Anda di halaman 1dari 9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pendidikan Karakter

Awal munculnya pendidikan karakter dikarenakan ada sebuah pemikiran

bahwa sekolah tidak hanya bertanggung jawab untuk menjadikan siswa menjadi

cerdas, tetapi juga harus bertanggung jawab untuk memberdayakan dirinya agar

memiliki nilai-nilai karakter yang melandasinya dalam kehidupan sehari-hari

(Samani & Hariyanto, 2016:10). Keberhasilan pelaksanaan pendidikan karakter

dalam pendidikan formal, harus melibatkan kepala sekolah, guru, serta orangtua

(Fitri, 2012:19). Pendidikan Karakter merupakan proses memberikan tuntunan

kepada siswa untuk menjadi manusia berkarakter yang berhubungan dengan hati,

raga, karsa, rasa, dan pikir serta bertujuan untuk memberikan tentang memilih

keputusan baik atau buruk, cara memelihara yang baik, dan menerapkan atau

mewujudkan kebaikan dalam kehidupan sehari-hari (Wiyani, 2013:27).

Pendidikan Karakter merupakan usaha untuk membentuk kebiasaan anak

sehingga terbentuk sejak dini, agar kedepannya dapat mengambil keputusan

dengan baik dan bijak serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari (Fitri,

2012:21). Memberikan kebiasaan dan pengalaman positif sebanyak-banyaknya

untuk siswa agar siswa terbiasa dan membentuk siswa menjadi siswa berkarakter

(Fitri, 2012:26). Pendidikan Karakter menjadi sebuah sarana untuk mendukung

pengembangan etik, pengembangan sosial, dan pengembangan emosional (Samani

10
11

& Hariyanto, 2016:43). Pendidikan Karakter merupakan pendidikan yang

mengajarkan tentang karakter yang ada dalam golongan rasa, karsa, dan cipta

(Barnawi & Arifin, 2012:29). Pendidikan Karakter mempunyai tujuan yaitu

membimbing dan memberikan fasilitas dalam hal membantu membentuk serta

membangun pola pikir, perilaku, dan sikap siswa agar mempunyai karakter yang

baik, berkakhlakul karimah, bertanggung jawab, dan mempunyai jiwa luhur (Fitri,

2012:22). Pendidikan karakter dilaksanakan tidak hanya bertujuan untuk

menghasilkan bentuk atau hasil yang memuaskan, tetapi dilaksanakan dengan

proses yang panjang (Barnawi & Arifin, 2012:18). Pendidikan karakter dapat

meningkatkan mutu pendidikan dikarenakan pendidikan karakter mendukung dan

dapat meningkatkan soft skill dan hard skill pada siswa (Muslich, 2011:84).

Pendidikan karakter merupakan usaha untuk membentuk siswa menjadi

berkarakter dan menjadikan siswa bisa mengambil keputusan dengan baik serta

menerapkannya di kehidupan sehari-hari. Pendidikan karakter dilaksanakan di

sekolah yang difasilitasi oleh kepala sekolahdan guru, bisa juga dilakukan di

lingkungan sekitar siswa yang difasilitasi oleh keluarga dan masyarakat.

2. Penguatan Pendidikan Karakter

Penguatan Pendidikan Karakter merupakan penghubung antar komunitas

dan sekolah yang menerapkan dalam mengembangkan nilai-nilai karakter

(Peraturan Presiden No. 87 Tahun 2017). Penguatan Pendidikan Karakter

merupakan gerakan satuan pendidikan untuk mengembangkan dan memperkuat

karakter siswa dengan cara menyeimbangkan antara olah rasa, olah pikir, olah

hati, dan olah raga yang dilakukan dengan kerja sama antara satuan pendidikan,
12

keluarga, dan masyarakat sebagai bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental

(GNRM) (Peraturan Presiden No. 87 Tahun 2017). Penguatan Pendidikan

Karakter yang diterapkan di sekolah, diharapkan dapat memperkuat potensi,

talenta atau bakat dalam diri siswa (Effendy, 2017:6). Penguatan Pendidikan

Karakter berhubungan dengan akhlak siswa. Adanya penguatan pendidikan

karakter ini adalah sebagai bekal untuk menjadi seorang pemimpin dalam 30

tahun mendatang (Khotimah, 2019:29). Pembiasaan berpijak pada pedoman yang

disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan sumber daya manusia yang dimiliki

(Dalyono & Lestariningsih, 2017:39).

Urgensi Penguatan Pendidikan Karakter adalah: a). Sumber Daya Manusia

(SDM) dijadikan sebagai fondasi pembangunan bangsa; b). Menghadapi

kemerosotan akhlak, moral dan budi pekerti; c). Menghadapi tantangan era

globalisaisi dan perkembangan teknologi; d). Membangun generasi emas yang

berdaya saing yang mempunyai pemikiran kreatif dan inivatif serta berjiwa

Pancasila (Kemdikbud, 2018: 1). Tujuan Penguatan Pendidikan Karakter antara

lain: a). Membekali keterampilan untuk menghadapi perubahan di masa depan

pada Generasi Emas Indonesia 2045; b) Mengembangkan pendidikan nasional

dengan menerapkan nilai karakter dalam penyelenggaraan pendidikan; c)

Melestarikan kebudayaan dan jati diri bangsa Indonesia dalam Gerakan Nasioanal

Revolusi Mental (GNRM) (Effendy, 2017:16).

Penguatan Pendidikan Karakter dilaksanakan dengan mengoptimalkan

tripusat pendidikan, yaitu berbasis kelas, berbasis budaya, dan berbasis

masyarakat. Penguatan Pendidikan Karakter berbasis kelas dilaksanakan dengan

mengintegrasikan nilai karakter dalam pembelajaran atau mata pelajaran tematik


13

yang sesuai dengan kurikulum dan disesuaikan dengan kebutuhan siswa dan

karakteristik daerahnya. Penguatan Pendidikan Karakter berbasis budaya

dilaksanakan dengan pembiasaan budaya sekolah yang sesuai dengan nilai-nilai

karakter, serta mendukung terbentuknya suatu program yang dapat menjadi daya

saing sekolah, keunikan, maupun keunggulan. Penguatan Pendidikan Karakter

berbasis masyarakat dilaksanakan dengan melibatkan masyarakat untuk

membantu memecahkan suatu masalah yang ada di lingkungan sekitar siswa serta

membantu mewujudkan program atau kegiatan yang menunjang pendidikan

karakter di sekolah. (Permendikbud No. 20 Tahun 2018).

Penguatan Pendidikan Karakter menggunakan 9 prinsip antara lain: a).

Nilai-nilai Moral Universal, nilai-nilai dapat didukung dengan individu yang

mempunyai beragam latar belakang keyakinan, kepercayaan, sosial, dan budaya;

b). Holistik, dilakukan secara menyeluruh pada intakurikuler, kokulikuler, dan

ekstrakurikuler; c). Terintegrasi, memadukan dan menghubungkan dengan proses

pelaksanaan pendidikan; d). Partisipatif, mengikutsertakan pihak yang berkaitan

dengan penguatan pendidikan karakter, agar terlaksana dengan baik pelaksanaan

pendidikan karakter; e). Kearifan Lokal; disesuaikan dengan kearifan local

nusantara agar bisa berkembang dan dapat memberikan jati diri siswa sebagai

warga Indonesia; f) Kecakapan Abad XXI, PPK mengembangkan sikap 4C

(critical thinking, creative thinking, communication skill, collaborative learning)

yang dibutuhkan oleh siswa pada abad 21; g). Adil dan Inklusif, PPK

dikembangkan dengan prinsip keadilan; h). Selaras dengan Perkembangan Peserta

Didik, PPK dilaksanakan sesuai dengan perkembangan pada siswa, dari

perkembangan psikologis, biologis, maupun sosial; i). Terukur, dengan adanya


14

prinsip ini, PPK dapat diamati dan diukur agar dapat mengetahui hasilnya

(Effendy, 201710).

Penguatan Pendidikan Karakter merupakan gerakan pendidikan untuk

memperkuat 5 nilai karakter yang semakin merosot karena perkembangan zaman

yang disalahgunakan. Tujuannya adalah mempersiapkan menghadapi generasi

2045 yang semakin inovatif dan kreatif. Penguatan Pendidikan Karakter

mempunyai prinsip yang digunakan untuk pedoman bagaimana cara

peenerapanya. Penerapan di sekolah, dioptimalkan pada kelas atau proses

pembelajaran, budaya sekolah, dan masyarakat.

3. Nilai-nilai Pendidikan Karakter

Nilai sangat penting karena dapat digunakan sebagai fondasi dalam

memahami sikap dan motivasi serta mempengaruhi persepsi manusia dalam

membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, atau dapat membedakan

mana yang seharusnya dan mana yang tidak seharusnya (Fathurrohman, 2016:28).

Nilai-nilai utama yang saling berkaitan yang diperkuat dalam Penguatan

Pendidikan Karakter, yaitu Religius, Nasionalis, Mandiri, Gotong Royong, dan

Integritas. (Permendikbud UU No. 20 Tahun 2018). Nilai Religius, mencerminkan

keimanan dan kepercayaan kepada Tuhan Yangmaha Esa; Nilai Nasionalis,

mencerminkan sikap dan berpikir yang menunjukkan setia serta peduli terhadap

bangsa dan negara; Nilai Mandiri, sikap dan perilaku yang tidak menggantungkan

orang lain; Nilai Gotong Royong, mencerminkan sikap saling membanntu dengan

orang lain; Nilai Integritas, mencerminkan sebuah cara agar dirinya dianggap

sebagai manusia yang dapat dipercaya (Effendy, 2017:8).


15

Kelima nilai-nilai karakter tersebut tidak berdiri sendiri, akan tetapi ada

hubungan dengan nilai karakter yang lain dan berkembang secara berkelanjutan

serta membentuk keutuhan pribadi (Effendy, 2017:9). Nilai-nilai PPK tersebut

ditanamkan dan diterapkan dalam sekolah agar siswa dapat mengetahui,

memahami, dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Tanggung jawab

sekolah adalah untuk menanamkan dan meningkatkan nilai tersebut agar

menghasilkan siswa yang berkarakter (Widodo, 2019:41).

Nilai dapat menjadi fondasi dalam membedakan sesuatu yang baik maupun

yang buruk. Ada 5 nilai karakter utama yang dikembangkan, yaitu Religius,

Nasionalis, Mandiri, Gotong Royong, dan Integritas. Kelima nilai tersebut saling

berkaitan di perannya dalam mengembangkan atau meningkatkan karakter siswa

menjadi lebih baik.

4. Nilai Religius

Religius merupakan sistem yang mengatur tentang keimanan dan

kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang berupa melaksanakan ajaran

agama yang dianutnya, saling menghormati dan hidup rukun dengan pemeluk

agama lain, serta mengatur tentang cara bergaul dengan manusia dan lingkungan

(Fitri, 2012). Kehidupan di masyarakat, nilai religius dapat menjadi landasan

untuk nilai utama nasionalis, integritas, mandiri, dan gotong royong (Effendy,

2017:10). Tujuan penerapan nilai religius di sekolah adalah untuk

mengembangkan kepribadian siswa dan membedakan kesalahan maupun kebaikan

(Sahlan & Prastyo, 2012:38).


16

Nilai religius mempunyai tiga hubungan yang saling berkaitan, yaitu

hubungan individu dengan Tuhan, individu dengan sesama manusia, dan individu

dengan lingkungan sekitar. Sub nilai dalam nilai religius yaitu menghargai

perbedaan agama dan kepercayaan, cinta damai, saling menghormati, percaya diri,

tidak melakukan kekerasan, mencintai lingkungan, tidak memaksakan kehendak

orang lain, ketulusan, kerja sama dengan pemeluk agama yang berbeda

kepercayaan, teguh pendirian, tulus, persahabatan, melindungi serta saling

mengasihani kepada yang kecil (Effendy, 2017:8). Nilai religius bersumber dalam

diri manusia serta bersifat mutlak atau seutuhnya bersumber pada kepercayaan

manusia (Aulia, 2016:316).

Nilai Religius merupakan landasan tentang ajaran agama yang dianutnya

yang berhubungan dengan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Nilai ini

dikaitkan dengan individu, sesame manusi, Tuhan, dan lingkungan sekitar. Diri

manusia terdapat nilai religius yang bersifat mutlak. Pembiasaan agar nilai religius

tetap dalam diri manusia adalah dengan membiasakan sejak dini di sekolah agar

kepribadian siswa terbentuk dengan baik yang akan bermanfaat dalam kehidupan

sehari-hari.

B. Kajian Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan yang berkaitan dengan penelitian yang

diajukan sudah dilakukan sebelumnya. Penelitian yang sudah dilakukan

sebelumnya dapat digunakan sebagai dasar teori dan pendukung dari masalah

yang akan diteliti. Sehingga akan memperkuat teori pada penelitian yang akan

dilakukan.
17

Penelitian yang relavan mengenai Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)

ditunjukkan pada tabel berikut.

Tabel 2.1 Penelitian yang Relevan

No. Nama Tahun Judul Persamaan Perbedaan


1. Desy Nurlaida 2019 Implementasi a. Membahas a. Penelitian
Khotimah Program tentang dilaksanakan
Penguatan Penguatan di SDN
Pendidikan Pendidikan Karanganyar
Karakter (PPK) Karakter Gunung 1
Melalui (PPK) Semarang
Kegiatan 5S di b. Menggunaka b. Fokus
Sekolah Dasar n penelitiannya
pendekatan adalah
kualitatif kegiatan 5S
dan c. PPK berbasis
penelitian kelas dengan
deskriptif mengintegrasi
kan 5 nilai-
nilai karakter
pada proses
pembelajaran
2. Wulan 2019 Analisis PPK a. Membahas a. Penelitian
Permatasari Nasionalisme tentang dilaksanakan
pada Kegiatan Penguatan di SDN
Ekstrakurikuler Pendidikan Purwosari II
Drum Band di Karakter b. Fokus
SDN Purwosari (PPK) penelitiannya
II b. Menggunak adalah
an kegiatan
pendekatan ekstrakurikule
kualitatif r drum band
dan dengan nilai
penelitian karakter
deskriptif nasionalisme
3. Hendro Widodo 2019 Penguatan a. Membahas a. Penelitian
Pendidikan tentang dilaksanakan
Karakter di SD Penguatan di SD
Muhammadiyah Pendidikan Muhammadiy
Macanan Karakter ah Macanan
Sleman (PPK) Sleman
Yogayakarta b. Menggunak Yogyakarta
an b. Fokus
pendekatan Penelitiannya
kualitatif adalah nilai-
dan nilai karakter:
penelitian religius,
deskriptif nasionalis,
mandiri,
gotong
royong,
integritas.
18

C. Kerangka Pikir

SDN Tulusrejo 2 Malang

Kondisi Ideal:
Kondisi Sekolah:
Penguatan Pendidikan Karakter merupakan
Sekolah sudah menerapkan kegiatan-
program pendidikan untuk memperkuat
kegiatan pembiasaan dan mempunyai
karakter siswa melalui olah raga, olah hati,
program unggulan yang didalamnya
olah pikir, dan olah rasa. 5 nilai karakter
mengandung unsur Penguatan Pendidikan
yang dikembangkan yaitu: Religius,
Karakter (PPK). Salah satunya adalah
Nasionalis, Mandiri, Gotong Royong,
kegiatan yang bertujuan untuk
Integritas.
mengembangkan karakter religius.
Dilaksanakan melalui kegiatan pembiasaan.

Fokus Masalah:
1. Pelaksanaan Pendidikan Karakter Religius
2. Kendala Pelaksanaan Pendidikan Karakter Religius
3. Upaya Mengatasi Kendala dalam Pelaksanaan Pendidikan Karakter Religius

Metode Penelitian:
Penelitian dilakukan dengan mengambil beberapa siswa
kelas rendah dan tinggi secara heterogen di SDN
Tulusrejo 2 Malang. Menggunakan pendekatan kualitatif
dan jenis penelitian deskriptif, dengan menggunakan
instrumen pedoman observasi, pedoman wawancara, dan
dokumentasi.

Tujuan Penelitian:
1. Mendeskripsikan pelaksanaan Penguatan Pendidikan Karekte (PPK) dalam
mengembangkan nilai religius siswa SDN Tulusrejo 2 Malang.
2. Mendeskripsikan kendala pelaksanaan Penguatan Pendidikan Karekte (PPK)
dalam mengembangkan nilai religius siswa SDN Tulusrejo 2 Malang.
3. Mendeskripsikan upaya dalam mengatasi kendala pelaksanaan Penguatan
Pendidikan Karekte (PPK) dalam mengembangkan nilai religius siswa SDN
Tulusrejo 2 Malang.

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

Anda mungkin juga menyukai