Anda di halaman 1dari 8

TUGAS 1 ARTIKEL

Peranan Pancasila Dalam Memperkuat Rasa Nasionalisme


di Kalangan Generasi Muda di Tengah Globalisasi
(Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan)

Disusun oleh:

Nama : Nurul Izzatul Janah

NIM : 042114324

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TERBUKA
I. PENDAHULUAN

Dewasa ini, perkembangan era digital yang sejalan dengan percepatan arus
globalisasi membawa banyak dampak. Baik dari segi positif, maupun negatif. Arus
Globalisasi telah memberi banyak pengaruh pada banyak aspek kehidupan. Mulai dari
segi politik, sosial, ekonomi, teknologi, dan budaya. Dari segi negatif, Era globalisasi
menimbulkan banyaknya budaya asing yang masuk, sehingga dikhawatirkan
mempengaruhi eksistensi budaya Indonesia. Karena para generasi muda cenderung
menganggap kuno budaya nasional, tidak modern seperti budaya-budaya asing pada
umunya, Pengaruh globalisasi terhadap anak muda juga begitu kuat. Membuat sebagian
dari mereka kehilangan kepribadian diri sebagai bangsa Indonesia. Hal ini dapat dilihat
dari cara berpakaian dan berdandan mereka yang seperti orang barat. Menggunakan
pakaian yang minim dan menampilkan bagian tubuh yang tidak seharusnya diperlihatkan.
Padahal cara berpakaian tersebut tidak sesuai dengan kebudayaan bangsa Indonesia.
Selain itu, rambut meraka yang dicat dengan beraneka warna yang jelas ini bertolak
belakang dengan budaya bangsa Indonesia. Apalagi ditambah dengan penggunaan
internet sebagai hasil dari kecanggihan di era global. Penggunaan internet yang tidak
semestinya dapat memberi banyak pengaruh buruk bagi generasi muda menjadi gaya
hidup. Percepatan arus informasi dan komunikasi dalam era globalisasi telah memberi
banyak pengaruh khususnya bagi generasi muda, namun tak selamanya berdampak
negatif, tapi juga berdampak posif. Dari segi positif, pengaruh globalisasi meyebabkan
hubungan antar negara semakin kuat, dan bertambanya ilmu pengetahua. Pada bidang
pendidikan juga memberikan dampak positif, seperti adanya sistem pembelajaran online
(daring) yang tidak mengharuskan para pendidik dan peserta didik bertatap muka secara
langsung, Selain itu, kemudahan mengakses informasi pendidikan melalui jaringan
internet.

Interaksi antar manusia dan antar negara dalam era globalisasi tidak dapat lagi
terbendung sehingga batasan-batasan antar negara seakan memudar dan dikhawatirkan
perlahan-lahan dapat mengikis budaya Indonesia. Para generasi muda yang menjadi pilar
negara, penerus bangsa, diharapkan sebagai penggerak jalannya pembangunan nasional
yang akan membawa Indonesia selangkah lebih maju harus mempunyai rasa
nasionalisme yang tinggi terhadap negara, tetap mencintai tanah air dengan adat
istiadatnya, budaya, serta kearifan lokalnya. Tidak tergoda dengan dunia luar mekipun
merebaknya budaya asing yang masuk dan dianggap lebih modern. Jika rasa
nasionalisme telah hilang dalam diri generasi muda akan seperti apa Negara ini? Oleh
karena itu, para generasi muda diharapkan harus selektif dalam menangkap budaya asing
yang masuk agar nilai-nilai luhur bangsa Indonesia akan tetap terjaga.

Terkait hal itu, artikel ini akan membahas bagaimana pengaruh dan dampak yang
ditimbulkan dari adanya globalisasi sehingga menyebabkan memudarnya rasa nasionalisme
1
dan patriotisme di kalangan generasi muda, kemudian bagaimana peran pancasila sebagai
pandangan hidup bangsa Indonesia di tengah era globalisasi.

II. KAJIAN PUSTAKA

Globalisasi sebagai suatu proses sosial, proses sejarah, atau proses alamiah yang
akan membawa seluruh bangsa dan Negara di dunia semakin tergantung antara yang satu
dengan yang lain. Oleh karena itu harus harus ada sebuah fiter terhadap pengaruh
globalisasi. Seperti dikatakan oleh Wakil Presiden RI ke 6, Tri Sutrisna dalam diskusi
yang bertajuk “UU Pembinaan ideologi pancasila” di Jakarta, Rabu (15/7).Beliau
bependapat bahwa Pancasila menjadi filter infiltrasi pengaruh globalisasi dan derasnya
arus informasi yang dapat merusak tatanan nilai-nilai. Bila suatu bangsa tidak memiliki
ideologi, yang kalau ditarik secara praktis akan menjadi pandangan hidup, tentu tidak
akan memiliki arah. Bila terkena penetrasi paham lainnya akan mudah terguncang.
Namun, bila mempunyai pandangan hidup tentu apapun yang masuk akan mudah
disaring.

Ketahanan budaya Indonesia juga tengah menghadapi tantangan yang berat.


Budaya-budaya daerah/lokal yang merupakan kesatuan dalam ikatan budaya nasional
kian melemah sehingga dengan mudah diklaim oleh bangsa lain menjadi miliknya
sendiri. Ironisnya, keadaan ini berlangsung tanpa pembelaan yang cukup dari negara.
Melemahnya daya tahan budaya ditenggarai karena kegagalan kita sebagai bangsa
menyikapi globalisasi secara cerdas sehingga mudah menerima dan menerapkan budaya
asing yang beberapa aspeknya justru bertentangan dengan budaya bangsa kita sendiri.
Nasionalisme yang kian memudar dan ketahanan budaya yang terus melemah berpotensi
menggoyahkan bangunan „rumah Indonesia‟ yang bersifat multietnik dan multikultural.
multicultural (Thung Ju Lan dan M.' Azzam Manan, 2015).

Pemuda merupakan sosok yang sangat menentukan eksistensi dan kemajuan suatu
bangsa. Semangat nasionalisme yang tinggi dari generasi muda akan menuntun sikap dan
perilaku yang positif bagi bangsa dan negara, sehingga Indonesia tidak dipandang sebelah
mata dan dapat menjadi sejajar dengan bangsa-bangsa lain. Dengan semangat
Nasionalisme dan Patriotisme yang tinggi, pemuda diharapakan mampu membawa
kehidupan bangsa Indonesia ke arah yang lebih baik. Jika kita melihat sejarah perjuangan
bangsa Indonesia sejak merintis pergerakan kebangsaan Indonesia hingga meraih
kemerdekaan, persatuan dan kedaulatan. Kita perlu terbuka terhadap kemajuan dan
perkembangan zaman, akan tetapi kita tidak boleh kehilangan jati diri yang ditanamkan
oleh bangsa kita. Untuk itu adanya pemuda dengan rasa nasionalisme, patriotisme dan

2
segala potensi yang dimilikinya akan mampu menjawab segala potensi yang dimilikinya
akan mampu menjawab segala tantangan dan memberikan solusi atas berbagai masalah
yang dihadapi di era globalisasi ini (Mardiani Diani, 2020)

Presiden pertama kita, Ir. Soekarno berkata “Berikan aku 1.000 orang tua akan
aku cabut semeru dari akarnya. tapi beri aku 10 pemuda niscaya akan ku guncangkan
dunia” . Kalimat Bung karno tersebut seolah menggambarkan betapa dasyatnya peran
pemuda sebagai agen perubahan. Tentunya pemuda yang dimaksud adalah pemuda yang
berpikir positif dan berprestasi.

III. PEMBAHASAN

Globalisasi dipandang sebagai suatu proses sosial, proses sejarah, atau proses alamiah
yang kan membawa seluruh bangasa dan Negara di dunia semakin tergantung antara yang
satu dan yang lain. Globalisasi pun mampu mewujudkan satu tatanan kehidupan baru dengan
menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi, dan budaya masyarakat. Sementara di sisi
lain, ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung oleh Negara-negara
adikuasa sehingga menimbulkam kecurigaan atau pandangan negatif terhadapnya.
Globalisasi cenderung berpengaruh besar terhadap perekonomian dunia, bahkan berpengaruh
terhadap bidang-bidang lain, seperti budaya dan agama. Adanya budaya-budaya asing yang
masuk ke Indonesia mengakibatkan mulai llunturnya budaya-budaya daerah, contohnya
seperti permainan tradisional yang sekarang mulai hilang di telah zaman. Padahal permainan
tradisional mengajarkan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang merupakan keppribadian
bangsa ini. Adanya permainan tradisional memberikan banyak pelajaran, seperti sikap
gotong royong, bekerja sama, menghargai sesame dan mempererat tali persaudaraan. Tidak
seperti pada era globalisasi saat ini, anak-anak zaman sekarang lebih menyukai permainan
game online yang ada di handphone mereka. Yang meraka anggap lebih mengasyikan dan
lebih modern. Yang menyebabkan mereka malas untuk keluar rumah, dan bersosialisasi,
menimbulkan sikap individualistis, yang meyebabkan ketidak perduli terhadap sesama
dikarrenakan sibuk dengan dirinya sendiri. Di tambah dengan adanya media sosial sebagai
hasil dari kemajuan komunikasi di era globalisasi, menyebabkan orang lebih suka
berinteraksi melalui dunia maya, hal ini dinggap karena lebih efisen waktu dan tempat.
Hanya dengan menggunakan telepon genggam mereka bisa mengobrol dan bertukar pesan
tanpa terhalang jarak dan waktu. Hal tersebut adalah dampak positif dari media sosial namun
ada juga dampak negatif yang ditimbulkan. Seperti adanya kejahatan di dunia maya (criber
crime), penipuan, dan adanya kebebasan mengakses pornografi yang jelas-jelas ini sangat
merusak generasi muda kita.

3
Penggunaan gadget yang telah merebak di berbagai kalangan, khususnya generasi muda
telah merubah kebudayaan Indonesia secara perhalan. Mereka cenderung lebih senang
dengan budaya barat maupun korea yang dianggap lebih kekinian. Menyaksikan idola
mereka hanya dari layar, hingga membuat fans club bagi idolanyaa. Jarang anak muda yang
mengidolakan para pahlawan yang telah berjuang untuk memerdekakan bangsa ini, padahal
kepribadiaan para pahlawan ini dapat kita contoh, bagaimana semangat nasionalisme, dan
patriotisme yang mereka miliki. Pemuda merupakn penerus perjuangan bangsa yang tentu
memiliki ilmu pengetahuan yang bertambah karena adanya proses pembelajaran sehingga
diharapkan dapat mengamalkannya dengan berperan sebagai agen perubahan pembangunan,
minimal dalam lingkungan terdekatnya. Di tangan pemuda, perubahan bisa terjadi, sebab
daya imajinasi, kreasi senantiasa melekat pada semangat generasi muda. Hanya pemuda yang
mau berubah dan berusaha yang akan meraih kesuksesan. Bagi mereka yang terpuruk dan
tidak mau berubah maka akan tetap tertinggal. Pemuda harus membangun semangat
perjuangan bangsa dan mewujudkan cita-cita bangsa.

Ir. Soekarno memaksudkan pancasila itu sebagai Weltanschauung. Sebuah pandangan


dunia yang menjadi dasar pemikiran, dasar kerohanian, dan dasar filosofis bagi pendirian
Negara Indonesia. Dalam kaitan ini, Weltanschauung diartiakan sebagai pandangan dunia
(world view) suatu masyarakat yang terbentuk dari pengalaman bersama dalam batas dan
kondisi lingkungantertentu yang menghasilkansistem sosiokultural, khususnya nilai-nilai
yang bersifat spesifik. Sokarno bahkan mengklim bahwa Weltanschauung Pancasila itu telah
ia gali dari Kebudyaan Nusantara era pra-Hindu-Budha sehingga ia menyebut pancasila
sebagai “pengangkatan lebih tinggi suatu filsafat Nusantara”.

Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia yang sudah lama tumbuh bersama
perkembangan masyarakatnya. Pancasila merupakan suatu kristalisasi dari nilai-nilai yang
hidup dalam masyarakat Indonesia (inti sari dari nilai budaya masyarakat Indonesia) yang
sudah diyakini kebenarannya. Panacasila digunakan sebagai petunjuk hidup sehari-hari atas
semua kegiatan atau aktivitas di segala bidang kehidupan. Pancasila sebagai pandangan
hidup bangsa Indonesia merupakan cita-cita moral bangsa yang memberikan pedoman dan
kekuatan rohaniah bagi bangsa untuk berperilaku luhur dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.

Etika pancasila adalah etika teologis yang berisi pedoman bagi warga Negara dalam
usaha mencapai tujuan hidup berbangsa dan bernegara di masa depan. Permasalahan bangsa
Indonesia dalam menyesuaikan diri dengan masa modernisasi di masa depan yang penting
mendapat perhatian adalah pengembangan sistem nilai pancasila. Nilai-nilai Pancasila yang
substansialadalah nilai-nilai utama yang tetap akan menjadi kepribadian bangsa sepanjang
masa. Implementasi nilai-nilai Pancasila di dalam pembukaan UUD 1945 akan menjadi
pedoman pokoksecara umum kolektif untuk semua warga bangsa dan Negara Indonesia.

4
Implementasi nilai-nilai pancasila di dalam peraturan-peraturan resmi kenegaraan harus
selalu menampung perubahan sesuai tuntutan perkembangan jaman modern.

Bangsa Indonesia di masa modernisasi perlu mempunyai kecakapan menguasai ilmu


pengetahuan dan penggunaan hasil teknologi modern. Bangsa Indonesia juga perlu
mempunyai kemampuan berpikir rasional dalam hal penggunaan saranadan waktu untuk
mencapai kesejahteraan. Pemikiran rasional yang ditumbuhkan bagi bangsa Indonesia harus
dilepaskan dari sistem nilai-nilai rasional individualistis yang menjadi ciri-ciri masyarakat
modern Barat. Pemikiran rasional yang ditumbuhkan bagi bangsa Indonesia diupayakan
untuk tetap mengutamakan semangat kekeluargaan yang sesuai dengan sistem nilai
pancasila. Sifat-sifat tetap yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia yang menyebabkan
bangasa Indonesia memiliki pribadi yang berbeda dengan bangsa lain. Kesatuan sifat-sifat
yang tetap terlekat pada bangsa dan orang Indonesia adalah ciri khas yang menjadi karakter
ideal bangsa. Karakter ideal bangsa Indonesia dalam pelaksanaan hidup sehari-hari
mempunyai sifat yang dinamis. Dinamika pengembangan karakter bangsa Indonesia terutama
untuk menyesuaikan diri dengan kemajuan zaman. Yaitu dalam hal menerima pengaruh
pemikiran dan sikap hidup rasional bangsa-bangsa lain terutama bangsa-bangsa Barat.

Untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila kepada generasi muda, Pemerintah Indonesia


telah memasukkan materi pendidikan agama ke dalam kurikulum pembelajaran di sekolah.
Selain itu, kegiatan keagamaan seperti peringatan hari besar agama juga merupakan solusi
lain dalam rangka menanamkan dan meningkatkan keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan.
Dengan demikian, terbentuklah generasi penerus pilihan yang cerdas, kreatif, berakhlak
mulia, dan mengedepankan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan.

Rasa nasionalnisme yang harus ditumbuhkan di kalangan generasi muda bukan


nasionalisme sempit akan tetapi nasionalisme yang menjunjung tinggi bangsa dan negara
sendiri akan tetapi masih menghargai bangsa lain. Pancasila berperan besar dalam
menumbuhkan rasa nasionalisme dan patriotisme di kalangan muda apapun langkah dan
tindakan yang dilakukan harus selalu didasarkan nilai-nilai Pancasila. Pancasila yang
memiliki lima sila yang antara sila satu dengan yang lain saling menjiwai dan menunjukan
satu kesatuan yang utuh, memiliki makna yang sangat dalam untuk menjadi landasan
bersikap bertindak, dan bertingkah laku. Di era global ini banyak sekali budaya-budaya yang
masuk di negera Indonesia dan tidak bisa untuk mengelak dari masuknya budaya-budaya
negara ini yang terpenting adalah bagaimana masyarakat Indonesia terutama generasi muda
bisa menyaring budaya-budaya asing dan bisa mengambil budaya yang baik dan menyaring
yang buruk yang tidak sesuai dengan nilai dan norma Pancasila. Oleh karena itu bangsa
Indonesia masih perlu meningkatkan rasa nasionalisme dan cinta tanah air. Memupuk rasa
nasionalisme generasi muda bisa dilakukan sejak dini, sehingga lambat laun seiring dengan

5
usia diharapkan rasa nasionalisme tetap bertahan pada diri bangsa Indonesia. Sehingga anak
muda bukan hanya up-to-date tentang sosial media tetapi juga berjiwa Pancasila.

Pancasila adalah hayat hidup bangsa Indonesia sebagai penguatan karakter. Dengan
saling memahami antara generasi muda dan generasi tua diharapkan ada penyesuaian dengan
kondisi jaman. Peran media cukup krusial. Kalau jaman dahulu media hanya berupa televisi,
radio, surat kabar atau majalah, tetapi era saat ini, ada perkembangan media yang cukup
besar, terutama media sosial, yang memegang kunci di kalangan generasi muda. Melalui
media sosial berbagai informasi mudah didapatkan. Media sosial ini yang dahulu tidak ada.
Karena itu, menjadi tugas bersama untuk saling memahami dan memanfaatkannya. Selain
itu, harus ada integrasi antara media sosial dengan media televisi atau media cetak. Konten-
kontennya harus memuat ideologi Pancasila. Dunia perfilman saat ini juga sudah mulai
mengangkat kisah-kisah pahlawan, tokoh-tokoh besar, atau orang yang inspiratif. Walaupun
memakan waktu yang lama, hal ini bisa membuat generasi Indonesia memiliki karakter yang
kuat. Selain itu, hal ini juga dapat menggerakkan anak muda untuk mencari tahu tentang
kisah inspiratif dan menjadi tahu.

Akhir-akhir ini mulai banyak dibicarakan atau dipertanyakan tentang wawasan kebangsaan
generasi muda. Banyak momentum dilakukan, mulai dari seminar, lokakarya sampai kongres
Pancasila yang sampai sekarang sudah dilaksanakan sebanyak 4 kali. Semua momentum tersebut
selalu melibatkan generasi muda sebagi subyek pengembang nilai-nilai Pancasila yang diharapkan
dapat memberikan peran dan kontribusinya bukan hanya sekarang tapi juga yang akan datang
menjadi aktor dan pelaku dalam pembangunan nasiponal.

IV. PENUTUP

Simpulan :

Globalisasi telah memberikan banyak pengaruh dalam berbagai bidang, baik itu berdampak
positif maupun negatif. Terutama dalam bidang sosial dan budaya akibat adanya budaya-
budaya asing yang masuk ke Indonesia. Mulai memudarnya rasa nasionalisme dan
patriotisme di kalangan generasi muda kita akibat dari masuknya budaya-budaya asing .
Budaya asing yang dianggap lebih modern dan kekinian lebih dicintai kalangan muda dari
pada budaya kita sendiri. Kurang selektifnya generasi muda kita sehingga gampang
terpengaruh dengan budaya asing yang masuk yang akhirnya memudarkan rasa nasionalisme
dan patriotisme.

Pancasila yang sejak dahulu telah menjadi dasar Negara dan merupakan pandangan hidup
bangsa Indonesia diharapkan bisa menjadi filter pengaruh globalisasi. Dengan

6
mengimplementasikan nilai-nilai pancasila pada kehidupan sehari-hari seperti nilai kesatuan
dan kerukunan, saling tolong-menolong akan bisa meningkatkan rasa cinta tanah air dan
bangsa.

Saran:

Indonesia membutukan generasi penerus yang berkualitas dan menjunjung tinggi rasa
nasionalisme dan patriotisme. Untuk meningkatkan rasa nasionalisme dapat dimulai dalam
kehidupan sehari-hari seperti, saling toleran terhadap sesama apalagi bagi yang berbeda
agama, menghargai pendapat orang lain dan saling tolong menolong. Lebih selektif lagi
dalam menerima budaya asing masuk ke negara kita agar tidak gampang terpengaruh.
Melestarikan kembali budaya-budaya daerah di Indonesia yang kini mulai terkikis, berhati-
hati dalam menggunakan sosial media agar tidak termakan hoax dan tentunya tetap menjaga
etika saat bersosial media supaya tidak menimbulkan konflik dan perpecahan di antara
sesama.

V. DAFTAR PUSTAKA

Lasiyo, Reno wikandaru dan Hastangka. (2020). MKDU4111-Pendidikan kewarganegaraan


(Edisi 2). Tangearang selatan: Universitas terbuka
Sumantri, Endang. 2014. PKNI4312-Pembinaan Generasi Muda ( Edisi 2). Tangerang
selatan: Universitas Terbuka
Lasiyo, Sri., Soeprapto dan Reno Wikandaru. (2019). MKDU4114-Pancasila. Tangerang
selatan: Universitas Terbuka
Pakpahan, Beginda.2020 Dari Brexit Perang dagang Hingga Globalisme vs Nasionalisme.
Jakarta: PT. Kompas media Nusantara.
Arif, Syaiful. 2016. Falsafah kebudyaan Pancasila: Nilai dan Kontradiksi Sosialnya. Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama.
Al-Jufri, Fahri. 2010. Kita di Era Globalisasi. Jakarta Barat: Multi Kreasi Satu Delapan. Lan,
Jung Thung dan M.' Azzam Manan (Editor). 2011. Nasionalisme dan Ketahanan Budaya di
Indonesia: Sebuah Tantangan.Jakarta: LIPI Press
Kosasi, Engkos. 2017. Peran Pemuda sebagai Agen Perubahan di Masyarakat. Diambil dari:
https://bantentribun.id/peran-pemuda-sebagai-agen-perubahan-di-masyarakat/
Mahendara, Dero Iqbal. 2020. Pancasila Filter Pengaruh Arus Globalisasi dan Informasi.
Diambil dari: https://mediaindonesia.com/read/detail/329003-pancasila-filter-pengaruh-arus-
globalisasi-dan-informasi
Irhandayaningsih, Ana. Peranan Pancasila Dalam Menumbuhkan Kesadaran Nasionalisme
Generasi Muda di Era Global. Diambil dari:
https://media.neliti.com/media/publications/5021-ID-peranan-pancasila-dalam-
menumbuhkan-kesadaran-nasionalisme-generasi-muda-di-era.pdf

Anda mungkin juga menyukai