Anda di halaman 1dari 7

Penguatan Identitas Nasional Generasi Muda di

Era Digital

Nama : Salwa Dzakirah Taufik


NIM : 050350649
UPBJJ : Majene

Program Studi S1 Akuntansi


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Terbuka
2023/2024
PENDAHULUAN

Di era globalisasi seperti sekarang, kebutuhan akan identitas nasional menjadi hal yang sangat
mendesak. Semenjak awal abad XXI, dunia telah diwarnai dengan fenomena globalisasi yang
membawa perubahan besar di hampir semua negara di dunia, termasuk juga Indonesia.
Perkembangan globalisasi tersebut ditandai dengan pesatnya perkembangan teknologi
komunikasi dan transportasi, yang membuat jarak tidak lagi menjadi masalah dalam proses
interaksi antarnegara. Globalisasi adalah sebuah paradoks, dalam arti bahwa ada dam pak positif
dan negatif yang bisa dilihat sebagai akibat dari perkembangan fenomena tersebut. Dampak
positifnya dapat dilihat dengan jelas pada efektivitas dan efisiensi yang ditawarkan, sebagaimana
disinggung di atas. Globalisasi sudah menjadi fenomena yang besar pada saat ini sehingga yang
terjadi tidak hanya sekedar proses sharing of information, tetapi jauh lebih kompleks dari itu
karena apapun yang dimiliki oleh suatu masyarakat, bisa dengan mudah menginfiltrasi
masyarakat yang lain,termasuk juga nilai nilai yang mungkin bertentangan dengan nilai-nilai
lokal yang sudah tertanam sejak lama. Dampak negatif tersebut bahkan sangat membahayakan
karena yang menjadi sasaran justru aspek yang sangat penting bagi hidup manusia, yakni
menyangkut kepribadian, identitas, atau karakter manusia tersebut. Hal ini terjadi karena ketika
proses globalisasi berlangsung, segala macam informasi bisa dengan mudah menyebar ke seluruh
penjuru dunia, termasuk nilai-nilai, tradisi, maupun perilaku manusia yang berasal dari budaya
yang berbeda. Hal ini bisa menjadi masalah yang besar karena ketika masyarakat yang menerima
pengaruh tersebut ternyata tidak memiliki kepribadian atau karakter yang kuat, proses infiltrasi
nilai-nilai dari budaya luar juga akan menjadi mudah. Akibatnya, nilai-nilai budaya lokal
ditinggalkan dan bisa dengan mudah digantikan dengan nilai-nilai budaya pop (popular)

Identitas nasional yang kuat akan menjadi benteng pertahanan bangsa dalam menghadapi
derasnya pengaruh budaya asing. Generasi muda sebagai penerus bangsa harus memiliki
kesadaran dan kecintaan terhadap tanah air, nilai-nilai luhur bangsa, serta rela berkorban demi
kejayaan Indonesia. Mereka harus menjadi pelopor dalam melestarikan dan mengaplikasikan
nilai-nilai kebangsaan dalam kehidupan sehari-hari di era digital ini. Oleh karena itu, penguatan
identitas nasional generasi muda menjadi keniscayaan di tengah arus globalisasi saat ini.
KAJIAN PUSTAKA

Menurut Anderson (2006), identitas nasional adalah konstruksi sosial dan imajinasi kolektif
suatu komunitas yang memiliki rasa kesatuan meskipun anggotanya tidak saling mengenal.
Identitas nasional dicirikan dengan adanya simbol-simbol, mitos, dan narasi bersama yang
membentuk loyalitas dan solidaritas warga negara. Simbol-simbol nasional seperti bendera, lagu
kebangsaan, lambang negara, dan hari besar nasional berperan penting dalam membangun
identitas dan kesadaran kebangsaan.

Sedangkan menurut Castells (2010), identitas merupakan sumber makna dan pengalaman bagi
individu dan kolektivitas. Identitas dibangun melalui proses individuasi dan berdasarkan atribut-
atribut kultural yang paling penting bagi individu tersebut. Identitas juga bersifat multidimensi
dan dapat berubah sepanjang waktu. Di era globalisasi saat ini, pembentukan identitas menjadi
semakin rumit dan dipengaruhi banyak faktor di luar kontrol individu.

Dalam konteks Indonesia, identitas nasional dibangun atas dasar Bhinneka Tunggal Ika yang
menjunjung tinggi keberagaman suku, agama, ras, dan golongan. Identitas nasional juga didasari
oleh nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945 sebagai ideologi dan landasan konstitusional negara
(Suseno, 2015). Semboyan Bhinneka Tunggal Ika menjadi prinsip utama dalam membangun
persatuan dari keragaman yang ada di Indonesia. Generasi muda sebagai penerus bangsa
memiliki tanggung jawab untuk memperkuat identitas nasional di tengah pengaruh globalisasi
dan arus informasi dari luar yang sangat deras.

Menurut Setiadi dan Kolip (2011), pembentukan identitas nasional bangsa Indonesia tidak
terlepas dari peran para tokoh pejuang kemerdekaan dalam membangun kesadaran nasional dan
anti kolonialisme pada masa pergerakan nasional. Semangat cinta tanah air dan rela berkorban
demi bangsa harus terus ditumbuhkan pada generasi penerus bangsa agar identitas Indonesia
tetap kokoh.

Sementara Ritzer dan Goodman (2007) berpendapat bahwa identitas nasional pada era
globalisasi cenderung melemah karena masyarakat lebih terpengaruh budaya pop dan
konsumerisme global. Oleh karena itu perlu dilakukan revitalisasi nilai-nilai budaya lokal dan
nasionalisme di tengah tren globalisasi.
PEMBAHASAN

Di era digital saat ini, beberapa tantangan yang dihadapi generasi muda dalam memperkuat
identitas nasional, antara lain:

1. Mudahnya akses informasi dan budaya asing melalui internet dan media sosial yang
dapat melemahkan rasa nasionalisme. Informasi negatif dan propaganda anti-
nasionalisme juga mudah menyebar luas dan mempengaruhi opini publik. Konten-konten
bermuatan radikalisme, separatisme, dan rasisme kerap beredar di dunia maya.
2. Individualisme dan materialisme yang menggeser nilai-nilai gotong royong dan
kebersamaan dalam masyarakat. Gaya hidup hedonisme dan kompetisi tanpa batas
merusak solidaritas sosial.
3. Westernisasi gaya hidup dan budaya pop yang mengikis nilai-nilai budaya lokal.
Misalnya, remaja lebih bangga menggunakan produk fashion dari luar negeri dibanding
produk lokal. Budaya asing dianggap lebih 'keren' dan modern.
4. Intoleransi dan radikalisme atas nama agama/golongan yang mengancam persatuan dan
kesatuan bangsa. Keragaman dipandang sebagai ancaman dan permusuhan antar
kelompok rentan terjadi.
5. Lemahnya literasi digital dan kemampuan berpikir kritis menyebabkan generasi muda
mudah terpengaruh informasi negatif dan propaganda di media sosial. Mereka kurang
mampu melakukan filterisasi informasi yang masuk.
6. Memudarnya apresiasi budaya lokal dan minimnya pemahaman sejarah perjuangan
bangsa di kalangan generasi muda. Hal ini menyebabkan mereka kurang bangga dengan
jati diri bangsa sendiri.
7. Meningkatnya interaksi dan perkawinan campur antar negara yang dapat memudarkan
rasa kebangsaan pada keturunannya.
8. Rendahnya minat generasi muda untuk berkarier di sektor publik. Banyak talenta terbaik
Indonesia yang memilih bekerja di perusahaan asing atau merantau ke luar negeri.

Untuk mengatasi berbagai tantangan di atas, upaya-upaya berikut perlu dilakukan:

1. Memperkuat pendidikan kebangsaan dan sejarah nasional untuk membangun kesadaran


berbangsa sejak dini. Kurikulum pendidikan perlu disesuaikan dengan tantangan zaman,
misalnya mengenai bahaya radikalisme dan literasi media digital.
2. Memanfaatkan positif media sosial dan platform digital untuk sosialisasi nilai-nilai
nasionalisme dan counterspeech terhadap propaganda anti-nasionalisme. Konten positif
tentang kebhinnekaan dan kearifan lokal perlu disebarkan secara masif.
3. Mendorong apresiasi dan pelestarian budaya lokal di kalangan generasi muda melalui
komunitas dan festival budaya. Misalnya lomba dan pameran budaya tradisional,
pertunjukan wayang dan tarian daerah.
4. Meningkatkan iklim toleransi melalui dialog dan diskusi lintas agama/golongan untuk
memperkuat solidaritas sosial. Sikap inklusif dan humanis perlu dibangun sejak dini.
5. Memberdayakan organisasi kepemudaan untuk menjadi garda terdepan dalam
memperkuat semangat nasionalisme dan rela berkorban demi bangsa. Berbagai kegiatan
positif dapat diinisiasi oleh organisasi kepemudaan.
6. Mendorong lebih banyak peran serta generasi muda dalam kegiatan sosial
kemasyarakatan. Ini akan membangun karakter kepedulian dan memperkuat solidaritas
antar warga.
7. Menggiatkan kembali program wajib militer bagi generasi muda pria untuk membangun
jiwa patriotisme, disiplin dan pengabdian pada negara.
8. Membudayakan gaya hidup sederhana dan hemat yang sesuai dengan jati diri bangsa
Indonesia, bukan meniru gaya hidup hedonis dan konsumtif.
9. Memperketat regulasi terkait konten di media sosial untuk mencegah penyebaran konten
negatif yang merusak persatuan bangsa.
10. Menyediakan insentif bagi talenta terbaik bangsa agar berkarya untuk kemajuan
Indonesia, bukan untuk kepentingan asing.

Dengan berbagai upaya di atas, diharapkan generasi muda mampu menjadi pelopor dalam
memperkuat identitas nasional di tengah tantangan globalisasi. Generasi muda harus menjadi
kekuatan bangsa yang membawa Indonesia maju sebagai negara maritim, agraris, dan berdaulat
penuh. Penguatan identitas nasional tidak hanya tugas pemerintah, tapi membutuhkan sinergi
semua elemen masyarakat. Kesadaran dan kecintaan pada tanah air harus terus dijaga sebagai
identitas bangsa Indonesia.
PENUTUP

 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Identitas nasional penting diperkuat di kalangan generasi muda sebagai penerus bangsa di
tengah derasnya arus globalisasi.
2. Tantangan yang dihadapi generasi muda antara lain informasi negatif di media sosial,
intolisansi, materialisme, dan lain-lain.
3. Upaya yang dapat dilakukan meliputi penguatan pendidikan kebangsaan, sosialisasi
nasionalisme di media digital, apresiasi budaya lokal, dan sebagainya.
4. Diperlukan sinergi semua elemen bangsa agar identitas nasional generasi muda tetap
terjaga di era digital.

 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, berikut ini beberapa saran yang dapat diberikan:

1. Pemerintah perlu meningkatkan peran lembaga pendidikan dalam penguatan pendidikan


kebangsaan dan sejarah yang kontekstual dengan tantangan zaman.
2. Orang tua dan keluarga juga perlu memberikan teladan dan menanamkan nilai-nilai
nasionalisme sejak dini kepada anak.
3. Tokoh masyarakat dan organisasi kepemudaan diharapkan giat melakukan kegiatan
positif untuk membangun semangat kebangsaan.
4. Media massa dan jurnalis perlu meningkatkan konten nasionalisme positif dan
memerangi berita bohong yang memecah belah.
5. Masyarakat perlu meningkatkan literasi digital dan daya kritis dalam menyikapi
informasi di media sosial.

Dengan upaya sinergis dari berbagai pihak, diharapkan identitas nasional generasi muda
Indonesia akan semakin kokoh di era globalisasi.
DAFTAR PUSTAKA

 BMP MKDU4111 Modul 5

 Anderson, B. (2006). Imagined communities: Reflections on the origin and spread of


nationalism. Verso Books.

 Castells, M. (2010). The power of identity: The information age: Economy, society, and
culture (Vol. 2). John Wiley & Sons.

 Ritzer, G., & Goodman, D.J. (2007). Teori Sosiologi Modern. Prenada Media.

 Setiadi, E.M., & Kolip, U. (2011). Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejala
Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya. Kencana.

 Suseno, F. M. (2015). Etika Politik: Prinsip-prinsip Moral Dasar Kenegaraan Modern.


Gramedia Pustaka Utama.

 Suryadinata, L. (2002). Negara dan Etnisitas: Konflik dan Konsensus di Asia Tenggara.
LP3ES.

 Fukuoka, Y. (2000). Lives of Young Koreans in Japan. Melbourne: Trans Pacific Press.

 Maunati, Y. (2004). Identitas Dayak: Komodifikasi dan Politik Kebudayaan. LKiS.

 Anwar, K. (2005). Indonesian Migrant Workers in Hong Kong. Hong Kong: Asia 2000
Ltd.

Anda mungkin juga menyukai