KELOMPOK 3 :
DAFTAR ISI
I DASAR HUKUM
III KASUS
DASAR HUKUM
TEORI
(Pengertian, Subjek, Objek, Tarif,
Perhitungan)
INTERNAL
Wajib pajak badan atau perusahaan swasta yang wajib memungut PPh Pasal 22 saat
penjualan adalah:
1. Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, industri kertas, industri baja, industri
otomotif, dan industri farmasi, atas penjualan hasil produksinya kepada distributor di dalam negeri;
2. Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM), Agen Pemegang Merek (APM), dan importir umum kendaraan
bermotor, atas penjualan kendaraan bermotor di dalam negeri;
3. Produsen atau importir bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas, atas penjualan bahan bakar
minyak, bahan bakar gas, dan pelumas;
4. Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri baja yang merupakan industri hulu, termasuk
industri hulu yang terintegrasi dengan industri antara dan industri hilir.
5. Pedagang pengumpul berupa badan atau orang pribadi yang kegiatan usahanya:
mengumpulkan hasil kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan, dan perikanan; dan
menjual hasil tersebut kepada badan usaha industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor kehutanan,
perkebunan, pertanian, peternakan, dan perikanan.
6. Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 90/PMK.03/2015, pemerintah menambahkan pemungut
PPh Pasal 22 dengan wajib pajak badan yang melakukan penjualan barang yang tergolong sangat mewah.
INTERNAL
Atas impor:
yang menggunakan Angka Pengenal Importir (API) = 2,5% x nilai impor;
non-API = 7,5% x nilai impor;
yang tidak dikuasai = 7,5% x harga jual lelang.
Atas pembelian barang yang dilakukan oleh DJPB, Bendahara Pemerintah, BUMN/BUMD = 1,5%
x harga pembelian (tidak termasuk PPN dan tidak final.)
Atas penjualan hasil produksi atau penyerahan barang oleh produsen atau importir bahan bakar
minyak gas, dan pelumas adalah sebagai berikut:
Pungutan PPh Pasal 22 kepada penyalur/agen, bersifat final. Selain penyalur/agen bersifat tidak
final
INTERNAL
Atas impor kedelai, gandum, dan tepung terigu oleh importir yang menggunakan API = 0,5% x nilai
impor.
Atas penjualan
• Pesawat udara pribadi dengan harga jual lebih dari Rp 20.000.000.000,-
• Kapal pesiar dan sejenisnya dengan harga jual lebih dari Rp 10.000.000.000,-
• Rumah beserta tanahnya dengan harga jual atau harga pengalihannya lebih dari Rp
10.000.000.000,- dan luas bangunan lebih dari 500 m2.
• Apartemen, kondominiumdan sejenisnya dengan harga jual atau pengalihannya lebih dari
Rp 10.000.000.000,- dan/atau luas bangunan lebih dari 400 m2.
• Kendaraan bermotor roda empat pengangkutan orang kurang dari 10 orang berupa
sedan, jeep, sport utility vehicle(suv), multi purpose vehicle(mpv), minibus dan sejenisnya
dengan harga jual lebih dari Rp 5.000.000.000,- (lima miliar rupiah) dan dengan kapasitas
silinder lebih dari 3.000 cc. Sebesar 5% dari harga jual tidak termasuk PPN dan PPnBM.
Untuk yang tidak memiliki NPWP dipotong 100% lebih tinggi dari tarif PPh Pasal 22.
INTERNAL
Impor barang-barang dan/atau penyerahan barang yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
tidak terutang PPh. Pengecualian tersebut, harus dinyatakan dengan Surat Keterangan Bebas PPh Pasal 22 yang
diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak.
Pembayaran atas penyerahan barang yang dibebankan kepada belanja negara/daerah yang meliputi jumlah
kurang dari Rp 2.000.000,- (bukan merupakan jumlah yang dipecah-pecah).
Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, air minum/PDAM, benda-benda pos, dan telepon.
INTERNAL
1. PPh Pasal 22, oleh Bea Cukai, maka batas waktu pembayaran/penyetoran pajak adalah 1 (satu) hari
setelah dipungut. Sedangkan untuk batas waktu pelaporan Surat Pemberitahuan Masa-nya adalah
pada hari kerja terakhir minggu berikutnya (melapor secara mingguan).
2. PPh Pasal 22 Bendahara Pemerintah memiliki batas waktu pembayaran/penyetoran pajak pada hari
yang sama saat penyerahan barang dan untuk batas waktu pelaporan Surat Pemberitahuan Masa-nya
adalah tanggal 14 bulan berikutnya.
3. PPh Pasal 22 Pertamina, maka batas waktu pembayaran/penyetoran pajak adalah sebelum delivery
order dibayar.
4. PPh Pasal 22 Pemungut Tertentu memiliki batas waktu pembayaran/penyetoran pajak pada tanggal
10 bulan berikutnya. Sedangkan untuk batas waktu pelaporan Surat Pemberitahuan Masa-nya adalah
tanggal 20 bulan berikutnya.
INTERNAL
Lanjutan..
= 2,5% x Rp9.114.120.000
= Rp227.853.000
= 7,5% x 9.114.120.000
= Rp683.559.000
INTERNAL
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 44/PMK.03/2020 Tentang Instentif Pajak Untuk
Wajib Pajak Terdampak Wabah Virus Covid-19. PPh Pasal 22 Impor diberikan insentif berupa
pembebasan pembayaran pajak. Pembebasan ini merupakan efek dari berkurangnya aktivitas
pengiriman barang untuk masuk ke Indonesia guna mencegah penyebaran virus yang semakin masif
perkembangannya di Indonesia, baik itu penghentian sementara dari negara asal atau pengurangan
aktivitas belanja dari pelaku impor di Indonesia.
Penurunan aktivitas impor ini sangat mempengaruhi neraca perdagangan Indonesia sehingga perlu
diberikan sebuah stimulan melalui insentif agar wajib pajak yang menjadi pelaku usaha kembali
semangat melakukan kegiatan di situasi tidak kondusif seperti ini. Bagi wajib pajak yang melakukan
aktivitas impor akan diberikan pembebasan PPh Pasal 22 impor selama 6 bulan, yakni dari bulan
April sampai dengan September 2020. Pemberian fasilitas ini diberikan melalui Surat Keterangan
Bebas (SKB) PPh Pasal 22 Impor kepada wajib pajak.
Dan pemerintah melakukan Perpanjangan insentif pajak sampai dengan tanggal 31 Juni 2021 sesuai
yang termuat dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 9/PMK.03/2021 tentang Insentif Pajak
untuk Wajib Pajak Terdampak Pandemi Corona Virus Disease 2019.
INTERNAL
FASILITAS PAJAK PENGHASILAN PMK No. 239/PMK.03/2020 TENTANG PEMBERIAN FASILITAS PAJAK TERHADAP
BARANG DAN JASA YANG DIPERLUKAN DALAM RANGKA PENANGANAN PANDEMI CORONA VIRUS DISEASE 2019
DAN PERPANJANGAN PEMBERLAKUAN FASILITAS PAJAK PENGHASILAN BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH
NOMOR 29 TAHUN 2020 TENTANG FASILITAS PAJAK PENGHASILAN DALAM RANGKA PENANGANAN CORONA
VIRUS DISEASE 2019 (COVID-19)
INTERNAL
Pihak Tertentu yang melakukan impor barang (Objek Pihak Tertentu yang melakukan pembelian barang (Objek
PMK) untuk penanganan COVID-19, diberikan pembebasan PMK) dan Industri Farmasi Produksi Vaksin dan/atau Obat
dari pemungutan PPh Pasal 22 Impor. yang melakukan pembelian bahan baku untuk memproduksi
vaksin dan/atau obat untuk penanganan COVID-19
a. Pembebasan dilakukan oleh Ditjen Bea Cukai tanpa diberikan pembebasan dari pemungutan PPh Pasal 22 .
Surat Keterangan Bebas (SKB)
a. Pembebasan diberikan melalui Surat Keterangan
b. Pembebasan bagi Pihak Tertentu berlaku sejak 1 Bebas (SKB)
Januari s.d. 31 Desember 2021
b. Pembebasan bagi Industri Farmasi Produksi Vaksin
c. Pihak Tertentu harus menyampaikan Laporan dan/atau Obat diberikan setelah memperoleh surat
Realisasi Pembebasan PPh Pasal 22 Impor (Lampiran rekomendasi dari Kementerian Kesehatan
PMK)
c. Pembebasan bagi Pihak Tertentu dan Industri Farmasi
Produksi Vaksin dan/atau Obat berlaku sejak SKB
terbit s.d. 31 Desember 2021
d. Industri Farmasi Produksi Vaksin dan/atau Obat dan
Pihak Tertentu harus menyampaikan Laporan
Realisasi Pembebasan PPh Pasal 22 (Lampiran PMK)
INTERNAL
Pajak yang dikenakan pada penghasilan atas modal, penyerahan jasa, atau
hadiah dan penghargaan, selain yang telah dipotong PPh Pasal 21.
INTERNAL
Imbalan yang diterima oleh WPDN atas Penghasilan sehubungan dengan Modal, Penyerahan
Jasa atau Hadiah dan Penghargaan
Deviden
Bunga
Royalty
Hadiah dan Penghargaan
Sewa dan Penghasilan lain sehubungan dengan penghargaan harta, selain sewa tanah dan
bangunan yang dipotong PPh Pasal 4 (2)
Imbalan sehubungan dengan : Jasa Teknik, Jasa Management, Jasa Konsultasi
JASA LAIN
INTERNAL
Jasa lain selain jasa yang telah dipotong PPh21 (*) yang tercantum dalam PMK No. 141/PMK.03/2015,
sebagai berikut :
Penilai (appraisal);
Pembuatan dan/atau pengelolaan website; Laboratorium dan/atau pengujian kecuali yang
Aktuaris;
Internet termasuk sambungannya; dilakukan oleh lembaga atau institusi pendidikan dalam
Akuntansi, pembukuan, dan atestasi laporan keuangan;
Penyimpanan, pengolahan dan/atau penyaluran data, rangka penelitian akademis;
Hukum;
informasi, dan/atau program; Pengelolaan parkir;
Arsitektur;
Instalasi/pemasangan mesin, peralatan, listrik, telepon, Penyondiran tanah;
Perencanaan kota dan arsitektur landscape;
air, gas, AC dan/atau TV Kabel, selain yang dilakukan Penyiapan dan/atau pengolahan lahan;
Perancang (design);
oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang Pembibitan dan/atau penanaman bibit;
Pengeboran (drilling) di bidang penambangan minyak
konstruksi dan mempunyai izin dan/atau sertifikasi Pemeliharaan tanaman;
dan gas bumi (migas) kecuali yang dilakukan oleh Permanenan;
sebagai pengusaha konstruksi;
Badan Usaha Tetap (BUT); Pengolahan hasil pertanian, perkebunan, perikanan,
Perawatan/perbaikan/pemeliharaan mesin, peralatan,
Penunjang di bidang usaha panas bumi dan
listrik, telepon, air, gas, AC dan/atau TV kabel, selain peternakan dan/atau perhutanan;
penambangan minyak dan gas bumi (migas); Dekorasi;
yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya
Penambangan dan jasa penunjang di bidang usaha panas
di bidang konstruksi dan mempunyai izin dan/atau Pencetakan/penerbitan;
bumi dan penambangan minyak dan gas bumi (migas); Penerjemahan;
sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi;
Penunjang di bidang penerbangan dan bandar udara;
Perawatan kendaraan dan/atau alat transportasi darat. Pengangkutan/ekspedisi kecuali yang telah diatur dalam
Penebangan hutan;
Maklon; Pasal 15 Undang-Undang Pajak Penghasilan;
Pengolahan limbah;
Penyelidikan dan keamanan; Pelayanan pelabuhan;
Penyedia tenaga kerja dan/atau tenaga ahli (outsourcing
Penyelenggara kegiatan atau event organizer; Pengangkutan melalui jalur pipa;
services); Pengelolaan penitipan anak;
Penyediaan tempat dan/atau waktu dalam media massa,
Perantara dan/atau keagenan;
media luar ruang atau media lain untuk penyampaian Pelatihan dan/atau kursus;
Bidang perdagangan surat-surat berharga, kecuali yang
informasi, dan/atau jasa periklanan; Pengiriman dan pengisian uang ke ATM;
dilakukan Bursa Efek, Kustodian Sentral Efek Indonesia Sertifikasi;
Pembasmian hama;
(KSEI) dan Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI); Survey;
Kebersihan atau cleaning service;
Kustodian/penyimpanan/penitipan, kecuali yang
Sedot septic tank; Tester;
dilakukan oleh KSEI; Jasa selain jasa-jasa tersebut di atas yang
Pemeliharaan kolam;
Pengisian suara (dubbing) dan/atau sulih suara;
Katering atau tata boga; pembayarannya dibebankan pada APBN (Anggaran
Mixing film;
Freight forwarding; Pendapatan dan Belanja Negara) atau APBD (Anggaran
Pembuatan sarana promosi film, iklan, poster, foto, slide,
Logistik; Pendapatan dan Belanja Daerah).
klise, banner, pamphlet, baliho dan folder;
Pengurusan dokumen;
Jasa sehubungan dengan software atau hardware atau
Pengepakan;
sistem komputer, termasuk perawatan, pemeliharaan dan
Loading dan unloading;
perbaikan.
INTERNAL
Pengecualian PPh 23
Tarif PPh 23 dikenakan atas nilai Dasar Pengenaan Pajak (DPP) atau jumlah bruto dari penghasilan. Ada dua jenis
tarif yang dikenakan pada penghasilan yaitu 15% dan 2%, tergantung dari objek PPh pasal 23 tersebut, sebagai
berikut :
IV Jasa Lainnya 2% 4%
Jumlah bruto adalah seluruh jumlah penghasilan yang dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau telah
jatuh tempo pembayarannya oleh badan pemerintah, subjek pajak dalam negeri, penyelenggara kegiatan,
bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya kepada Wajib Pajak dalam negeri atau
bentuk usaha tetap.
TIDAK
TERMASUK
1. Penghasilan yang dibayarkan sehubungan dengan jasa catering yang di laksanakan WPOP;
2. Penghasilan yang dibayarkan sehubungan dengan jasa, telah dikenakan pajak yang bersifat final;
3. Pembayaran gaji, upah, tunjangan, honorarium, dan pembayaran lain yang merupakan imbalan atas pekerjaan
yang dilakukan wajib pajak penyedia tenaga kerja kepada tenaga kerja. Hal ini harus dibuktikan oleh kontrak
kerja dengan pengguna jasa dan daftar pembayaran gaji, tunjangan, upah, atau honorarium;
4. Pembayaran kepada penyedia jasa yang merupakan hasil pengadaan barang atau material terkait jasa yang
diberikan. Hal ini harus dibuktikan oleh faktur pembelian atas pengadaan barang atau material;
5. Pembayaran melalui penyedia jasa kepada pihak ketiga. Hal ini harus dibuktikan oleh faktur tagihan dari pihak
ketiga dan disertai dengan perjanjian tertulis;
6. Pembayaran kepada penyedia jasa yang berupa penggantian atau reimbursement. Ini berlaku untuk biaya yang
telah dibayarkan oleh penyedia jasa kepada pihak ketiga. Hal ini harus dibuktikan oleh faktur tagihan dan bukti
pembayaran.
INTERNAL
Jatuh tempo pelaporan adalah tanggal 20, sebulan setelah bulan terutang
Pelaporan
pajak penghasilan 23.
Sebagai tanda bahwa PPh Pasal 23 telah dipotong, pihak pemotong harus
Bukti Potong memberikan bukti potong (rangkap ke-1) yang sudah dilengkapi kepada
pihak yang dikenakan Pajak.
INTERNAL
Contoh Perhitungan..
Penghitungan PPh Pasal 23 dengan Tarif Penghitungan PPh Pasal 23 dengan Tarif
Pemotongan 2% Potongan 15%
PT Sejahtera memberikan jasa konsultasi Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT Sejahtera
kepada CV Indah pada bulan Agustus mengumumkan pembagian dividen sebesar
2019 dengan imbalan sebesar Rp3.000.000.000. PT Perkasa memiliki 10% saham PT
Sejahtera.
Rp20.000.000 tunai.
PT Perkasa adalah WP badan yang atas dividen yang
Maka, penghitungan PPh 23 untuk diterimanya tidak berlaku ketentuan PPh pasal 4 ayat (2).
pendapatan ini adalah: Berdasarkan ketentuan Undang-Undang (UU) PPh
2% x penghasilan bruto Nomor 36 Tahun 2008, penghasilan berupa dividen yang
diterima PT Perkasa dikenai PPh pasal 23 dengan tarif
2% x Rp20.000.000 = Rp400.000 15% dari penghasilan bruto.
Besaran PPh Pasal 23 untuk imbalan jasa Kepemilikan PT Perkasa adalah 10%, sehingga
konsultasi PT Sejahtera adalah sebesar dividen yang menjadi hak PT Perkasa adalah
Rp400.000 dan harus dilaporkan oleh CV Rp300.000.000 (Rp3.000.000.000×10%).
Indah ke kantor pajak. Jumlah PPh pasal 23 yang dipotong adalah
Rp45.000.000 (Rp300.000.000×15%).
INTERNAL
FASILITAS PAJAK PENGHASILAN PMK No. 239/PMK.03/2020 TENTANG PEMBERIAN FASILITAS PAJAK TERHADAP
BARANG DAN JASA YANG DIPERLUKAN DALAM RANGKA PENANGANAN PANDEMI CORONA VIRUS DISEASE 2019
DAN PERPANJANGAN PEMBERLAKUAN FASILITAS PAJAK PENGHASILAN BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH
NOMOR 29 TAHUN 2020 TENTANG FASILITAS PAJAK PENGHASILAN DALAM RANGKA PENANGANAN CORONA
VIRUS DISEASE 2019 (COVID-19)
INTERNAL
Pihak pemotong
PPh Pasal 26
Badan pemerintah;
Subjek pajak badan dalam negeri;
Penyelenggara kegiatan;
Bentuk Usaha Tetap (BUT);
Perwakilan perusahaan luar negeri
lainnya yang melakukan pembayaran
kepada WPLN selain BUT.
INTERNAL
Hal yang menentukan seorang individu atau perusahaan dikategorikan sebagai wajib pajak luar
negeri adalah :
Semua badan usaha yang melakukan transaksi pembayaran (gaji, bunga, dividen, royalti
dan sejenisnya) kepada Wajib Pajak Luar Negeri, diwajibkan untuk memotong Pajak
Penghasilan Pasal 26 atas transaksi tersebut.
INTERNAL
1. Dividen
2. Bunga, tak terkecuali diskonto, premium, insentif berkenaan dengan
jaminan bayaran pinjaman.
3. Sewa, royalti, serta penghasilan lain berkenaan dengan
digunakannya aset.
4. Insentif yang terkait dengan pekerjaan, jasa, maupun kegiatan.
5. Hadiah serta penghargaan.
6. Pensiun serta bayaran secara berkala.
7. Premi swap maupun transaksi pelindung lain.
8. Pemerolehan untung dari dihapusnya utang.
INTERNAL
Kemudian selain pajak atas penghasilan atau omzet, WPLN yang dikenakan PPh pasal 26
juga dikenakan tarif pajak atas laba bersih. Pengenaan pada laba bersih sebesar 20 % yang
bersifat final
DENGAN
ADANYA,
20% atas laba bersih juga diberlakukan atas
pengalihan atau penjualan saham yang
dibangun atau berada di negara yang memberi
perlindungan pajak, tidak terkecuali BUT
1. Penghasilan atas menjual aset di Indonesia.
Indonesia
Dengan 20% atas penghasilan kena pajak dikurang
memerhati pajak yang termasuk dalam BUT di Indonesia.
kan Tak berlaku pada wajib pajak yang
beberapa
2. Premi asuransi serta reasuransi kriteria,
menanamkan kembali penghasilannya di
yang dibayar langsung atau dengan yaitu Indonesia.
pialang terhadap perusahaan asuransi Tax treaty Indonesia dengan negara lain dapat
luar negeri saja memiliki perjanjian yang berbeda antara
satu negara yang lainnya. Tarifnya dapat
berkurang dari 20% , atau bahkan mencapai
0%.
INTERNAL
1. Tarif 25% untuk penghasilan dari pengalihan atau penjualan harta di Indonesia dengan nilai
lebih dari Rp10 juta untuk setiap jenis transaksi yang berupa: perhiasan mewah, berlian, emas,
intan, jam tangan mewah, barang antik, lukisan, mobil dan motor, kapal pesiar dan persawat
terbang ringan.
2. Premi asuransi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi luar negeri, sebagai berikut:
a) Tarif 50% atas premi asuransi yang dibayar tertanggung kepada perusahaan asuransi di
luar negeri baik secara langsung maupun melalui pialang.
b) Tarif 10% atas premi yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi yang berkedudukan di
Indonesia kepada perusahaan asuransi di luar negeri baik secara langsung maupun
melalui pialang.
c) Tarif 5% atas premi yang dibayarkan oleh perusahaan reasuransi yang berkedudukan di
Indonesia kepada perusahaan asuransi di luar negeri baik secara langsung maupun
melalui pialang.
3. Pengalihan atau Penjualan saham. Besarnya perkiraan penghasilan neto adalah 25% dari
harga jual.
INTERNAL
Contoh perhitungan..
Contoh 1 Contoh 2
PT A memiliki perwakilan di luar negeri dan mengasuransikan
bangunan bertingkat ke PT B yang merupakan perusahaan Charles adalah warga negara asing yang
asuransi di luar negeri dengan membayar jumlah premi pada bekerja di Indonesia. Ia merupakan
tahun 2019 sebesar Rp2 miliar. Maka perhitungan PPh Pasal 26 karyawan asing pada perusahaan PT AAA.
dari PT A tahun 2019 adalah:
Charles sudah tinggal di Indonesia selama
Perkiraan penghasilan neto:
50% x Rp 2.000.000.000 = Rp 1.000.000.000 183 hari. Charles sudah beristri dan punya
PPh Pasal 26 : 1 orang anak. Pada Juli 2020, Charles
20% x Rp 1.000.000.000 = Rp 200.000.000 memperoleh gaji sebesar US$20000
sebulan. Kurs yang berlaku pada bulan
Sementara, apabila PT A mengikuti asuransi melalui perusahaan tersebut adalah Rp14.500 per dolar AS.
yang ada di Indonesia, misal PT Asuransi Raya, dengan Maka, perhitungan PPh 26 atas gaji Charles
membayar jumlah premi yang sama sebesar Rp2 miliar. PT adalah:
Asuransi Raya mengikutkan (reasuransi) perusahaan tersebut ke
perusahaan asuransi yang berada di luar negeri, misalnya PT B, Penghasilan Bruto dari gaji sebulan:
dengan membayar premi sebesar Rp1miliar. Maka ketentuan US$20000 x Rp14.500 = Rp 290.000.000
PPh Pasal 26 adalah sebagai berikut:
PPh 26 atas Gaji adalah :
Perkiraan penghasilan neto :
10% x Rp 1.000.000.000 = Rp 100.000.000 Rp290.000.000 x 20% = Rp 58.000.000
PPh Pasal 26 :
20% x Rp 100.000.000 = Rp 20.000.000
INTERNAL
No. Bulan Objek PPh Pasal 22 Harga Pembelian PPh Pasal 22 Tarif
1.5%
1. Januari - - -
2. Februari - - -
3. Maret - - -
4. April - - -
5. Mei - - -
6. Juni AC Split 25.000.000 375.000
Meubeler 167.450.000 2.550.000
7. Juli - - -
8. Agustus Alat Pengelola Data 95.800.000 1.437.000
Dari hasil analisis diatas ada mendapati bahwa penerapan perhitungan PPh Pasal
22 atas pembelian barang yang dibiayai dengan APBN di Pengadilan Tata Usaha
Negara Manado pada table tersebut ada yang tidak sesuai dengan Peraturan
Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 107/PMK.010/2015 yaitu pada
bulan November ketika terjadi pembelian barang Mic Shure dengan harga
barang Rp. 1.980.000. Karena pada pembelian Mic Shure harga barangnya
kurang dari Rp. 2.000.000,00 jadi seharusnya tidak dipungut PPh Pasal 22.
Selain dari pembelian Mic Shure, penerapan perhitungan PPh Pasal 22 yang
dilakukan oleh Pengadilan Tata Usaha Negara Manado telah sesuai dengan
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 107/PMK.010/2015
yaitu 1,5% x harga beli (tidak termasuk PPN) dan pembelian barang dengan nilai
pembelian paling banyak Rp. 2.000.000,00 (dua juta rupiah) dengan tidak
dipecah-pecah dalam beberapa faktur.
INTERNAL
Atas pengenaan PPh Pasal 23 terhadap PT. Sejahtera Abadi Santosa, PT. Kapak Mas
Magelang, PT. Sadar Jaya Transindo, PT. Angkasa Karya Sejahtera dan PT. Bramson
Jaya Santoso sudah sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku. Kemudian
untuk pengenaan terhadap Bp. Maryadi dan Bp. Denny Yoananta atas penggunaan
jasa lain lain terhadap mereka tidak sesuai dengan ketentuan dan peraturan karena
wajib pajak orang pribadi bukan termasuk dalam subyek Pajak PPh 23.
Dengan hal ini maka perhitungan PPh Pasal 23 PT. Siba Prima Utama Feed Mill juga
terjadi kesalahan, karena kesalahan dalam pengenaan membuat nilai yang
dibayarkan menjadi tidak sesuai. lam objek PPh Pasal 23 atas jasa lain lain.
INTERNAL
KRONOLOGI Nilai Sengeketa adalah koreksi atas tarif Pajak Penghasilan Final Pasal 26: menurut
Terbanding 20%, sedangkan menurut Pemohon Banding 10%. Dasar pengenaan
S pajak (DPP) Pajak Penghasilan Final Pasal 26 adalah Rp1.144.417.595.
Sehingga jumlah Pajak Penghasilan Final Pasal 26 terutang adalah sebagai berikut: PPh
Pasal 26 Final menurut Terbanding Rp228.883.518, sementara menurut Pemohon
Banding Rp114.441.759. Jumlah koreksi Rp114.441.759 tidak disetujui Pemohon
Banding.
Terbanding: Kantor Pelayanan Pajak Penanaman Modal Asing Dua, Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Pajak Jakarta Khusus.
Pemohon Banding: Wajib pajak badan.
INTERNAL
Maka berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. PER-61/PJ/2009 sebagaimana telah diubah
dengan PER-24/PJ/2010, SKD yang dilampirkan Pemohon Banding pada proses permohonan
keberatan tidak memenuhi persyaratan administrasi penerapan P3B Indonesia – Inggris, karena:
SKD tidak dilegalisasi oleh Kantor Pelayanan Pajak Penanaman Modal Asing Dua.
SKD tidak disampaikan dan dilampirkan pada pelaporan SPT Masa PPh 26 Masa Pajak Desember 2015
Dengan demikian, untuk perhitungan PPh Pasal 26 masa Desember 2015, Pemohon Banding tidak
dapat menggunakan penerapan ketentuan yang diatur dalam P3B Indonesia – Inggris.
Karena itu, atas obyek PPh Pasal 26 dikenakan tarif sebesar 20% sesuai dengan ketentuan yang diatur
dalam UU No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan UU No. 36 Tahun 2008.
INTERNAL
KESIMPULAN
PPh Pasal 22 adalah pajak yang dikenakan pada bendahara atau badan-badan tertentu, baik
milik pemerintah maupun swasta yang melakukan kegiatan perdagangan ekspor, impor dan re-
impor. Sekarang dengan adanya Peraturan Menteri Keuangan No. 90/PMK.03/2015,
pemerintah melebarkan badan-badan yang berhak memungut PPh Pasal 22 yaitu menjadi
wajib pajak badan yang melakukan penjualan barang yang tergolong sangat mewah.
PPH
Pasal
PPh Pasal 22 dikenakan terhadap perdagangan barang yang dianggap
22
‘menguntungkan’, karena itu PPh Pasal 22 dapat dikenakan baik saat penjualan
maupun pembelian.
Tarif PPh Pasal 22 bervariasi tergantung dari objek pajaknya, yaitu berkisar antara
0,25%-1,5%.
INTERNAL
Pajak Penghasilan Pasal 23 adalah pajak yang dipotong oleh pemungut pajak dari
wajib pajak saat terjadinya transaksi.
PPH
Pasal
23 Transaksi yang dimaksud di atas meliputi transaksi dividen, royalti, bunga, hadiah
dan penghargaan, sewa dan penghasilan lain yang terkait dengan penggunaan aset
selain tanah atau transfer bangunan atau jasa.
INTERNAL
SARAN
Terimakasih