Anda di halaman 1dari 25

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Era globalisasi saat ini banyak tantangan bagi generasi muda dalam
pembentukan karakter diri. Maraknya pergaulan bebas, narkoba, dan budaya
dikalangan remaja membuat semakin rusaknya moral, intelektual dan fisik mereka.
Berbagai keluhan dan kerisauan kemudian muncul dari orang tua dan masyarakat
mengenai kehidupan anak-anak mereka dimasa sekarang maupun dimasa yang akan
datang akibat maraknya budaya pop, glamor, santai serta krisis moral yang melanda
masyarakat modern. Generasi muda merupakan pemangku estafet kepemimpinan
suatu negara. Kejayaan negara yang akan datang tergantung dari bagaimana
generasi mudanya saat ini. Peranan generasi muda sangatlah besar.Oleh karena itu,
perlu adanya pembinaan yang baik agar dapat terbentuk karakter generasi muda yang
baik pula.
Pemuda sebagai elemen utama dalam proses pembangunan karakter bangsa.
Memang benar jika pemuda adalah penentu eksistensi suatu bangsa dilihat dari
karakter yang dimilikinya. Di era globalisasi yang semakin berkembang ini, derasnya
arus informasi membuat generasi milenial semakin mudah menyerap berbagai jenis
informasi dalam berbagai bidang tertentu. Bebasnya media sosial pada era globalisasi
ini memiliki pengaruh yang besar terhadap rusaknya moral bangsa, khususnya bagi
para generasi milenial yang masih labil. Disinilah diperlukan adanya karakter bangsa,
yang menjadi suatu hal penting yang berpengaruh bagi masa depan. Maka
diciptakanlah pembelajaran yang mengarah pada pembentukan karakter yang biasa
disebut dengan pendidikan karakter.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional telah merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan nasional. Pada
pasal 3 Undang-Undang tersebut menyatakan "Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab." Pasal tersebut
merupakan dasar bagi pengembangan pendidikan karakter untuk pembentukan
karakter manusia khususnya generasi muda. Pembinaan karakter ini dapat ditempuh
2

dengan berbagai upaya, termasuk melalui pendidikan yang dilakukan secara


terprogram, bertahap, dan berkesinambungan.
Untuk membentuk suatu karakter anak bangsa perlu dilakukan kegiatan yang
dapat membentuk karakternya maka dari itu gerakan pramuka sangatlah tepat
dikarenakan gerakan pramuka merupakan suatu wadah generasi muda untuk
pendidikan karakter. Pendidikan yang berbasis di luar sekolah ini, memiliki tugas dan
tanggung jawab dalam membina generasi muda. Di era globalisasi dan kemajuan
teknologi seperti saat ini, Pramuka tetap memiliki arti penting sehingga harus secara
terus menerus dilakukan dalam rangka membangun rasa cinta Tanah Air di kalangan
remaja.Untuk itu Gerakan Pramuka harus memiliki daya tarik tersendiri bagi para
remaja sehingga mereka berminat masuk organisasi kepramukaan.
Pendidikan karakter telah menjadi pergerakan yang mendukung
pengembangan sosial, emosional, dan etik seseorang. Pengembangan karakter dapat
dilakukan melalui perkembangan karakter individu seseorang. Akan tetapi, karena
manusia hidup dalam lingkungan sosial dan budaya yang tertentu, maka
perkembangan karakter individu seseorang hanya dapat dilakukan dalam sosial dan
lingkungan yang bersangkutan. Pendidikan karakter merupakan salah satu alat yang
paling penting dan harus dimiliki oleh setiap orang. Sehingga tingkat pendidikan
karakter seseorang juga merupakan alat terbesar yang akan menjamin kualitas hidup
seseorang dan keberhasilan pergaulan di dalam masyarakat.
Sehingga dapat diambil diartikan bahwa pendidikan karakter adalah proses
pemberian tuntutan kepada peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang
berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa. Pendidikan karakter
dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, budi pekerti, moral, dan watak yang
bertujuan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan
keputusan baik atau buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu
dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.
Nilai-nilai pendidikan karakter yang dikembangkan Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan ada delapan belas karakter. Nilai-nilai tersebut bersumber dari
agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional. Adapun delapan belas
nilai tersebut yaitu.religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri,
demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai
prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan,
peduli sosial, dan tanggung jawab. Dilihat dari segi komponennya, pendidikan karakter
lebih menekankan pentingnya tiga komponen karakter yang baik yaitu moral knowing
3

atau pengetahuan tentang moral, moral feeling atau perasaan tentang moral dan
moral action atau perbuatan bermoral.
Untuk mewujudkan pendidikan karakter perlu adanya kerjasama dan
partisipasi antar semua elemen pelaksana pendidikan dalam upaya pengambilan
keputusan, memonitoring pelaksanaan pendidikan, serta akuntabilitas aktor dunia
pendidikan. Jika konsep pendidikan karakter ini berhasil diterapkan, maka bisa
dipastikan bahwa tindakan-tindakan dehumanisasi yang menghilangkan harkat dan
martabat manusia seperti yang terjadi saat ini bisa diminimalisir, dengan begitu tujuan
pendidikan sebagai upaya untuk memanusiakan manusia bisa terwujud. Bukan hanya
sebagai sebuah teori saja, namun bisa terwujud dalam realita kehidupan dalam
bermasyarakat dan bernegara
Pengembangan Karakter penting bagi Indonesia untuk dapat meningkatkan
harkat dan martabatnya. Kualitas sumber daya manusia Indonesia perlu ditingkatkan
dan dikembangkan. Apalagi saat ini, arus globalisasi telah membawa perubahan yang
sangat besar. Ada sebuah ungkapan bahwa harapan besar masyarakat terletak pada
karakter tiap individu, maksudnya adalah bahwa tiap individu berperan dalam
pembangunan peradaban (Muslich, 2011:69)
Dalam UU No.12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka, disebutkan bahwa
pembangunan kepribadian ditujukan untuk mengembangkan potensi diri serta
memiliki akhlak mulia, pengendalian diri, dan kecakapan hidup bagi setiap warga
negara demi tercapainya kesejahteraan masyarakat, pengembangan potensi diri
sebagai hak asasi manusia harus diwujudkan dalam berbagai upaya penyelenggaraan
pendidikan, antara lain melalui gerakan pramuka. Gerakan Pramuka selaku
penyelenggara pendidikan kepramukaan mempunyai peran besar dalam
pembentukan kepribadian generasi muda sehingga memiliki pengendalian diri dan
kecakapan hidup untuk menghadapi tantangan kehidupan.

B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dari karya tulis yang berjudul Peran Pelatih Dalam
Menanamkan Karakter Bangsa Ke Peserta Didik adalah sebagai berikut :
1. Apa saja karakter bangsa yang harus ditamankan kepada peserta didik?
2. Bagaimana menanamkan karakter bangsa melalui kegiatan pramuka ?
3. Bagaimana peran pelatih pramuka dalam menanamkan karakter bangsa ?
4

C. TUJUAN
Sedangkan tujuan dari pembuatan karya tulis dengan judul Peran Pelatih
Dalam Menanamkan Karakter Bangsa Ke Peserta Didik adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui karakter bangsa yang harus ditamankan kepada peserta didik
2. Mengetahui penanaman karakter bangsa melalui kegiatan kepramukaan.
3. Mengetahui peran pelatih dalam menanamkan karakter bangsa
5

BAB II
DASAR TEORI

A. Pengertian Karakter
Menurut bahasa, karakter adalah tabiat atau kebiasaan. Sedangkan menurut
ahli psikologi, karakter adalah sebuah sistem keyakinan dan kebiasaan yang
mengarahkan tindakan seorang individu. Karakter menurut kamus ilmiah populer
Internasional (Budiono, 2005: 288) adalah watak, tabiat, pembawaan, kebiasaan.
Secara istilah karakter diartikan sebagai keseluruhan daripada perasaan-perasaan
dan hasrat-hasrat yang telah berarah, seperti yang diorganisir oleh kehendak manusia
(Sardjonoprijo, 1982: 90).

Karakteristik setiap individu didasari dengan delapan jenis kecerdasan.


Dimana semuanya dapat dikembangkan dengan berbagai jenis kegiatan. Kedelapan
jenis kecerdasan tersebut meliputi: spasial  visual, linguistic, interpersonal, musical,
natural, body kinestetik, intrapersonal dan logis matematik. Setiap kecerdasan
tersebut dapat dilatih dengan kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan jenis kecerdasan
yang akan dikembangkan.

Karakter seseorang berkembang berdasarkan potensi yang dibawa sejak lahir


atau yang dikenal sebagai karakter dasar yang bersifat biologis. Aktualisasi karakter
dalam bentuk perilaku sebagai hasil perpaduan antara karakter biologis dan hasil
hubungan atau interaksi dengan lingkungannya. Elemen-elemen dasar dari karakter,
menurut Kerschensteiner dalam (Kartono, 2005: 84), yaitu daya kemauan, yaitu: daya
aktivitas yang ulet, akal yang jelas, ceria atau terang: daya berfikir yang logis,
perasaan halus: kemudahan dan banyaknya keterharuan jiwa mencakup baik rasa-
halus yang bersifat indrawi maupun bersifat jiwani.

Unsur terpenting dalam pembentukan karakter adalah pikiran dan kebiasaan.


Hal ini karena didalam pikiran terdapat seluruh program yang terbentuk dari
pengalaman hidupnya.Program ini kemudian membentuk sistem kepercayaan yang
akhirnya dapat membentuk pola berpikir yang bisa mempengaruhi perilakunya.
Hasilnya, perilaku tersebut membawa ketenangan dan kebahagiaan. Sebaliknya, jika
program tersebut tidak sesuai dengan prinsip-prinsip hukum universal, maka
perilakunya membawa kerusakan dan menghasilkan penderitaan. Masalah
pembentukan karakter, yaitu segi: sifat-sifat yang bisa berubah dan aspek-aspek yang
bisa dididik. Karakter di bagi menjadi dua yaitu: Pertama, karakter biologis, yang
6

mencakup fungsi-fungsi psikis lebih rendah, diantaranya: dorongan-dorongan, nafsu


dan insting-insting (pembawaan alami atau hewani). Bagian karakter ini tidak bisa
dibentuk. Dengan kata lain, karakter yang biologis itu tidak bisa dibentuk dan tidak
bisa dididik. Kedua, karakter yang intelingibel, yang mencakup fungsi-fungsi lebih
tinggi: daya kemauan, kejelasan dari akal, perasaan halus. Fungsi-fungsi psikis ini
juga berupa unsur-unsur bawaan sejak lahir (Zubaedi. 2011: 86). Namun fungsi-fungsi
tersebut bisa dibentuk atau dididik. Jadi pada segi ini bagian karakter tersebut bisa
dididik, dengan kata lain: bagian tersebut menjadi alat-bantu bagi para pendidik untuk
membentuk segi-segi etis dari karakter.

Pendidikan karakter saat ini menjadi fokus program Kementerian Pendidikan


Nasional. Pendidikan karakter diberikan sejak usia dini sangat penting dikarenakan
saat ini banyak kasus yang melibatkan anak negeri ke arah perpecahan bangsa, mulai
korupsi, tidak menghargai nyawa orang lain, tidak menghargai orang tua, tidak disiplin,
makelar kasus, video porno  serta  kasus  lainnya yang sudah keluar dari karakter
Bangsa Indonesia, yang dikenal ramah tamah, gotong royong, menghargai orang lain.
Tentu ada yang belum sesuai dengan proses Pendidikan selama ini, disisi lain untuk
membangun karakter bangsa yang beradab jalan yang efektif melaui proses
pendidikan.

Maka Pendidikan karater yaitu proses pewarisan budaya pada generasi muda
untuk membentuk kepribadian sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir,
bersikap dan bertindak. Pendidikan karakter tertuang dalam Undang-Undang No.20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 menyebutkan Pendidikan
Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung.Sehingga pendidikan karakter sudah menjadi kewajiban yang harus
diberikan pada peserta didik dalam segala satuan pendidikan.

Dalam tujuan pendidikan nasional, pendidikan karakter merupakan gambaran


tentang kuwalitas manusia Indonesia yang harus dikembangkan oleh satuan
pendidikan, serta menjadi dasar dalam mengembangkan pendidikan karakter bangsa.
Pendidikan karakter lebih mudah  diberikan pada usia dini, hal ini akan mudah
diterima dan tersimpan dalam memori anak,  akan membawa pengaruh pada
perkembangan watak dan pribadi anak hingga dewasa. Menurut Daniel Golemen
7

dalam bukunya Kecerdasan Ganda menyebutkan bahwa kecerdasan emosional dan


sosial dalam kehidupan dibutuhkan 80%, sedangkan kecerdasan intektual hanya
sebesar 20%. Untuk itu pendidikan karakter akan mudah diberikan melalui jalur
pendidikan, salah satunya adalah pendidika nonformal. Jadi kecerdasan emosional
dan sosial lebih membawa dampak pada perjalanan hidup bahkan karier anak
dikemudian hari.

Menurut Mochtar Buchori (2007), pendidikan karakter seharusnya membawa


peserta didik ke pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, dan
akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata. Permasalahan pendidikan karakter yang
selama ini ada di sekolah perlu segera dikaji, dan dicari alternatif-alternatif solusinya,
serta perlu dikembangkan secara lebih operasional sehingga mudah
diimplementasikan dalam proses pembelajaran di kelas.

Sasaran pendidikan karakter adalah seluruh jenjang pendidikan di Indonesia


negeri maupun swasta.Semua warga sekolah, meliputi para peserta didik, guru,
karyawan administrasi, dan pimpinan sekolah menjadi sasaran program ini. Kriteria
pencapaian pendidikan karkter adalah terbentuknya budaya sekolah, yaitu perilaku,
tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga
sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah harus berlandaskan nilai-nilai tersebut.

Selain di lingkungan pendidikan ada kegiatan yang dapat membantu


pembentukan karakter yaitu Kegiatan Ekstra Kurikuler yang merupakan kegiatan
pendidikan di luar mata pelajaran untuk membantu pengembangan peserta didik
sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang
secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang
berkemampuan dan berkewenangan di sekolah. Melalui kegiatan ekstra kurikuler
diharapkan dapat mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial,
serta potensi dan prestasi peserta didik.

B. Pembentukan Karakter
Pembentukan karakter berkaitan erat dengan bagaimana kita membentuk
kebiasaan dan membiasakan dalam kehidupan kita sehingga terbentuklah karakter
dan sifat dari kebiasaan. Karakter seseorang akan membedakan manusia satu
dengan yang lain, yang membedakan manusia baik dan buruk, maka karater suatu
bangsa berguna untuk membedakan bangsa tersebut dengan bangsa yang lain.
Untuk menentukan dan membangun karater, percaya diri dan berpegang
teguh pada prinsip merupakan faktor utama yang harus dimiliki suatu bangsa. Dalam
8

hal ini, petuah “Be yourself” atau “Jadilah dirimu sendiri” sangatlah tepat. Namun
melaksanakan hal ini bukanlah hal yang mudah, untuk melakukannya, kita
membutuhkan:
1.         Hasrat utuk menemukan diri sendiri
2.         Menentukan cita-cita
3.         Meninggalkan sesuatu yang bersikap semu untuk memulai kehidupan yang nyata
4.         Memiliki kemantapan hati untuk melangkah kedepan
5.         Memadupadankan kecerdasan Intelektual, kecerdasan emosional, dan spiritual.

Pembentukan karakter juga dapat dilakukan melalui musik. Musik–musik yang


didengar secara langsung atau tak langsung akan mempengaruhi kepribadian, sikap,
dan kejiwaan seseorang. Jika ia sering mendengarkan lagu bertemakan keras dan
perpecahan, ia akan tumbuh menjadi seseorang yang keras dan tidak suka
perdamaian, sesuai dengan anggapan “Idolaku, panutanku”. Sebaliknya jika ia suka
mendengarkan lagu lagu halus dan bertema perdamaian ia akan berusaha menjadi
seorang yang berjiwa sosial dan cinta lingkungan.

Maka bisa disimpulkan bahwa mereka yang sering mendengarkan musik yang
bertemakan rasa patriot, maka ia akan menjadi pribadi yang patriot dan menjadi
pembela bagi bangsanya. Musik yang dapat menimbulkan rasa patriot dan bela
negara adalah semua jenis aliran/genre musik tetapi memiliki lirik tentang patriotisme,
persatuan dan kesatuan bangsa, cinta tanah air, bela negara, dan realita kehidupan
bangsa Indonesia saat ini yang dikemas secara menarik dengan gaya bahasa yang
lebih interaktif.

Adapun Pembinaan watak, kepribadian dan akhlak mulia dilakukan melalui


kegiatan:

1. Keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa;


2. Kesadaran berbangsa dan bernegara;
3. Pengamalan moral Pancasila;
4. Pemahaman sejarah perjuangan bangsa;
5. Rasa percaya diri;
6. Kepedulian dan tanggung jawab serta disiplin.

C. Pelatih dan Pembina Pramuka


Di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2010 tentang
Gerakan Pramuka pasal 14, telah di atur bahwa tenaga pendidik Pendidikan
kepramukaan itu terdiri atas, Pembina, Pelatih, Pamong dan juga Instruktur. Yang
9

disebut dengan Pembina Pramuka atau yang biasa disebut Pembina adalah seorang
anggota dewasa Gerakan Pramuka ( usia diatas 25 tahun ), yang melaksanakan
kegiatan Kepramukaan di tingkat Gugus Depan / sekolah, maka syarat untuk menjadi
Pembina Pramuka serendah-rendahnya pernah mengikuti Kursus Pembina Pramuka
Mahir Tingkat  Dasar (KMD).
Menurut Anggadiredja,dkk (2011:7) Pembina Pramuka adalah orang
dewasa pria dan wanita sedikitnya berusia 20 tahun. Menguasai metode
kepramukaan dengan baik, menyukai kebebasan berinovasi, mau berkerja untuk
masa depan, dapat memotivasi orang lain, bisa membangun komitmen, menyadari
tugas dan tanggung jawabnya untuk pendidikan yang bermanfaat bagi kaum muda
serta membantu mereka untuk tumbuh dewasa.
Lantas yang disebut dengan Pelatih adalah anggota dewasa Gerakan
Pramuka yang bertugas memberikan pelatihan atau kursus-kursus seperti KMD,
KML, KPD dan KPL dalam rangka peningkatan mutu atau standarisasi menjadi
Pembina Pramuka di Gugus Depan dan mereka ini tergabung dalam Korp Pelatih
dibawah naungan Pusat Pendidikan dan Latihan Kader Gerakan Pramuka
(Pusdiklat) yang merupakan satuan kegiatan di tubuh Kwartir Cabang hingga
Nasional.
Agar tercapainya tujuan Gerakan Pramuka, Pembina Pramuka harus dapat
berperan aktif. Adapun peran Pembina Pramuka adalah sebagai
berikut:perancang program kegiatan, pemberi dukungan, pemberi bimbingan,
pelaksana kebijakan, pengelola satuan, pengawal misi gerakan Pramuka,
pengarah tercapainya visi gerakan Pramuka, motivator, pembuat komitmen, dan
pendidik dan mitra didik (Anggadiredja,dkk, 2011:8)
10

BAB III
PERAN PELATIH PRAMUKA DALAM MENANAMKAN KARAKTER BANGSA

A. Karakter bangsa yang harus ditamankan kepada generasi penerus bangsa


melalui pramuka
Pramuka sebagai salah satu kegiatan ekstra kurikuler di sekolah
sangat relevan dengan pendidikan karakter bangsa terbukti dengan
kesamaan nilai-nilai pendidikan karakter dengan nilai-nilai Dasa Dharma,
sehingga sangat tepatlah bila lewat pramuka pendidikan karakter dibentuk.

Gerakan Pramuka diawali pada saat usia peserta didik 7 tahun


hingga 25 tahun dengan sebutan anggota muda, yang dibagi dalam
golongan Pramuka Siaga (7-10), Pramuka Penggalang (11-15), Pramuka
Penegak (16-20) dan Pramuka Pandega (21-25). Pembagian golongan
berdasarkan perkembangan dan karakteristik baik fisik maupun psikis.

Sistem among merupakan proses pendidikan kepramukaan yang


bertujuan membentuk peserta didik agar berjiwa merdeka, disiplin dan
mandiri dalam hubungan timbal balik antar manusia. Sistem among selalu
diimplementasikan dalam kegiatan pramuka mulai tingkatan anggota siaga
hingga dewasa, dengan cara atau pola yang dipergunakan disesuaikan
dengan usia peserta didik, sehingga memudahkan dalam menanamkan
karakter bangsa dan dapat tersimpan lama dalam memori pikiran. Terdapat
3  prinsip  dalam sistem among, yaitu di depan menjadi teladan, ditengah
membangun kemauan dan di belakang mendorong dan memberikan
motivasi kemandirian.

Dalam menanamkan dan menumbuhkan karakter bangsa,


dikepramukaan mempergunakan 10 pilar yang  menjadi kode kehormatan.
Kode kehormatan mempunyai makna suatu norma (aturan) yang menjadi
ukuran kesadaran mengenai akhlak yang tersimpan dalam hati yang
menyadari harga dirinya, serta menjadi standart tingkah laku pramuka di
masyarakat. 10 pilar tersebut bernama dasa dharma, yaitu:
11

1. Takwa kepada Tuhan yang Maha Esa;


2. Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia,
3. Patriot yang sopan dan ksatria;
4. Patuh dan suka bermusyawarah;
5. Rela menolong dan tabah;
6. Rajin, terampil, dan gembira;
7. Hemat, cermat, dan bersahaja;
8. Disipilin, berani, dan setia;
9. Bertanggung jawab dan dapat dipercaya;
10. Suci dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan

Dalam mengimplemasikan 10 pilar tersebut, antara anggota 


penggalang, penegak dan pandega hingga anggota dewasa disesuaikan
dengan perkembangan rohani dan jasmani. Sedangkan untuk  anggota
siaga pilar yang digunakan untuk menanamkan pendidikan karakter melalui
Dwi darma, yang berbunyi sebagai berikut “ Siaga itu menurut ayah dan
bundanya, serta siaga itu berani dan tidak putus asa”.  Mengingat usia
siaga masih senang dengan bermain, maka dalam menanamkan norma
pramuka melalui media permainan dan visual serta contoh dari bunda dan
ayahdanya.

Sedangkan dalam Pendidikan budaya dan karakter bangsa yang


bersumber pada Agama, Pancasila, Budaya dan Tujuan Pendidikan
Nasional teridentifikasi 18 Nilai karakter, Nilai tersebut antara lain :

1. Religius

Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang
dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup
rukun dengan pemeluk agama lain.(merupakan bentuk pengamalan
dharma ke 1. Takwa kepada Tuhan yang maha esa)

2. Jujur

Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang


yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
12

(Bentuk pengamalan dharma ke 10. Suci dalam fikiran perkataan dan


perbuatan)

3. Toleransi

Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,


pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
(merupakan bentuk pengamalan dharma ke 1. Takwa kepada Tuhan
yang maha esa)

4. Disiplin

Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai


ketentuan dan peraturan.(Bentuk pengamalan darma ke 8. Disiplin
Berani dan setia)

5. Demokratis

Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan
kewajiban dirinya dan orang lain. (bentuk pengamalan darma ke 4.
Patuh dan suka bermusyawarah)

6. Semangat Kebangsaan

Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan


kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan
kelompoknya (bentuk pengamalan darma ke 3. Patriot yang sopan dan
ksatria)

7. Cinta Tanah Air

Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan,


kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan
fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.(bentuk pengamalan
darma ke 3. Patriot yang sopan dan ksatria)

8. Peduli Lingkungan

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada


lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya
untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.(Bentuk
13

pengamalan darma ke 2. Cinta alam dan kasih sayang sesama


manusia)

9. Peduli Sosial

Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain
dan masyarakat yang membutuhkan. (Bentuk pengamalan darma ke 2.
Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia)

10. Tanggung-jawab

Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan


kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri,
masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan
Yang Maha Esa.(Bentuk pengamalan darma ke 9. bertanggung jawab
dan dapat dipercaya ).

11. Kerja Keras

Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi


berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas
dengan sebaik-baiknya.

12. Kreatif

Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil


baru dari  sesuatu yang telah dimiliki.

13. Mandiri

Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam
menyelesaikan tugas-tugas.

14. Menghargai Prestasi

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan


sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta
menghormati keberhasilan orang lain.

15. Bersahabat/Komunikatif

Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan


bekerja sama dengan orang lain.
14

16. Cinta Damai

Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa


senang dan aman atas kehadiran dirinya.diri sendiri, masyarakat,
lingkungan (alam, sosial dan budaya), Negara

17. Gemar Membaca

Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang


memberikan kebajikan bagi dirinya.

18. Rasa Ingin Tahu

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih


mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan
didengar.

B. Menanamkan karakter bangsa melalui kegiatan pramuka


Kegiatan kepramukaan merupakan pendidikan di luar sekolah yang dilakukan
dengan bentuk menarik, menantang dan menyenangkan. Pramuka sebagai upaya
pembentukan watak dan karakter generasi muda. Pramuka merupakan salah satu
pendidikan non formal yang mampu bertahan dalam segala zaman yang menjadi
benteng dalam mendidik dan membina generasi muda dengan jiwa tangguh, terampil,
cerdas, dan disiplin. Dalam kegiatan pramuka bukan hanya materi atau isi pelajaran
yang perlu diperhatikan melainkan bagaimana kita dapat melahirkan dan
menumbuhkan sikap-sikap serta perbuatan-perbuatan yang baik yang akan
membentuk karakter dan kekuatan jasmani dari diri tersebut. Hal ini bisa dilihat dari
cara kerja kelompok untuk bekerja sama dalam satu tim dalam mencapai satu tujuan
yang sama.
Kepramukaan memiliki berbagai macam aspek pembelajaran mulai dari segi
spiritual, emosional, sosial, jasmani, dan rohani yang bertujuan untuk pembentukan
karakter seorang anggota pramuka yang pada akhirnya pembentukan karakter bagi
anak bangsa. Pendidikan karakter saat ini menjadi materi yang memang harus
diterapkan di setiap instansi sekolah karena memang pendidikan karakter harus
diberikan sejak usia dini.
Pendidikan karakter adalah suatu sistem yang menanamkan nilai-nilai karakter
kepada seorang individu, yang meliputi: ilmu pengetahuan, kesadaran, kemauan dan
15

tindakan untuk dapat melaksanakan nilai-nilai tersebut baik terhadap Tuhan YME,
dirinya sendiri, orang lain, lingkungannya maupun bangsa dan negaranya.
Pendidikan karakter tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 menyebutkan Pendidikan Nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pendidikan karakter sudah menjadi hal wajib yang harus diberikan pada
peserta didik dalam segala satuan pendidikan. Maka dari itu, pramuka sebagai  salah
satu kegiatan ekstra-kurikuler di sekolah sangat relevan dengan pendidikan karakter
bangsa terbukti dengan kesamaan nilai-nilai pendidikan karakter dengan nilai-nilai
kepramukaan, sehingga sangat tepat bila melalui pramuka pendidikan karakter dapat
dibentuk.
Pramuka sebagai salah satu kegiatan ekstrakurikuler di sekolah sangat
relevan sebagai wadah penanaman nilai karakter. Nilai karakter yang dapat
dikembangkan melalui kegiatan kepramukaan adalah sebagai berikut: religius, jujur,
toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat
kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta
damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.
Berikut keterampilan kepramukaan yang dapat membentuk karakter peserta didik,
termasuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan.
1. Keterampilan Tali Temali
a. Cara dan manfaat
Keterampilan Tali Temali digunakan dalam berbagai keperluan diantaranya
membuat tandu, memasang tenda, membuat tiang jemuran, dan tiang
bendera. Setiap anggota gerakan pramuka diharapkan mampu dan dapat
membuat dan menggunakan talitemali dengan baik.
b. Implementasi Nilai Karakter
Membuat simpul dan ikatan diharapkan dapat membentuk karakter ketelitian,
kesabaran, kerjasama, dan tanggung jawab.Membuat tandu diharapkan dapat
membentuk karakter ketelitian, kesabaran, kerjasama, dan tanggung jawab.
2. Keterampilan Pertolongan Pertama Gawat Garurat (PPGD)
a. Cara dan Manfaat
16

Keterampilan Pertolongan Pertama Gawat Darurat (PPGD) merupakan


kegiatan untuk memberikan pertolongan pertama pada korban kecelakaan
atau orang sakit. Yang perlu diperhatikan dalam hal ini adalah bahwa tindakan
ini hanya tindakan pertolongan sementara. Langkah berikutnya tetap harus
segera dibawa ke puskesmas atau rumah sakit terdekat.
b. Implementasi Nilai Karakter:
Mencari dan memberi obat diharapkan dapat membentuk karakter ketelitian,
kesabaran, kerjasama, tanggung jawab, dan peduli sosial. Membalut luka,
menggunakan bidai dan mitela diharapkan dapat membentuk karakter
ketelitian, kesabaran, kerjasama, tanggung jawab, dan peduli sosial.
3. Ketangkasan Pionering
a. Cara dan Manfaat
Ada beberapa kegiatan keterampilan dan pengetahuan yang sekiranya dapat
membantu membuat kegiatan kepramukaan tetap menarik dan menantang
minat peserta didik untuk tetap menjadi anggota gerakan pramuka. Kegiatan
ketangkasan pionering merupakan kegiatan yang sudah biasa dalam kegiatan
kepramukaan.Kegiatan itu meliputi membuat gapura, menara pandang,
membuat tiang bendera, membuat jembatan tali goyang, meniti dengan satu
atau dua tali.
b. Implementasi Nilai Karakter
Dalam kegiatan membuat gapura, menara pandang dan membuat tiang
bendera diharapkan dapat membentuk karakter ketelitian, percaya diri,
ketekunan, dan kerjasama.Dalam kegiatan membuat jembatan tali goyang dan
meniti dengan satu atau dua tali diharapkan dapat membentuk karakter
keberanian, ketelitian, percaya diri, ketekunan, dan kesabaran.
4. Keterampilan Morse dan Semaphore
a. Cara dan manfaat
Kedua keterampilan ini sebenarnya merupakan bahasa sandi dalam
kepramukaan. Perbedaan keduanya adalah terletak pada penggunaan media.
Morse menggunakan media peluit, senter, bendera, dan pijatan. Semaphore
menggunakan media bendera kecil berukuran 45 cm X 45 cm. Keterampilan ini
perlu dimiliki Oleh setiap anggota gerakan pramuka agar dalam kondisi darurat
mereka tetap dapat menyampaikan pesan.
b. Implementasi Nilai Karakter
Morse dan Semaphore diharapkan dapat membentuk karakter kecermatan,
ketelitian, tanggung jawab, dan kesabaran
17

5. Keterampilan Membaca Sandi Pramuka


a. Cara dan Manfaat
Keterampilan ini sangat diperlukan dalam kegiatan penyampaian pesan
rahasia dengan menggunakan kunci yang telah disepakati. Seorang pramuka
harus dapat dipercaya untuk dapat melakukan segala hal termasuk
penyampaian dan penerimaan pesan-pesan rahasia. Dalam menyampaikan
pesan rahasia ini diperlukan kode-kode tertentu yang dalam kepramukaan
disebut sandi. Sandi dalam pramuka antara lain sandi akar, sandi kotak biasa,
sandi kotak berganda, sandi merah putih, sandi paku, dan sandi angka.
b. Implementasi Nilai Karakter:
Sandi akar, sandi kotak biasa, sandi kotak berganda, sandi merah putih, sandi
paku, dan sandi angka diharapkan dapat membentuk karakter kreatif,
ketelitian, kerjasama, dan tanggung jawab.
6. Penjelajahan dengan Tanda Jejak
a. Cara dan Manfaat
Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk latihan berpetualang. Anggota
gerakan pramuka harus terbiasa dengan alam bebas. Di alam bebas tidak
terdapat ramburambu secara jelas sebagaimana di jalan raya. Oleh karena itu,
seorang anggota gerakan pramuka harus dapat memanfaatkan fasilitas alam
sebagai petunjuk arah dan atau tanda bahaya kepada teman kelompoknya.
b. Implementasi Nilai Karakter
Penjelajahan dengan memasang dan membaca tanda jejak diharapkan dapat
membentuk karakter religius, toleransi, cinta tanah air, peduli lingkungan, kerja
sama, dan tanggung jawab.
7. Kegiatan Pengembaraan
a. Cara dan Manfaat
Kegiatan pengembaraan ini bukan sekedar jalan-jalan di alam bebas atau
rekreasi bersama melainkan melakukan perjalanan dengan berbagai rintangan
yang perlu diperhitungkan agar tujuan kita dapat dicapai. Hal ini dengan
sendirinya juga mendidik generasi muda bahwa untuk dapat mencapai cita-cita
itu banyak rintangan dan sangat memerlukan perjuangan yang kuat. Oleh
karena itu, pendidikan di alam bebas dengan berbagai rintangan merupakan
pendidikan yang menantang dan menyenangkan.
b. Implementasi Nilai Karakter
18

Kegiatan pengembaraan ini diharapkan dapat membentuk karakter mandiri,


peduli lingkungan, tangguh, tanggung jawab, kepemimpinan, kerja sama,
peduli sosial, ketelitian, dan religius.
8. Keterampilan Baris-Berbaris (KBB)
a. Cara dan manfaat
Di lingkungan gerakan pramuka, peraturan baris-berbaris disebut keterampilan
baris-berbaris. Kegiatan ini merupakan keterampilan untuk melaksanakan
perintah atau instruksi yang berkaitan dengan gerakan-gerakan fisik.
Keterampilan Baris-berbaris ini dilakukan untuk melatih kedisiplinan,
kekompakan, keserasian, dan seni dalam berbaris.
b. Implementasi Nilai Karakter
Keterampilan baris-berbaris ini diharapkan dapat membentuk
karakter kedisiplinan, kreatif, kerja sama, dan tanggung jawab.
9. Keterampilan Menentukan Arah
a. Cara dan Manfaat
Keterampilan ini merupakan suatu upaya bagi anggota gerakan pramuka untuk
mengetahui arah. Dalam penentuan arah ini dapat digunakan kompas, dan
benda yang ada di alam sekitar, misalnya: kompas sederhana (silet, magnet,
dan air) bintang, pohon, dan matahari. Hal ini sangat penting apabila anggota
gerakan pramuka itu tersesat di alam bebas ketika melakukan pengembaraan.
b. Implementasi Nilai Karakter
Keterampilan menentukan arah ini diharapkan dapat membentuk karakter
kreatif, kerja keras, rasa ingin tahu, dan kerja sama.
http://www.al-maududy.com/2014/10/jenis-jenis-kegiatan-kepramukaan.html

Kegiatan kepramukaan dapat mengajarkan peserta didik untuk bekerja sama


dengan orang lain dalam memecahkan masalah, mempunyai jiwa tolong menolong,
menjadi pribadi yang tangguh, berani, dan percaya diri. Pramuka juga dapat melatih
peserta didik untuk menjadi pribadi yang lebih disiplin.
Pelaksanaan pendidikan karakter dilakukan melalui pengintegrasian ke dalam
kegiatan sehari-hari yang sejalur dengan dasa dharma yaitu melalui hal-hal berikut,
contohnya upacara pada setiap kali akan melakukan latihan dapat menumbuhkan
rasa nasionalisme yang tinggi, beribadah / sholat bersama, berdoa waktu mulai dan
selesai pelajaran, mengucap salam bila bertemu guru, orang tua, atau teman, itu
merupakan pengamalan dari dasa dharma pertama. Membuang sampah pada
tempatnya, penuh kasih sayang, perhatian terhadap peserta didik, jujur, menjaga
kebersihan pengamalan dari dasa dharma ke dua, tidak berteriak-teriak sehingga
19

mengganggu pihak lain, tidak berkelahi, tidak memalak, berlaku sopan merupakan
dampak pengamalan dasa dharma ketiga, memperoleh nilai tinggi, memperoleh
prestasi dalam olah raga atau kesenian pengamalan dasa dharma ke enam,
menolong orang lain tanpa pamrih pengamalan dasa dharma ke lima, berani
menentang atau mengoreksi perilaku teman yang tidak terpuji dampak pengamalan
dasa dharma ke delapan, datang tepat pada waktunya, bekerja keras dampak bentuk
pengamalan dasa dharma ke sembilan, dan lain-lain.
Gerakan Pramuka selaku penyelenggara pendidikan kepramukaan
mempunyai peranan besar dalam pendidikan karakter generasi muda.Pendidikan
karakter dari Pramuka diimplementasikan melalui kegiatan-kegiatan di alam
terbuka.Sehingga kegiatan Pramuka menjadi menarik dan menyenangkan.Tetapi
tetap berpegang teguh pada metode kepramukaan. Kegiatan-kegiatan menarik dalam
pramuka yang berada di alam terbuka misalnya yaitu:bernyanyi, wide game,
berkemah, menjelajah, dan api unggun dll.

C. Peran pelatih pramuka dalam menanamkan karakter bangsa


Tugas pokok Gerakan Pramuka adalah menyelenggarakan Pendidikan
Kepramukaan bagi kaum muda untuk menumbuhkan tunas bangsa agar menjadi
generasi yang lebih baik, bertanggungjawab, dan mampu membina serta mengisi
pembangunan nasional.
Pendidikan Kepramukaan merupakan sistem pembinaan dan pengembangan
sumber daya dan potensi kaum muda agar menjadi warga negara yang berkualitas,
sehingga mampu memberikan kontribusi positif terhadap kesejahteraan masyarakat,
baik nasional maupun internasional.
Proses Pendidikan Kepramukaan terjadi karena adanya pertemuan yang
interaktif dan komunikasi yang digerakkan oleh Prinsip Dasar Kepramukaan dan
Metode Pendidikan Kepramukaan yang dilaksanakan secara teratur, terarah, dan
terencana. Bila sebagian dari prinsip itu dihilangkan, maka organisasi itu bukan lagi
gerakan pendidikan kepramukaan.Berdasarkan AD/ART Gerakan Pramuka maka
pendidikan Kepramukaan mempunyai fungsi sebagai berikut:
1. Kegiatan menarik bagi anak atau pemuda
Kegiatan menarik di sini dimaksudkan kegiatan yang menyenangkan dan
mengandung pendidikan. Karena itu permainan harus mempunyai tujuan dan
aturan permainan, jadi bukan kegiatan yang hanya bersifat hiburan saja. Karena
itu lebih tepat kita sebut saja kegiatan menarik.
20

2. Pengabdian bagi orang dewasa


Bagi orang dewasa kepramukaan bukan lagi permainan, tetapi suatu tugas yang
memerlukan keikhlasan, kerelaan, dan pengabdian. Orang dewasa ini mempunyai
kewajiban untuk secara sukarela membaktikan dirinya demi suksesnya
pencapaian tujuan organisasi.
3. Alat bagi masyarakat dan organisasi
Kepramukaan merupakan alat bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat setempat, dan juga alat bagi organisasi untuk mencapai tujuan
organisasinya. Jadi kegiatan kepramukaan yang diberikan sebagai latihan berkala
dalam satuan pramuka itu sekedar alat saja, dan bukan tujuan pendidikannya.
Gerakan Pramuka bertujuan mendidik anak-anak dan pemuda Indonesia
dengan prinsip-Prinsip Dasar dan Metode Kepramukaan yang pelaksanaannya
disesuaikan dengan keadaan, kepentingan dan perkembangan bangsa dan
masyaraka Indonesia dengan tujuan agar:
a. Anggota Pramuka menjadi manusia yang berkepribadian dan berwatak luhur serta
tinggi mental, moral, budi pekerti dan kuat keyakinan beragamanya.
b. Anggota Pramuka menjadi manusia yang tinggi kecerdasan dan keterampilannya.
c. Anggota Pramuka menjadi manusia yang kuat dan sehat fisiknya.
d. Anggota Pramuka menjadi manusia yang menjadi warga negara Indonesia yang
berjiwa Pancasila, setia dan patuh kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia,
sehingga menjadi anggota masyarakat yang baik dan berguna, yang sanggup
serta mampu menyelenggarakan pembangunan bangsa dan negara.
Tujuan tersebut merupakan cita-cita Gerakan Pramuka. Karena itu semua
kegiatan yang dilakukan oleh semua unsur dalam Gerakan Pramuka harus mengarah
pada pencapaian tujuan tersebut. Sementara itu, Tugas pokok Gerakan Pramuka
adalah menyelenggarakan pendidikan kepramukaan bagi anak dan pemuda
Indonesia, menuju ke tujuan Gerakan Pramuka, sehingga dapat membentuk tenaga
kader pembangunan yang berjiwa Pancasila dan sanggup serta mampu
menyelenggarakan pembangunan masyarakat, bangsa dan negara. Dalam
melaksanakan pendidikan kepramukaan tersebut Gerakan Pramuka selalu
memperhatikan keadaan, kemampuan, kebutuhan dan minat peserta didiknya.
Konsep pendidikan orang dewasa atau dengan kata lain sering disebut dengan
andragogi, merupakan sebuah konsep yang tepat dalam implementasi pendidikan dan
pelatihan pembina Pramuka. Pelatih pembina dapat mengadopsi atau berpedoman
21

pada konsep Andragogi ketika melaksanakan pendidikan dan pelatihan Kepramukaan


bagi pembina Pramuka.
Andragogi berasal dan bahasa Yunani “Andros” artinya orang dewasa, dan
“Agogus” artinya memimpin. lstilah lain yang kerap kali dipakai sebagai
perbandingan adalah “Pedagogi” yang ditarik dari kata “Paid” artinya anak dan
“Agogus” artinya memimpin. Maka secara harfiah pedagogi berarti seni dan
pengetahuan mengajar anak. Karena itu, pedagogi berarti seni atau pengetahuan
mengajar anak, maka apabila memakai istilah pedagogi untuk orang dewasa jelas
kurang tepat, karena mengandung makna yang bertentangan. Sementara itu,
menurut (Kartini Kartono, 1997), andragogi adalah ilmu membentuk manusia; yaitu
membentuk kepribadian seutuhnya, agar ia mampu mandiri di tengah lingkungan
sosialnya (Muta’alimin, 2009).
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa andragogi
merupakan cara untuk belajar secara langsung dari pengalaman yang bermakna
suatu proses pendidikan kembali yang dapat mengurangi konflik-konflik sosial, melalui
kegiatan-kegiatan antar pribadi dalam kelompok belajar itu. Selain itu, andragogy juga
merupakan suatu proses belajar yang diarahkan sendiri, dimana kita secara terus
menerus dapat menilai kembali kebutuhan belajar yang timbul dari tuntutan situasi
yang selalu berubah.
Tujuan pendidikan orang dewasa adalah untuk membantu mereka melakukan
penyesuaian psikologis dengan kondisi sosial. Kemudian andagogi dapat melengkapi
keterampilan yang diperlukan orang dewasa untuk menemukan dan memecahkan
masalah yang menekankan pemecahan dengan keterampilan bukan isi. Andagogi
juga untuk menolong merubah kondisi sosial orang dewasa. Selain itu, andagogi
memberi bantuan agar orang dewasa menjadi individu bebas dan otonom (Suprijanto,
2007).
Maka inti dari konsep pendidikan orang dewasa di atas adalah bahwa Gerakan
Pramuka dalam pelatihan pembina Pramuka sangat erat bertumpu pada konsep
andragogi tersebut. Andragogi adalah proses untuk melibatkan peserta didik dewasa
ke dalam suatu struktur pengalaman belajar seperti yang dilakukan dalam kegiatan-
kegiatan Gerakan Pramuka. Hal penting lainya yang perlu diperhatikan dalam
penerapan konsep pendidikan orang dewasa dalam Gerakan Pramuka adalah bahwa
filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara dimana pembina merupakaan teladan bagi
sesama Pramuka.
Dengan berpedoman dan mengacu pada paparan di atas dapat diartikan
bahwa pelatih pembina sebagai orang yang memberikan dan menerapkan pendidikan
22

orang dewasa memiliki peran dalam penanaman karakter bangsa diantaranya:


sebagai pelopor, sebagai mediator, dan sebagai motivator. Untuk lebih jelasnya,
ketiga peran tersebut dijabarkan dalam pembahasan di bawah ini:
1. Sebagai Pelopor
Dalam ilustrasi sederhana pelopor adalah seseorang yang pertama kali
memasuki daerah tertentu, sehingga ia harus menemukan jalan untuk kemajuan
daerah tersbut. Karakteristik untuk pekerjaan pelopor (yang disebut pionir) adalah
kesulitan yang mereka jalani dan usaha besar yang harus mempertahankan
banyak fitur yang masih hilang. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
pelopor berarti yg berjalan terdahulu; yang berjalan di depan.
Dalam kaitannya dengan pelatih pembina, pelatih pembina harus mampu
menjadi yang pertama dalam menggagas pembinaan Kepramukan yang
berkualitas oleh para pembina. Pelatih pembina harus memastikan bahwa
pembina memiliki kompetensi yang memadai untuk membina satuan Pramuka.
Jadi pelatih pembina identik sebagai sosok individu yang berusia produktif dan
mempunyai karakter khas yang spesifik yaitu revolusioner, optimis, berpikiran
maju, memiliki moralitas, dan sebagainya. Kelemahan mecolok dari seorang
pelatih pembina adalah kontrol diri yang matang dengan kelebihan pelatih
pembina yang paling menonjol adalah mau menghadapi perubahan, baik berupa
perubahan sosial maupun kultural dengan menjadi pelopor perubahan itu sendiri.
Peran penting dari seorang pelatih pembina lainnya adalah pada
kemampuannya melakukan perubahan. Perubahan menjadi indikator suatu
keberhasilan dalam Gerakan Pramuka. Perubahan menjadi sebuah kata yang
memiliki daya magis yang sangat kuat sehingga membuat gentar orang yang
mendengarnya, terutama mereka yang telah merasakan kenikmatan dalam iklim
status quo. Kekuatannya begitu besar hingga dapat menggerakkan kinerja
seseorang menjadi lebih produktif. Keinginan akan suatu perubahan melahikar
sosok pribadi yang berjiwa optimis. Optimis bahwa hari depan Gerakan Pramuka
pasti lebih baik.
Pelatih pembina sebagai pelopor menuntut pelatih pembina agar
memberikan kesempatan kepada para pembina untuk mengembangkan
pribadinya, bakatnya, kemampuannya, cita-citanya melalui konsep andragogi.
Dalam hal ini, pelatih pembina mengedepankan proses pendidikan yang
berorientasi pada peserta didik (Students-Centered).
Selain itu, pelatih pembina Pramuka wajib bersikap dan berperilaku yang
sesuai dengan kode kehormatan Pramuka. Kemudian pelatih pembina Pramuka
23

dapat menerapkan model pembisaaan dalam rangka memainkan perannya


sebagai pelopor. Hal ini sejalan dengan pendidikan karakter dalam Al Quran yang
menekankan keseimbangan antara ilmu dan amal, praktik keilmuan melalui
pembiasaan. Islam sangat memperhatikan aspek penerapan ilmu karena proses
pendidikan perilaku tanpa didukung dengan pembiasaan diri, maka pendidikan itu
hanya menjadi angan-angan belaka (Syafri, 2012).
2. Sebagai Mediator
Pelatih pembina sebagai mediator adalah orang yang mampu membantu
menyelesikan permasalahan pembinaan Kepramukaan di satuan atau di
daerahnya. Mediator adalah pihak netral yang membantu para pihak dalam proses
perundingan guna mencari berbagai kemungkinan penyelesaian sengketa tanpa
menggunakan cara memutus atau memaksakan sebuah penyelesaian. Jadi, peran
mediator hanyalah membantu para pihak dengan cara tidak memutus atau
memaksakan pandangan atau penilaiannya atas masalah-masalah selama proses
mediasi berlangsung kepada para pihak.
Dalam konteks yang lebih luas Gerakan Pramuka bisa digunakan sebagai
mediator pembentukan karakter bangsa untuk menanamkan nilai positif dari
keanekaragaman budaya yang dimiliki bangsa Indonesia. oleh karena itu, pelatih
pembina harus lebih dulu mengambil alih peran mediator tersebut sebelum
mendidik dan melatih para pembina Pramuka dan para anggota Pramuka secara
luas agar menjadi agen atau mediator perubahan karakter generasi muda.
Sebagai mediator pelatih pembina hendaknya memiliki pengetahuan dan
pemahaman yang cukup tentang media pendidikan Kepramukaan karena hal
tersebut merupakan alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses pendidikan
Kepramukaan. Dengan demikian jelaslah bahwa Gerakan Pramuka merupakan
dasar yang sangat diperlukan yang bersifat melengkapi dan merupakan bagian
integral demi berhasilnya proses pendidikan di Indonesia.
Sebagai mediator pelatih pembina hendaknya menciptakan kualitas
lingkungan yang interaktif secara maksimal, mengatur arus kegiatan pembina,
menampung semua persoalan yang diajukan para pembina dan mengembalikan
lagi persoalan tersebut kepada pembina yang lain untuk dijawab dan
dipecahkannnya, lalu pelatih pembina bersama pembina lainnya harus menarik
kesimpulan atas jawaban masalah sebagai hasil belajar. Untuk itu pelatih pembina
harus terampil mempergunakan pengetahuan tentang bagaimana orang
berinteraksi dan berkomunikasi.
24

Pelatih pembina sebagai mediator juga menempatkan pelatih pembina


sebagai sumber belajar yang berarti bahwa mereka menjadi kunci dalam setiap
latihan dan kegiatan Kepramukaan. Pelatih pembina harus merencanakan,
mengimplementasikan, dan mengevaluasi setiap latihan yang diberikan. Kegiatan
Kepramukaan harus dilakukan dalam bentuk kegiatan nyata dengan contoh-
contoh nyata, dimengerti dan dihayati, atas dasar minat dan karsa para peserta
didik.
Dalam hal ini pelatih pembina dituntut untuk memiliki seperangkat
pengetahuan dan wawasan yang luas. Pelatih pembina wajib mempunyai ilmu dan
keterampilan khusus yang diperoleh dari pendidikan dan pelatihan yang sesuai.
Apabila pelatih pembina memiliki kompetensi yang memadai, tentu saja proses
pembinaan Kepramukaan dapat menjamin meningkatnya pengetahuan dan
keterampilan para pembina lainnya. Hal ini sejalan dengan konsep andragogy
bahwa pendidikan ornag dewasa dapat melengkapi keterampilan yang diperlukan
orang dewasa untuk menemukan dan memecahkan masalah yang menekankan
pemecahan dengan keterampilan bukan isi (Suprijanto, 2007).
3. Sebagai Motivator
Peran pelatih pembina sebagai motivator harus memastikan para pembina
lain mempunyai semangat dan motivasi yang tinggi. Dalam hal ini, pelatih
Pembina dapat memperhatikan unsur-unsur pendidikan melalui proses (1) belajar
untuk berfikir; (2) belajar untuk melakukan; (3) belajar untuk menjadi dirinya
sendiri; dan (4) belajar untuk hidup bersama. Selain itu, pelatih pembina dapat
pula memperhatikan konsep andragogi seperti yang telah dijelaskan pada bab dua
makalah ini.
Adisusilo (2012) menjelaskan bahwa motivasi adalah daya dorong yang
memungkinkan peserta didik untuk bertindak atau melakukan sesuatu. Oleh
karena itu, pelatih pembina sangat berperan dalam menumbuhkan motivasi
dengan cara menunjukkan pentingnya pengalaman dan materi Kepramukaan bagi
kehidupan pembina secara khusus dan peserta didik di kemudian hari.
Dalam Islam, motivasi harus diberikan dengan mengikuti fitrah manusia
karena motivasi menyentuh sifat dasar manusia (fitrah) yang menyukai kebaikan
dan membenci keburukan, motivasi ini akan menyeimbangkan aspek akal,
jasmani, serta jiwa atau hati. Ketiganya harus seimbang, tidak pincang (Syafri,
2012).
25

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari paparan yang dijelaskan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Pendidikan karakter saat ini memang harus segera dilakukan, mengingat
perkembangan masyarakat yang berjalan. Karakter budaya Indonesia yang sudah
dikagumi bangsa lain jangan sampai pupus oleh gesekan mental generasi muda
yang lebih menyenangi budaya asing. Namun dengan budaya asing yang masuk
ke Indonesia justru menjadi motivasi untuk lebih mencintai budaya bangsa sendiri.
Untuk itu pendidikan karakter sudah tidak bisa di tunda lagi.
2. Pramuka sebagai sarana untuk menanamkan 18 karakter bangsa yang harus dimiliki
generasi muda menggunakan kode kehormatan (Dasa Dharma) untuk menanamkan
karakter bangsa.
3. Nilai karakter yang dapat dikembangkan melalui kegiatan kepramukaan adalah sebagai
berikut: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin
tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif,
cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab
4. Peran pelatih dalam menanamkan karakter bangsa ke peserta didik adalah sebagai
pelopor, sebagai mediator, dan sebagai motivator.

B. Saran
Pendidikan karakter tidak akan tercapai kepada peserta didik kalau wahana tidak
sesuai dan dalam penyampainya belum tertanam nilai karakter tersebut, karena sesungguhnya
pembentukan karakter itu bukan hanya setahun atau dua tahun tapi lima bahkan puluhan
tahun bisa muncul karakter yang terbentuk dari proses pembelajaran, yang pada giliranya nanti
akan menjadi kebudayaan, sehingga merupakan sebuah keniscayaan jika semua pembina dan
pelatih ditanamkan karakter dan budaya bangsa itu melalui pendidikan ke-pramukaan.
Perlu adanya pelopor, mediator maupun motivator dari pelatih dalam menanamkan
karakter bangsa. Sehingga Pembina pramuka yang secara langsung menerapkan kode
kehormatan dalam menanamkan karakter bangsa berlangsung dengan baik dan tepat sasaran.

Anda mungkin juga menyukai