Anda di halaman 1dari 9

Latar Belakang

Terdapat banyak fenomena menarik dewasa ini, salah satunya yang sedang ramai
dibicarakan oleh public adalah generasi milleninial. Maraknya budaya global dan gaya hidup
pop culture, fenomena ini dianggap sebagai dampak dari arus globalisasi yang sudah tidak
dapat dibendung lagi. Globalisasi yang sering dimaknai sebagai proses mendunianya system
sosial, ekonomi, politik, dan budaya sehingga duni terkesan tanpa batas. Dengan adanya satelit,
internet, dan telepon yang jarak jauh terasa dekat. Perkembangan teknologi dan informasi telah
menghapus batas antarnegara antarbangsa, dan antarkelas. Salah satu proses penting dari
globalisasi adalah melahirkan generasi gadged, istilah yang sering digunakan untuk
menandakan lahirnya generasi millennial. Pada dasarnya gadget lebih tepat didefinisikan
sebagai “peralatan” . banyak manfaat yang dapat diperoleh dari internet, terutama dalam proses
komunikasi dan penggalian informasi bagi seluruh masyarakat pengguna internet termasuk
remaja. Disana dapat dengan cepat mendapatkan informasi, bisa mencarinya dengan
menggunakan google atau dengan cara yang lain, tetapi kebanyakn remaja menggunakan
internet untk mencari teman, chatting, kirim email dan mencari tugas- tugas kuliah atau tugas
sekolah.

Salah satu permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia dewasa ini adalah
memudarnya semangat nasionalisme dan patriotism di kalangan generasi muda. Hal ini
disebabkan banyaknya pengaruh budaya asing yang banyak masuk di negara ini. Akibatnya
banyak generasi muda yang melupakan budaya sendiri karena menggap bahwa budaya asing
merupakan budaya yang lebih modern dibanding budaya sendiri. Hal ini mengakibatkan nilai-
nilai luhur bangsa banyak diabaikan hampir terjadi disebagian besar generasi muda. Berbagai
permasalahan yang timbul akibat rasa nasionalisme dan kebangsaan yang memudar banyak
terjadi belakanagan ini, banyak generasi muda mengalami disorientasi, dislokasi dan terlibat
pada suatu kepentingan yang hanya mementingkan diri pribadi.

Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara merupakan hasil kesepakan oleh para
pendiri bangsa negara Indonesia ini. Pancasila sebagai ideology terbuka setidanya memiliki
dua dimensi niali-nilai, yaitu nilai ideal dan aktual. Namun nilai-nilai itu kondisinya
dipengaruhioleh nilai-nilai yang dibawa globalisasi, sehingga berdampak terjadinya pergeseran
peradapan. Pengaruh budaya asing akan bisa dihindari jika generasi muda mampu menyaring
budaya asing dengan menggunakan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar acuan dalam kehidupan.

RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, maka masalah
yang akan di bahas meliputi:
1. Bagaimana kehidpan Pancasila hari ini?
2. Bagaimana karakteristik generasi milenial?
3. Bagaimana reaktualisasi Pancasila pada generasi milenial?

ANALISIS
Eksistensi Pancasila hari ini
Kata Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta yaitu Panca yang berarti lima dan Sila berarti dasar.
Pancasila adalah lima dasar yang menopang Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pengalaman
Pancasila berasal dari nilai-nilai yang terkandung dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang
telah di ekstrak sedemikian rupa oleh orang-orang hebat pendiri bangsa Indonesia. Oleh
karenanya, Pancasila juga dapat dikatakan sebagai jiwa dari bangsa Indonesia.
“Pancasila lahir dari dua himpitan ideologi besar yang pada saat itu menguasai dunia. Ibarat bayi
yang baru lahir, Pancasila harus menghadapi dua raksasa yang sudah memiliki segalanya:
kekuasaa, senjata, modal, dan tentu saja pasukan. Akan tetapi bayi Pancasila ini kemudian
bertumbuh dan akhirnya menjadi semakin besar. Dan mulai diperhitungkan dalam percaturan
ideologi dunia. ”
Seperti yang telah diketahui, Pancasila merupakan falsafah negara dan pandangan hidup bangsa
Indonesia dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk
mencapai cita-cita dan tujuan nasional. Sebagai dasar negara dan sebagai pandangan hidup,
Pancasila mengandung nilai-nilai luhur yang harus dihayati dan dijadikan pedoman oleh seluruh
warga negara Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Sebagai suatu
sistem nilai, Pancasila telah terbukti kualitasnya di mata dunia sampai dengan saat ini. Lalu,
bagaimana kondisi Pancasila sebagai Pandangan hidup bangsa pada era globalisasi ini?
Nilai-nilai Pancasila kini sedikit demi sedikit mulai tergerus oleh globalisasi yang selalu membawa
karakter individualistik. Pancasila tidak lagi mampu dijadikan sarana untuk menahan dampak
globalisasi yang hadir. Dalam ranah ini, Pancasila dapat diartikan sebagai tubuh tanpa jiwa.
Pancasila hanya dianggap sebagai simbol dan garnis saja. Pelengkap dan pemanis, tidak kurang
dan tidak lebih. Hal ini terlihat dari begitu pesat masuknya dampak-dampak globalisasi yang
masuk begitu saja ke Indonesia tanpa tedeng aling-aling dan filter. Dampak globalisasi tentu bukan
hanya mengenai dampak positif saja, dampak negatif dari adanya arus tersebut juga berbanding
lurus dengan dengan dampak positif yang ditawarkan. Salah satu dampak dari masuknya arus
globalisasi yang membawa konsep modernisasi adalah kecenderungan memudarnya nasionalisme
bangsa Indonesia, dan merupakan fenomena yang aktual bahwa globalisasi sesungguhnya
membawa misi liberalisasi dengan pesan-pesan visi dan misi Hak Asasi Manusia (HAM) serta
demokrasi, kebebasan dan keterbukaan.
Globalisasi adalah tantangan bagi setiap negara pada abad ke-20 ini. Diantara basis modernisasi
dan globalisasi terbesar terletak pada aspek teknologi informasi dan komunikasi. Teknologi
informasi dan komunikasi yang bersifat bebas, menyeluruh dan dapat memutus jarak antar belahan
bumi satu dan lainnya tentunya dapat membawa beragam informasi dari seluruh belahan dunia.
Informasi mengenai budaya, bahasa dan tren kekinian pun dapat diperoleh dengan mudah melalui
situs-situs yang di sediakan oleh internet ataupun melalui media komunikasi dan informasi lain.
Arus informasi yang semakin pesat mengakibatkan akses masyarakat terhadap nilai-nilai asing
yang negatif juga semakin besar.
Seperti yang telah diketahui, bahwa tidak semua informasi yang didapatkan dari dunia maya
merupakan informasi yang baik dan mendidik, banyak juga di antara informasi-informasi tersebut
yang melenceng dari nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Contoh kecil yang seringkali
ditemui pada kehidupan sehari-hari adalah dari cara berpakaian banyak remaja-remaja yang
cenderung berdandan seperti artis-artis Barat. Dapat dikatakan bahwa pakaian tersebut merupakan
pakaian minim bahan serta memperlihatkan bagian tubuh yang semestinya tidak patut untuk
diperlihatkan. Hal ini jelas menunjukkan bahwa gaya berbusana tersebut tidak sesuai dengan
kepribadian dan kebudayaan bangsa Indonesia.
Jika pemanfaatan internet dilakukan secara tepat dan semestinya tentu akan mendapatkan banyak
manfaat yang berguna. Tetapi jika tidak, kita akan mendapat kerugian. Dan sekarang ini, banyak
pelajar dan mahasiswa yang menggunakan teknologi internet tersebut untuk hal-hal yang tidak
semestinya, contohnya adalah untuk membuka situs-situs porno. Selain itu, internet juga seringkali
dijadikan ajang pemecah belah bangsa dengan cara menyebarkan berita-berita yang tidak
bertanggung jawab ataupun menyebarkan ajaran-ajaran radikal yang berpotensi menghancurkan
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selain internet, kecanggihan teknologi komunikasi seperti
handphone juga telah mengubah masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang individualistik
dan memiliki rasa sosial yang rendah, mereka lebih memilih sibuk dengan menggunakan
handphone dari pada bertatap muka langsung dengan seseorang, karena menganggap hal tersebut
adalah merepotkan. Dilihat dari sikap, banyak anak muda yang tingkah lakunya tidak kenal sopan
santun dan cenderung cuek tidak ada rasa peduli terhadap lingkungan. Karena globalisasi
menganut kebebasan dan keterbukaan sehingga mereka bertindak sesuka hati. Hal ini jelas
membuktikan bahwa nilai Pancasila sebagai tameng dan pandangan hidup bangsa sudah mulai
memudar.

Kerakteristik Generasi Milenial


Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin) yang berarti
berpikir, berakal budi. Jadi, manusia adalah makhluk yang berakal budi (mampu menguasai
makhluk lain) . Manusia merupakan makhluk sosial, yang mana dalam setiap kehidupannya
mereka tidak dapat terlepas dari makhluk hidup yang lain. Oleh karena itu, manusia membutuhkan
interaksi dengan makhluk hidup yang lain. Manusia merupakan makhluk yang terus berkembang
mengikuti jaman. Pendeknya, kodrat manusia bukan sesuatu yang kaku, melainkan bersifat
dinamis-evolutif dan tidak “di-kapsul-kan” . Generasi yang tumbuh dan berkembang saat ini
dibesarkan dalam dominasi penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. Generasi milenial
merupakan perwujudan dari generasi yang tumbuh dan berkembang pada era ini.
Generasi milenial merupakan generasi yang paling dekat dengan teknologi. Generasi milenial
merupakan generasi yang lahir pasca tahun 1980 sampai dengan tahun 2000. Bertumbuh di era
pergantian abad menjadikan gaya hidup pada generasi mengalami perubahan yang drastis
dibandingkan dengan generasi sebelumnya, yaitu generasi X. Terutama sejak diperkenalkan
dengan pemanfaatan teknologi. Kehidupan sosial pada generasi ini sangat tergantung kepada
teknologi informasi dan komunikasi yang ada, dalam hal ini teknologi informasi dan komunikasi
yang paling banyak dipergunakan adalah teknologi berbasis internet. Oleh karena itu, generasi ini
merupakan generasi dengan tingkat penggunaan internet tertinggi saat ini.
Ketergantungan yang sangat tinggi terhadap internet tersebut menyebabkan generasi milenial lebih
memilih menggunakan internet sebagai sumber informasi dan komunikasi karena internet dirasa
lebih menjanjikan kemudahan penggunaan dan kecepatan akses. Berikut adalah karakteristik
generasi milenial:
1. Selalu terhubung : Generasi milenial selalu terhubung dengan dunia luar melalui internet
mobile yang mereka bawa kemana-mana. Melalui laptop, mobile phone mereka selalu terkoneksi
dengan informasi dan komunitas dunia maya. Keterhubungan dengan dunia maya inilah yang
menyebabkan mereka sangat tergantung dengan keberadaan internet (Oblinger & Oblinger)
2. Segera : Generasi Milenial selalu menginginkan kecepatan, apakah itu berhubungan
dengan respon yang mereka harapkan maupun kecepatan dalam memperoleh informasi. Mereka
terbiasa melakukan multitasking dalam memperoleh informasi ataupun dalam melakukan apapun.
Mereka dengan cepat bergerak dari satu aktifitas ke aktifitas lainnya dan kadang mereka
melakukannya secara bersamaan. Mereka dengan cepat membalas email ataupun permintaan
respon dari komunitasnya, bahkan mungkin mereka lebih mengutamakan kecepatan dibandingkan
dengan ketepatan (Oblinger & Oblinger).
3. Sosial : Generasi milenial sangat tertarik dengan interaksi sosial, apakah itu chatting
dengan teman-teman lama, memposting buku harian web (blogging), berbagi informasi dan
bersosialisasi melalui situs jejaring sosial semacam facebook, twitter dan lain-lain. Mereka terbuka
terhadap keanekaragaman, perbedaan, dan mereka nyaman berinteraksi dengan orang asing yang
tidak dikenal sekalipun (Oblinger & Oblinger). Generasi milenial adalah orang-orang yang paling
sering, bahkan selalu terhubung dengan media sosial. Kadang, apa yang dilakukan di media sosial
hanya menunjukan eksistensi keseharian mereka bahkan tidak segan untuk mencurahkan isi hati
melalui media sosial.
4. Generasi milenial lebih terkesan individual, cukup mengabaikan masalah politik, fokus
pada nilai-nilai materialistis, dan kurang peduli untuk membantu sesama jika dibandingkan dengan
generasi X dan generasi baby boom pada saat usia yang sama.
5. Generasi milenial merupakan pribadi yang pikirannya terbuka, pendukung kesetaraan hak
(misalnya tentang LGBT atau kaum minoritas). Mereka juga memiliki rasa percaya diri yang
bagus, mampu mengekspresikan perasaannya, pribadi liberal, optimis, dan menerima ide-ide dan
cara-cara hidup.
6. Generasi Milenial kerap dituding sebagai generasi yang manja, etos kerja yang buruk,
sampai terlalu banyak menghabiskan waktu di depan televisi atau ponsel pintar. Banyak yang
menyebutnya sebagai generasi galau karena sering tidak betah di suatu tempat atau menekuni suatu
hal.
Reaktualisasi Pancasila Pada Generasi Milenial
Pancasila dan generasi milenial merupakan dua hal yang perlu diperhatikan lebih untuk saat ini.
Ketimpangan sosial yang terjadi saat ini adalah dikarenakan kurangnya perhatian masyarakat
Indonesia terutama generasi milenial terhadap nilai-nilai Pancasila. Internalisasi nilai-nilai liberal
yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa menjadikan masyarakat Indonesia layaknya orang
buta yang kehilangan tongkatnya. Persoalan yang sangat besar dihadapi bangsa dan negara hingga
sekarang ialah pembudayaan dan aktualisasi nilai-nilai Pancasila yang tidak berjalan efektif dan
mendasar.
Era globalisasi menuntut adanya berbagai perubahan. Demikian juga bangsa Indonesia pada saat
ini terjadi perubahan besar-besaran yang disebabkan oleh pengaruh dari luar maupun dari dalam
negeri. Dengan demikian, di era globalisasi seperti sekarang ini peran Pancasila tentulah sangat
penting untuk tetap menjaga eksistensi kepribadian bangsa Indonesia. Lebih dari itu, nilai-nilai
Pancasila sepatutnya menjadi karakter masyarakat Indonesia sehingga Pancasila menjadi identitas
atau jati diri bangsa Indonesia. Oleh karena itu, perlu adanya reaktualisasi nilai-nilai Pancasila
pada generasi milenial. Melakukan reaktualisasi nilai-nilai Pancasila sebagai dasar kehidupan
bangsa Indonesia merupakan suatu imperatif yuridis dan imperatif politis. Karena Pancasila adalah
dasar filsafat negara Indonesia dalam segi yuridis dan politis. Oleh karena itu, agar nilai-nilai
Pancasila tidak punah oleh arus globalisasi yang sangat dahsyat, maka reaktualisasi nilai-nilai
Pancasila tidak dapat ditunda-tunda lagi.
Reaktualisasi nilai-nilai Pancasila dapat dilakukan dengan beberapa cara, yang pertama adalah
dengan melalui lembaga-lembaga pendidikan baik formal dan non formal yang pada saat ini
sedang digalakkan oleh pemerintah pada taraf sekolah-sekolah formal melalui internalisasi
pendidikan karakter pada semua mata pelajaran di semua jenjang pendidikan dari mulai
pendidikan anak usia dini sampai dengan pendidikan tinggi.
“Dalam konteks pendidikan, problem dalam aktualisasi nilai-nilai Pancasila ditemukan baik secara
struktural maupun kultural. Pada tingkat struktural, negara belum sepenuhnya memiliki instrumen
yang memadai untuk mengenalkan Pancasila pada level implementatif sejak dini. Memang
Pancasila telah didesain sebagai kurikulum yang diajarkan di sekolah-sekolah, tetapi tidak punya
kekuatan implementatif. Kurikulum Pancasila seharusnya tidak hanya didesain dengan sekadar
tatap muka di dalam kelas dan sedikit dialog, melainkan harus lebih implementatif dalam
kehidupan sehari-hari sehingga penanaman nilai-nilai Pancasila akan lebih mengena dan tepat
sasaran, misalnya tentang bagaimana mengajarkan secara praktis dan memberi contoh untuk
menghargai perbedaan, toleransi, dan tidak korupsi.”
Langkah kedua adalah dengan pemberian contoh-contoh aktualisasi nilai-nilai Pancasila secara
langsung dalamn kehidupan sehari-hari. Hal tersebut dapat dimulai dari lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah, lingkungan kerja dan juga lingkungan masyarakat. Contohnya adalah
aktualisasi melalui keteladanan para pemimpin baik pemimpin formal (pejabat negara) maupun
informal (tokoh masyarakat) dan juga oleh orang tua dan guru di lingkungan pendidikan. Dengan
keteladanan yang dijiwai nilai-nilai Pancasila, diharapkan masyarakat luas akan mengikuti.
Langkah ketiga adalah dengan melalui diskusi dan kajian-kajian ilmiah guna mengembangkan
kontekstualisasi dan implementasi nilai-nilai pancasila, terutama pada generasi milenial.
Pengembangan kontekstualisasi dan implementasi Pancasila di dunia pendidikan merupakan yang
paling efektif, karena pendidikan tidak hanya mecetak manusia-manusia yang cerdas, terampil,
namun juga mencetak manusia yang diharapkan dapat mempertahankan mempertahankan,
mengembangkan dan mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila sebagai local wisdom bangsa
Indonesia.
Dan lanngkah terakhir adalah reaktualisasi Pancasila melalui media sosial. Cara pertama yang
harus dilakukan adalah melakukan pemblokiran terhadap situs-situs yang berpotensi mengunggah
ataupun menayangkan hal-hal yang berkaitan dengan pornografi, pornoaksi, premanisme dan
sejenisnya. Tentunya hal ini juga memerlukan dukungan dari pihak keluarga, sekolah,
pemerintahan dan juga masyarakat. Kemudian selanjutnya adalah dengan memasukkan konten-
konten mengenai Pancasila dan kebangsaan dalam setiap media cetak maupun elektronik.
Membumikan kembali nilai-nilai Pancasila melalui media sosial sangat penting untuk dilakukan
karena generasi milenial merupakan generasi yang sangat dekat dengan teknologi, utamanya
adalah media sosial.

KESIMPULAN
Seperti yang telah diketahui, Pancasila merupakan falsafah negara dan pandangan hidup bangsa
Indonesia dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk
mencapai cita-cita dan tujuan nasional. Sebagai suatu sistem nilai, Pancasila telah terbukti
kualitasnya di mata dunia sampai dengan saat ini. Namun pada kenyataannya nilai-nilai Pancasila
kini sedikit demi sedikit mulai tergerus oleh globalisasi yang selalu membawa karakter
individualistik. Pancasila tidak lagi mampu dijadikan sarana untuk menahan dampak globalisasi
yang hadir. Dalam ranah ini, Pancasila dapat diartikan sebagai tubuh tanpa jiwa.
Generasi milenial merupakan generasi yang paling dekat dengan teknologi. Generasi ini
merupakan generasi yang lahir pasca tahun 1980 sampai dengan tahun 2000. Oleh karenanya,
generasi ini merupakan generasi dengan tingkat penggunaan internet tertinggi saat ini.
Ketergantungan yang sangat tinggi terhadap internet tersebut menyebabkan generasi milenial lebih
memilih menggunakan internet sebagai sumber informasi dan komunikasi karena internet dirasa
lebih menjanjikan kemudahan penggunaan dan kecepatan akses. Jika pemanfaatan internet
dilakukan secara tepat dan semestinya tentu akan mendapatkan banyak manfaat yang berguna.
Tetapi jika tidak, kita akan mendapat kerugian. Dan sekarang ini, banyak pelajar dan mahasiswa
yang menggunakan teknologi internet tersebut untuk hal-hal yang tidak semestinya.
Oleh karena itu, di era globalisasi ini peran Pancasila tentulah sangat penting untuk tetap menjaga
eksistensi kepribadian bangsa Indonesia. Lebih dari itu, nilai-nilai Pancasila sepatutnya menjadi
karakter masyarakat Indonesia sehingga Pancasila menjadi identitas atau jati diri bangsa Indonesia.
Oleh karena itu, perlu adanya reaktualisasi nilai-nilai Pancasila pada generasi milenial.
Reaktualisasi nilai-nilai Pancasila dapat dilakukan dengan beberapa cara, yang pertama adalah
melalui internalisasi nilai-nilai Pancasila ke dalam setiap bidang pelajaran pada lembaga-lembaga
pendidikan baik formal dan non formal. Langkah kedua adalah dengan pemberian contoh-contoh
aktualisasi nilai-nilai Pancasila secara langsung dalamn kehidupan sehari-hari. Langkah ketiga
adalah dengan melalui diskusi dan kajian-kajian ilmiah. Dan langkah terakhir adalah reaktualisasi
Pancasila melalui media sosial.

DAFTAR RUJUKAN
Kailan. 2006. Revitalisasi dan Reaktualisasi Pancasila Sebagai Dasar Filsafat dan Ideologi Bangsa
dan Negara Indonesia. Yogyakarta: Universitas Gajahmada.
KBBI edisi V (Aplikasi). 2016. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Leahy, Louis. 2001. Siapakah Manusia? (Sintesis Filosofis tentang Manusia). Yogyakarta:
Kanisius
Mangunwijaya, Y. B (Ed). 1983. Teknologi Dan Dampak Kebudayaannya. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
Notonagoro. 1980. Pancasila Secara Ilmiah Populer. Jakarta: Pantjuran Tudjuh.
Wiyono, Suko. 2012. Reaktualisasi Pancasila Dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara.
Malang: Wisnuwardhana Malang Press
Utomo, Eko Priyo. 2008. Koneksi Internet Untuk PC, Laptop dan HP. Yogyakarta: Mediakom.
Wulandari, Dian. 2011. Mengembangkan Perpustakaan Sejalan Dengan Kebutuhan Net
Generation (artikel). (https://www.repositiory.petra.ac.id>net_generation1, diakses pada 05 Mei
2017).
Ardian, Bagas. 2015. Lunturnya Ideologi Pancasila di Kehidupan Generasi Muda. (Online).
(https://bagasardian.wordpress.com/2015/11/18/makalah-lunturnya-ideologi-pancasila-di-
kehidupan-generasi-muda/, diakses pada 20 Juli 2017).
Wibisono, Nuran. 2016. Memahami Generasi Galau. (Online). (https://tirto.id/memahami -
generasi-galau-cY, diakses tanggal 05 Juli 2017).
Rani, Rezita. 2017. Ciri-Ciri Generasi Millennial. Sebagai Anak Millennial, Kamu Setuju Nggak
Nih?. (Online). (http://trivia.id/post/ciri-ciri-generasi-millennial-sebagai -anak-millennial-kamu-
setuju-nggak-nih-1489737777, diakses pada 05 Mei 2017).
Sumardjoko, Bambang. 2017. Aktualisasi Nilai-nilai Pancasila pada Masa Kini. (Online).
(https://nasional.sindonews.com/read/1210372/18/aktualisasi-nilai-nilai-pancasila-pada-masa-
kini-1496431646, diakses pada 19 Juli 2017).
Wahyuningsih, Agustin. 2015. Mengenal generasi millenial dan karakteristiknya. (Online).
(https://www.brilio.net/life/mengenal-generasi-millenial-dan-karakteristiknya-150320a.html,
diakses pada 20 Juli 2017).

Anda mungkin juga menyukai