Anda di halaman 1dari 12

IMPLEMENTASI PERPRES NO.

87 TAHUN 2017 TENTANG


PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SMKN 4 BANDUNG

Kelompok 3:
Ade Kurniawan, Agil Nanggala, Asep Sumarna, Lady Hidayatulloh,
M. Randy Isman, Mutiara Melinda F., Naufal Adli Althaf, Rani Regita Safira
Mahasiswa Departemen Pendidikan Kewarganegaraan FPIPS UPI
Bandung 2017

ABSTRAK
Dewasa ini, warga negara yang miskin secara ekonomi kian berkurang, akan
tetapi warga negara miskin etika semakin bertambah. Adanya pengaruh
globalisasi menjadi salah satu faktor penyebab nyata terjadinya degradasi moral
pada masyarakat, khususnya kalangan remaja. Pengaruh budaya luar yang dengan
bebasnya masuk telah menyebabkan bangsa Indonesia kehilangan jati diri
sehingga tidak memiliki karakter kebangsaan. Dikeluarkan Perpres No. 87 tahun
2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter merupakan salah satu upaya
pemerintah dalam menanamkan nilai-nilai karakter sebagaimana tertuang dalam
nilai-nilai Pancasila. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat sejauh mana
pengimplementasian kebijakan tersebut dipersekolahan. Adapun metode
penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data
observasi terbuka dan wawancara.

Kata kunci: pendidikan karakter, nawacita, perpres no. 87 tahun 2017

Pendahuluan
Latar Belakang Masalah
Penguatan pendidikan karakter pada masa sekarang diperlukan untuk
mengatasi krisis moral yang telah terjadi di negara ini. Krisis moral yang terjadi
dalam masyarakat pada umumnya melibatkan sumber daya manusia yang
produktif, lebih spesifik melibatkan anak-anak. Dampak yang ditimbulkan dari
krisis moral ini cukup serius dan tidak dapat dianggap sebagai suatu persoalan
yang sederhana, krisis moral saat ini dapat berujung pada tindakan kriminal.
Krisis moral yang terjadi menandakan ada penurunan pemahaman dari segi
agama, sosial, budaya dan lain sebagainya pada anak-anak di negara ini.
Pendidikan moral yang didapat di persekolahan ternyata tidak sejalan dengan
kenyataan yang ada. Bahkan yang terlihat begitu banyak manusia di negara ini

1
yang tidak konsisten, lain yang dibicarakan dan lain pula tindakan yang
dilakukan.
Pengoptimalan pendidikan melalui konsep pendidikan karakter yang
diperkuat diharapkan menjadi sebuah solusi yang konkret dalam mengatasi
kendala di atas. Pada era pemerintahan sekarang Presiden Republik Indonesia,
mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan
Pendidikan Karakter yang menegaskan pentingnya revolusi mental bangsa
Indoesia. Gerakan revolusi mental yang di gagas ini merupakan bagian integral
dari gagasan Nawacita dari program kerja Presiden Republik Indonesia, yang
diharapkan bisa menjadi jalan keluar bagi segala bentuk permasalahan bangsa
yang berkaitan dengan krisis karakter dan krisis moral.

Rumusan Masalah
1. Apakah Perpres No. 87 Tentang Penguatan Pendidikan Karakter efektif untuk
membangun karakter siswa menjadi pancasilais?
2. Bagaimana hambatan sekolah untuk menjalankan Perpres No. 87 Tentang
Penguatan Pendidikan Karakter?
3. Bagaimana Hubungan Revolusi Mental dengan Perpres No. 87 Tentang
Penguatan Pendidikan Karakter, sehingga dapat mewujudkan masyarakat
Indonesia yang pancasilais?
4. Bagaimana pengaruh nilai-nilai keislaman dalam konsep Penguatan
Pendidikan Karakter ini?

Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apakah Perpres No. 87 Tentang Penguatan Pendidikan
Karakter efektif untuk membangun karakter siswa menjadi pancasilais?
2. Untuk mengetahui hambatan sekolah untuk menjalankan Perpres No. 87
Tentang Penguatan Pendidikan Karakter?
3. Untuk mengetahui Hubungan Revolusi Mental dengan Perpres No. 87
Tentang Penguatan Pendidikan Karakter, sehingga dapat mewujudkan
masyarakat Indonesia yang pancasilais?
4. Untuk mengetahui pengaruh nilai-nilai keislaman dalam konsep Penguatan
Pendidikan Karakter ini?

2
Kajian Pustaka
Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter yang sekarang ada di Indonesia adalah upaya untuk
mewujudkan cita-cita bangsa yang telah dirumuskan. Menurut Khan (2010, hlm.
7) pendidikan karakter mengajarkan kebiasaan cara berpikir dan perilaku yang
membantu individu untuk hidup dan bekerja bersama sebagai keluarga,
masyarakat, dan bernegara dan membantu mereka untuk membuat keputusan yang
dapat dipertanggungjawabkan.
Pengertian lain menurut Kementrian Pendidikan Nasional (2010, hlm. 4)
pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan yang mengembangkan karakter
bangsa pada diri peserta didik sehingga mereka memiliki nilai dan karakter
sebagai karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya,
sebagai anggota masyarakat, dan warga negara yang religius, nasionalis,
produktif, dan kreatif.Kesimpulan pendidikan karakter.

Nilai-Nilai Utama Pendidikan Karakter


Pada pendidikan karakter terdapat nilai-nilai utama karakter yang berkaitan
membentuk jejaring nilai yang perlu dikembangkan sebagai prioritas penguatan
pendidikan karakter. Kelima nilai utama karakter bangsa yang dimaksud adalah
sebagai berikut (Kemendikbud, 2017, hlm. 46):
1. Religius
Nilai karakter religius mencerminkan keberimanan terhadap Tuhan yang
Maha Esa yang diwujudkan dalam perilaku melaksanakan ajaran agama dan
kepercayaan yang dianut. Nilai karakter religius ini meliputi tiga dimensi relasi
sekaligus, yaitu hubungan individu dengan Tuhan, individu dengan sesama, dan
individu dengan alam semesta (lingkungan).
2. Nasionalis
Nilai karakter nasionalis merupakan cara berpikir, bersikap, dan berbuat
yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap
bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa,
menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan
kelompoknya.

3
3. Mandiri
Nilai karakter mandiri merupakan sikap dan perilaku tidak bergantung pada
orang lain dan mempergunakan segala tenaga, pikiran, waktu untuk
merealisasikan harapan, mimpi dan cita-cita.
4. Gotong Royong
Nilai karakter gotong royong mencerminkan tindakan menghargai semangat
kerja sama dan bahu membahu menyelesaikan persoalan bersama, menjalin
komunikasi dan persahabatan, memberi bantuan/ pertolongan pada orang-orang
yang membutuhkan.
5. Integritas
Nilai karakter integritas merupakan nilai yang mendasari perilaku yang
didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat
dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, memiliki komitmen dan
kesetiaan pada nilai-nilai kemanusiaan dan moral (integritas moral). Karakter
integritas meliputi sikap tanggung jawab sebagai warga negara, aktif terlibat
dalam kehidupan sosial, melalui konsistensi tindakan dan perkataan yang
berdasarkan kebenaran.

Fungsi Pendidikan Karakter


Fungsi pendidikan karakter adalah sebagai strategi untuk mengatasi
pengalaman yang selalu berubah sehingga mampu membentuk identitas yang
kokoh dari setiap individu. Adapun menurut Pupuh, dkk (2013, hlm. 24) fungsi
pendidikan karakter yaitu:
1. Pengembangan, proses pengembangan potensi peserta didik untuk menjadi
perilaku yang baik bagi peserta didik yang telah memiliki sikap dan perilaku
yang mencerminkan karakter dan karakter bangsa.
2. Perbaikan, memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk bertanggung jawab
dalam pengembangan potensi peserta didik yang lebih bermartabat.
3. Penyaring, menyaring karakter-karakter bangsa sendiri dan karakter-karakter
bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai nilai karakter dan karakter bangsa.

4
Pendidikan karakter pada institusi mengarah pada pembentukan karakter
sekolah, yaitu ciri khas dan pandangan sekolah di masyarakat. Nilai-nilai yang
terdapat disekolah melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, praktik
masyarakat yang terjadi di sekitar sekolah.

Tujuan Pendidikan Karakter


Pendidikan karakter pada intinya bertujuan untuk membentuk kepribadian
bangsa yang terbaik, terdapat manusia yang dijiwai oleh iman dan takwa kepada
Tuhan yang Maha Esa berdasarkan Pancasila. Adapun Sri Judiani (2010, hlm. 17)
menjelaskan tujuan dari pendidikan karakter sebagai berikut:
1. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan
sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi karakter bangsa yang religius.
2. Mengembangkan potensi kalbu atau nurani atau afektif peserta didik sebagai
manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai karakter dan karakter
bangsa.
3. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai
generasi penerus bangsa.
4. Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri,
kreatif, berwawasan kebangsaan.
5. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar
yang aman, jujur, penuh kreatifitas dan persahabatan, serta dengan rasa
kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (dignity).

Pembahasan
Efektivitas Penerapan Perpres No. 87 Tahun 2017 dalam Membangun
Karakter Siswa Pancasilais
Dalam Perpres No. 87 Tahun 2017 ini diterangkan bahwa penguatan
pendidikan karakter ini memiliki tujuan antara lain membangun dan membekali
Peserta Didik sebagai generasi emas Indonesia Tahun 2045 dengan jiwa Pancasila
dan pendidikan karakter yang baik guna menghadapi dinamika perubahan di masa
depan, mengembangkan platform pendidikan nasional yang meletakkan
pendidikan karakter sebagai jiwa utama dalam penyelenggaraan pendidikan bagi

5
peserta didik dengan dukungan pelibatan publik yang dilakukan melalui
pendidikan jalur formal, nonformal, dan informal dengan memperhatikan
keberagaman budaya Indonesia dan merevitalisasi dan memperkuat potensi dan
kompetensi pendidik, tenaga kependidikan, peserta didik, masyarakat, dan
lingkungan keluarga dalam mengimplementasikan penguatan pendidikan karakter.
Jelas pancasila merupakan inti dari penguatan pendidikan karakter ini,
sehingga peraturan Presiden mengenai penguatan pendidikan katakter ini bisa
mendorong percepatan mewujudkan pemuda Indonesia yang pancasilais.
Beberapa kendala yang harus dihadapi bersama seluruh unsur pendidikan, atau
yang bertanggung jawab dalam kemajuan pendidikan Indonesia, yaitu proses
aplikasi dari penguatan pendidikan karakter ini, karena tidak bisa kita mungkiri
bahwa keberadaan sarana dan prasarana, kualitas sumber daya manusia,
keprofesionalan pejabat pemerintah dalam proses penunjang pendidikan di
Indonesia itu bisa dikatakan kurang sehingga menghambat dalam optimal
tidaknya proses membumikan karakter pancasila ini dalam diri pelajar Indonesia.

Hambatan dalam Pengimplementasian Kebijakan


Secara umum hambatan dari sekolah dalam menerapkan perpres pendidikan
karakter ini yaitu ketersediaan sumber daya manusia dan ketersediaan sarana dan
prasarana sekolah itu sendiri, dilihat dari aspek sumber daya manusianya, tenaga
pendidik memang sudah seharusnya memiliki teladan yang baik bagi murid-
muridnya sehingga keseharian dari tenaga pendidik itu bisa dicontoh oleh
muridnya sendiri, tanpa terkecuali, tetapi ada juga beberapa oknum tenaga
pendidik yang masih menggunakan kekerasan dalam pendidikan, hal tersebut
sudah sangat dilarang karena sejatinya pendidikan harus penuh dengan kasih
sayang, belum lagi kuantitas guru dan murid memang belum bisa dikatakan ideal
ada kalanya jumlah guru harus berbanding satu dengan enam puluh murid dan
angka fantastis lainnya, memang hal ini harus segera diatasi mengingat jika tujuan
mulia dari penguatan pendidikan katakter ini ingin dicapai secepatnya, maka
kualitas tenaga pendidik dan peserta didikpun harus kita perhatikan.
Faktor lain yang menghambat yaitu faktor ketersediaan sarana dan
prasarana, sehingga sedikit menghambat proses internalisasi nilai pancasila dalam
diri peserta didik, tidak bisa kita mungkiri bahwa faslilitas sangat berpengaruh

6
terhadap kesuksesan kegiatan pembelajaran, beberapa sekolah memang bisa
dikatakan terakreditasi A, sehingga akan memudahkan untuk merealisasikan
program pemerintah yang terkait dengan pendidikan apapun, tetapi yang harus
kita perhatikan adalah kondisi sekolah yang serba kekurangan fasilitasnya, apakah
bisa menerapkan program pemerintah yang berkaitan dengan pendidikan apapun,
hal tersebut pasti bisa terlaksana, tetapi berbicara optimal atau efektif, pasti jauh
dari kata tersebut, inilah yang harus dipikirkan bersama, bagaimana peran
pemerintah dalam meningkatkan fasilitas di setiap sekolah memang harus
dioptimalkan, karena berbicara mengenai pembentukan karakter siswa yang
pancasilais, itu tidak bisa instan dan harus melewati proses yang panjang, maka
dari itulah jika hambatan ini tidak segera diatasi maka bisa jadi akan lambat dalam
proses pencapaian tujuannya.

Hubungan Revolusi Mental dengan Perpres No. 87 tahun 2017 dalam


Membangun Masyarakat Indonesia yang Pancasilais
Revolusi mental pada dasarnya merupakan perubahan secara cepat pola
pikir kita dalam merespon, bertindak maupun bekerja, konsep ini merupakan
program kerja utama Presiden Joko Widodo dalam membangun manusia
Indonesia, diharapkan konsep ini dapat mempercepat pola pikir masyarakat
Indonesia, sehingga bisa bersaing dengan bangsa lain, dan tetap mempertahankan
jati diri bangsa Indonesia yang erat kaitannya dengan pancasila, hubungan konsep
revolusi mental dan perpres penguatan pendidikan karakter ini sama-sama ingin
mewujudkan masyarakat Indonesia yang berkepribadian atau berkarakter, latar
belakang digaungkannya konsep tersebut adalah mengenai kondisi bangsa,
revolusi mental lebih kepada bangsa secara keseluruhan, sedangkan penguatan
pendidikan karakter lebih kepada kondisi pelajar, atau siswa Indonesia yang mulai
bisa dibilang memprihatinkan.
Diharapkan kedua program andalan pemerintah tersebut dapat menjadi
solusi yang konkret bagaimana mengatasi permasalahan bangsa Indonesia saat ini,
karena Indonesia merupakan negara yang luas, tentu perlu kerja yang ekstra dalam
membangun Indonesia, masyarakat Indonesia dan pemerintah Indonesia harus
sadar bahwa generasi yang muda harus menjadi tulang punggung bangsa, oleh

7
karena itu diharapkan dukungan dari semua pihak, agar generasi muda Indonesia
bisa menjadi macan asia yang baru, membawa harkat dan martabat Indonesia di
tengah konstelasi politik dunia yang memanas ini, penguatan karakter dan
perubahan mental perlu rasanya dilakukan secara masif dan terukir, karena demi
mewujudkan generasi Indonesia yang berwibawa dan mampu menjadi pemimpin
bangsa Indonesia di masa yang akan datang.

Pengaruh Nilai-Nilai Keislaman dalam Konsep Penguatan Pendidikan


Karakter
Nilai-nilai yang terkandung dalam pendidikan berkarakter yang dirumuskan
oleh Kemendiknas (2010, hlm 68) meliputi delapan belas nilai sebagai berikut:
1. Religius, yakni sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran
agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan
hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
2. Jujur, yakni perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai
orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3. Toleransi, yakni sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku,
etnis, pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4. Disiplin, yakni tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan.
5. Kerja keras, yakni tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuh pada
berbegai ketentuan dan peraturan.
6. Kreatif, yakni berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau
hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7. Mandiri, yakni sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang
lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8. Demokratis, yakni cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama
hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9. Rasa ingin tahu, yakni sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya,
dilihat, dan di dengar.

8
10. Semangat kebangsaan, yakni cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang
menempatkan kepentingan bamgsa lain negara di atas kepentingan diri dan
kelompoknya.
11. Cinta tanah air, yakni cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang
menempatkan kepentingan bangsa dan bernegara di atas kepentingan diri dan
kelompoknya.
12. Menghargai prestasi, yakni sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta
menghormati keberhasilan orang lain.
13. Bersahabat atau komunikatif, yakni sikap dan tindakan yang mendorong
dirinya untuk menghasilakn sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan
mengakui serta menghormati keberhasilan orang lain.
14. Cinta damai, yakni sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta
menghormati keberhasilan orang lain.
15. Gemar membaca, yakni kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca
berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
16. Peduli lingkungan, yakni sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah
kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-
upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
17. Peduli sosial, yakni sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah
kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-
upaya untk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
18. Tanggung jawab, yakni sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan
tugas dan kewajibannya , yang seharusnya dia lakukan,terhadap diri sendiri,
masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang
Maha Esa.
Nilai islami sangat mempengaruhi perkembangan pendidikan karakter, yang
mana tujuannya untuk mencetak siswa atau manusia Indonesia yang pancasilais,
karena Indonesia adalah negara yang beragam suku bangsanya, hal tersebut
senada yang diutarakan oleh Kaelan (2014, hlm. 140), sebagai berikut, bangsa
Indonesia dalam panggung sejarah berdirinya negara di dunia memiliki suatu ciri

9
khas yaitu dengan mengangkat nilai-nilai yang telah dimilikinya sebelum suatu
negara modern. Nilai-nilai tersebut adalah berupa nilai-nilai adat-istiadat
kebudayaan, serta nilai religius yang beraneka ragam sebagai suatu unsur negara.
Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai macam suku, kelompok, adat-istiadat,
kebudayaan serta agama.

Penutup
Simpulan
1 Perpres No. 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter, berfokus
pada penanaman nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang berintegritas, gotong
royong, nasionalis, agamis dan mandiri. Pancasila merupakan inti dari
penguatan pendidikan karakter ini, sehingga peraturan Presiden mengenai
penguatan pendidikan katakter ini bisa mendorong percepatan mewujudkan
pemuda Indonesia yang pancasilais.
2 Pendidikan di Indonesia memang belum bisa kita katakan sebagai pendidikan
yang maju, tetapi apa salahnya kita berpikir positif demi kemajuan pendidikan
Indonesia di masa yang akan datang, bukan tanpa sebab luasnya Indonesia
belum diimbangi dengan konsep pemerataan pembangunan. Secara umum
hambatan dari sekolah dalam menerapkan perpres pendidikan karakter ini
yaitu ketersediaan sumber daya manusia dan ketersediaan sarana dan
prasarana sekolah itu sendiri.
3 Hubungan konsep revolusi mental dan perpres penguatan pendidikan karakter
ini sama-sama ingin mewujudkan masyarakat Indonesia yang berkepribadian
atau berkarakter, latar belakang digaungkannya konsep tersebut adalah
mengenai kondisi bangsa, revolusi mental lebih kepada bangsa secara
keseluruhan, sedangkan penguatan pendidikan karakter lebih kepada kondisi
pelajar, atau siswa Indonesia yang mulai bisa dibilang memprihatinkan.
4 Pada dasarnya nilai kasih sayang sangat mempengaruhi bagaimana kehidupan
bangsa Indonesia bisa terus ada, karena di sana ada nilai saling menghormati
antara satu dan yang lainnya, nilai inilah yang harus dimiliki seluruh siswa
Indonesia, yang beragama apapun, dengan tujuan akhir yaitu supaya seluruh
siswa memiliki karakter yang kuat tidak gampang terombang-ambil oleh

10
kebiasaan luar yang tidak sesuai dengan pancasila. Nilai islami sangat
mempengaruhi perkembangan pendidikan karakter, yang mana tujuannya
untuk mencetak siswa atau manusia Indonesia yang pancasilais.
Saran
1 Keberadaan sarana dan prasarana, kualitas sumber daya manusia,
keprofesionalan pejabat pemerintah dalam proses penunjang pendidikan di
Indonesia itu bisa dikatakan kurang sehingga diperlukan keseriusan
pemerintah dalam menangani hal tersebut, jangan sampai tujuan mulai dari
perpres penguatan pendidikan karakter ini terhalangi oleh kondisi pendidikan
Indonesia yang masih kurang memadai.
2 Peran pemerintah dan lembaga yang berwenang dalam meningkatkan kualitas
tenaga pendidikan dan perbaikan serta pengadaan fasilitas di setiap sekolah
memang harus dioptimalkan, karena berbicara mengenai pembentukan
karakter siswa yang pancasilais, itu tidak bisa instan dan harus melewati
proses yang panjang, maka dari itulah jika hambatan ini tidak segera diatasi
maka bisa jadi akan lambat dalam proses pencapaian tujuannya.
3 Peningkatan proses sosialiasi program revolusi mental dan penguatan
pendidikan karakter andalan pemerintah. Indonesia harus sadar bahwa
generasi yang muda harus menjadi tulang punggung bangsa, oleh karena itu
diharapkan dukungan dari semua pihak, agar generasi muda Indonesia bisa
menjadi macan asia yang baru, membawa harkat dan martabat Indonesia di
tengah konstelasi politik dunia yang memanas ini, penguatan karakter dan
perubahan mental perlu rasanya dilakukan secara masif dan terukir, karena
demi mewujudkan generasi Indonesia yang berwibawa dan mampu menjadi
pemimpin bangsa Indonesia di masa yang akan datang.
4 Bagi lembaga yang berwenang, eksekutif dan legislatif, dan kita semuanya
warga negara yang baik, karakter islami harus sedini mungkin diterapkan
disetiap lembaga pendidikan, karena akan mempercepat proses tercapainya
dari perpres penguatan pendidikan karakter. Tidak hanya itu, merupakan
manifestasi karakter calon pemimpin bangsa yang berintegritas, nasionalis,
agamis, gotong royong, serta mandiri, karena pemuda merupakan penggerak
bangsa yang paling bisa diandalkan sebab itu, pemuda harus dibekali dengan

11
pengetahuan dan pengalaman yang matang demi mempersiapkan pemimpin
bangsa.

Daftar Rujukan
Dirjen Belmawa Kemenristekdiktik (2016), “Pendidikan Pancasila”,
Jakarta : Dirjen Belmawa

Fathurrohman, Pupuh, dkk. (2013). “Pengembangan Pendidikan Karakter”.


Bandung: PT Refika Aditama

Judiani, Sri. (2010). “Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar


Melalui Penguatan Pelaksanaan Kurikulum. Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan, Vol.16 Edisi Khusus III”. Jakarta: Badan Penelitian
Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional.
Kaelan, M.S. (2014). “Pendidikan Pancasila”. Yogyakarta: Paradigma

Kemendikbud. (2017). “Konsep dan Pedoman Penguatan Pendidikan Karakter


Tingkat Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama”. Jakarta :
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Latif, Yudi (2017), “Negara Paripurna”, Jakarta: Gramedia Pustaka Umum

Kemendiknas. (2010). “Pengembangan pendidikan Budaya dan Karakter


Bangsa”. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional.

Khan, Yahya. (2010). “Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri”. Yogyakarta:


Pelangi Publishing.

Mulyadi, Dedi (2012), “Pembangunan Berkarakter”, Purwakarta: Badan


Perencanaan dan Pembangunan Kabupaten Purwakarta

Munir, Abdul. (2010). “Pendidikan Karakter: Membangun Karakter Anak Sejak


dari Rumah”. Yogyakarta: Pedagogia.
Tim Dosen PAI UPI. (2012), “Pendidikan Agama Islam”, Bandung: Value Press.
Bandung

12

Anda mungkin juga menyukai