Anda di halaman 1dari 15

Program Studi D-III Perpajakan

FHISIP

Akuntansi Perpajakan/ PAJA3344

Akuntansi Pajak PPh Non Final


Definisi dan Karakteristik
Sifat PPh Non Final
Dasar pengenaan pajak Dihitung dari penghasilan netto.
Penggabungan/pemisahan dengan Digabung
penghasilan lain yang dikenakan tarif umum
Biaya sehubungan untuk mendapatkan, Dapat dikurangkan dari penghasilan bruto
menagih, dan memelihara penghasilan
Bukti potong PPh Dapat diperhitungkan sebagai kredit pajak
bagi pihak yang dipotong/dpungut
Tarif Berlaku tarif umum yang bersifat progresif
berdasarkan Pasal 17 UU PPh
Keadaan rugi wajib pajak Tidak diwajibkan membayar pajak bahkan
mendapat fasilitas kompensasi kerugian atas
laba pada tahun pajak selanjutnya
Jenis Penghasilan
1. Penghasilan yang diperoleh WP orang pribadi/WP badan yang melakukan kegiatan usaha dengan
omset di atas Rp4,8 Miliar setahun.
2. Penghasilan yang diperoleh WP orang pribadi dari jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas.
3. Penghasilan yang dikenakan PPh Pasal 21, kecuali honorarium dari APBN/APBD dan
pesangon/JHT/ THT yang dibayarkan sekaligus.
4. Transaksi yang dikenakan PPh Pasal 22, kecuali penjualan BBM, BBG dan pelumas dari
produsen/importir kepada penyalur/agen.
5. Penghasilan yang dikenakan PPh Pasal 23, berupa:
a. Dividen, selain yang dikenakan PPh Pasal 4 ayat (2) dan bukan objek PPh (Pasal 4 ayat (3)
b. Bunga, premium, diskonto dan imbalan atas jaminan pengembalian utang
c. Royalti
d. Hadiah, penghargaan, bonus dan sejenisnya sehubungan dengan kegiatan, selain yang dikenakan
PPh Pasal 21
e. Sewa, kecuali sewa yang dikenakan PPh Pasal 4 ayat (2)
f. Imbalan atas jasa teknik, jasa manajeman, jasa konstruksi, jasa konsultan dan jasa lain (selain
yag telah dipotong PPh Pasal 21).
6. Penghasilan yang diterima WP dalam negeri yang berasal dari luar negeri dan dikenakan pajak di
luar negeri (PPh Pasal 24).
Saat Terutang PPh Pasal 22
PMK No. 34/PMK.010/2017
Transaksi Saat Terutang
Impor barang 1. Terutang dan dilunasi bersamaan dengan saat
pembayaran Bea Masuk
2. Dalam hal pembayaran Bea Masuk ditunda atau
dibebaskan dan tidak termasuk dalam pengecualian
dari pemungutan PPh Pasal 22, terutang dan
dilunasi pada saat penyelesaian dokumen
pemberitahuan pabean atas impor.

Komoditas tambang batubara, mineral logam, Terutang dan disetorkan bersamaan dengan saat
dan mineral bukan logam penyelesaian dokumen pemberitahuan pabean atas
ekspor
Saat Terutang PPh Pasal 22
PMK No. 34/PMK.010/2017
Transaksi Saat Terutang
1. Pembelian barang oleh bendaharawan Terutang dan dipungut pada saat pembayaran
pemerintah
2. Pembelian barang dan/atau bahan-bahan
untuk keperluan kegiatan usaha
Penjualan hasil produksi, penjualan kendaraan Terutang dan dipungut pada saat penjualan
bermotor, penjualan emas batangan
Penjualan bahan bakar minyak, bahan bakar Terutang dan dipungut pada saat penerbitan surat
gas, dan pelumas perintah pengeluaran barang (delivery order)
1. Pembelian bahan-bahan berupa hasil Terutang dan dipungut pada saat pembelian.
kehutanan, perkebunan, pertanian,
peternakan, dan perikanan yang belum
melalui proses industri manufaktur, untuk
keperluan industrinya atau ekspornya
2. Pembelian batubara, mineral logam, dan
mineral bukan logam
PPh Pasal 22
Bendaharawan pemerintah

CV. Pancasila mengirimkan tagihan ke Pemprov Aceh atas pengadaan


barang sebesar Rp 220.000.000,00 termasuk PPN. Pengadaan barang
tersebut dikenai pemungutan PPh 22 sebesar 1,5%. Harga pokok
penjualan atas barang tersebut adalah Rp 115.000.000,00. Bagaimanakah
CV. Pancala melakukan penjurnalan ?

Piutang dagang Rp. 170.000.000


Pajak dibayar dimuka PPh 22 Rp. 30.000.000
Penjualan Rp. 200.000.000
Harga pokok penjualan Rp. 115.000.000
Persediaan Rp. 115.000.000
PPh Pasal 22
Impor

PT. Argabelah melakukan impor atas barang dengan nilai pembelian $


36.000 (kurs KMK berlaku Rp 9.100/ $). Perusahaan membayar biaya
asuransi dan pengangkutan masing – masing sebesar 7,5% dan 5% dari
nilai pembelian. Bea Masuk sebesar 10% dari CIF dan Bea Masuk
lainnya $ 2.500. Penyerahan barang dikenai PPN dan PPnBM 20%. Jika
perusahaan memiliki API (Tarif PPh 22:2,5%), bagaimanakah
penjurnalan dilakukan ?
PPh Pasal 22
Impor

Perhitungan
Nilai persediaan dicatat : (47.050+9.410)x9.100 = 513.786.000
Nilai pajak dibayar di muka PPh 22 : 1.176,25x9.100 = 10.703.875
Nilai PPN Masukan : 4.705 x 9.100 = 42.815.500

Jurnal
Persediaan 513.786.000
Pajak Dibayar di Muka PPh 22 10.703.875
PPN Masukan 42.815.500
Kas 567.305.375
PPh Pasal 22
Industri Tertentu
CV. Talkandha merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pencetakan plat
baja untuk keperluan industri. Di suatu transaksi, perusahaan mencatatkan
penjualan kredit sebesar Rp 575.000.000,00, tidak termasuk PPN dan PPh 22 (tarif
0,3%), dengan harga pokok penjualan sebesar Rp 465.000.000,00. Bagaimana
penjual dan pembeli melakukan pencatatan?

Jurnal PT CV. Talkandha


Piutang Dagang 634.225.000
Penjualan 575.000.000
PPN Keluaran 57.500.000
Utang PPh 22 1.725.000
Harga Pokok Penjualan 465.000.000
Persediaan 465.000.000
PPh Pasal 22
Industri Tertentu
Jurnal Pembeli
Persediaan 575.000.000
PPN Masukan 57.500.000
Pajak Dibayar di Muka PPh 22 1.725.000
Utang Dagang 634.225.000
PPh Pasal 22
Pedagang Pengumpul

Eksportir atau industri kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan, dan


perikanan yang membeli bahan baku dari pedagang pengumpul harus
memungut PPh Pasal 22

Jurnal
Pembelian XXX
Utang PPh Pasal 22 XXX
Kas/Bank XXX
PPh Pasal 22
Pedagang Pengumpul

produsen atau importir bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas,
atas penjualan bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas harus
memungut PPh Pasal 22 dari :
1. penyalur/agen bersifat final;
2. selain penyalur/agen bersifat tidak final dan dapat diperhitungkan
sebagai pembayaran Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan bagi Wajib
Pajak yang dipungut.

Jurnal oleh Produsen atau Importir


Kas/Bank XXX
Utang PPh Pasal 22 XXX
Penjualan bahan bakar XXX
PPh Pasal 22
Pedagang Pengumpul
Jurnal oleh penyalur atau Agen
Pembelian XXX
Beban PPh Pasal 22 XXX
Kas/Bank XXX

Jurnal oleh selain penyalur atau Agen


Pembelian XXX
Pajak Dibayar di Muka PPh 22 XXX
Kas/Bank XXX
PPh Pasal 23
Pemotongan PPh Pasal 23 dilakukan oleh WP yang memberikan penghasilan kepada WP lain
dalam berbagai bentuk penghasilan seperti: Jasa, sewa, dividen, royalty, bunga, hadiah. Sifat
potongan PPh 23 bagi WP yang mempunyai penghasilan atau yang dilakukan pemotongan, dapat
dibedakan menjadi final dan tidak final. WP yang memotong PPh 23 harus mengakuinya sebagai
utang PPh 23. Bagi yang dipotong PPh 23, akan diakui sebagai piutang PPh 23 yang dapat
dikreditkan atau sebagai pelunasan PPh, tergantung dari sifat potongan PPh 23 tersebut.

Jurnal oleh pemotong PPh 23 (Pember Penghasilan)


Beban Jasa/Bunga/Deviden XXX
Kas/Bank XXX
Utang PPh Pasal 23 XXX

Jurnal oleh pihak yang dipotong PPh 23 (Penerima Penghasilan)


Kas/Bank XXX
Pajak Dibayar di Muka PPh 23 XXX
Pendapatan Jasa/Bunga/Deviden XXX
PPh Pasal 23
CONTOH
Fa. Kurusetra merupakan perusahaan yang menjalankan kegiatan produksi dengan menggunakan mesin yang
sebagian di antaranya disewa dari pihak ketiga. Fa. Kurusetra melakukan pembayaran biaya sewa setiap bulan
ketiga dan bulan kesembilan tahun berjalan untuk nilai sewa selama satu semester, sekaligus memotong PPh
23 dengan tarif 2%. Meski demikian, baik Fa. Kurusetra maupun perusahaan penyewa tetap melakukan
pengakuan pendapatan dan beban untuk setiap bulan di pembukuan masing – masing. Jika nilai sewa per
bulan adalah Rp 1.750.000,00, bagaimanakah penjurnalan dilakukan?

Pemotong
Utang Sewa 3.500.000
Beban Sewa 1.750.000
Sewa Dibayar di Muka 5.250.000
Kas 10.290.000
Utang Pph 23 210.000

Pihak Dipotong
Kas 10.290.000
Pajak Dibayar di Muka PPh 23 210.000
Piutang Sewa 3.500.000
Pendapatan Sewa 1.750.000
Pendapatan Sewa Diterima di Muka 5.250.000

Anda mungkin juga menyukai