Anda di halaman 1dari 13

KARYA ILMIAH KPD

1. PERAN PELATIH PEMBINA PRAMUKA DI ERA MILENIAL


a. Pendahuluan
Kemajuan ilmu teknologi dan komunikasi pada era globalisasi ini sangat
mengkhawatirkan, terlebih lagi bagi generasi yang biasa disebut generasi milenial.
Zaman sekarang anak-anak maupun remaja cenderung tidak bisa hidup tanpa gadget.
Alih-alih belajar, mereka lebih banyak menghabiskan waktu untuk bermain gadgetnya.
Hal ini dikarenakan arus globalisasi yang semakin meluas membawa perubahan yang
signifikan pada generasi milenial ini. Mereka cenderung diperbudak oleh media masa
yang semakin canggih dari waktu ke waktu.
Dengan ketatnya arus perubahan zaman, kini setiap individu harus pintar-pintar
menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut. Maka diperlukan pendidikan karakter
untuk mengantisipasi dan meminimalisir perilaku setiap individu agar tidak mengikuti
tren atau budaya globalisasi yang masuk. Dengan adanya pendidikan karakter ini,
diharapkan generasi millennial bisa lebih memperhatikan dan memfilter setiap budaya
yang masuk, dengan arti dapat memilah mana yang baik dan mana yang buruk secara
bijak
Istilah generasi milenial memang sedang akrab terdengar. Istilah tersebut berasal
dari milenials yang diciptakan oleh dua pakar sejarah dan penulis Amerika. Generasi
milenial biasa disebut dengan generasi Y atau akrab disebut dengan echo boomers. Para
pakar menggolongkannya berdasarkan mereka yang lahir pada 1980-1990 atau pada awal
2000. Generasi milenial adalah generasi yang identik dengan pengguna media sosial atau
biasa disebut dengan netizen.
Seperti yang diketahu bahwa dengan atau melalui media sosial semua informasi
bisa didapatkan. Mulai dari informasi yang bersifat positif hingga informasi yang bersifat
negative, dari yang baik hingga yang berbahaya. Saat ini banyak generasi yang menjadi
korban dari "keganasan" media social. Smartphone sebagai pintu gerbang menuju dunia
internet tanpa batas telah disalahgunakan sebagai alat untuk melakukan tindakan-
tindakan yang melanggar norma.
Bagi generasi milenial, media social sudah seperti buku diarynya. Tak ada rasa
malu untuk mengunggah foto-foto atau tulisan-tulisan yang bersifat privasi. Keungkinan
terburuknya adalah apabila keadaan ini disalahgunakan oleh pihak-pihak yang tak
bertanggung jawab. Seharusnya sebagai generasi milenial bisa menjaga diri dan menjaga
tingkah laku di dunia maya. Apabila sudah ada Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) sehingga segala tindakan di media
sosial yang tidak sesuai dengan norma hukum dapat dipidanakan.
Sepanjang tahun ini beberapa prediksi yang disampaikan Ericson berhasil
terbukti. Salah satunya perilaku "Streaming Native" yang kini kian popular. Jumlah
remaja yang mengkonsumsi layanan streaming video kian tak terbendung. Ericson
mencatat hingga pada tahun 2011 silam hanya ada sekitar 7% remaja berusia 16-19 tahun
yang menonton video melalui youtube. Rata-rata mereka menghabiskan waktu di depan
layar smartphone sekitar tiga jam sehari. Angka tersebut melambung empat tahun
kemudian menjadi 20%. Waktu yang dilakukan untuk streaming juga meningkat tiga kali
lipat.
Fakta tersebut membuktikan bahwa perilaku generasi milenial sudah tidak bisa
dilepaskan dari menonton video secara daring. Teknologi juga membuat pada generasi
milenial tersebut mengandalkan media sosial sebagai tempat untuk mendapatkan
informasi. Saat ini media social telah menjadi platform pelaporan dan sumber berita
utama bagi masyarakat. Tren tersebut sudah terbukti sepanjang 2016 melalui beberapa
peristiwa penting, seperti aksi terror bom. Pada saat itu masyarakat benar-benar
mengandalkan media social untuk mendapatkan informasi terkini dari sebuah peristiwa.
Pemuda sebagai elemen utama dalam proses pembangunan karakter bangsa.
Memang benar jika pemuda adalah penentu eksistensi suatu bangsa dilihat dari karakter
yang dimilikinya. Di era globalisasi yang semakin berkembang ini, derasnya arus
informasi membuat generasi milenial semakin mudah menyerap berbagai jenis informasi
dalam berbagai bidang tertentu. Bebasnya media sosial pada era globalisasi ini memiliki
pengaruh yang besar terhadap rusaknya moral bangsa, khususnya bagi para generasi
milenial yang masih labil. Disinilah diperlukan adanya karakter bangsa, yang menjadi
suatu hal penting yang berpengaruh bagi masa depan. Maka diciptakanlah pembelajaran
yang mengarah pada pembentukan karakter yang biasa disebut dengan pendidikan
karakter.
Telah dijelaskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 1 ayat 1 bahwa "Pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara." Dan dikuatkan
pada pasal 5 ayat 1 bahwa "Setiap warga Negara mempunyai hak yang sama untuk
memperoleh pendidikan yang bermutu." Dalam UU tersebut sudah jelas bahwa setiap
orang mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan, tanpa memperdulikan
status sosial atau hierarki dalam kehidupan. Karena pendidikan tidak hanya berlaku untuk
orang-orang yang berstatus sosial tinggi, mereka yang berasal dari status sosial menengah
ke bawah juga mempunyai hak yang sama tanpa terkecuali.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional telah merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan nasional. Pada
pasal 3 Undang-Undang tersebut menyatakan "Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab." Pasal tersebut merupakan dasar bagi
pengembangan pendidikan karakter untuk pembentukan karakter manusia khususnya
generasi muda. Pembinaan karakter ini dapat ditempuh dengan berbagai upaya, termasuk
melalui pendidikan yang dilakukan secara terprogram, bertahap, dan berkesinambungan.
Dunia pendidikan tak luput dari pengaruh globalisasi. Pengaruh informasi dari
globalisasi pada generasi milenial ini cukup memprihatikan. Karena tak lepasnya gadget
dan dapat dengan mudah mengakses berbagai informasi cenderung mengarah pada
kerusakan moral. Munculya adegan-adegan kekerasan serta berbau asusila dalam dunia
hiburan tentu saja menimbulkan pengaruh negative terutama bagi para remaja dan anak-
anak yang masih memiliki jiwa peniru (selalu mengikuti apa saja yang dilihatnya). Bisa
disimpulkan bahwa ketatnya arus globalisasi ini bisa membahayakan generasi milenial
yang jiwanya masih labil. Sehingga perlu adanya perhatian dari orang tua dalam
mengawasi setiap tingkah laku anaknya dan mengontrol setiap kegiatan yang dilakukan
oleh sang anak.
Sementara karakter berarti watak, tabiat, atau akhlak yang melekat pada diri
seseorang yang digunakan sebagai landasan untuk berpikir dan berperilaku sehingga
menimbulkan suatu cirri khas pada individu tersebut. Karakter dipengaruhi oleh
hereditas. Perilaku seorang anak biasanya tidak jauh beda dari perilaku orang tuanya.
Kecuali itu lingkungan, baik itu lingkungan sosial maupun lingkungan alam ikut
membentuk karakter. Karakter juga dapat diartikan sebagai nilai dasar yang membentuk
pribadi seseorang

b. Rumusan Masalah
1. Apa perbedaan Pembina dan pelatih pramuka ?
2. Apa yang dimaksud era milenial ?
3. Bagaimana peran pelatih Pembina pramuka di era milenial ?
4. Bagaimana pentingnya peran pelatih Pembina pramuka di era milenial ?

c. Tujuan
1. Mengetahui perbedaan Pembina dan pelatih pramuka
2. Mengetahui ciri-ciri era milenial
3. Mengetaui peran pelatih pramuka di era milenial
4. Mengahui pentingnya peran pelatih pembina pramuka di era milenial
2. MANAJEMEN RESIKO SEBAGAI TOLOK UKUR KEBERHASILAN
PELAKSANAAN KEGIATAN DI SATUAN
a. Pendahuluan
b. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud manajemen resiko ?
2. Apa saja macam-macam kegiatan pramuka di satuan ?
3. Bagaimana manajemen resiko sebagai tolok ukur keberhasilan pelaksanaan kegiatan
di satuan ?
c. Tujuan
1. Mengetahui maksud dari manajemen resiko
2. Mengetahui macam-macam kegiatan pramuka di satuan
3. Mengetahui implementasi manajemen resiko sebagai tolok ukur keberhasilan
pelaksanaan kegiatan di satuan
3. PELATIH SEBAGAI MOTIVATOR DALAM RANGKA PENCAPAIAN KUALITAS
PEMBINA PRAMUKA
a. Pendahuluan
b. Rumusan Masalah
1) Apa itu motivator ?
2) Apa saja fungsi dari pelatih pramuka ?
3) Apa saja kriteria Pembina yang berkualitas ?
4) Bagaimana pelatih sebagai motivator dalam rangka pencapaian kualitas pembina
pramuka ?
c. Tujuan
4. PELATIH SEBAGAI KONSULTAN BAGI PEMBINA PRAMUKA DALAM UPAYA
PENINGKATAN KUALITAS PESERTA DIDIK DISATUAN
a. Pendahuluan
b. Rumusan Masalah
1) Apa itu konsultan
2) Bagaimana upaya Pembina pramuka dalam upaya peningkatan kualitas peserta didik
di satuan
3) Bagaimana pelatih sebagai konsultan bagi pembina pramuka dalam upaya
peningkatan kualitas peserta didik disatuan
c. Tujuan
5. PERAN PELATIH DALAM MENANAMKAN KARAKTER BANGSA KE
PESERTA DIDIK
a. Pendahuluan
Era globalisasi saat ini banyak tantangan bagi generasi muda dalam pembentukan
karakter diri. Maraknya pergaulan bebas, narkoba, dan budaya dikalangan remaja
membuat semakin rusaknya moral, intelektual dan fisik mereka. Berbagai keluhan dan
kerisauan kemudian muncul dari orang tua dan masyarakat mengenai kehidupan anak-
anak mereka dimasa sekarang maupun dimasa yang akan datang akibat maraknya budaya
pop, glamor, santai serta krisis moral yang melanda masyarakat modern. Generasi muda
merupakan pemangku estafet kepemimpinan suatu negara. Kejayaan negara yang akan
datang tergantung dari bagaimana generasi mudanya saat ini. Peranan generasi muda
sangatlah besar.Oleh karena itu, perlu adanya pembinaan yang baik agar dapat terbentuk
karakter generasi muda yang baik pula.
Pemuda sebagai elemen utama dalam proses pembangunan karakter bangsa.
Memang benar jika pemuda adalah penentu eksistensi suatu bangsa dilihat dari karakter
yang dimilikinya. Di era globalisasi yang semakin berkembang ini, derasnya arus
informasi membuat generasi milenial semakin mudah menyerap berbagai jenis informasi
dalam berbagai bidang tertentu. Bebasnya media sosial pada era globalisasi ini memiliki
pengaruh yang besar terhadap rusaknya moral bangsa, khususnya bagi para generasi
milenial yang masih labil. Disinilah diperlukan adanya karakter bangsa, yang menjadi
suatu hal penting yang berpengaruh bagi masa depan. Maka diciptakanlah pembelajaran
yang mengarah pada pembentukan karakter yang biasa disebut dengan pendidikan
karakter.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional telah merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan nasional. Pada
pasal 3 Undang-Undang tersebut menyatakan "Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab." Pasal tersebut merupakan dasar bagi
pengembangan pendidikan karakter untuk pembentukan karakter manusia khususnya
generasi muda. Pembinaan karakter ini dapat ditempuh dengan berbagai upaya, termasuk
melalui pendidikan yang dilakukan secara terprogram, bertahap, dan berkesinambungan.

Untuk membentuk suatu karakter anak bangsa perlu dilakukan kegiatan yang
dapat membentuk karakternya maka dari itu gerakan pramuka sangatlah tepat
dikarenakan gerakan pramuka merupakan suatu wadah generasi muda untuk pendidikan
karakter. Pendidikan yang berbasis di luar sekolah ini, memiliki tugas dan tanggung
jawab dalam membina generasi muda. Di era globalisasi dan kemajuan teknologi seperti
saat ini, Pramuka tetap memiliki arti penting sehingga harus secara terus menerus
dilakukan dalam rangka membangun rasa cinta Tanah Air di kalangan remaja.Untuk itu
Gerakan Pramuka harus memiliki daya tarik tersendiri bagi para remaja sehingga mereka
berminat masuk organisasi kepramukaan.
Pendidikan karakter telah menjadi pergerakan yang mendukung pengembangan
sosial, emosional, dan etik seseorang. Pengembangan karakter dapat dilakukan melalui
perkembangan karakter individu seseorang. Akan tetapi, karena manusia hidup dalam
lingkungan sosial dan budaya yang tertentu, maka perkembangan karakter individu
seseorang hanya dapat dilakukan dalam sosial dan lingkungan yang bersangkutan.
Pendidikan karakter merupakan salah satu alat yang paling penting dan harus dimiliki
oleh setiap orang. Sehingga tingkat pendidikan karakter seseorang juga merupakan alat
terbesar yang akan menjamin kualitas hidup seseorang dan keberhasilan pergaulan di
dalam masyarakat.
Sehingga dapat diambil diartikan bahwa pendidikan karakter adalah proses
pemberian tuntutan kepada peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang
berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa. Pendidikan karakter
dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, budi pekerti, moral, dan watak yang bertujuan
untuk mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik atau
buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-
hari dengan sepenuh hati.
Nilai-nilai pendidikan karakter yang dikembangkan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan ada delapan belas karakter. Nilai-nilai tersebut bersumber dari agama,
Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional. Adapun delapan belas nilai tersebut
yaitu.religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa
ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi,
bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial,
dan tanggung jawab. Dilihat dari segi komponennya, pendidikan karakter lebih
menekankan pentingnya tiga komponen karakter yang baik yaitu moral knowing atau
pengetahuan tentang moral, moral feeling atau perasaan tentang moral dan moral action
atau perbuatan bermoral.
Untuk mewujudkan pendidikan karakter perlu adanya kerjasama dan partisipasi
antar semua elemen pelaksana pendidikan dalam upaya pengambilan keputusan,
memonitoring pelaksanaan pendidikan, serta akuntabilitas aktor dunia pendidikan. Jika
konsep pendidikan karakter ini berhasil diterapkan, maka bisa dipastikan bahwa
tindakan-tindakan dehumanisasi yang menghilangkan harkat dan martabat manusia
seperti yang terjadi saat ini bisa diminimalisir, dengan begitu tujuan pendidikan sebagai
upaya untuk memanusiakan manusia bisa terwujud. Bukan hanya sebagai sebuah teori
saja, namun bisa terwujud dalam realita kehidupan dalam bermasyarakat dan bernegara
Pengembangan Karakter penting bagi Indonesia untuk dapat meningkatkan harkat
dan martabatnya. Kualitas sumber daya manusia Indonesia perlu ditingkatkan dan
dikembangkan. Apalagi saat ini, arus globalisasi telah membawa perubahan yang sangat
besar. Ada sebuah ungkapan bahwa harapan besar masyarakat terletak pada karakter tiap
individu, maksudnya adalah bahwa tiap individu berperan dalam pembangunan
peradaban (Muslich, 2011:69)
Dalam UU No.12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka, disebutkan bahwa
pembangunan kepribadian ditujukan untuk mengembangkan potensi diri serta memiliki
akhlak mulia, pengendalian diri, dan kecakapan hidup bagi setiap warga negara demi
tercapainya kesejahteraan masyarakat, pengembangan potensi diri sebagai hak asasi
manusia harus diwujudkan dalam berbagai upaya penyelenggaraan pendidikan, antara
lain melalui gerakan pramuka. Gerakan Pramuka selaku penyelenggara pendidikan
kepramukaan mempunyai peran besar dalam pembentukan kepribadian generasi muda
sehingga memiliki pengendalian diri dan kecakapan hidup untuk menghadapi tantangan
kehidupan
b. Rumusan Masalah
1) Apa yang dimaksud dengan karakter bangsa?
2) Apa saja karakter bangsa yang harus ditamankan kepada generasi penerus bangsa?
3) Bagaimana menanamkan karakter bangsa melalui kegiatan pramuka ?
4) Bagaimana peran pelatih pramuka dalam menanamkan karakter bangsa ?
5) Apa saja faktor pendukung dan penghambat peran pelatih pramuka dalam
menanamkan karakter bangsa ?
c. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari karakter bangsa
2. Mengetahui karakter bangsa yang harus ditamankan kepada generasi penerus bangsa
3. Mengetahui penanaman karakter bangsa melalui kegiatan kepramukaan.
4. Mengetahui peran pelatih dalam menanamkan karakter bangsa
5. Mengetahui faktor pendukung dan penghambat peran pelatih pramuka dalam
menanamkan karakter bangsa
d. Kajian Pustaka
Menurut Anggadiredja,dkk (2011:7) Pembina Pramukaadalah orang dewasa pria
dan wanita sedikitnya berusia 20 tahun. Menguasai metode kepramukaan dengan baik,
menyukai kebebasan berinovasi, mau berkerja untuk masa depan, dapat memotivasi
orang lain, bisa membangun komitmen, menyadari tugas dan tanggung jawabnya untuk
pendidikan yang bermanfaat bagi kaum muda serta membantu mereka untuk tumbuh
dewasa.
Agar tercapainya tujuan Gerakan Pramuka, Pembina Pramuka harus dapat
berperan aktif. Adapun peran Pembina Pramuka adalah sebagai berikut:perancang
program kegiatan, pemberi dukungan, pemberi bimbingan, pelaksana kebijakan,
pengelola satuan, pengawal misi gerakan Pramuka, pengarah tercapainya visi gerakan
Pramuka, motivator, pembuat komitmen, dan pendidik dan mitra didik
(Anggadiredja,dkk, 2011:8)
Menurut Suyantoseperti yang dikutip Wibowo(2012:33)karakter adalah cara
berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja
sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.Menurut Muliawan
(2008:193) Kepemimpinan adalah Keseluruhan kegiatan (aktivitas) mempengaruhi
kemauan orang lain untuk mencapai tujuan bersama yang meliputi unsur persiapan,
pengarahan, bimbingan, pengawasan, evaluasi, perencanaan tindak lanjut dan
pengambilan keputusan suatu pekerjaan atau usaha.Dalam berorganisasi dan
bermasayarakat, bahwa seorang pemimpin agar dapat menjalankan kepemimpinannya
dengan baik hendak-hendaklah memiliki sifat yang baik pula. MenurutTimpe (1993:202)
ada lima kualitas dasar yang harus dimiliki seorang pemimpin agar dapatmemimpin
dengan baik, yaitu:integritas, kecerdasan, keberanian, inisiatif, dan penilaian. Sedangkan
Ordway Tead (Kartono, 2011:44) mengungkapkan sifat kepemimpinan yaitu:energi
jasmaniah dan mental, kesadaran akan tujuan dan arah, antusiasme, keramahan dan
kecintaan, integritas, penguasaan teknis, ketegasan dalam mengambil keputusan,
kecerdasan, keterampilan mengajar, dan kepercayaan
enurut Suyantoseperti yang dikutip Wibowo(2012:33)karakter adalah cara
berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja
sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.Menurut Muliawan
(2008:193) Kepemimpinan adalah Keseluruhan kegiatan (aktivitas) mempengaruhi
kemauan orang lain untuk mencapai tujuan bersama yang meliputi unsur persiapan,
pengarahan, bimbingan, pengawasan, evaluasi, perencanaan tindak lanjut dan
pengambilan keputusan suatu pekerjaan atau usaha.Dalam berorganisasi dan
bermasayarakat, bahwa seorang pemimpin agar dapat menjalankan kepemimpinannya
dengan baik hendak-hendaklah memiliki sifat yang baik pula. MenurutTimpe (1993:202)
ada lima kualitas dasar yang harus dimiliki seorang pemimpin agar dapatmemimpin
dengan baik, yaitu:integritas, kecerdasan, keberanian, inisiatif, dan penilaian. Sedangkan
Ordway Tead (Kartono, 2011:44) mengungkapkan sifat kepemimpinan yaitu:energi
jasmaniah dan mental, kesadaran akan tujuan dan arah, antusiasme, keramahan dan
kecintaan, integritas, penguasaan teknis, ketegasan dalam mengambil keputusan,
kecerdasan, keterampilan mengajar, dan kepercayaan.

e. Daftar Pustaka
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta:
Presiden RI)
Muslich, Masnur. (2011). Pendidikan Karakter (Menjawab Tantangan Krisis
Multidimensional). Jakarta: Bumi Aksara
UU Republik Indonesia No. 12 Tahun 2010tentang Gerakan Pramuka
Muliawan,J.S. (2008). Epistemologi Pendidikan. Yogyakarta:Gadjah Mada University
Press
Anggadiredja, Jana T, dkk. (2011). Panduan Penyelesaian Syarat Kecakapan Umum
Penggalang. Jakarta:Kwarnas Gerakan Pramuka.Kartono, Kartini.
(2011).Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada
Timpe, A Dale. (1993). Kepemimpinan. Jakarta:PT Elex Komputindo
6. PELATIH SEBAGAI NARASUMBER DALAM MEMOTIVASI PEMBINA
DISATUAN
a. Pendahuluan
b. Rumusan Masalah
1) Apakah yang dimaksud dengan narasumber?
2) Apakah yang dimaksud motivasi ?
3) Bagaimana pelatih sebagai narasumber
4) Bagiamana pelatih memotivasi Pembina disatuan ?
c. Tujuan
7. PERAN PELATIH DI ERA “KEMBALI KE GUDEP”
a. Pendahuluan
b. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari pelatih ?
2. Apakah
3. Bagaimana peran pelatih di era “kembali ke gudep”?
4. Apa faktor pendukung dan penghambat peran pelatih di era “kembali ke gudep”
c. Tujuan
8. PERAN PELATIH DALAM UPAYA PENCAPAIAN PRAMUKA GARUDA DI
SATUAN
a. Pendahuluan
b. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud pramuka garuda ?
2. Apa saja tahapan untuk menjadi pramuka garuda
3. Bagaimana proses seleksi pramuka garuda ?
4. Bagaimana peran pelatih dalam upaya pencapaian pramuka garuda di satuan ?
5. Faktor pendukung dan penghambat peran pelatih dalam upaya pencapaian pramuka
garuda di satuan ?
c. Tujuan

Anda mungkin juga menyukai