Anda di halaman 1dari 19

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara yang besar, negara yang kaya akan kebudayaanya,
Indonesia terbentang luas dari sabang sampai merauke, berbicara mengenai Indonesia
tidaklah lepas dari pembangunan sumber daya manusianya, manusia indonesia
haruslah manusia yang memiliki semangat pancasilais, sebagaimana yang sesuai
dengan kepribadian bangsa kita yaitu pancasila, tidak bisa kita mungkiri bahwa
masyarakat Indonesia begitu banyak jumlahnya sehingga perlu perhatian yang lebih
dari pemerintah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Berbicara
mengenai kualitas sumber daya manusia, tentulah harus berkompeten, memiliki
semangat perjuangan, berdasarkan ketuhanan, berkarakter serta bertanggung jawab,
itu semua tidak akan didapatkan jika pembangunan manusianya masih sangat rendah.
Pendidikan di Indonesia memang sangat gencar sekali disosialisasikan oleh
pemerintah yang berwenang, hal tersebut bukan tanpa sebab, karena melalui
pendidikanlah sebuah bangsa akan maju, hal ini perlu kita perhatikan, karena
mayoritas penduduk Indonesia itu sedang memasuki usia remaja dan dewasa,
sehingga menjadi peluang untuk mewujudkan masyarakat indonesia yang berkualitas
mampu membawa Indonesia lebih baik lagi dan menjadi terhormat dimata dunia
internasional. Impian tersebut merupakan cita-cita bangsa Indonesia menuju
Indonesia emas 2045, namun kondisi nyata hari ini banyak pemuda Indonesia yang
tersebak narkoba, pergaulan bebas, kenakalan remaja, pencurian, pembunuhan dan
yang lainnya, hal tersebut menjadi catatan bagi kita semuanya, terutama pemerintah
untuk membuat program guna mengatasi hal tersebut yang bisa dikaitan dengan
pendidikan, salah satunya adalah mengenai penguatan pendidikan karakter.
Penguatan pendidikan karakter pada masa sekarang diperlukan untuk mengatasi
krisis moral yang telah terjadi di negara ini. Krisis moral yang terjadi dalam
masyarakat pada umumnya melibatkan sumber daya manusia yang produktif, lebih
spesifik melibatkan anak-anak. Dampak yang ditimbulkan dari krisis moral ini cukup

Sistem Pemerintahan Daerah 1


serius dan tidak dapat dianggap sebagai suatu persoalan yang sederhana, krisis moral
saat ini dapat berujung pada tindakan kriminal. Krisis moral yang terjadi menandakan
ada penurunan pemahaman dari segi agama, sosial, budaya dan lain sebagainya pada
anak-anak di negara ini. Pendidikan moral yang didapat di persekolahan ternyata
tidak sejalan dengan kenyataan yang ada. Bahkan yang terlihat begitu banyak
manusia di negara ini yang tidak konsisten, lain yang dibicarakan dan lain pula
tindakan yang dilakukan.
Pengoptimalan pendidikan melalui konsep pendidikan karakter yang diperkuat
diharapkan menjadi sebuah solusi yang konkret dalam mengatasi kendala di atas.
Pada era pemerintahan sekarang Presiden Republik Indonesia, mengeluarkan
Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter
yang menegaskan pentingnya revolusi mental bangsa Indoesia. Gerakan revolusi
mental yang di gagas ini merupakan bagian integral dari gagasan Nawacita dari
program kerja Presiden Republik Indonesia, yang diharapkan bisa menjadi jalan
keluar bagi segala bentuk permasalahan bangsa yang berkaitan dengan krisis karakter
dan krisis moral.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apakah Perpres No. 87 Tentang Penguatan Pendidikan Karakter efektif untuk
membangun karakter siswa menjadi pancasilais?
1.2.2 Bagaimana hambatan sekolah untuk menjalankan Perpres No. 87 Tentang
Penguatan Pendidikan Karakter?
1.2.3 Bagaimana Hubungan Revolusi Mental dengan Perpres No. 87 Tentang
Penguatan Pendidikan Karakter, sehingga dapat mewujudkan masyarakat
Indonesia yang pancasilais?
1.2.4 Bagaimana pengaruh nilai-nilai keislaman dalam konsep Penguatan
Pendidikan Karakter ini?

Sistem Pemerintahan Daerah 2


1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Untuk mengetahui apakah Perpres No. 87 Tentang Penguatan Pendidikan
Karakter efektif untuk membangun karakter siswa menjadi pancasilais?
1.3.2 Untuk mengetahui hambatan sekolah untuk menjalankan Perpres No. 87
Tentang Penguatan Pendidikan Karakter?
1.3.3 Untuk mengetahui Hubungan Revolusi Mental dengan Perpres No. 87
Tentang Penguatan Pendidikan Karakter, sehingga dapat mewujudkan
masyarakat Indonesia yang pancasilais?
1.3.4 Untuk mengetahui pengaruh nilai-nilai keislaman dalam konsep Penguatan
Pendidikan Karakter ini?
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Manfaat Teoritis
Chapter Report ini bermanfaat bagi para mahasiswa, kalangan akademisi
lainnya sebagai bahan kajian untuk mengetahui peran penguatan pendidikan
karakter dalam membentuk karakter siswa yang pancasilais, memiliki empat
nilai utama yaitu integritas, mandiri, religius, nasionalis dan gotong royong
1.4.2 Manfaat Praktis
Chapter Report ini diharapkan dapat memberikan acuan bagi mahasiswa
maupun yang lainnya agar dapat berpartisipasi dalam kepentingan umum baik
yang bersifat demokrasi ataupun politik, atau mengaplikasika keilmuannya
dalam kehidupan masyarakat sebagai agen perubahan.

Sistem Pemerintahan Daerah 3


BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Pengertian Pendidikan


Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Arti lain dikemukakan oleh Dewantara (dalam Munir, 2010, hlm. 34), bahwa
pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan tumbuhnya budi pekerti
(kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek), dan tubuh anak.
Maka pendidikan dapat diartikan sebagai proses terencana dalam meningkatkan
tingkat intelektual, karakter, dan emosi peserta didik demi mencapai tujuan yang
diharapkan yaitu manusia yang paripurna.
2.2 Pengertian Karakter
Karakter secara bahasa berasal dari bahasa Yunani, charassein yang artinya
mengukir (Munir, 2010, hlm. 16). Pengertian lain mengenai karakter diungkapkan
oleh Khan (2010, hlm. 18) bahwa karakter adalah sikap pribadi yang stabil hasil
proses konsolidasi secara progresif dan dinamis, integrasi pernyataan dan tindakan.
Pada pengertian lain karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang
yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan
digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak
(Kemendiknas, 2010, hlm. 23).
Berdasarkan pengertian diatas maka karakter diartikan sikap yang muncul dari
diri seseorang yang hidup, karakter dapat menjadi ciri khas dari seseorang sesuai
dengan penilaian lingkungan di sekitar tempat tinggal. Karakter tersebut muncul dari
keyakinan dan proses kehidupan yang telah dilewati seseorang.

Sistem Pemerintahan Daerah 4


2.3 Pengertian Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter yang sekarang ada di Indonesia adalah upaya untuk
mewujudkan cita-cita bangsa yang telah dirumuskan. Menurut Khan (2010, hlm. 7)
pendidikan karakter mengajarkan kebiasaan cara berpikir dan perilaku yang
membantu individu untuk hidup dan bekerja bersama sebagai keluarga, masyarakat,
dan bernegara dan membantu mereka untuk membuat keputusan yang dapat
dipertanggungjawabkan.
Pengertian lain menurut Kementrian Pendidikan Nasional (2010, hlm. 4)
pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan yang mengembangkan karakter
bangsa pada diri peserta didik sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai
karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai
anggota masyarakat, dan warga negara yang religius, nasionalis, produktif, dan
kreatif.Kesimpulan pendidikan karakter.
Berdasarkan pengertian diatas maka pendidikan karakter adalah proses yang
direncanakan untuk membentuk kepribadian peserta didik guna mencapai titik ideal
sebagai manusia yang berkarakter.
2.4 Nilai-Nilai Utama Pendidikan Karakter
Pada pendidikan karakter terdapat nilai-nilai utama karakter yang berkaitan
membentuk jejaring nilai yang perlu dikembangkan sebagai prioritas penguatan
pendidikan karakter. Kelima nilai utama karakter bangsa yang dimaksud adalah
sebagai berikut (Kemendikbud, 2017, hlm. 46):
1. Religius
Nilai karakter religius mencerminkan keberimanan terhadap Tuhan yang Maha
Esa yang diwujudkan dalam perilaku melaksanakan ajaran agama dan kepercayaan
yang dianut. Nilai karakter religius ini meliputi tiga dimensi relasi sekaligus, yaitu
hubungan individu dengan Tuhan, individu dengan sesama, dan individu dengan alam
semesta (lingkungan).

Sistem Pemerintahan Daerah 5


2. Nasionalis
Nilai karakter nasionalis merupakan cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang
menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,
lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa, menempatkan
kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
3. Mandiri
Nilai karakter mandiri merupakan sikap dan perilaku tidak bergantung pada
orang lain dan mempergunakan segala tenaga, pikiran, waktu untuk merealisasikan
harapan, mimpi dan cita-cita.
4. Gotong Royong
Nilai karakter gotong royong mencerminkan tindakan menghargai semangat
kerja sama dan bahu membahu menyelesaikan persoalan bersama, menjalin
komunikasi dan persahabatan, memberi bantuan/ pertolongan pada orang-orang yang
membutuhkan.
5. Integritas
Nilai karakter integritas merupakan nilai yang mendasari perilaku yang
didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya
dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, memiliki komitmen dan kesetiaan pada
nilai-nilai kemanusiaan dan moral (integritas moral). Karakter integritas meliputi
sikap tanggung jawab sebagai warga negara, aktif terlibat dalam kehidupan sosial,
melalui konsistensi tindakan dan perkataan yang berdasarkan kebenaran.
2.5 Fungsi Pendidikan Karakter
Fungsi pendidikan karakter adalah sebagai strategi untuk mengatasi
pengalaman yang selalu berubah sehingga mampu membentuk identitas yang kokoh
dari setiap individu. Adapun menurut Pupuh, dkk (2013, hlm. 24) fungsi pendidikan
karakter yaitu:
1. Pengembangan, proses pengembangan potensi peserta didik untuk menjadi
perilaku yang baik bagi peserta didik yang telah memiliki sikap dan perilaku
yang mencerminkan karakter dan karakter bangsa.

Sistem Pemerintahan Daerah 6


2. Perbaikan, memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk bertanggung jawab
dalam pengembangan potensi peserta didik yang lebih bermartabat.
3. Penyaring, menyaring karakter-karakter bangsa sendiri dan karakter-karakter
bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai nilai karakter dan karakter bangsa.

Pendidikan karakter pada institusi mengarah pada pembentukan karakter


sekolah, yaitu ciri khas dan pandangan sekolah di masyarakat. Nilai-nilai yang
terdapat disekolah melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, praktik
masyarakat yang terjadi di sekitar sekolah.
2.6 Tujuan Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter pada intinya bertujuan untuk membentuk kepribadian
bangsa yang terbaik, terdapat manusia yang dijiwai oleh iman dan takwa kepada
Tuhan yang Maha Esa berdasarkan Pancasila. Adapun Sri Judiani (2010, hlm. 17)
menjelaskan tujuan dari pendidikan karakter sebagai berikut:
1. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan
dengan nilai-nilai universal dan tradisi karakter bangsa yang religius.
2. Mengembangkan potensi kalbu atau nurani atau afektif peserta didik sebagai
manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai karakter dan karakter
bangsa.
3. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai
generasi penerus bangsa.
4. Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri,
kreatif, berwawasan kebangsaan.
5. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar
yang aman, jujur, penuh kreatifitas dan persahabatan, serta dengan rasa
kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (dignity).

Sistem Pemerintahan Daerah 7


BAB 3
PEMBAHASAN

3.1 Apakah Perpres No. 87 Tentang Penguatan Pendidikan Karakter efektif


untuk membangun karakter siswa menjadi pancasilais?
Berbicara mengenai kefektifan mengenai peran perpres tersebut dalam
mewujudkan karakter pancasilais dapat dilihat dari penerapan konsep penguatan
pendidikan karakter tersebut di sekolahan, sejatinya penguatan pendidikan karakter
ini merupakan salah satu cara alternatif dalam menginternalisasikan nilai-nilai
karakter luhur bangsa Indonesia ke dalam kepribadian setiap siswa, hal tersebut perlu
di perhatikan mengingat perkembangan zaman saat ini begitu maju sehingga
diharuskannya penanaman nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang berintegritas,
gotong royong, nasionalis, agamis dan mandiri. Hal tersebut terbalut dalam bingkai
yaitu bingkai sifat pancasilais, artinya sifat menandakan atau manifestasi dari ideologi
bangsa Indonesia yaitu Pancasila.
Nilai pancasila merupakan nilai intisari dari kehidupan bangsa Indonesia, oleh
karena itu proses membumikan nilai pancasila kepada seluruh masyarakat Indonesia,
dalam hal ini kepada peserta didik Indonesia, itu tidak sembarangan karena harus
menggunakan metode yang tepat sehingga tujuannya bisa tercapai dengan baik.
Pancasila kental sekali nilai keagamaannya, yang bisa membantu siswa belajar
menanamkan nilai-nilai ketuhanan atau nilai-nilai keagamaan dalam kehidupannya
sehari-hari, hal ini senada yang diungkapkan oleh Yudi Latif (2017, hlm 110)
“Ketuhanan dalam kerangka pancasila mencerminkan komitmen etis bangsa
Indonesia yang menyelenggarakan kehidupan publik-politik yang berlandaskan nilai-
nilai moralitas dan budi pekerti yang luhur. Menurut penjelasan tentang Undang-
Undang Dasar 1945, disebutkan bahwa salah satu dari empat pokok pikiran yang
terkandung dalam “pembukaan UUD” ialah “Negara berdasar atas Ketuhanan Yang
Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab”. Berdasarkan pokok
pikiran ini, UUD “harus mengandung isi yang mewajibkan pemerintah dan lain-lain
penyelenggara Negara untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan

Sistem Pemerintahan Daerah 8


memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur”. Dan Ketuhanan dalam kerangka
pancasila merupakan usaha pencarian titik temu dalam semangat gotong-royong
untuk menyediakan landasan moral yang kuat bagi kehidupan politik berdasarkan
moral ketuhanan”. Sedangkan menurut Wahyudi (dalam Pendidikan Pancasila, hlm.
216) dijelaskan bahwa “Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa memberikan
kesadaran bahwa manusia hidup di dunia ibarat sedang menempuh ujian dari hasil
ujian akan menentukan kehidupannya yang abadi di akhirat nanti, salah satu ujiannya
adalah manusia diperintahkan melakukan perbuatan untuk kebaikan, bukan untuk
melakukan kerusakan di bumi”.
Dalam Perpres No. 87 Tahun 2017 ini diterangkan bahwa penguatan
pendidikan karakter ini memiliki tujuan antara lain membangun dan membekali
Peserta Didik sebagai generasi emas Indonesia Tahun 2045 dengan jiwa Pancasila
dan pendidikan karakter yang baik guna menghadapi dinamika perubahan di masa
depan, mengembangkan platform pendidikan nasional yang meletakkan pendidikan
karakter sebagai jiwa utama dalam penyelenggaraan pendidikan bagi peserta didik
dengan dukungan pelibatan publik yang dilakukan melalui pendidikan jalur formal,
nonformal, dan informal dengan memperhatikan keberagaman budaya Indonesia dan
merevitalisasi dan memperkuat potensi dan kompetensi pendidik, tenaga
kependidikan, peserta didik, masyarakat, dan lingkungan keluarga dalam
mengimplementasikan penguatan pendidikan karakter.
Jelas pancasila merupakan inti dari penguatan pendidikan karakter ini,
sehingga peraturan Presiden mengenai penguatan pendidikan katakter ini bisa
mendorong percepatan mewujudkan pemuda Indonesia yang pancasilais. Beberapa
kendala yang harus dihadapi bersama seluruh unsur pendidikan, atau yang
bertanggung jawab dalam kemajuan pendidikan Indonesia, yaitu proses aplikasi dari
penguatan pendidikan karakter ini, karena tidak bisa kita mungkiri bahwa keberadaan
sarana dan prasarana, kualitas sumber daya manusia, keprofesionalan pejabat
pemerintah dalam proses penunjang pendidikan di Indonesia itu bisa dikatakan
kurang sehingga menghambat dalam optimal tidaknya proses membumikan karakter
pancasila ini dalam diri pelajar Indonesia.

Sistem Pemerintahan Daerah 9


3.2 Bagaimana hambatan sekolah untuk menjalankan Perpres No. 87 Tentang
Penguatan Pendidikan Karakter?
Berbicara mengenai idealitas sebuah peraturan memanglah indah penuh
dengan harapan sekaligus penuh dengan cita-cita, tetapi pada saat dilapangan hal
tersebut bisa saja berubah sebaliknya, karena ketika di lapangan itu kita berbicara
mengenai teknis sebuah peraturan yang telah disepakati bersama, Indonesia
merupakan negara yang luas, sehingga perlu penanganan yang ekstra untuk
membangun Indonesia, pembangunan di Indonesia itu secara umum terbagi menjadi
dua yaitu pembangunan fisik atau infrastrukktur, yang selanjutnya adalah
pembangunan manusia Indonesianya, guna mewujudkan manusia Indonesia yang
paripurna atau lebih kita kenal dengan konsep manusia Indonesia yang pancasilais,
yang maksud konsep tersebut adalah manusia Indonesia yang mampu mengamalkan
nilai-nilai luhur dari pancasila dalam kehidupannya sehari-hari.
Pendidikan di Indonesia memang belum bisa kita katakan sebagai pendidikan
yang maju, tetapi apa salahnya kita berpikir positif demi kemajuan pendidikan
Indonesia di masa yang akan datang, bukan tanpa sebab luasnya Indonesia belum
diimbangi dengan konsep pemerataan pembangunan, sehingga terjadi sebuah
keterpusatan pembangunan yang dapat kita lihat secara kasat mata, hal tersebut
mempengaruhi yang namanya proses pendidikan, di mana pendidikan akan maju jika
sumber daya manusia dan ketersediaan sarana prasaranya memadai, sehingga pasti
akan berimbang dengan menghasilkan murid atau lulusan yang berkualitas.
Terjadinya ketimpangan ini diakibatkan oleh belum meratanya proses pembangunan,
di mana wilayah yang terpencil atau jauh dari pusat kekuasaan belum menikmati
secara keseluruhan nikmatnya program pendidikan, dimulai dari program pendidikan
gratis, wajib belajar, ketersediaan sarana dan prasarana dan yang lainnya, sehingga
mempengaruhi kegiatan belajar mengajar yang diadakan oleh sekolah tersebut.
Berbicara mengenai proses pembelajaran, kurang pas jika kita tidak
membahas mengenai sekolah, sekolah merupakan salah satu harapan utama bagi
bangsa untuk mencetak calon pemimpin bangsa, sekolah merupakan tempat utama
bagi siswa untuk mengidentifikasi nilai, untuk bersosialisasi selain dari keluarganya,

Sistem Pemerintahan Daerah 10


sehingga dapat dikatakan bahwa sekolah memiliki peran penting dalam pembentukan
karakter siswa, sekolah memang memiliki beban yang berat, bagaimana tidak,
sekolah dituntut untuk mempersiapkan calon pemimpin bangsa yang berintegritas,
mandiri, nasionalis, agamis dan bertanggung jawab, hal tersebut harus kita dorong
dengan sarana atau fasilitas yang memadai, demi optimalnya sebuah pencapaian
tersebut. Dalam konteks penguatan pendidikan karakter ini dijelaskan bahwa sekolah
sangat berperan penting dalam suksesnya tujuan yang ingin dicapai oleh perpres
penguatan pendidikan karakter ini.
Secara umum hambatan dari sekolah dalam menerapkan perpres pendidikan
karakter ini yaitu ketersediaan sumber daya manusia dan ketersediaan sarana dan
prasarana sekolah itu sendiri, dilihat dari aspek sumber daya manusianya, tenaga
pendidik memang sudah seharusnya memiliki teladan yang baik bagi murid-muridnya
sehingga keseharian dari tenaga pendidik itu bisa dicontoh oleh muridnya sendiri,
tanpa terkecuali, tetapi ada juga beberapa oknum tenaga pendidik yang masih
menggunakan kekerasan dalam pendidikan, hal tersebut sudah sangat dilarang karena
sejatinya pendidikan harus penuh dengan kasih sayang, belum lagi kuantitas guru dan
murid memang belum bisa dikatakan ideal ada kalanya jumlah guru harus berbanding
satu dengan enam puluh murid dan angka fantastis lainnya, memang hal ini harus
segera diatasi mengingat jika tujuan mulia dari penguatan pendidikan katakter ini
ingin dicapai secepatnya, maka kualitas tenaga pendidik dan peserta didikpun harus
kita perhatikan.
Faktor lain yang menghambat yaitu faktor ketersediaan sarana dan prasarana,
sehingga sedikit menghambat proses internalisasi nilai pancasila dalam diri peserta
didik, tidak bisa kita mungkiri bahwa faslilitas sangat berpengaruh terhadap
kesuksesan kegiatan pembelajaran, beberapa sekolah memang bisa dikatakan
terakreditasi A, sehingga akan memudahkan untuk merealisasikan program
pemerintah yang terkait dengan pendidikan apapun, tetapi yang harus kita perhatikan
adalah kondisi sekolah yang serba kekurangan fasilitasnya, apakah bisa menerapkan
program pemerintah yang berkaitan dengan pendidikan apapun, hal tersebut pasti bisa
terlaksana, tetapi berbicara optimal atau efektif, pasti jauh dari kata tersebut, inilah

Sistem Pemerintahan Daerah 11


yang harus dipikirkan bersama, bagaimana peran pemerintah dalam meningkatkan
fasilitas di setiap sekolah memang harus dioptimalkan, karena berbicara mengenai
pembentukan karakter siswa yang pancasilais, itu tidak bisa instan dan harus
melewati proses yang panjang, maka dari itulah jika hambatan ini tidak segera diatasi
maka bisa jadi akan lambat dalam proses pencapaian tujuannya.
3.3 Bagaimana Hubungan Revolusi Mental dengan Perpres No. 87 Tentang
Penguatan Pendidikan Karakter, sehingga dapat mewujudkan masyarakat
Indonesia yang pancasilais?
Bangsa yang besar adalah bangsa yang memiliki mental yang kuat,
pemberani, berjiwa pemimpin dan mampu bersaing, hal tersebut memang lumrah,
karena saat ini perkembangan zaman begitu terasa dalam sendi kehidupan kita
sehingga bisa jadi jika kita tidak memiliki mental atau identitas kebangsaan yang
kuat, maka lambat laun bangsa kita akan kehilangan jati dirinya, perkembangan
zaman memang harus kita sikapi secara arif dan bijaksana, karena kita tidak mungkin
menjadi bangsa yang primitif, yang acuh atau anti terhadap kemajuan teknologi atau
perkembangan zaman, hal tersebut akan membuat bangsa kita tertinggal oleh zaman,
kita juga tidak mungkin terombang-ambing oleh zaman, sehingga tidak mengetahui
mana yang sesuai dengan kepribadian bangsa kita mana yang tidak sesuai dengan
kepribadian bangsa kita. Mental bangsa Indonesia adalah mental yang kuat, mental
yang pantang menyerah, dan mental yang bukan kemanja-manjaan yang daam arti
lain bangsa pemalas.
Perubahan mental bagi setiap masyarakat Indonesia memang dirasa perlu untuk
dilakukan mengingat pola pikir masyarakat Indonesia beberapa ada yang belum
visioner, yang masih takut akan perubahan dan persaingan, inilah yang harus kita
sikapi bersama mental apa yang cocok diterapkan di Indonesia, bagaimana cara
penanaman mental yang cocok untuk merubah paradigma masyarakat mengenai
sebuah perubahan zaman, dilihat dari komposisi masyarakat Indonesia, mayoritas
merupakan remaja maupun dewasa, kembali penulis tegaskan bahwa hal tersebut
merupakan sebuah peluang yang harus kita manfaatkan sebaik mungkin demi
tercapainya Indonesia yang hebat, yang bermartabat, demi terwujudnya generasi emas

Sistem Pemerintahan Daerah 12


Indonesia pada tahun 2045, sehingga salah satu tempat yang cocok untuk membentuk
mental bangsa Indonesia, terutama kaum mudanya yaitu sekolah, yang mana dalam
sekolah pasti ada yang namanya sebuah proses pendidikan, Menurut Dedi Mulyadi
(2012, hlm. 169) dijelaskan bahwa urgensi pendidikan adalah “Pendidikan menjadi
pilihan paling strategis untuk mengatasi berbagai persoalan, termasuk persoalan
sosial yang menimpa generasi muda. Pendidikan yang dimaksud adalah, pendidikan
yang dibangun atas landasan nilai-nilai kultural, nilai-nilai kemanusiaan, dan nilai-
nilai kebangsaan”. Pendidikan nyatanya sangat penting dalam merubah karakter
maupun mental bangsa Indonesia, sehingga jika pemuda Indonesia memiliki karakter
yang pancasilais serta mental yang berani bersaing, pasti Indonesia akan menjadi
negara maju dan disegani dalam dunia internasional.
Revolusi mental pada dasarnya merupakan perubahan secara cepat pola pikir
kita dalam merespon, bertindak maupun bekerja, konsep ini merupakan program
kerja utama Presiden Joko Widodo dalam membangun manusia Indonesia,
diharapkan konsep ini dapat mempercepat pola pikir masyarakat Indonesia, sehingga
bisa bersaing dengan bangsa lain, dan tetap mempertahankan jati diri bangsa
Indonesia yang erat kaitannya dengan pancasila, hubungan konsep revolusi mental
dan perpres penguatan pendidikan karakter ini sama-sama ingin mewujudkan
masyarakat Indonesia yang berkepribadian atau berkarakter, latar belakang
digaungkannya konsep tersebut adalah mengenai kondisi bangsa, revolusi mental
lebih kepada bangsa secara keseluruhan, sedangkan penguatan pendidikan karakter
lebih kepada kondisi pelajar, atau siswa Indonesia yang mulai bisa dibilang
memprihatinkan.
Diharapkan kedua program andalan pemerintah tersebut dapat menjadi solusi
yang konkret bagaimana mengatasi permasalahan bangsa Indonesia saat ini, karena
Indonesia merupakan negara yang luas, tentu perlu kerja yang ekstra dalam
membangun Indonesia, masyarakat Indonesia dan pemerintah Indonesia harus sadar
bahwa generasi yang muda harus menjadi tulang punggung bangsa, oleh karena itu
diharapkan dukungan dari semua pihak, agar generasi muda Indonesia bisa menjadi
macan asia yang baru, membawa harkat dan martabat Indonesia di tengah konstelasi

Sistem Pemerintahan Daerah 13


politik dunia yang memanas ini, penguatan karakter dan perubahan mental perlu
rasanya dilakukan secara masif dan terukir, karena demi mewujudkan generasi
Indonesia yang berwibawa dan mampu menjadi pemimpin bangsa Indonesia di masa
yang akan datang.
3.4 Bagaimana pengaruh nilai-nilai keislaman dalam konsep Penguatan
Pendidikan Karakter ini?
Kita mengetahui bahwa mayoritas penduduk Indonesia beragama islam,
sehingga hukum islam pasti mempengaruhi kehidupan masyarakat Indonesia, pada
dasarnya hukum islam merupakan hukum yang paling adil, di mana banyak sekali
nilai kepastian hukumnya, hukum islam merupakan hukum yang langsung diturunkan
oleh Allah SWT, sehingga nilai dalam hukum islam tidak perlu kita pertanyakan lagi,
islam merupakan agama yang penuh dengan kasih sayang, karena pada hakikatnya
agama mengajarkan manusia untuk saling mengasihi dan menyayangi, tim dosen PAI
(2012, hlm. 18) menjelaskan bahwa, Islam adalah nama yang ditetapkan Allah SWT,
secara eksplisit di dalam Al-Qur’an untuk sistem ajaran ketuhanan yang disampaikan
melalui Nabi Muhammad SAW, kepada ummat manusia. Oleh sebab itu, islam
sebagai suatu sistem ajaran tidak boleh disebut dengan sebutan lain, baik dinisbatkan
kepada nabi pembawanya seperti mohamedanisme atau kepada bangsa pemeluknya,
missal Arabisme, karena islam adalah sistem yang berasal dari Allah. Islam adalah
sistem ajaran bagi seluruh ummat manusia di dunia, bukan untuk bangsa atau ras dan
suku bangsa tertentu. Orang yang menganut, memeluk dan mengikuti ajaran islam
disebut muslim. Setelah menjadi seorang muslim, seseorang tersebut tidak boleh lagi
disebut dengan kafir dan diperlakukan seperti seorang kafir. Sabda Nabi Muhammad
SAW, “barang siapa mengkafirkan seseorang muslim (penganut islam), ia sendiri
telah kafir”.
Pada dasarnya nilai kasih sayang sangat mempengaruhi bagaimana kehidupan
bangsa Indonesia bisa terus ada, karena di sana ada nilai saling menghormati antara
satu dan yang lainnya, nilai inilah yang harus dimiliki seluruh siswa Indonesia, yang
beragama apapun, dengan tujuan akhir yaitu supaya seluruh siswa memiliki karakter
yang kuat tidak gampang terombang-ambil oleh kebiasaan luar yang tidak sesuai

Sistem Pemerintahan Daerah 14


dengan pancasila, diperlukanlah nilai yang luhur sebagai acuan sikap siswa dalam
menjalankan kesehariannya. Nilai-nilai yang terkandung dalam pendidikan
berkarakter yang dirumuskan oleh Kemendiknas (2010, hlm 68) meliputi delapan
belas nilai sebagai berikut:
1) Religius, yakni sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama
yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun
dengan pemeluk agama lain.
2) Jujur, yakni perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai
orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3) Toleransi, yakni sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama,
suku, etnis, pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4) Disiplin, yakni tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan.
5) Kerja keras, yakni tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuh pada
berbegai ketentuan dan peraturan.
6) Kreatif, yakni berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil
baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7) Mandiri, yakni sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain
dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8) Demokratis, yakni cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak
dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9) Rasa ingin tahu, yakni sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui
lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan di dengar.
10) Semangat kebangsaan, yakni cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang
menempatkan kepentingan bamgsa lain negara di atas kepentingan diri dan
kelompoknya.
11) Cinta tanah air, yakni cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang
menempatkan kepentingan bangsa dan bernegara di atas kepentingan diri dan
kelompoknya.

Sistem Pemerintahan Daerah 15


12) Menghargai prestasi, yakni sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta
menghormati keberhasilan orang lain.
13) Bersahabat atau komunikatif, yakni sikap dan tindakan yang mendorong dirinya
untuk menghasilakn sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui serta
menghormati keberhasilan orang lain.
14) Cinta damai, yakni sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta
menghormati keberhasilan orang lain.
15) Gemar membaca, yakni kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai
bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
16) Peduli lingkungan, yakni sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah
kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya
untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
17) Peduli sosial, yakni sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan
pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untk
memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
18) Tanggung jawab, yakni sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas
dan kewajibannya , yang seharusnya dia lakukan,terhadap diri sendiri, masyarakat,
lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
Nilai islami sangat mempengaruhi perkembangan pendidikan karakter, yang
mana tujuannya untuk mencetak siswa atau manusia Indonesia yang pancasilais,
karena Indonesia adalah negara yang beragam suku bangsanya, hal tersebut senada
yang diutarakan oleh Kaelan (2014, hlm. 140), , sebagai berikut, bangsa Indonesia
dalam panggung sejarah berdirinya Negara di dunia memiliki suatu ciri khas yaitu
dengan mengangkat nilai-nilai yang telah dimilikinya sebelum suatu Negara modern.
Nilai-nilai tersebut adalah berupa nilai-nilai adat-istiadat kebudayaan, serta nilai
religius yang beraneka ragam sebagai suatu unsur Negara. Bangsa Indonesia terdiri
atas berbagai macam suku, kelompok, adat-istiadat, kebudayaan serta agama. Selain
itu Negara Indonesia juga tersusun atas unsur-unsur wilayah Negara yang terdiri atas

Sistem Pemerintahan Daerah 16


beribu-ribu pulau, sehingga dalam membentuk Negara Bangsa Indonesia menentukan
untuk mempersatukan berbagai unsur yang beraneka ragam tersebut dalam suatu
Negara. Jelas penguatan pendidikan karakter ini juga sangat bersinggungan dengan
nilai persatuan dan kesatuan, yang mana merupakan modal Indonesia untuk tetap
eksis di tengah konstelasi politik dunia internasional.

Sistem Pemerintahan Daerah 17


BAB 4
PENUTUP

4.1 Simpulan
1 Perpres No. 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter, berfokus
pada penanaman nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang berintegritas, gotong
royong, nasionalis, agamis dan mandiri. Pancasila merupakan inti dari penguatan
pendidikan karakter ini, sehingga peraturan Presiden mengenai penguatan
pendidikan katakter ini bisa mendorong percepatan mewujudkan pemuda
Indonesia yang pancasilais.
2 Pendidikan di Indonesia memang belum bisa kita katakan sebagai pendidikan
yang maju, tetapi apa salahnya kita berpikir positif demi kemajuan pendidikan
Indonesia di masa yang akan datang, bukan tanpa sebab luasnya Indonesia belum
diimbangi dengan konsep pemerataan pembangunan. Secara umum hambatan dari
sekolah dalam menerapkan perpres pendidikan karakter ini yaitu ketersediaan
sumber daya manusia dan ketersediaan sarana dan prasarana sekolah itu sendiri.
3 Hubungan konsep revolusi mental dan perpres penguatan pendidikan karakter ini
sama-sama ingin mewujudkan masyarakat Indonesia yang berkepribadian atau
berkarakter, latar belakang digaungkannya konsep tersebut adalah mengenai
kondisi bangsa, revolusi mental lebih kepada bangsa secara keseluruhan,
sedangkan penguatan pendidikan karakter lebih kepada kondisi pelajar, atau siswa
Indonesia yang mulai bisa dibilang memprihatinkan.
4 Pada dasarnya nilai kasih sayang sangat mempengaruhi bagaimana kehidupan
bangsa Indonesia bisa terus ada, karena di sana ada nilai saling menghormati
antara satu dan yang lainnya, nilai inilah yang harus dimiliki seluruh siswa
Indonesia, yang beragama apapun, dengan tujuan akhir yaitu supaya seluruh
siswa memiliki karakter yang kuat tidak gampang terombang-ambil oleh
kebiasaan luar yang tidak sesuai dengan pancasila. Nilai islami sangat
mempengaruhi perkembangan pendidikan karakter, yang mana tujuannya untuk
mencetak siswa atau manusia Indonesia yang pancasilais.

Sistem Pemerintahan Daerah 18


4.2 Saran
1 Keberadaan sarana dan prasarana, kualitas sumber daya manusia, keprofesionalan
pejabat pemerintah dalam proses penunjang pendidikan di Indonesia itu bisa
dikatakan kurang sehingga diperlukan keseriusan pemerintah dalam menangani
hal tersebut, jangan sampai tujuan mulai dari perpres penguatan pendidikan
karakter ini terhalangi oleh kondisi pendidikan Indonesia yang masih kurang
memadai.
2 Peran pemerintah dan lembaga yang berwenang dalam meningkatkan kualitas
tenaga pendidikan dan perbaikan serta pengadaan fasilitas di setiap sekolah
memang harus dioptimalkan, karena berbicara mengenai pembentukan karakter
siswa yang pancasilais, itu tidak bisa instan dan harus melewati proses yang
panjang, maka dari itulah jika hambatan ini tidak segera diatasi maka bisa jadi
akan lambat dalam proses pencapaian tujuannya.
3 Peningkatan proses sosialiasi program revolusi mental dan penguatan pendidikan
karakter andalan pemerintah. Indonesia harus sadar bahwa generasi yang muda
harus menjadi tulang punggung bangsa, oleh karena itu diharapkan dukungan dari
semua pihak, agar generasi muda Indonesia bisa menjadi macan asia yang baru,
membawa harkat dan martabat Indonesia di tengah konstelasi politik dunia yang
memanas ini, penguatan karakter dan perubahan mental perlu rasanya dilakukan
secara masif dan terukir, karena demi mewujudkan generasi Indonesia yang
berwibawa dan mampu menjadi pemimpin bangsa Indonesia di masa yang akan
datang.
4 Bagi lembaga yang berwenang, eksekutif dan legislatif, dan kita semuanya warga
negara yang baik, karakter islami harus sedini mungkin diterapkan disetiap
lembaga pendidikan, karena akan mempercepat proses tercapainya dari perpres
penguatan pendidikan karakter. Tidak hanya itu, merupakan manifestasi karakter
calon pemimpin bangsa yang berintegritas, nasionalis, agamis, gotong royong,
serta mandiri, karena pemuda merupakan penggerak bangsa yang paling bisa
diandalkan sebab itu, pemuda harus dibekali dengan pengetahuan dan
pengalaman yang matang demi mempersiapkan pemimpin bangsa.

Sistem Pemerintahan Daerah 19

Anda mungkin juga menyukai