Anda di halaman 1dari 27

PAJAK PENGHASILAN

PASAL 22

Lisa Nuraini 15.05.52.0236


Widodo Anastyo 15.05.52.0251
Pasal 22 ayat (1) UU No. 36 Tahun 2008 menyatakan
bahwa Menteri Keuangan dapat menetapkan:
1. Bendahara pemerintah untuk memungut pajak
sehubungan dengan pembayaran atas penyerahan barang
2.Badan-badan tertentu untuk memungut pajak dari wajib
pajak yang melakukan kegiatan usaha di bidang lain
3.Wajib pajak badan tertentu untuk memungut pajak dari
pembeli atas penjualan barang yang tergolong sangat
mewah.
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
154/PMK.03/2010, Pemungut PPH Pasal 22 adalah:

A. Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, atas impor barang.
B. Bendahara pemerintah dan kuasa pengguna anggaran (KPA) sebagai pemungut
pajak pada Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Instansi atau lembaga
pemerintah dan lembaga negara lainnya berkenaan dengan pembayaran atas
pembelian barang.
C. Bendahara pengeluaran untuk pembayaran yang dilakukan dengan mekanisme
uang persediaan (UP).
D. Kuasa pengguna anggaran (KAP) atau pejabat penerbit Surat Perinta Membayar
yang diberi delegasi oleh KAP untuk pembayaran kepada pihak ketiga yang
dilakukan dengan mekanisme pembayaran langsung.
Lanjutan

E. Badan usaha yang bergerak di bidang usaha industri semen, industri


kertas, industri baja dan Industri otomotif yang ditunjukkan oleh Kepala
Kantor Pelayanan Pajak atas penjualan hasil produksinya di dalam negeri.

F. Produsen atau importir bahan bakar minyak,gas, dan pelumas.

G. Industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor kehutanan,


perkebunan, pertanian, perikanan yang ditunjukkan oleh Kepala Kantor
Pelayanan Pajak atas pembeliaan bahan-bahan untuk keperluan industri atau
ekspor mereka dari pedagang pengumpul.
Kegiatan yang dikenakan PPH Pasal 22 ( Selanjutnya disebut objek PPh Pasal 22
adalah:
A. Impor Barang
B. Pembayaran atas pembelian barang yang dilakukan oleh bendahara pemerintah dan kuasa pengguna
anggaran (KPA) sebagai pemungut pajak pemerintah pusat, pemerintah daerah, instaansi, atau lembaga
pemerintah dan lembaga negara-negara lainnya.
C. Pembayaran yang dilakukan dengan mekanisme uang persediaan oleh bendahara pengeluaran.
D. Pembayaran kepada pihak ketiga dilakukan dengan mekanisme pembayaran langsung oleh KPA
E. Penjualan hasil industri dalam negeri oleh Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen,
industri kertas, industri baja, dan indusri otomotif nyang ditunjuk oleh Kepala Lantor Pelayanan Pajak.
F. Penjualan bahan bakar minyak, gas, dan pelumas oleh produsen
Lanjutan
G. Pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor dari pedagang
pengumpul oleh industri dan eksportir yang bergerak dalan sektor kehutanan,
perkebunan, pertanian, dan perikanan yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Pelayanan
Pajak.

H. Penjualan barang tergolong sangat mewah, meliputi:


Pesawat udara pribadi dengan harga jual lebihdari Rp.20.000.000.000
Kapal pesiar dan sejenisnya dengan harga jual lebih dari Rp. 10.000.000.000
Rumah beserta tanahnyadengan harga atau harga pengalihannya lebih dari Rp.
10.000.000.000 dan luas bangunan lebih dari 500m2
Apartemen dan sejenisnya dengan harga jual atau pengalihannya lebih dari Rp.
10.000.000.000dan/atau luas bangunan lebih dari 400m2
Kendaraan Bermotor roda empat pengangkutan orang kurang dari 10 orang berupa
sedan, jeep, spotr utility vehides (suv),minibus dan lainnya dengan harga jual lebih
dari Rp. 5.000.000.000 dan dengan kapasias silinder lebih dari 3000 cc
A. Impor barang dan atau penyerahan barang yang berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan tidak terutang Pajak Penghasilan.
B. Impor barang yang dibebaskan dari pungutan Bea Masuk dan atau Pajak Pertambahan
Nilai:
Barang perwakilan negara asing beserta para pejabatnya yang bertugas di Indonesia
berdasarkan asas timbal balik.
Barang untuk keperluan badan internasional beserta pejabatnya yang bertugas di
Indonesia dan tidak memegang paspor Indonesia yang diakui dan terdaftar dalam
peraturan menteri keuangan yang mengatur tentang tata cara pemberian pembebasan
bea masuk dan cukai atas impor barang untuk keperluan badan internasional beserta
pejabatnya yang bertugas.
Barang kiriman hadiah untuk keperluan ibadah umum, amal, sosial, kebudayaan, atau
untuk kepentingan penanggulangan bencana.
Lanjutan
Bencana untuk keperluan museum, kebun binatang, konservasi alam dan tempat lain yang terbuka
untuk umum
Barang untuk Keperluan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan.
Barang untuk keperluan khusus kaum tunanetra dan penyandang cacat lainnya.
Peti atau kemasan lain berisi jenazah atau abu jenazah.
Barang pindahan
Barang pribadi penumpang, awak sarana pengangkut, pelintas batas, dan barang kiriman sampai
batas jumlah tertentu sesuai dengan ketentuan perundang-undangan kepabeanan.
Barang yang diimpor oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah yang ditujukan untuk
kepentingan umum.
Persenjataan, amunisi, dan perlengkapan militer termasuk suku cadang yang diperuntukkan bagi
keperluan pertahanan dan keamanan negara.
Barang dan bahan yang dipergunakan untuk menghasilkan barang bagi keperluan pertahanan dan
keamanan negara.
Lanjutan
Vaksin polio dalam rangka pelaksanaan program Pekan Imunisasi Nasional.
Buku-buku pelajaran umum, kitab suci dan buku-buku pelajaran agama
Kapal laut, kapal angkutan sungai dan danau, kapal angkutan penyeberangan, kapal
pandu, kapal tunda, kapal penangkap ikan, kapal tongkang, dan suku cadang serta alat
keselamatan pelayaran atau alat keselamatan manusia yang diimpor dan digunakan
oleh Perusahaan Pelayaran Niaga Nasional atau penangkapan ikan nasional.
Pesawat udara dan suku cadang serta alat keselamatan penerbangan.
Kereta api dan suku cadang serta peralatan untuk perbaikan atau pemeliharaan serta
prasarana yang diimpor dan digunakan oleh PT Kereta Api Indonesia
Peralatan yang digunakan untuk penyediaan data batas dan foto udara wilayah Negara
Republik Indonesia yang dilakukan oleh Tentara Nasional Indonesia.
Barang untuk kegiatan hulu Minyak dan Gas bumi yang importasinya dilakukan oleh
Kontraktor Kontak Kerja Sama.
Lanjutan
C. impor sementara,jika pada waktu impornya nyata-nyata dimaksudkan untuk diekspor kembali.
D. Impor kembali (re-impor) yang meliputi barang-barang yang telah diekspor kemudian diimpor
kembali dalam kualitas yang sama atau barang-barang yang telah diekspor untuk keperluan perbaikan,
pengerjaan dan pengujian yang telah memenuhi syarat yang ditentukan oleh Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai.
E. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak sebagaimana dimaksud dalam nomor 2, 3, dan 4
bagian pemungut pajak dalam bab ini berkenaan dengan;
1. Pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp. 2.000.000 dan tidak merupakan pembayaran
yang terpecah-pecah.
2. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM dan
benda-benda pos.
Lanjutan
F. Pembayaran untuk pembelian gabah dan/atau beras oleh Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik
(BULOG).
G. Emas batangan yang akan diproses untuk menghasilkan barang perhiasan dari emas untuk tujuan
ekspor.
H. Pembayaran untuk pembelian barang sehubungan dengan penggunaan dana Bantuan Operasional
Sekolah (BOS).
Pengecualian dari pemungutan PPh Pasal 22 atas barang imppor sebagaimana dimaksud pada
nomor 2 tetap berlaku dalam hal barang impor tersebut dikenakan tarifbea masuk sebesar 0% .
Pengecualian sebagaimana dimaksud pada nomor 7 dinyatakan dengan Surat Keterangan Beba PPh Pasal
22 yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak.
Pengecualiaan sebagaimana dimaksud pada nomor 4, 5, dan 8 dilakukan tanpa Surat Keterangan
Bebas (SKB).
No. Jenis Kegiatan Saat Terutang PPh Pasal 22

1. PPh Pasal 22 atas impor barang Terutang dan dilunasi bersamaan dengan saat
pembayaran Bea Masuk. Dalam hal pembayaran Bea
Masuk ditunda atau dibebaskan, PPh Pasal 22
terutang dan dilunasi pada saat penyelesaian
dokumen apaemberitahuan Impor Barang (PIB).
2. PPh Pasal 22 atas pembelian barang oleh Terutang dan dipungut pada saat pembayaran
Pemungut Pajak pada nomor 2, 3, dan 4
(bendahara pemerintah, KPA, bendahara
pengeluaran, pejabat penerbit SPM)
3. PPh Pasal 22 atas penjualan hasil produksi Terutang dan dipungut pada saat penjualan
industri semen, industri kertas, industri Baja, dan
industri otomotif.
4. PPh Pasal 22 atas penjualan bahan bakar minyak, Terutang dan dipungut pada saat penerbitan Surat
gas dan pelumas Perintah Pengeluaran Barang (delivery order)
5. PPh Pasal 22 atas pembelian bahan-bahan dari Terutang dan dipungut pada saat pembelian.
pedagang pengumpul
Sifat Pemungutan
Pemungutan PPh Pasal 22 dapat bersifat final dan tidak final. Pemungutan pajak bersifat
final artinya bahwa pajak yang telah dibayar oleh wajib pajak melalui pemungutan oleh
pihak lain dalam tahun berjalan tersebut tidak dapat dikreditkan pada total PPh yang
terutang pada akhir suatu tahun pada saat pengisian SPT Tahunan PPh. Sebaliknya
pemungutan pajak bersifat tidak final berarti pajak yang sudah dipungut oleh penmungut
atau dibayarkan dapa dikreditkan/diperhitungkan sebagai pembayaran pajak penghasilan
dalam tahun berjalan oleh Wajib Pajak yang dipungut. Jenis PPh Paasal 22 yang
pemungutannya bersifat final adalah pemungutan PPh Pasal 22 atas penjualan bahan
bakar minyak, gas, dan pelumas kepada penyalur/agen.
Lanjutan
Jenis pajak penghasilan yang pemungutannya tidak bersifat final adalah:

1. pemungutan PPh Pasal 22 atas impor barang

2. Pemungutan PPh Pasal 22 atas pembelian barang oleh pemungut pajak (yaitu
bendahara pemerintah, bendahara pengeluaran,KPA, pejabat penerbit SPM).

3. Pemungutan PPh Pasal 22 atas penjualan hasil produksi industri semen,


industri kertas, industri Baja, dan industri otomotif.

4. Pemungutan PPh Pasal 22 atas pembeliaan bahan-bahan untuk keperluan


industri atau ekspor
Dasar pemungutan PPh Pasal 22 terdiri atas:

1. Nilai impor, yaitu nilai berupa uang yang menjadi dasar perhitungan Bea
Masuk yang terdiri atas CIF ditambah dengan Bea Masuk dan pungutan
lainnya yang dikenakan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan kepabeanan di bidang impor.

2. Dasar pengenaan pajak pertambahan nilai (DPP PPN) yang dapat berupa
harga pembelian/penjualan.
Penerapan tarif pemungutan PPh Pasal 22 adalah:
1. Tarif 2,5% dari nilai impor ditetapkan untuk impor yang menggunakan
angka pengenal impor (API)
PPh Pasal 22 = 2,5% x nilai impor
2. Tarif 0,5% dari nilai impor ditetapkan untuk impor kedelai, gandum, dan
tepung terigu yang menggunakan API
PPh Pasal 22 =0,5%x nilai impor
3. Tarif 7,5% dari nilai impor diterapkan untuk impor yang tidak menggunakan
API.
PPh Pasal 22= 7,5% x nilai impor
4. Tarif 7,5% dari harga jual lelang diterapkan untuk impor yang tidak dikuasai.
PPh Pasal 22 = 7,5% x harga jual lelang
Lanjutan
5. Tarif 1,5% dari harga pembeliaan untuk pembelian barang yang dilakukan oleh bendahara
pemerintah, bendahara pengeluaran, kuasa pengguna Anggaran dan pejabat penerbit Surat
Perintah Membayar.
PPh Pasal 22 =1,25% x harga pembelian tidak termasuk PPN & PPnBM
6. Tarif 0,25% dari penjualan tidak termasuk PPN untuk penjualan bahan bakar minyak kepada
SPBU Petamina.
PPh Pasal 22 = 0,25% x penjualan tidak termasuk PPN
7. Tarif 0,3% dari penualan tidak termasuk PPN untuk penjualan bahan bakar minyak kepada
SPBU bukan Pertamina dan Non SPBU.
PPh Pasal 22 = 0,3% x penjualan tidak termasuk PPN
8. Tarif 0,3% dari penjualan tidak termasuk PPN untuk penjualan bahan bakar gas.
PPh Pasal 22 = 0,3% x penjualan tidak termasuk PPN
9. Tarif 0,3% dari penjualan tidak termasuk PPN untuk penjualan pelumas.
PPh Pasal 22 = 0,3% x penjualan tidak termasuk PPN
Lanjutan
10. Tarif 0,1% dari DPP PPN untuk penjualan kertas hasil produksi didalam negeri oleh industry kertas.
PPh Pasal 22 = 0,1% x DPP PPN
11. Tarif 0,25% dari DPP PPN untuk penjualan semua jenis semen hasil produksi dalam negeri oleh industry
semen
PPh Pasal 22 = 0,25% x DPP PPN
12. Tarif 0,45% dari DPP PPN untuk penjualan senua jenis kendaraan bermotor beroda dua atau lebih di dalam
ngeri oleh industry otomotif.
PPh Pasal 22 = 0,45% x DPP PPN
13. Tarif 0,3% dari DPP PPN untuk penjualan baja di dalam negeri oleh industri baja.
PPh Pasal 22 = 0,3% x DPP PPN
14. Tarif 0,25% dari harga pembelian tidah termasuk PPN untuk pembelian bahan bahan untuk keperluan industri
atu ekspor oleh badan usaha industri atau eksportir yang bergerak dalam sector kehutanan,perkebunan,
pertanian, dan perikanan.
PPh Pasal 22 = 0,25% x harga pembelian tidak termasuk PPN
15. Tarif 5% dari harga jual untuk penjualan barang yang tergolong sangat mewah.
PPh Pasal 22 = 5% x harga jual
Besarnya tarif pungutan yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang tidak memiliki NPWP lebih tinggi 100%
daripada tarif yang diterapkan trhadap Wajib Pajak yang dapat menunjukkan NPWP.
1. Perhitungan PPh Pasal 22 atas Impor Barang

Kasus dan Pertanyaan

Pada tanggal 1 Januari 2016, PT ABC mengimpor barang dari Jerman dengan harga faktur
US$100.000. Barang yang diimpor adalah jenis barang yang tidak termasuk dalam barang-barang
tertentu yang ditentukan dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 16/PMK.010/2016. Biaya
asuransi yang dibayar di luar negeri sebesar 5% dari harga faktur dan biaya angkut sebesar 10%
dari harga faktur.

Bea masuk dan bea masuk tambahan masing-masing sebesar 20% dan 10%. Kurs yang
ditetapkan Menteri Keuangan pada saat itu sebesar US$1= Rp10.000. Hitunglah PPh Pasal 22
yang dipungut oleh Ditjen Bea Cukai jika PT ABC memili API (Angka Pengenal Impor) dan jika
tidak memiliki API?
Jawaban

(a) Harga faktur (cost) : $100.000

(b) Biaya Asuransi (insurance) : (5% x US$100.000) $5.000

(C) Biaya Angkut (freight) : (10% x US$100.000) $10.000

CIF (cost, insurance & freight) : (a+b+c) $115.000

(d) CIF (dalam rupiah) : (US$115.000 x Rp10.000) Rp1.150.000.000

(e) Bea Masuk : (20% x Rp1.150.000.000) Rp230.000.000

(f) Bea Masuk Tambahan : (10% x Rp1.150.000.000) Rp115.000.000

Nilai Impor : (d+e+f) Rp1.495.000.000

Jadi, PPh Pasal 22 yang dipungut oleh DJBC, jika PT ABC memiliki API (2,5% x Nilai Impor)
2,5% x Rp1.495.000.000 = Rp37.375.000

PPh Pasal 22 yang dipungut oleh DJBC jika PT ABC tidak memiliki API (7,5% x Nilai Impor)
7,5% X Rp1.495.000.000 = Rp112.125.000
2. Perhitungan PPh Pasal 22 atas Penjualan Hasil Produksi Industri
Tertentu
Kasus dan Pertanyaan
Pada bulan Agustus, PT Semen Sentosa menjual hasil produknya kepada
PT Indah Bahagia senilai Rp825.000.000. harga tersebut sudah termasuk
PPN sebesar 10%.
Pada bulan April, PT Gerhana yang bergerak dalam industri kertas
menjual hasil produksinya senilai Rp550.000.000 kepada PT Halilintar.
Harga tersebut sudah termasuk PPN sebesar 10%.
Pada bulan Juli, PT Baja Perkasa menjual hasil produknya kepada PT Adi
Karya senilai Rp1.100.000.000. Harga tersebut sudah termasuk PPN
sebesar 10%.
Jawaban

PPh Pasal 22 yang dipungut adalah:

1
DPP PPN : (100/110) x Rp825.000.000 = Rp750.000.000

0,25% x Rp750.000.000 = Rp1.875.000


PPh Pasal 22 yang dipungut adalah:
2 DPP PPN : (100/110) x Rp550.000.000 = Rp500.000.000
0,25% x Rp500.000.000 = Rp500.000
PPh Pasal 22 yang dipungut adalah:

3 DPP PPN : (100/110) x Rp1.100.000.000 = Rp1.000.000.000

0,25% x Rp1.000.000.000 = Rp3.000.000


3. Perhitungan PPh Pasal 22 yang Dipungut oleh
Pertamina dan Badan Usaha Selain Pertamina

Kasus dan Jawaban

PT Pertamina selaku produsen bahan bakar minyak, gas,


dan pelumas menyerahkan bahan bakar minyak senilai
Rp300.000.000 (tidak termasuk PPN) kepada non-SPBU.
Maka, berapakah PPh Pasal 22 yang dipungut?
Jawaban

PPh Pasal 22 yang dipungut atas penyerahan


bahan bakar minyak adalah:

0,3% x Rp 300.000.000 = Rp900.000


4. Perhitungan PPh Pasal 22 atas Pembelian Barang oleh Instansi
Pemerintah

Kasus dan Pertanyaan

PT DTC berkedudukan di Jakarta, menjadi pemasok alat-alat tulis kantor bagi


Dinas Pendidikan Kota Tangerang Selatan. Pada tanggal 1 Oktober 2015, PT
DTC melakukan penyerahan barang kena pajak dengan nilai kontrak sebesar
Rp11.000.000 (nilai sudah termasuk PPN). Maka, berapakah PPh Pasal 22 yang
dipungut oleh Dinas Pendidikan Kota Tangerang Selatan?
Jawaban
Nilai kontrak termasuk PPN Rp11.000.000

DPP (100/110) x Rp11.000.000 Rp10.000.000

PPN dipungut (10% dari DPP) Rp1.000.000

PPh Pasal 22 yang dipungut (1,5% x Rp10.000.000) Rp150.000

Jadi, besarnya PPh Pasal 22 yang dipungut oleh Dinas Pendidikan


Kota Tangerang Selatan sebesar Rp150.000. PPh Pasal 22 = 1,5% x
harga pembelian tidak termasuk PPN.

Anda mungkin juga menyukai