Anda di halaman 1dari 20

Pajak Penghasilan Pasal 22

Kelompok
Ahmad Yaqi Saifullah (170431622
Anita Julia (170431622
Anita Mediyana (170431622
Arifatul Karimah
(170431622
054)
Pajak Penghasilan Pasal 22

Merupakan pajak yang dipungut oleh bendaharawan pemerintah, baik pemerintah pusat
maupun daerah;
Instansi atau lembaga pemerintah dan lembaga-lembaga negara lain yang berkenaan
dengan pembayaran atas penyerahan barang;
Dan badan-badan tertentu, baik badan pemerintah maupun swasta, berkenaan dengan
kegiatan dibidang impor atau kegiatan usaha dibidang lain.
PEMUNGUT PAJAK

Pasal 22 ayat (1) UU PPh menyatakan bahwa Menteri Keuangan dapat menetapkan
hal-hal berikut ini:
1. Bendahara pemerintah untuk memungutpajak sehubungan dengan pembayaran
atas penyerahan barang.
2. Badan-badan tertentu yang memungut pajak dari wajib pajak yang melakukan
kegiatan tertentu dibidang impor atau kegiatan usaha dibidang lain.
3. Wajib pajak badan tertentu untuk memungut pajak dari pembeli atas pembelian
barang yang teergolong sangat mewah.
Barang yang tergolong sangat mewah berdasarkan peraturan Dirjen Pajak Nomor 19/PJ/2015.
1. pesawat terbang pribadi dan helikopter pribadi;
2. kapal pesiar, yacht, dan sejenisnya;
3. rumah beserta tanahnya, dengan harga jual atau harga pengalihannya lebih dari
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) atau luas bangunan lebih dari 400m2(empat ratus
meter persegi);
4. apartemen, kondominium, dan sejenisnya, dengan harga jual atau pengalihannya lebih dari
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) atau luas bangunan lebih dari 150m2(seratus lima
puluh meter persegi);
5. kendaraan bermotor roda empat pengangkutan orang kurang dari 10 orang berupa sedan,
jeep, sport utility vehicle (suv), multi purpose vehicle (mpv), minibus, dan sejenisnya, dengan
harga jual lebih dari Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah) atau dengan kapasitas silinder
lebih dari 3.000cc;
6. kendaraan bermotor roda dua dan roda tiga, dengan harga jual lebih dari Rp300.000.000,00
(tiga ratus juta rupiah) atau dengan kapasitas silinder lebih dari 250cc.
OBJEK PAJAK
1. Impor dengan API ( Angka Pengenal Impor)
• · Impor Tidak dengan API
• · Barang yang tidak dikuasai
• · Impor kedelai, gandum dan tepung terigu oleh tarif API
2. Pembelian oleh Direktorat Jendral Pembendaharaan, Bendahara Pemerintah baik ditingkat pusat maupun daerah
3. Pembelian oleh Badan Usaha Milik Negara dan Daerah, yang melakukan barang dengan dana yan bersumber dari
APBN/D
4. Pembelian barang yang di lakukan oleh BI, PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA), BULOG, PT TELKOM, PT PLN, PT
Garuda Indonesia, PT Indosat, PT Krakatau Steel, PT Pertamina, bank-bank BUMN yang melakukan pembelian barang
yang dananya bersumbber dari APBN maupun non-APBN
5. Penjualan semen oleh Badan Usaha yang bergerak dalam bidang usaha semen KEP-401/PJ./2001
6. Atas penjualan kertas oleh Badan Usaha yang bergerak dalam bidang usaha kertas KEP-69/PJ./1995
7. Atas penjualan baja oleh Badan Usaha yang bergerak dalam bidang usaha baja KEP-01/PJ./1996
8. Atas penjualan otomotif oleh Badan Usaha yang bergerak dalam bidang usaha otomotif KEP-32/PJ./1995
9. Pembelian bahan-bahan oleh industri dan eksportir yang bergerak dalam perhutanan, perkebunan, pertanian, dan perikanan
yangditunjuk olek Direktur Jendral Pajak atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan ekspr mereka SE-01/PJ./2003
10. Penjualan barang yang tergolong sangat mewah berdasarkan PMK 253/PMK.03/2008
Kegiatan Yang Tidak Dikenakan Pph Pasal 22
• Impor barang, dan/atau penyerahan barang berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan tidak terutang Pajak Penghasilan
• Impor barang yang dibebaskan dari pungutan Bea Masuk dan/atau Pajak
Pertambahan Nilai
• Impor sementara, jika pada waktu impornya nyata-nyata dimaksudkan untuk
diekspor kembali
• Impor kembali (re-import), yang meliputi barang-barang yang telah diekspor
kemudian diimpor kembali dengan kualitas yang sama atau barang-barang yang
telah diekspor untuk keperluan perbaikan, pengerjaan, dan pengujian yang
memenuhi syarat yang ditentukan oleh Direksi Jenderal Bea dan Cukai
• Pembayaran yang dilakukan Pemungut Pajak
• Impor emas batangan yang akan diproses untuk menghasilkan barang perhiasan
dari emas untuk tujuan ekspor
• Pembayaran untuk pembelian barang sehubungan dengan penggunaan dana
Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
• Penjualan emas batangan oleh badan usaha yang memproduksi emas batangan
kepada Bank Indonesia
• Pembelian gabah dan/atau beras oleh bendahara pemerintah (Kuasa Pengguna
Anggaran, pejabat penerbit surat perintah membayar yang diberi delegasi oleh
KPA atau bendahara pengeluaran)
• Pembelian gabah dan/atau beras oleh Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik
(Perum BULOG)
Saat Terutangnya PPh PASAL 22
No. Jenis kegiatan Saat terutang PPh pasal 22
1. Pemungutan PPh Pasal 22 atas impor barang. Terutang dan dilunasi bersamaan dengan saat pembayaran
Bea Masuk. Jika pembayaran Bea Masuk ditunda atau
dibebaskan, PPh Pasal 22 terutang dan dilunasi pada saat
penyelesaian dokumen Pemberitahuan Impor Barang (PIB).

2. PPh Pasal 22 atas pembelian barang oleh Pemungut Pajak pada Terutang dan dipungut pada saat pembayaran.
nomor 2, 3, dan 4 (bendahara pemerintah, KPA, bendahara
pengeluaran, pejabat penerbit SPM), BUMN tertentu, dan bank-
bank BUMN.
3. PPh Pasal 22 atas penjualan hasil produksi industri semen, Terutang dan dipungut pada saat penjualan.
industri kertas, industri baja, industri otomotif, industri farmasi,
dan penjualan kendaraan bermotor oleh ATPM, APM, dan
importirnya
4. PPh Pasal 22 atas penjualan bahan bakar minyak, bahan bakar Terutang dan dipungut pada saat penerbitan Surat Perintah.
gas, dan pelumas. Pengeluaran Barang ( delivery order ).

5. PPh pasal 22 atas pembelian bahan-bahan dari pedagang Terutang dan dipungut pada saat pembelian.
pengumpul.
Tata Cara Pemungutan &
Penyetoran PPh PASAL 22
No. Jenis kegiatan Saat terutang PPh pasal 22
1. Pemungutan PPh Pasal 22 atas impor barang. Dilaksanakan dengan cara penyetoran oleh importir
yang bersangkutan atau Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai ke kas negara melalui Kantor Pos, bank Devisa
atau Bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan.
2. Pemungut PPh Pasal 22 oleh Pemungut Pajak Bendahara Wajib disetor oleh pemungut ke kas negara melalui
Pemeritah, Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), Bendahara Kantor Pos, bank Devisa, atau bank yang ditunjuk oleh
Pengeluaran, Pejabat Penerbit Surat Perintah Membayar Menteri Keuangan menggunakan surat setoran pajak
(SPM) atas delegasi KPA yang telah diisi atas nama rekanan serta ditandatangani
oleh pemungut pajak
Tata Cara Pemungutan & Penyetoran
PPh PASAL 22
No. Jenis kegiatan Saat terutang PPh pasal 22
3. Pemungutan PPh Pasal 22 oleh Pemungut Pajak : Wajib disetor oleh pemungut ke kas negara melalui
a. BUMN tertentu (PT Pertamina, PT PLN, dan lain-lain) Kantor Pos, bank Devisa, atau bank yang ditunjuk oleh
dan bank-bank BUMN; Menteri Keuangan menggunakan surat setoran pajak.
b. Badan usaha yang bergerak dalam industri semen,
kertas, otomotif, baja, dan farmasi;
c. Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM), Agen
Pemegang Merek (APM), dan importir umum
kendaraan bermotor;
d. Produsen atau importir bahan bakar minyak, bahan
bakar gas, dan pelumas;
e. Industri dan eksportir yang bergerak di sektor
perkebunan, pertanian,
Tidak final

Tujuh kategori pajak penghasilan


Final
yang bersifat tidak final
penjualan bahan bakar minyak, bahan
bakar gas, dan pelumas oleh produsen
atau importir kepada penyalur/agen.
PPh 22 Bersifat Final
Penjualan bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas oleh produsen
atau impoertir kepada penyalur/agen.
No. Jenis pemungutan Tarif pemungutan

1. Bahan bakar minyak


 untuk penjualan kepada stasiun pengisian bahan bakar = 0,25% x harga jual ( tidak
umum Pertamina; termasuk PPN)
 untuk penjualan kepada stasiun pengisian bahan bakar = 0,3% x harga jual ( tidak
umum bukan Pertamina; termasuk PPN)
 untuk penjualan kepada pihak selain sebagaimana = 0,3% x harga jual ( tidak
dimaksud pada huruf a) dan huruf b). termasuk PPN)
2. Bahan bakar gas = 0,3% x harga jual ( tidak
termasuk PPN)
3. Pelumas sebesar = 0,3% x harga jual ( tidak
termasuk PPN)
PPh 22 Bersifat Tidak Final
No. Jenis pemungutan Tarif pemungutan
1. Pemungutan atas import
 menggunakan Angka Pengenal Importir (API) = 2,5% x nilai impor
 non-API 7,5% x nilai impor = 7,5% x nilai impor
 yang tidak dikuasai = 7,5% x harga jual lelang
2. pembelian barang yang dilakukan oleh DJPB, Bendahara = 1,5% x harga pembelian (tidak
Pemerintah, BUMN/BUMD termasuk PPN dan tidak final.)

3. Pemungutan penjualan hasil produksi


 Kertas = 0.1% x DPP PPN
 Semen = 0.25% x DPP PPN
 Baja = 0.3% x DPP PPN
 Otomotif = 0.45% x DPP PPN
PPh 22 Bersifat Tidak Final
Lanjutan..
No. Jenis pemungutan Tarif pemungutan

4. pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor = 0,25 % x harga pembelian (tidak
yang bergerak dalam sektor kehutanan, perkebunan, termasuk PPN)
pertanian, peternakan, dan perikanan
5. Atas penjualan kendaraan bermotor di dalam negeri oleh = 0,45% dari dasar pengenaan
Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM), Agen Pemegang PPN.
Merek (APM), dan importir umum kendaraan bermotor
PPh 22 Bersifat Tidak Final
Lanjutan..
No. Jenis pemungutan Tarif pemungutan

6. Pembelian barang mewah : = 5% x harga


a. Pesawat udara pribadi dengan harga jual lebih dari Rp 20 milyar; pembelian (belum
b. Kapal pesiar dan sejenisnya dengan harga jual lebih dari Rp 10 milyar; termasuk PPN
c. Rumah beserta tanahnya dengan harga jual atau harga pengalihannya maupun PPn-BM)
lebih dari Rp 10 milyar dan luas bangunan lebih dari 500 m2;
d. Apartemen, kondominium, dan sejenisnya dengan harga jual atau
pengalihannya lebih dari Rp 10 milyar dan/atau luas bangunan lebih dari
400 m2;
Tarif PPh 22
• Atas impor:
– yang menggunakan Angka Pengenal Importir (API) = 2,5% x nilai impor;
– non-API = 7,5% x nilai impor;
– yang tidak dikuasai = 7,5% x harga jual lelang.
• Atas pembelian barang yang dilakukan oleh DJPB, Bendahara Pemerintah, BUMN/BUMD = 1,5% x
harga pembelian (tidak termasuk PPN dan tidak final.)
• Atas penjualan hasil produksi ditetapkan berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak, yaitu:
– Kertas = 0.1% x DPP PPN (Tidak Final)
– Semen = 0.25% x DPP PPN (Tidak Final)
– Baja = 0.3% x DPP PPN (Tidak Final)
– Otomotif = 0.45% x DPP PPN (Tidak Final)
• Atas penjualan hasil produksi atau penyerahan barang oleh produsen atau importir bahan bakar
minyak,gas, dan pelumas adalah sebagai berikut:
– Pungutan PPh Pasal 22 kepada penyalur/agen, bersifat final. Selain penyalur/agen bersifat
tidak final
• Atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor dari pedagang
pengumpul ditetapkan = 0,25 % x harga pembelian (tidak termasuk PPN)
• Atas impor kedelai, gandum, dan tepung terigu oleh importir yang menggunakan
API = 0,5% x nilai impor.
• Atas penjualan
– Pesawat udara pribadi dengan harga jual lebih dari Rp 20.000.000.000,-
– Kapal pesiar dan sejenisnya dengan harga jual lebih dari Rp 10.000.000.000,-
– Rumah beserta tanahnya dengan harga jual atau harga pengalihannya lebih dari Rp
10.000.000.000,- dan luas bangunan lebih dari 500 m2.
– Apartemen, kondominium,dan sejenisnya dengan harga jual atau pengalihannya lebih dari Rp
10.000.000.000,- dan/atau luas bangunan lebih dari 400 m2.
– Kendaraan bermotor roda empat pengangkutan orang kurang dari 10 orang berupa sedan,
jeep, sport utility vehicle(suv), multi purpose vehicle (mpv), minibus dan sejenisnya dengan
harga jual lebih dari Rp 5.000.000.000,- (lima miliar rupiah) dan dengan kapasitas silinder lebih
dari 3.000 cc. Sebesar 5% dari harga jual tidak termasuk PPN dan PPnBM.
• Untuk yang tidak memiliki NPWP dipotong 100% lebih tinggi dari tarif PPh Pasal
22.
Contoh Perhitungan
1. PT. Perdana adalah importir barang-barang elektronika. Perusahaan
sudah memiliki API. Pada Mei 2016, PT. Perdana melakukan impor
barang dari Jepang dengan harga faktur USD100.000. Biaya asuransi dan
biaya angkut pengapalan barang dari Jepang ke dalam daerah pabean
(Indonesia) masing-masing sebesar 0,5% dan 10% dari harga faktur.
Biaya tersebut dibayar oleh PT. Perdana. Tarif bea masuk 10% dari CIF.
Kurs yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan pada saat itu adalah USD1
= Rp11.500. Hitung PPh Pasal 22 yang harus dibayar oleh PT. Perdana.
2. Pada 1 April 2016, Dinas Pendidikan dan Pengajaran A membeli mebel
dan peralatan kantor lainnya dari Perdana Furniture senilai
Rp220.000.000 (termasuk PPN 10%).
3. Bendahara Pengeluaran Dinas Pertanian Kabupaten A pada 10 Juli 2016
melakukan pembayaran atas pembelian alat tulis kantor dari Toko Kuning
senilai Rp2.100.000 (termasuk PPN 10%). Pembayaran dilakukan
menggunakan uang persediaan.
4. PT Cahaya Dunia Paper pada Mei 2016 menjual kerdus hasil produksi
kertas kepada CV Merah Jaya (salah satu distributor) dengan total harga
sebesar Rp880.000.000. Harga tersebut sudah termasuk PPN sebesar
10%.

Anda mungkin juga menyukai