Anda di halaman 1dari 18

PERTEMUAN 14

AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN PASAL 22

A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari Pertemuan 14 mengenai Akuntansi Pajak Penghasilan
Pasal 22, mahasiswa mampu melakukan pencatatan atas transaksi berkaitan dengan
pengenaan Pajak Penghasilan Pasal 22.

B. Uraian Materi
1. Objek Pajak Penghasilan Pasal 22
Pajak Penghasilan Pasal 22 merupakan pajak yang dipungut atas seluruh
aktivitas berupa pembayaran atau penyerahan barang kepada institusi pemerintah
atau BUMN yang dipungut oleh bendahara pemerintah, bendahara pengeluaran,
Kuasa Pengguna Anggaran dan BUMN tertentu, dipungut atas seluruh kegiatan
impor oleh Bank Devisa atau Direktorat Jendral Bea dan Cukai, dipungut atas
seluruh aktivitas penjualan atau pembelian barang di industri tertentu oleh badan
usaha yang ditunjuk dalam rangka penjualan hasil produksi dalam negeri di
industry semen, kertas, baja dan otomotif, oleh produsen atau importir BBM, BBG
dan pelumas untuk penjualan komoditas tertentu serta industry atau eksportir yang
ditunjuk untuk pembelian bahan keperluan di sector kehutanan, perkebunan,
pertanian, peternakan dan perikanan, serta dipungut atas aktivitas penjualan
barang sangat mewah. Berikut rangkuman objek Pajak Penghasilan Pasal 22 :

Tabel 2. Objek PPh Pasal 22


Pemungut Objek PPh Pasal 22
Bank Devisa dan DJBC 1. Impor barang; dan
2. ekspor komoditas tambang batubara,
mineral logam, dan mineral bukan logam
yang dilakukan oleh eksportir, kecuali
yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang
terikat dalam perjanjian kerjasama
pengusahaan pertambangan dan
Kontrak Karya;
Bendahara pemerintah dan pembayaran atas pembelian barang
Kuasa Pengguna Anggaran
(KPA) sebagai pemungut pajak
pada Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah, instansi
atau lembaga pemerintah dan
lembaga-lembaga negara
lainnya
BUMN, badan usaha tertentu pembayaran atas pembelian barang
yang dimiliki secara langsung dan/atau bahan-bahan untuk keperluan
oleh BUMN *) kegiatan usahanya;
Badan usaha yang bergerak penjualan hasil produksinya kepada
dalam bidang usaha industri distributor di dalam negeri
semen, industri kertas, industri
baja, industri otomotif, dan
industri farmasi,
Agen Tunggal Pemegang Merek penjualan kendaraan bermotor di dalam
(ATPM), Agen Pemegang negeri
Merek (APM), dan importir
umum kendaraan bermotor
Produsen atau importir bahan penjualan bahan bakar minyak, bahan
bakar minyak, bahan bakar gas, bakar gas, dan pelumas
dan pelumas
Badan usaha industri atau pembayaran atas pembelian bahan-bahan
eksportir yang rnelakukan tersebut
pernbelian bahan-bahan berupa
hasil kehutanan, perkebunan,
pertanian, petemakan, dan
perikanan yang belurn rnelalui
proses industri rnanufaktur
untuk keperluan industrinya atau
ekspornya;
Badan usaha yang rnelakukan Pembayaran atas pembelian barang-barang
pernbelian komoditas tarnbang tersebut
batubara, mineral logarn, dan
mineral bukan logarn, dart
badan atau orang pribadi
pernegang izin usaha
pertambangan;
Badan usaha yang melakukan Penjualan emas
penjualan emas batangan di
dalam negeri.
Badan tertentu untuk memungut Penjualan barang sangat mewah
pajak dari pembeli atas
penjualan barang yang
tergolong sangat mewah
2. Pajak Penghasilan Pasal 22 Atas Kegiatan Ekspor/Impor
Berikut ketentuan umum mengenai pemungutan PPh Pasal 22 atas kegiatan
ekspor/impor :
a. Pemungut : Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
b. Sifat Pemungutan : Tidak Final (dapat dikreditkan)
c. Saat Terutang : Saat Pembayaran Bea Masuk
d. Jika memperoleh fasilitas bea masuk ditunda atau dibebaskan, maka saat
terutangnya PPh Pasal 22 adalah saat penyelesaian Pemberitahuan Impor
Barang (PIB)
e. Cara Pemungutan : Dilakukan oleh importir dengan menggunakan SSP di
Bank Devisa atau bendaharawan DitJen Bea dan Cukai (Harus dilunasi saat
penyelesaian dokumen PIB)

Tarif PPh Pasal 22 atas kegiatan ekspor/impor dijelaskan pada tabel berikut ini :
Tabel 3. Tarif PPh Pasal 22 Ekspor/Impor
Uraian Tarif
Barang tertentu sebagaimana tercantum dalam 10% dari nilai impor
Lampiran I PMK-107/PMK.010/2015
barang tertentu lainnya sebagaimana tercantum 7,5% dari nilai impor
dalam Lampiran II PMK-107/PMK.010/2015
selain barang tertentu dan barang tertentu 2,5%dari nilai impor,
lainnya, yang menggunakan Angka Pengenal kecuali atas impor kedelai,
Impor (API), sebesar 2,5%dari nilai impor, gandum, dan tepung
kecuali atas impor kedelai, gandum, dan tepung terigu sebesar
terigu 0,5% dari nilai impor;
selain barang tertentu dan barang tertentu 7,5% dari nilai impor
lainnya, yang tidak menggunakan Angka
Pengenal Impor (API)
barang yang tidak dikuasai 7,5% dari harga jual lelang
ekspor komoditas tambang batubara, mineral 1,5% dari nilai ekspor
logam, dan mineral bukan logam, sesuai uraian sebagaimana tercantum
barang dan pos tarif/Harmonized System (HS) dalam Pemberitahuan
sebagaimana tercantum dalam Lampiran III Ekspor Barang.
PMK-107/PMK.010/2015, oleh eksportir kecuali
yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang terikat
dalam perjanjian kerjasama pengusahaan
pertambangan dan Kontrak Karya,

Keterangan : Nilai Impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar
penghitungan bea masuk yaitu Cost Insurance and Freight (CIF) ditambah dengan
bea masuk dan pungutan lainnya yang dikenakan berdasarkan ketentuan
perundang-undangan kepabeanan dibidang impor, sedangkan nilai ekspor adalah
sebagaimana tercantum dalam Pemberitahuan Ekspor Barang adalah nilai Free
on Board (FOB)

Impor Yang Dikecualikan Dari Pemungutan PPh Pasal 22


a. Impor barang atau penyerahan barang di dalam negeri yang berdasarkan
peraturan perundang-undangan tidak terutang PPh, dikecualikan dengan SKB
PPh Pasal 22
b. Impor barang yang dibebaskan dari pungutan bea masuk dan atau PPN :
1) Barang perwakilan negara asing beserta para pejabatnya yang bertugas di
Indonesia berdasarkan asas timbal balik;
2) Barang untuk keperluan badan internasional beserta pejabatnya yang
bertugas di Indonesia dan tidak memegang paspor Indonesia yang diakui
dan terdaftar dalam peraturan menteri keuangan yang mengatur tentang
tata cara pemberian pembebasan bea masuk dan cukai atas impor barang
untuk keperluan badan internasional beserta para pejabatanya yang
bertugas di Indonesia;
3) Barang kiriman hadiah/hibah untuk keperluan ibadah umum, amal, sosial,
kebudayaan atau untuk kepentingan penanggulangan bencana;
4) Barang untuk keperluan museum, kebun binatang, konservasi alam, dan
tempat lain semacam itu yang terbuka untuk umum.
5) Barang untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan.
6) Barang untuk keperluan khusus kaum tuna netra dan penyandang cacat
lainnya.
7) Peti atau kemasan lain yang berisi jenazah atau abu jenazah.
8) Barang pindahan.
9) Barang pribadi penumpang, awak sarana pengangkutan, pelintas batas,
dan barang kiriman sampai batas jumlah tertentu sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan kepabeanan.
10) Barang yang diimpor oleh pemerintah pusat atau pemerintah daerah yang
ditunjukan untuk kepentingan umum.
11) Persenjataan, amunisi, perlengkapan militer, termasuk suku cadang yang
diperuntukkan bagi keperluan pertahanan dan keamanan negara.
12) Barang dan bahan yang dipergunakan untuk menghasilkan barang bagi
keperluan pertahanan dan keamanan negara.
13) Vaksin polio dalam rangka pelaksanaan program Pekan Imunisasi Nasional
(PIN).
14) buku ilmu pengetahuan dan teknologi, buku pelajaran umum, kitab suci,
buku pelajaran agama, dan buku ilmu pengetahuan lainnya;
15) Kapal laut, kapal angkutan sungai, kapal angkutan danau dan kapal
angkutan penyeberangan, kapal pandu, kapal tunda, kapal penangkap ikan,
kapal tongkang, dan suku cadangnya, serta alat keselamatan pelayaran
dan alat keselamatan manusia yang diimpor dan digunakan oleh
Perusahaan Pelayanan Niaga Nasional atau perusahaan penangkapan
ikan nasional, Perusahaan Penyelenggara Jasa Kepelabuhan Nasional
atau Perusahaan Penyelenggara Jasa Angkutan Sungai, Danau dan
Penyeberangan Nasional, sesuai dengan kegiatan usahanya;
16) Pesawat udara dan suku cadangnya serta alat keselamatan penerbangan
dan alat keselamatan manusia, peralatan untuk perbaikan dan
pemeliharaan yang diimpor dan digunakan oleh Perusahaan Angkutan
Udara Niaga Nasional dan suku cadangnya, serta peralatan untuk
perbaikan atau pemeliharaan pesawat udara yang diimpor oleh pihak yang
ditunjuk oleh Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional yang digunakan
dalam rangka pcmberian jasa perawatan atau reparasi pesawat udara
kepada Perusahaan Angkutan Udara Niaga nasional;
17) Kereta api dan suku cadang serta peralatan untuk perbaikan atau
pemeliharaan serta prasarana perkeretaapian yang dimpor dan digunakan
oleh badan usaha penyelenggara sarana perkeretaapian umum dan/atau
badan usaha penyelenggara prasarana perkeretaapian umum, dan
komponen atau bahan yang diimpor oleh pihak yang ditunjuk oleh badan
usaha penyelenggara sarana perkeretaapian umum dan/atau badan usaha
penyelenggara prasarana perkeretaapian umum yang digunakan untuk
pembuatan kereta api, suku cadang, peralatan untuk perbaikan atau
pemelibaraan, serta prasarana perkeretaapian yang akan digunakan oleh
badan usaha penyelenggara sarana perkeretaapian umum dan/atau badan
usaha penyelenggara prasarana perkeretaapian umum;
18) peralatan berikut suku cadangnya yang digunakan oleh Kementerian
Pertahanan atau TNI untuk penyediaan data batas dan foto udara wilayah
Negara Republik Indonesia yang dilakukan untuk rnendukung pertahanan
Nasional, yang diimpor oleh Kernenterian Pertahanan, TNl atau pihak yang
ditunjuk oleh Kernenterian Pertahanan atau TNI;
19) barang untuk kegiatan hulu Minyak dan Gas Bumi yang importasinya
dilakukan oleh Kontraktor Kontrak Kerja Sama
20) barang untuk kegiatan usaha panas bumi.
c. Impor sementara, jika pada waktu impornya nyata-nyata dimaksudkan untuk
diekspor Kembali
d. Impor kembali (re-impor), yang meliputi barang-barang yang telah diekspor
kemudian diimpor kembali dalam kualitas yang sama atau barang-barang yang
telah diekspor untuk keperluan perbaikan, pengerjaan dan pengujian, yang
telah memenuhi syarat yang ditentukan DJBC
e. impor emas batangan yang akan diproses untuk menghasilkan barang
perhiasan dari emas untuk tujuan ekspor
f. Atas impor barang berupa mesin dan peralatan, baik dalam keadaan terpasang
maupun terlepas, tidak termasuk suku cadang, yang diperlukan oleh
pengusaha di bidang pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan dikecualikan
dari pemungutan PPh Pasal 22 impor.

Pajak Penghasilan Pasal 22 impor dipungut dengan cara sebagai berikut :


a. Atas impor: dilaksanakan dengan cara penyetoran oleh importir yang
bersangkutan atau DJBC ke kas negara melalui Kantor Pos, bank devisa, atau
bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan dilakukan dengan menggunakan
formulir Surat Setoran Pajak, Surat Setoran Pabean, Cukai dan Pajak dalam
rangka impor (SSPCP) dan/atau Bukti Penerimaan Negara yang berlaku
sebagai bukti pemungutan pajak.
b. Atas ekspor: atas ekspor komoditas tambang batubara, mineral logam, dan
mineral bukan logam dilaksanakan dengan cara penyetoran oleh eksportir yang
bersangkutan ke kas negara melalui Kantor Pos, bank devisa, atau bank yang
ditunjuk oleh Menteri Keuangan dengan menggunakan formulir Surat Setoran
Pajak, Surat Setoran Pabean, Cukai dan Pajak dalam rangka impor (SSPCP)
dan/atau Bukti Penerimaan Negara yang berlaku sebagai bukti pemungutan
pajak
Saat Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 22 atas Kegiatan Ekspor/Impor
a. PPh Pasal 22 atas impor barang, terutang dan dilunasi bersamaan dengan saat
pembayaran Bea Masuk.
b. Dalam hal pembayaran Bea Masuk ditunda atau dibebaskan dan tidak
termasuk dalam pengecualian dari pemungutan PPh Pasal 22 sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf b PMK-34/PMK.010/2017, PPh Pasal
22 terutang dan dilunasi pada saat penyelesaian dokumen pemberitahuan
pabean atas impor.
c. Apabila PPh Pasal 22 Atas impor dipungut oleh DJBC, DJBC harus
menyetorkan hasil pemungutannya dalam jangka waktu 1 hari kerja setelah
dilakukan pemungutan pajak. DJBC harus melaporkan hasil pemungutannya
secara mingguan paling lama pada hari kerja terakhir minggu berikutnya.
d. Pajak Penghasilan Pasal 22 atas ekspor komoditas tambang batubara, mineral
logam, dan mineral bukan logam, terutang dan disetorkan bersamaan dengan
saat penyelesaian dokumen pemberitahuan pabean atas ekspor
e. Penyetoran PPh Pasal 22 oleh eksportir yang bersangkutan dilakukan dengan
menggunakan Surat Setoran Pajak
f. Terhadap bukti penyetoran pajak ini, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
melakukan pemeriksaan formil bukti penyetoran pajak tersebut sebagai
dokumen pelengkap pemberitahuan pabean ekspor dan dijadikan dasar
pelayanan ekspor
g. Bukti penyetoran pajak yang digunakan sebagai dokumen pelengkap
pemberitahuan pabean ekspor adalah Surat Setoran Pajak yang telah tertera
Nomor Transaksi Penerimaan Negara
h. Eksportir komoditas tambang batubara, mineral logam, dan mineral bukan
logam wajib menyerahkan asli lembar ke-5 Surat Setoran Pajak yang telah
tertera Nomor Transaksi Penerimaan Negara sebagai dokumen pelengkap
pemberitahuan pabean ekspor.

3. Pajak Penghasilan Pasal 22 Atas Transaksi Dengan Bendaharawan


Berikut ketentuan umum mengenai pemungutan PPh Pasal 22 atas transaksi
dengan bendaharawan :
a. Merupakan PPh yang dipungut atas transaksi pembelian barang oleh instansi
pemerintah
b. Sifat Pemungutan : Tidak Final
c. Pemungut : Bendahara Pemerintah dan Kuasa Pengguna Anggaran,
Bendahara Pemerintah
d. Tarif Pemungutan : 1,5% x Harga Pembelian Tidak Termasuk PPN

Transaksi berikut ini dikecualikan dari pemungutan PPh Pasal 22 Bendaharawan:


a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak yang jumlahnya paling
banyak Rp2.000.000,00 (dua juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran
yang terpecah-pecah
b. pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, bahan bakar gas, pelumas,
benda-benda pos dan pemakaian air dan listrik
c. Pembayaran untuk pembelian barang sehubungan dengan penggunaan dana
Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
d. Pembayaran yang diterima karena penyerahan sehubungan dengan pekerjaan
yang dilakukan dalam rangka pelaksanaan proyek Pemerintah yang dibiayai
dengan hibah luar negeri;
e. pembayaran untuk pembelian minyak bumi, gas bumi, dan/ atau produk
sampingan dari kegiatan usaha hulu di bidang minyak dan gas bumi yang
dihasilkan di Indonesia dari kontraktor yang melakukan eksplorasi dan
eksploitasi berdasarkan kontrak kerja sama atau kantor pusat kontraktor yang
melakukan eksplorasi dan eksploitasi berdasarkan kontrak kerja sama
f. pembayaran untuk pembelian panas bumi atau listrik hasil pengusahaan panas
bumi dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha di bidang usaha panas bumi
berdasarkan kontrak kerja sama pengusahaan sumber daya panas bumi

Tata Cara Pemungutan PPh Pasal 22 Bendaharawan


a. PPh Pasal 22 atas pembelian barang ini terutang dan dipungut pada saat
pembayaran
b. Dalam hal pembelian barang dan/atau bahan-bahan pembayarannya dilakukan
secara angsuran, maka PPh Pasal 22 terutang dan dipungut pada saat
pembayaran berdasarkan jumlah pembayaran angsuran dan pelunasan yang
dilakukan
c. Pemungutan PPh Pasal 22 atas pembelian barang oleh pemungut pajak wajib
disetor oleh pemungut ke kas negara melalui Kantor Pos, bank devisa, atau
bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan, dengan menggunakan SSP yang
telah diisi atas nama rekanan serta ditandatangani oleh pemungut pajak
d. Penyetoran dilakukan pada hari yang sama dengan pelaksanaan pembayaran
atas penyerahan barang yang dibiayai dari belanja Negara atau belanja Daerah
e. Pelaporan dilakukan paling lama 14 hari setelah masa pajak berakhir

4. Pajak Penghasilan Pasal 22 Atas Transaksi Dengan Badan Usaha Tertentu


Badan usaha tertentu yang dimaksud dalam hal ini adalah sebagai berikut :
a. Pemungut: BUMN, BUMD, dan Badan Usaha Tertentu yang dimiliki langsung
oleh BUMN meliputi PT Pupuk Sriwidjaja Palembang, PT Petrokimia Gresik, PT
Pupuk Kujang, PT Pupuk Kalimantan Timur, PT Pupuk Iskandar Muda, PT
Telekomunikasi Selular, PT Indonesia Power, PT Pembangkitan Jawa-Bali, PT
Semen Padang, PT Semen Tonasa, PT Elnusa Tbk, PT Krakatau Wajatama,
PT Rajawali Nusindo, PT Wijaya Karya Beton Tbk, PT Kimia Farma Apotek, PT
Kimia Farma Trading & Distribution, PT Badak Natural Gas Liquefaction, PT
Tambang Timah, PT Terminal Petikemas Surabaya, PT Indonesia Comnets
Plus, PT Bank Syariah Mandiri, PT Bank BRI Syariah, dan PT Bank BNI
Syariah,
b. Dalam hal badan usaha tertentu ini melakukan perubahan nama badan usaha,
badan usaha tertentu tersebut tetap ditunjuk sebagai pemungut PPh Pasal 22
c. Dalam hal badan usaha tertentu ini tidak lagi dimiliki secara langsung oleh
BUMN, badan usaha tertentu dimaksud tidak lagi ditunjuk sebagai pemungut
PPh Pasal 22
d. Pemungutan dilakukan berkenaan dengan pembayaran atas pembelian barang
dan/atau bahan-bahan untuk keperluan kegiatan usahanya

Transaksi berikut ini dikecualikan dari pemungutan PPh Pasal 22 Badan Usaha
Tertentu :
a. pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak yang jumlahnya paling
banyak Rp2.000.000,00 (dua juta rupiah) tidak termasuk Pajak Pertambahan
Nilai dan bukan merupakan pembayaran yang dipecah dari suatu transaksi
yang nilai sebenarnya lebih dari Rp2.000.000,00 (dua juta rupiah);
b. pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, bahan bakar gas, pelumas,
benda-benda pos dan pemakaian air dan listrik
c. pembayaran untuk pembelian minyak bumi, gas bumi, dan/atau produk
sampingan dari kegiatan usaha hulu di bidang minyak dan gas bumi yang
dihasilkan di Indonesia dari kontraktor yang melakukan eksplorasi dan
eksploitasi berdasarkan kontrak kerja sama, kantor pusat kontraktor yang
melakukan eksplorasi dan eksploitasi berdasarkan kontrak kerja sama; atau
trading arms kontraktor yang melakukan eksplorasi dan eksploitasi
berdasarkan kontrak kerja sama.
d. pembayaran untuk pembelian panas bumi atau listrik hasil pengusahaan panas
bumi dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha di bidang usaha panas bumi
berdasarkan kontrak kerja sama pengusahaan sumber daya panas bumi;
e. Pengecualian dilakukan tanpa SKB

Tata Cara Pemungutan PPh Pasal 22 Badan Usaha Tertentu


a. PPh Pasal 22 atas pembelian barang dan/atau bahan-bahan untuk keperluan
kegiatan usaha terutang dan dipungut pada saat pembayaran
b. Dalam hal pembelian barang dan/atau bahan-bahan pembayarannya dilakukan
secara angsuran, maka PPh Pasal 22 terutang dan dipungut pada saat
pembayaran berdasarkan jumlah pembayaran angsuran dan pelunasan yang
dilakukan
c. Pemungutan PPh Pasal 22 oleh pemungut pajak wajib disetor oleh pemungut
ke kas negara melalui Pos Persepsi, Bank Devisa Persepsi, atau Bank Persepsi
yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan
d. Pemungut pajak wajib menerbitkan Bukti Pemungutan Pajak Penghasilan
Pasal 22
e. pemungut pajak wajib melaporkan hasil pemungutannya dengan menggunakan
Surat Pemberitahuan Masa ke Kantor Pelayanan Pajak.
f. Dalam hal badan usaha tertentu (termasuk badan usaha milik negara) juga
bertindak sebagai industri yang melakukan pembelian batubara, mineral logam,
dan mineral bukan logam, maka pemungutan PPh Pasal 22 dilakukan dengan
ketentuan dan tata cara pemungutan PPh Pasal 22 sebagai badan usaha
tertentu

5. Pajak Penghasilan Pasal 22 Industri Tertentu


Industri tertentu yang dimaksud dalam hal ini adalah :
a. Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, industri
kertas, industri baja, industri otomotif, dan industri farmasi, atas penjualan hasil
produksinya kepada distributor di dalam negeri
b. Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM), Agen Pemegang Merek (APM), dan
importir umum kendaraan bermotor, atas penjualan kendaraan bermotor di
dalam negeri
Tarif yang dikenakan atas transaksi Pajak Penghasilan Pasal 22 dengan Industri
Tertentu adalah sebagai berikut :

Tabel 3. Tarif Pajak Penghasilan Pasal 22 Atas Transaksi dengan Industri


Tertentu
Tarif PPh Pasal Sifat
No Jenis Industri
22 Pemungutan
1 Penjualan Baja 0,3% x DPP PPN Tidak Final
Penjualan semua jenis kendaraan
2 bermotor, beroda dua atau lebih, 0,45% x DPP PPN Tidak Final
tidak termasuk alat berat
3 Penjualan semua jenis semen 0,25% x DPP PPN Tidak Final
4 Penjualan kertas 0,1% x DPP PPN Tidak Final
5 Penjualan semua jenis obat 0,3% x DPP PPN Tidak Final

Besarnya pungutan PPh Pasal 22 ditetapkan atas penjualan kendaraan


bermotor di dalam negeri oleh Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM), Agen
Pemegang Merek (APM), dan importir umum kendaraan bermotor tidak termasuk
alat berat sebesar 0,45% dari DPP PPN (tidak final). Dikecualikan dari
pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah atas Penjualan kendaraan
bermotor di dalam negeri yang dilakukan oleh industri otomotif, Agen Tunggal
Pemegang Merek (ATPM), Agen Pemegang Merek (APM), dan importir umum
kendaraan bermotor, yang telah dikenai pemungutan PPh berdasarkan ketentuan
Pasal 22 ayat (1) huruf c UU PPh (Penjualan barang sangat mewah)

Tata Cara Pemungutan PPh Pasal 22 Industri Tertentu


a. PPh Pasal 22 terutang dan dipungut pada saat penjualan
b. Pemungutan PPh Pasal 22 oleh pemungut pajak wajib disetor oleh pemungut
ke kas negara melalui Kantor Pos, bank devisa, atau bank yang ditunjuk oleh
Menteri Keuangan
c. Pemungut pajak wajib menerbitkan Bukti Pemungutan PPh Pasal 22
d. Penyetoran dilakukan paling lama pada tanggal 10 bulan berikutnya setelah
masa pajak berakhir
e. Pelaporan dilakukan paling lama 20 hari setelah masa pajak berakhir
6. Pajak Penghasilan Pasal 22 Produsen Atau Importir BBM, BBG dan Pelumas
Berikut adalah ketentuan umum mengenai pemungutan Pajak Penghasilan
Pasal 22 atas transaksi dengan Produsen atau Importir BBM, BBG dan Pelumas :
a. Pemungut: Yaitu produsen atau importir bahan bakar minyak, bahan bakar gas,
dan pelumas, atas penjualan bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan
pelumas
b. Pajak Penghasilan Pasal 22 atas penjualan bahan bakar minyak, bahan bakar
gas, dan pelumas, terutang dan dipungut pada saat penerbitan surat perintah
pengeluaran barang (delivery order)
Besarnya pungutan PPh Pasal 22 ditetapkan atas penjualan bahan bakar
minyak, bahan bakar gas, dan pelumas oleh produsen atau importir bahan bakar
minyak, bahan bakar gas, dan pelumas adalah sebagai berikut:

Tabel 4. Tarif PPh Pasal 22 Untuk Penjualan Kepada Produsen atau Importir
BBM, BBG dan Pelumas
Tarif Untuk Penjualan Kepada :
SPBU yang SPBU yang
menjual bahan menjual bahan
bakar minyak bakar minyak
yang dibeli dari yang dibeli selain
Dasar
pertamina atau dari Pertamina
Jenis Produk Pengenaan
anak perusahaan atau anak
Pajak
Pertamina perusahaan
Pertamina dan
untuk penjualan
kepada pihak
lainnya
Penjualan
Tidak
Bahan Bakar Minyak 0,25% 0,30%
Termasuk
PPN

Penjualan Bahan Bakar Gas ditentukan sebesar 0,3% dari penjualan tidak
termasuk PPN dan penjualan pelumas ditentukan 0,3% dari penjualan tidak
termasuk PPN dan bersifat tidak final.
Pemungutan PPh Pasal 22 oleh Pemungut Pajak atas penjualan bahan bakar
minyak dan bahan bakar gas kepada penyalur/agen bersifat final, sedangkan
selain penyalur/agen bersifat tidak final.
7. Pajak Penghasilan Pasal 22 Industri atau Eksportir Sektor Kehutanan,
Perkebunan, Pertanian, Peternakan dan Perikanan
Berikut adalah ketentuan umum mengenai pemungutan Pajak Penghasilan Pasal
22 atas transaksi dengan Industri atau Eksportir Sektor Kehutanan, Perkebunan,
Pertanian, Peternakan dan Perikanan :
a. Pemungut PPh Pasal 22 adalah badan usaha industri atau eksportir yang
melakukan pembelian bahan-bahan berupa hasil kehutanan, perkebunan,
pertanian, peternakan, dan perikanan yang belum melalui proses industri
manufaktur, untuk keperluan industrinya atau ekspornya
b. Industri (industri yang melakukan proses industri manufaktur (pabrikasi) secara
langsung (sendiri) maupun melalui pihak lain) atau eksportir yang bergerak
dalam sektor kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan, dan perikanan
melakukan pemungutan PPh Pasal 22 atas seluruh pembelian bahan-bahan
berupa hasil kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan, dan perikanan,
yang belum melalui proses industri manufaktur (pabrikasi), untuk kepentingan
industrinya atau ekspornya.

Contoh eksportir sebagai pemungut PPh Pasal 22 adalah sebagai berikut :


a. Eksportir kayu manis yang melakukan pembelian kayu manis;
b. Eksportir biji pala yang melakukan pembelian biji pala;
c. Eksportir buah pinang yang melakukan pembelian buah pinang
Contoh industry yang melakukan kegiatan industry secara langsung (sendiri)
sebagai pemungut PPh Pasal 22 adalah sebagai berikut :
a. Industry plywood yang melakukan pembelian kayu;
b. Industry tepung tapioca yang melakukan pembelian ketela pohon;
c. Industri pengalengan ikan yang melakukan pembelian ikan
Contoh industry yang melakukan kegiatan industry melalui pihak lain sebagai
pemungut PPh Pasal 22 adalah sebagai berikut :
a. Perkebunan kelapa sawit menggunakan jasa maklon untuk memproduksi
Crude Palm Oil (CPO) yang melakukan pembelian tandan buah segar;
b. Perkebunan tembakau yang menggunakan jasa maklon untuk memproduksi
rokok, yang melakukan pembelian tembakau
c. Perkebunan kelapa yang menggunakan jasa maklon untuk memproduksi
minyak goreng, yang melakukan pembelian kelapa
Atas pembelian bahan-bahan berupa hasil kehutanan, perkebunan, pertanian,
peternakan, dan perikanan yang belum melalui proses industri manufaktur oleh
badan usaha industri atau eksportir sebesar 0,25% (nol koma dua puluh lima
persen) dari harga pembelian tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai dan bersifat
tidak final.

8. Pencatatan Atas Transaksi Pajak Penghasilan Pasal 22


Berikut adalah prinsip umum dalam melakukan pencatatan atas transaksi-
transaksi yang berkaitan dengan pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 :
a. PPh Pasal 22 yang dipungut oleh Bendaharawan Pemerintah
1) Besarnya pajak yang dipungut oleh bendaharawan merupakan pengurang
kas yang diterima, dan dicatat sebagai pembayaran pajak dimuka
2) PPN dan PPnBM tidak dicatat, namun tetap dimintakan bukti potong
b. PPh 22 atas Impor :
1) Besarnya PPh Pasal 22 yang dibayarkan dicatat sebagai pajak dibayar
dimuka
2) Untuk bea masuk dan PPN menjadi penambah nilai persediaan
c. PPh 22 di Industri Tertentu :
1) Pihak Pemungut, mencatat penerimaan kas dan mengakui utang pajak
yang harus disetorkan ke kas negara
2) Pihak yang Dipungut, mencatat pembayaran PPh sebagai Pajak Dibayar
Dimuka pada saat pembelian, dan akan dikreditkan pada akhir tahun pajak
sebagai pengurang pajak terutang

Sebelum melakukan pencatatan dengan benar, perlu diketahui terlebih dahulu


mengenai tarif Pajak Penghasilan Pasal 22 untuk setiap jenis transaksi sebagai
berikut :
a. “Aktivitas Penyerahan Barang : 1,5% dari harga pembelian
b. Aktivitas Impor :
1) 2,5% dari nilai impor bagi pengguna Angka Pengenal Impor (API)
2) 0,5% bagi pengguna API untuk impor jenis kedelai, gandum dan tepung
terigu
3) 7,5% dari nilai impor bagi non pengguna API
4) 7,5% dari harga jual lelang untuk barang yang tidak dikuasai
c. Aktivitas di Industri Tertentu
1) Penjualan Hasil Produksi Dalam Negeri :
a) 0,1% dari Dasar Pengenaan Pajak (DPP PPN) di Industri Kertas
b) 0,25% dari DPP PPN di Industri Semen
c) 0,45% dari DPP PPN di Industri Otomotif
d) 0,3% dari DPP PPN di Industri Baja
e) 0,3% dari DPP PPN atas obat-obatan di Industri Farmasi
2) Penjualan BBM, BBG dan Pelumas
a) 0,25% dari harga jual BBM untuk penjualan ke SPBU Pertamina.
b) 0,3% dari harga jual BBM untuk penjualan ke SPBU Non Pertamina atau
pihak lain.
c) 0,3% dari harga jual minyak tanah.
d) 0,3% dari harga jual BBG.
e) 0,3% dari harga jual pelumas.
f) 0,45% dari DPP PPN penjualan kendaraan bermotor di dalam negeri
oleh Agen Tunggal Pemegang Merek, Agen Pemegang Merek, atau
Importitr Umum.
g) 0,25% dari harga beli untuk pembelian di industri kehutanan,
perkebunan, pertanian, peternakan, dan perikanan”.
Ketentuan diatas berlaku bagi wajib pajak yang memiliki NPWP, sedangkan
wajib pajak yang tidak memiliki NPWP akan dikenakan tarif pajak lebih tinggi 100%
dibandingkan dengan tarif semula.
Ilustrasi Pencatatan PPh Pasal 22 :
Koperasi Makmur Jaya melakukan pembayaran dari PT Paperless atas
penyediaan kertas senilai Rp 255.000.000.
Maka, besarnya PPh Pasal 22 adalah : 0,1% x Rp 255.000.000 = Rp 255.000

Pencatatan yang Dilakukan Oleh PT Paperless


Kas 254.745.000
PPh 22 Dibayar Dimuka 255.000
Penjualan 255.000.000

Pencatatan yang Dilakukan Oleh Koperasi Makmur Jaya


Pembelian 255.000.000
Kas 254.745.000
Utang PPh Pasal 22 255.000
Ilustrasi Wajib Pajak Pemungut PPh Pasal 22 :
Transaksi terkait PPh Pasal 22 yang dilakukan oleh PT Paperless selama bulan
April 2020 adalah sebagai berikut :
5 April Melakukan penjualan kertas yang dilakukan secara kredit kepada PT
Syailendra dengan harga Rp 70.000.000, memungut PPh Pasal 22
sebesar 0,1%
15 April Menerima pembayaran atas transaksi tanggal 5 april
17 April Melakukan penjualan kertas yang dilakukan secara kredit kepada CV
Kita seharga Rp 120.000.000, memungut PPh Pasal 22 sebesar 0,1%
19 April Membeli gas kepada Pertamina seharga Rp 75.000.000, dipungut
PPh Pasal 22 sebesar 0,3%
20 April Menerima pembayaran atas transaksi tanggal 17 April
10 Mei Melakukan penyetoran PPh Pasal 22 ke kas negara

PT Paperless melakukan pencatatan sebagai berikut :


5 April Piutang Usaha 70.070.000
Penjualan 70.000.000
Utang PPh Pasal 22 70.000
15 April Kas 70.070.000
Piutang Usaha 70.070.000
17 April Piutang Usaha 120.120.000
Penjualan 120.000.000
Utang PPh Pasal 22 120.000
19 April Pembelian 75.000.000
PPh Pasal 22 Dibayar Dimuka 225.000
Kas 75.225.000
20 April Kas 120.120.000
Piutang Usaha 120.120.000
10 Mei Utang PPh Pasal 22 190.000
Kas 190.000
Note :
Dalam hal terjadi penyerahan antar pemungut PPN, maka yang berkewajiban
untuk melakukan pemungutan adalah PENJUAL. Transaksi tanggal 19 April
merupakan transaksi antar pemungut sehingga yang melakukan pemungutan
adalah PT Pertamina, pihak yang dipungut adalah PT Paperless sehingga PT
Paperless mencatat PPh 22 Dibayar Dimuka

Ilustrasi PPh Pasal 22 Atas Kegiatan Impor :


PT CDE melakukan impor barang elektronik ke Negara Hongkong sebanyak 100
unit dengan harga U$ 500, ditambah dengan pembayaran bea masuk 1% dan bea
lainnya 0,5% dari harga jual. Kurs yang berlaku saat itu adalah Rp 10.000/$.
Atas kasus diatas, PT CDE melakukan pembayaran PPh Pasal 22 kepada Dirjen
Bea Cukai, karena DJBC merupakan pihak yang ditunjuk sebagai Pemungut PPh
Pasal 22. Jika PT CDE memiliki API maka tarif yang dikenakan adalah 2,5% dari
harga jual sebelum dikenakan PPN. Maka, perhitungannya adalah sebagai berikut
:
Cost : 100 unit x 500 x 10.000 = Rp 500.000.000
Bea Masuk : 1% x Rp 500.000.000 = Rp 5.000.000
Bea Lainnya : 0,5% x Rp 500.000.000 = Rp 2.500.000
Nilai Impor : (Cost + Insurance + Freight) + Bea Lainnya
Nilai Impor : Rp 500.000.000 +Rp 5.000.000 + Rp 2.500.000 = Rp
507.500.000
PPh Pasal 22 : 2,5% x Rp 507.500.000 = Rp 12.687.500
PPN : 10% x Rp 507.500.000 = Rp 50.750.000

C. Latihan Soal
1. PT Elektronikku merupakan perusahaan yang bergerak dibidang penjualan
elektronik. Padal tanggal 10 Januari 2022 melakukan penjualan elektronik kepada
Pemerintah Daerah Bogor sebanyak 5 buah dengan harga @Rp 5.500.000 belum
termasuk PPN. Hitunglah besarnya Pajak Penghasilan yang terutang atas
transaksi diatas dan buatlah jurnalnya !
2. PT Syukurku melakukan impor atas Barang Kena Pajak dengan nilai pembelian
$ 42.000 (Kurs Menteri Keuangan Rp 9.100/$ dan Kurs BI Rp 10.200/$).
Perusahaan membayar biaya asuransi dan pengangkutan masing-masing 7,5%
dan 5% dari nilai pembelian. Bea masuk 10% dari CIF dan bea masuk lainnya $
2.500. Penyerahan barang dikenakan PPN dan PPnBM 20%. Jika perusahaan
memiliki API, hitunglah seluruh unsur pajak yang harus dibayar dan buatlah
pencatatannya !
D. Referensi

Anda mungkin juga menyukai