran PPh dalam tahun
berjalan bagi Wajib Pajak yang dipungut, kecuali atas
penjualan bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas
oleh Produsen atau importir bahan bakar minyak, bahan bakar
gas, dan pelumas kepada penyalur/agen.
Saat Terutang atau Pelunasan Pph 22

Penetapan saat terutang dan pelunasan


pajak penghasilan pajak pasal 22 diatur
sebagai berikut : 1. Atas kegiatan impor barang

2. Atas kegiatan pembelian barang

3. Atas penjualan hasil produksi dan pengelolahan


barang

4. Atas penjulanhasil produksi dan pengelolahan


barang,

5. Pemungutan PPh pasal 22 atas pembelian barang


atau bahan-bahan oleh pemungutan butir 2,3
Tata Cara Prosedur Pemotongan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor
154/PMK.03/2010 tentang Pemungutan
PPh pasal22 sehubungan dengan
pembayaran atas penyerahan barang dan 1. Badan usaha yang bergerak di bidang usaha industri baja

kegiatan di bidang impor, dengan 2. Penunjukan pemungut PPh Pasal 22 sebagaimana dimaksud
pengaturan sebagai berikut : angka 5 dilakukan kepala KPP yang wilayah kerjanya meliputi
tempat kedudukan badan usaha yang melakukan penjualan hasil
produksinya di dalam negeri, dengan surat keputusan yang
berlaku sejak tanggal diterapkan

3. Badan usaha yang bergerak di bidang usaha otomotif

4. Dalam hal terjadi karena pengambilan barang hasil produksi yang


dibeli dari badan usaha sebagai pemungut PPh Pasal 22 setelah
masa pajak terjadinya pengeluaran, pembeli harus membuat dan
menyampaikan Nota Retur kepada pemungut PPh Pasal 22.

5. Pembuatan nota retur harus dibuat dalam masa pajak terjadinya


pengambilan barang hasil produksi.
Cara Menghitung PPH 22

Besarnya PPh pasal 22 atas impor:

PPh Pasal 22 = 2,5% x Nilai Importir yang tidak Contoh 1:


menggunakan Angka Pengenal Imortir (API) PT ANGGARA, memiliki nomor API, melakukan impor
komputer dari Amerika Serikat dengan perincian sbb:
Tarif pemungutannya sebesar 7,5% dari nilai impor Harga Komputer (Cost)………...US$ 20,000.00
PPh Pasal 22 = 7,5% x Harga Jual Lelang Asuransi (Insurance) …………..US$ 1,000.00
Biaya angkut (Freight) …………US$ 4,000.00
Catatan : Harga Pabean ………………….US$ 25,000.00
Yang dimaksud dengan nilai impor adalah nilai Pungutan :
berupa uang yang digunakan sebagai dasar - Bea Masuk 20% ………………US$  5,000.00
perhitungan bea masuk. Nilai impor dihitung sebesar - Bea Masuk Tambahan 10% …US$  2,500.00
Cost Insurance Freight (CIF) +Bea Masuk+ Pungutan             NILAI IMPOR …………US$ 32,500.00
pabean lainnya. Apabila pada tanggal impor (sesuai dokumen impor:
pemberitahuan impor barang) nilai kurs US $ 1.00= Rp
10.000,00 maka:
Dasar pengenaan PPh Pasal 22:
US$ 32,500.00 x Rp 10.000,00= Rp
325.000.000,-
PPh Pasal 22 yang harus dipungut :
Rp 325.000.000,00 x 2,5% = Rp  8.125.000,00
Cara Menghitung PPH 22

Contoh 2:

Seperti soal nomor sebelumnya, tetapi PT

ANGGARA tidak memiliki API, maka perhitungan

PPh Pasal 22 adalah :

Dasar pengenaan PPh Pasal 22: US$ 32,500.00 x Rp

10.000,00= Rp 325.000.000,-

PPh Pasal 22 yang harus dipungut :Rp

325.000.000,00 x 7,5% = Rp 24.375.000,-


Cara Menghitung PPH 22
Contoh :
Cara Menghitung PPh Pasal 22 Atas Pembelian Barang PT Jayadi Maju melakukan penjualan lemari arsip
Yang Dibiayai dengan APBN/ APBD kepada Departemen Dalam Negri senilai Rp 220 juta.
PPh Pasal 22 = 1,5% x Harga Perolehan Pembayaran dilakukan oleh Bendaharawan Depdagri.
Atas pembelian barang yang dananya dari belanja Negara Dalam kontrak penjualan dengan pemerintah yang
atau belanja daerah dikenakan pemungutan PPh Pasal 22 di danai dari APBN/APBD, biasanya harga jual sudah
sebesar 1,5% dari harga pembelian. termasuk Pajak Pertambahan Nilai sebesar 10%.
Diminta : Hitunglah PPh Pasal 22 PT Jayadi Maju
Pembayaran yang dikecualikan dari pemungutan PPh Pasal
22 adalah: Jawab :
• Pembayaran atas penyerahan barang (bukan merupakan - Dasar Pengenaan PPh Pasal 22: (100/110 x Rp 220
jumlah yang dipecah-pecah) yang meliputi jumlah kurang juta)= Rp200.000.000,00.
dari Rp 1.000.000,00
• Pembayaran untuk pembelian bahan bakar - PPh Pasal 22 yang dipungut Bendaharawan
minyak,listrik,gas,air minum/PDAM, dan benda-benda Pemerintah dari transaksi pembayaran:
pos. Rp200.000.000,00 x 1,5%= Rp 3.000.000,00
• Pembayaran/ pencairan dana Jaring Pengaman Sosial
(JPS) oleh kantor
• Perbendaharaan dan Kas Negara.
Kebijakan PPh Pasal 22

Dasar hukum PPh Pasal 22 adalah Undang-Undang Nomor 7


Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.
Your Picture Here and Send to Back

Ketentuan PPh Pasal 22 juga diatur lebih lanjut dalam


Peraturan Menteri Keuangan Nomor 34/PMK.010/2017 tentang
Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22.
Kesimpulan
• Pajak Penghasilan Pasal 22 (PPh Pasal 22) merupakan bentuk
pemotongan atau pemungutan pajak yang dilakukan satu pihak
terhadap Wajib Pajak dan berkaitan dengan kegiatan perdagangan
barang.
• Dasar hukum PPh Pasal 22 adalah Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 (UU
PPh).
Thank you

Anda mungkin juga menyukai