Anda di halaman 1dari 41

PPh

Pasal 22

Dr. JESSY DIMARCUS L WARONGAN SE, M.Si, Ak, CA


KELOMPOK 2

Gabriela Olins Prita Gloria


Sumendap Mamangkey Estelle
Ratuliu Darcy Rumuat

220611040013 220611040032 220611040036 220611040015


Daftar Isi
1. Pengertian
2. Kegiatan Impor dan Expor
3. Pembelian Barang oleh Bendaharawan pemerintah
4. Pembelian Barang oleh Badan usaha tertentu
5. Penjualan hasil produksi industri tertentu
6. Penjualan bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas
7. Penjualan kendaraan bermotor
8. Pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor
9. Pembelian komoditas tambang
10. Penjualan emas
11. Penjualan barang yang tergolong sangat mewah
12. Pengecualian pemungutan PPh pasal 22
13. Sifat pemungutan
Pengertian
Merupakan pembayaran Pajak Penghasilan
dalam tahun berjalan yang dipungut oleh :

1) Bendahara Pemerintah, termasuk


bendahara pada Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah, instansi atau lembaga
pemerintah, dan lembaga-lembaga negara
lainnya, berkenaan dengan pembayaran atau
penyerahan barang, termasuk juga dalam
pengertian bendahara adalah pemegang kas
dan pejabat lain yang menjalankan fungsi
yang sama.
Pengertian
2) Badan-badan tertentu, baik badan
pemerintah maupun swasta, berkenaan
dengan kegiatan di bidang impor atau
kegiatan usaha di bidang lain, seperti kegiatan
usaha produksi barang tertentu antara lain
otomotif dan semen

3). Wajib Pajak badan tertentu untuk


memungut pajak dari pembeli atas penjualan
atas barang yang tergolong mewah.
KEGIATAN
IMPOR DAN
EKSPOR
1). Barang tertentu Objek dan Tarif PPh Pasal 22 3). Kedelai,
(PMK No. gandum, dan
atas impor :
34/PMK.010/2017) tepung terigu
dikenakan PPh dikenakan PPh
sebesar 10% dari 2). Barang tertentu sebesar 0,5% dari
nilai impor (PMK No. nilai impor dengan
34/PMK.010/2017) menggunakan API
dikenakan PPh
sebesar 7,5% dari
nilai impor
4). Barang selain
barang tertentu 5). Barang selain
lainnya, Kedelai, barang tertentu
gandum, dan tepung lainnya, Kedelai,
terigu yang gandum, dan 6). Barang yang
menggunakan API tepung terigu tidak dikuasai,
dikenakan PPh sebesar yang tidak dikenakan PPh
2,5% dari nilai impor menggunakan sebesar 7,5%
API dikenakan dari harga jual
PPh sebesar 7,5%
lelang
dari nilai impor
Pemungut PPh Pasal 22
Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai
Saat Terutang dan Cara Pelunasan
PPh Pasal 22 atas impor barang, terutang dan dilunasi
bersamaan dengan saat pembayaran Bea Masuk
PPh Pasal 22 atas ekspor komoditas tambang batu
bara, mineral logam, dan mineral bukan logam,
terutang dan dilunasi bersamaan dengan saat
penyelesaian dokumen pemberitahuan pabean atas
ekspor
Cara Pemungutan
Pemungutan PPh Pasal 22 atas impor barang
dilaksanakan dengan cara penyetoran oleh importir
atau Direktorat Jenderal Bea dan Cukai ke Kas Negara
Pembelian Barang oleh
Bendaharawan Pemerintah

1) Bendahara pemerintah dan


Kuasa Pengguna Anggaran
(KPA) sebagai pemungut pajak
pada Pemerintah Pusat, Daerah,
instasi atau lembaga
pemerintah dan lembaga
negara lainnya.
2). Bendahara pengeluaran dengan
mekanisme Uang Persediaan (UP)

3). KPA atau pejabat penerbit Surat


Perintah Membayar yang diberi delegasi
oleh KPA berkenaan pembayaran pada
pihak ketiga yang dilakukan dengan
mekanisme pembayaran langsung (LS)
Dikenakan PPh Pasal 22 sebesar 1,5% dari
harga pembelian tidak termasuk PPN
PEMUNGUT PPH PASAL 22
Bendaharawan, KPA, dan pejabat penerbit Surat Perintah Membayar

SAAT TERUTANG DAN SAAT PEMUNGUTAN


PPH PASAL 22 ATAS PEMBELIAN BARANG OLEH BENDAHARAWAN
PEMERINTAH TERUTANG DAN DIPUNGUT PADA SAAT PEMBAYARAN

CARA PEMUNGUTAN
Pemungutan PPh Pasal 22 wajib disetor oleh pemungut pajak ke kas negara
PEMBELIAN BARANG OLEH BADAN USAHA TERTENTU

Bendahara & badan-badan yang memungut PPh Pasal 22 sebesar 1,5% dari
pembelian adalah:

• Bank Devisa dan 2. Bendahara Pemerintah dan 3. Bendahara


Direktorat Jenderal Bea Kuasa Pengguna Anggaran
pengeluaran
dan Cukai (DJBC) (KPA)

sebagai pemungut pajak berkenaan dengan


atas objek PPh Pasal 22 pada Pemerintah Pusat, pembayaran atas
impor barang; Pemerintah Daerah, Instansi pembelian barang yang
atau Lembaga Pemerintah dilakukan dengan
dan lembaga-lembaga mekanisme uang
negara lainnya, berkenaan persediaan (UP);
dengan pembayaran atas
pembelian barang;
PEMBELIAN BARANG OLEH BADAN USAHA TERTENTU
Bendahara & badan-badan yang memungut PPh Pasal 22 sebesar 1,5% dari
pembelian adalah:
6. Industri dan eksportir
4. Kuasa Pengguna Anggaran
(KPA) 5. Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) yang bergerak dalam
sektor kehutanan,
atau pejabat penerbit Surat yaitu badan usaha yang perkebunan, pertanian,
Perintah Membayar yang seluruh atau sebagian besar peternakan, dan perikanan,
diberikan delegasi oleh modalnya dimiliki oleh atas pembelian bahan-
Kuasa Pengguna Anggaran negara melalui penyertaan bahan dari pedagang
berkenaan dengan secara langsung yang pengumpul untuk
pembayaran atas pembelian berasal dari kekayaan keperluan industrinya atau
barang secara langsung negara yang dipisahkan ekspornya
Wajib pajak badan atau perusahaan swasta yang
wajib memungut PPh Pasal 22 saat penjualan
adalah:
Badan usaha Agen Tunggal Produsen atau Badan usaha
yang bergerak Pemegang importir bahan yang bergerak
dalam bidang Merek (ATPM), bakar minyak,
dalam bidang
usaha industri bahan bakar gas,
Agen usaha industri
semen, industri dan pelumas,
Pemegang
kertas dll atas atas penjualan baja
Merek (APM),
penjualan hasil bahan bakar
dan importir
produksinya minyak, bahan
umum
kepada bakar gas, dan
kendaraan pelumas;
distributor di
bermotor
dalam negeri;
Tarif PPh Pasal 22
PPh Pasal 22 dikenakan terhadap
perdagangan barang yang
dianggap 'menguntungkan',
karena itu PPh Pasal 22 dapat
dikenakan baik saat penjualan
maupun pembelian. Tarif PPh
Pasal 22 bervariasi tergantung
dari objek pajaknya, yaitu
berkisar antara 0,25%-1,5%.
Saat Terutang dan Pembayaran
PPh Pasal 22 atas pembelian barang oleh
Bendahara Pemerintah dan KPA,
bendahara pengeluaran dan pejabat
penerbit Surat Perintah Membayar, dan
pembelian barang dan/atau bahan-bahan
untuk keperluan kegiatan usaha oleh
BUMN, tertentu dan Bank BUMN, terutang
dan dipungut pada saat pembayaran.
CARA PEMUNGUTAN
1. Lembar 2. Lembar kedua 3. Lembar ketiga
pertama untuk sebagai lampiran sebagai arsip
Wajib Pajak laporan bulanan pemungut pajak
kepada Kantor yang
yang dipungut. Pelayanan Pajak bersangkutan.
(dilampirkan pada
Surat Pemberitahuan
Masa Pajak
Penghasilan Pasal
22).
PENJUALAN
HASIL
PRODUKSI
INDUSTRI
TERTENTU
Objek dan Tarif PPh Pasal 22
Atas penjualan hasil produksi kepada distributor di dalam negeri oleh
badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen,
industri kertas, industri baja, industri otomotif, dan industri farmasi:

1. Penjualan semua 2. Penjualan kertas 3. Penjualan baja


jenis semen sebesar sebesar 0,1 % sebesar 0,3%
0,25%

4. Penjualan semua jenis 5. Penjualan semua


kendaraan bermotor beroda jenis obat sebesar
dua atau lebih, tidak termasuk 0,3%
alat berat, sebesar 0,45%
PENJUALAN BAHAN BAKAR MINYAK,
BAHAN BAKAR GAS, DAN PELUMAS

01
Bahan bakar minyak sebesar
0,25 % dari penjualan tidak
termasuk Pajak

02
Bahan bakar gas
sebesar 0, 3 %
03
Pelumas sebesar 0,3%
Sifat pemungutan PPh Pasal 22 atas
penjualan bahan bakar dan pelumas
dapat bersifat final atau tidak final,
tergantung pada jenis bahan bakar dan
pelumas, serta status pembelinya. Jika
penjualan bahan bakar dilakukan
kepada penyalur/agen, PPh Pasal 22
yang dipungut bersifat final.
Apabila dilakukan kepada selain
penyalur/agen, PPh Pasal 22 yang
dipungut atas penjualan bahan bakar
bersifat tidak final.
CONTOH
PENGHITUNGAN
Untuk menghitung pajaknya, Anda
perlu mengetahui tarif dan dasar
pemungutan PPh Pasal 22 untuk
penjualan bahan bakar dan pelumas.
Seperti yang disebutkan sebelumnya,
tarifnya tergantung pada jenis bahan
bakar dan pelumas, serta status
pembelinya (penyalur/agen atau
bukan).
PPH PASAL 22 = TARIF X NILAI
PENJUALAN
CONTOH SOAL
PT Rubrix merupakan pabrik pembuatan
kendaraan bermotor yang membeli solar ke
Pertamina dengan nilai sebesar Rp 200 juta
(tidak termasuk PPN). PT Rubrix memiliki
NPWP.
Tarif PPh Pasal 22 untuk penjualan solar kepada selain
penyalur/agen adalah 0,3 persen. Maka, PPh Pasal 22 yang
harus dibayar oleh PT Rubrix adalah:

PPh Pasal 22 = 0,3% x Rp 200.000.000 = Rp 600.000


PENJUALAN KENDARAAN
BERMOTOR
Objek dan Tarif PPh Pasal 22
Atas penjualan kendaraan bermotor di
dalam negeri oleh Agen Tunggal
Pemegang Merek
(ATPM), Agen Pemegang Merek
(APM), dan importir umum kendaraan
bermotor, tidak termasuk alat berat
dikenakan PPh Pasal 22 sebesar 0,45%
dari dasar pengenaan Pajak
Pertambahan Nilai.
• Pemungut PPh Pasal 22
Agen Tunggal Pemegang Merek
(ATPM), Agen Pemegang Merek (APM),
dan importir umum kendaraan
bermotor.

• Saat Terutang dan Saat


Pemungutan
Pajak Penghasilan Pasal 22 terutang
dan dipungut pada saat penjualan.
Cara Pemungutan
Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 wajib disetor oleh pemungut ke kas
negara melalui Kantor Pos, bank devisa, atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak. Pemungut pajak wajib
menerbitkan Bukti Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 dalam rangkap 3
(tiga), yaitu:

Lembar pertama
untuk Wajib Pajak
Lembar kedua
yang dipungut.
sebagai lampiran
laporan bulanan Lembar ketiga
kepada Kantor sebagai arsip
Pelayanan Pajak pemungut pajak yang
bersangkutan.
PEMBELIAN BAHAN-BAHAN
UNTUK KEPERLUAN
INDUSTRI ATAU EKSPOR

Objek dan Tarif PPh Pasal 22


Atas pembelian bahan-bahan
berupa hasil kehutanan,
perkebunan, pertanian,
peternakan, dan perikanan yang
belum melalui proses industri
manufaktur dikenakan PPh
pasal 22 sebesar 0,25% dari
harga pembelian tidak termasuk
Pajak Pertambahan Nilai.
Pemungut PPh Pasal 22
Saat Terutang dan Saat
Badan usaha industri atau
Pemungutan
eksportir yang melakukan
Pajak Penghasilan Pasal 22 atas
pembelian bahan-bahan berupa
pembelian bahan-bahan untuk
hasil kehutanan, perkebunan,
keperluan industri atau ekspor,
pertanian, peternakan, dan
perikanan yang belum melalui terutang dan dipungut pada saat
proses industri manufaktur pembelian
untuk keperluan industrinya
atau ekspornya.
PEMBELIAN KOMODITAS
TAMBANG

Objek dan Tarif PPh Pasal 22 Atas


pembelian batu bara, mineral logam, dan
mineral bukan logam, dari badan atau
orang pribadi pemegang izin usaha
pertambangan oleh industri atau badan
usaha dikenakan PPh pasal 22 sebesar
1,5% (satu setengah persen) dari harga
pembelian tidak termasuk Pajak
Pertambahan Nilai.
Pemungut PPh Pasal 22 Saat Terutang dan Saat Pemungutan
Badan usaha yang melakukan Pajak Penghasilan Pasal 22 terutang
pembelian komoditas tambang dan dipungut pada saat pembelian.
batu bara, mineral logam, dan
mineral bukan logam, dari badan
atau orang pribadi pemegang izin
usaha pertambangan
PENJUALAN EMAS

Objek dan Tarif PPh Pasal 22


Atas penjualan emas batangan oleh
badan usaha yang melakukan
penjualan, dikenakan pasal 22 sebesar
0,45% dari harga jual emas batangan.
PEMUNGUT PPH SAAT TERUTANG DAN
PASAL 22 SAAT PEMUNGUTAN

Badan usaha yang Pajak Penghasilan Pasal 22


melakukan penjualan emas terutang dan dipungut
batangan di dalam negeri. pada saat penjualan.
1. PESAWAT TERBANG
PRIBADI DAN
HELIKOPTER PRIBADI.

Objek dan Tarif PPh Pasal 22 Atas


2019
penjualan barang yang tergolong 2. KAPAL PESIAR,
sangat mewah, meliputi: YACHT, SEJENISNYA
DLL.
Dikenakan PPh Pasal 22 sebesar 1% dari harga jual tidak
termasuk Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan
Atas Barang Mewah (PPN dan PPnBM) atas barang
sebagaimana dimaksud pada butir 3 dan 4. PPh Pasal 22
sebesar 5% dari harga jual tidak termasuk Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang
Mewah (PPN dan PPnBM) dikenakan atas barang
sebagaimana dimaksud pada butir 1,2, 5, dan 6. Yang
dimaksud dengan harga jual yaitu jumlah yang dibayarkan
oleh pembeli kepada penjual.
Wajib Pajak badan
yang melakukan
penjualan barang
yang tergolong
sangat mewah. Pemungut PPh
Pasal 22

Saat Terutang dan Pemungut Pajak wajib


Saat Pemungutan memungut PPh Pasal 22
pada saat melakukan
penjualan barang yang
tergolong sangat
mewah.
CARA
PEMUNGUTAN
Pemungut Pajak wajib memberikan tanda bukti kepada orang pribadi
atau badan yang dipungut setiap melakukan pemungutan. Pemungut
Pajak wajib menyetorkan Pajak Penghasilan yang dipungut ke Kantor
Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan paling lama
tanggal 10 bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir dengan
menggunakan Surat Setoran Pajak dan melaporkan hasil
pemungutannya dengan menggunakan Surat Pemberitahuan Masa ke
Kantor Pelayanan Pajak paling lama 20 hari setelah Masa Pajak berakhir.
PENGECUALIAN PEMUNGUTAN PPh PASAL 22
1. Impor barang dan/atau 3. Dalam hal impor
2. Impor barang yang
penyerahan barang yang sementara jika pada
dibebaskan dari bea
berdasarkan ketentuan waktu impornya nyata-
masuk, seperti barang
peraturan perundang- nyata dimaksudkan
perwakilan negara
undangan tidak terutang untuk diekspor
asing beserta para
Pajak Penghasilan.
pejabatnya yang kembali.
bertugas di Indonesia
berdasarkan asas
timbal balik dll.
PENGECUALIAN PEMUNGUTAN PPh PASAL 22
4. Pembayaran untuk
5. Pembayaran yang 6. Pembelian gabah
pembelian barang
dilakukan oleh: dan/atau beras oleh
sehubungan dengan
bendaharawan bendahara pemerintah
penggunaan dana
pemerintah, BUMN dan (Kuasa Pengguna
Bantuan Operasional
badan usaha tertentu, pejabat penerbit Surat
Sekolah (BOS)
badan usaha industri Membayar yang diberi
atau eksportir, pembeli delegasi oleh Kuasa
komoditas tambang, Pengguna Anggaran,
atau bendahara
pengeluaran).
SIFAT PEMUNGUTAN
Pada dasarnya pemungutan Pajak Penghasilan
Pasal 22 bersifat tidak final dan dapat
diperhitungkan sebagai pembayaran Pajak
Penghasilan dalam tahun berjalan bagi Wajib Pajak
dipungut.
Khusus untuk pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas
penjualan bahan bakar minyak dan bahan bakar gas kepada
penyalur/agen, bersifat final. Besarnya PPh Pasal 22 yang
diterapkan terhadap Wajib Pajak yang tidak memiliki Nomor Pokok
Wajib Pajak lebih tinggi 100% (seratus persen) daripada tarif yang
diterapkan terhadap Wajib Pajak yang dapat menunjukkan Nomor
Pokok Wajib Pajak
THANKYOU

Anda mungkin juga menyukai