Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PANCASILA DALAM MENUMBUHKAN RASA


NASIONALISME GENERASI MUDA DI ERA DIGITAL

OLEH

NAMA : MARGARETHA S. K. HALIMAKING


NIM : 2306080031
MATA KULIAH : PENDIDIKAN PANCASILA

PROGRAM STUDI ILMU KOMPUTER


FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG
2024
KATA PENGANTAR
Puji Syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esah berkat dan penyertaannya, saya dapat
menyelesaikan makalah Pendidikan pancasila.
Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat
memperlancar pembutan makalah ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik
dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata saya berharap semoga makalah antropologi budaya ini dapat memberikan manfaat terhadap
pembaca.

Kupang, April 2024

Penulis
BAB I
PENDDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Dalam era digital yang terus berkembang, generasi muda di Indonesia menghadapi tantangan yang
signifikan dalam mempertahankan semangat nasionalisme dan nilai-nilai luhur bangsa. Perkembangan
teknologi yang pesat telah memberikan dampak yang kompleks terhadap identitas dan kesadaran nasionalisme
generasi muda. Semakin mudahnya akses terhadap informasi dan pengaruh media sosial dapat menggeser nilai-
nilai tradisional dan menghilangkan jati diri bangsa.
Generasi muda sebagai penerus bangsa diharapkan mampu memahami dan menghayati nilai-nilai Pancasila
sebagai landasan filosofis negara Indonesia. Namun, kurangnya penerapan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari serta minimnya kesadaran akan nasionalisme dapat mengancam keberlangsungan
identitas bangsa dan eksistensi Indonesia di 3endid arus globalisasi.
Dalam hal ini, penting untuk mengkaji implementasi 3endidikan Pancasila sebagai 3endi untuk
meningkatkan kesadaran nasionalisme generasi muda di era digital. Dengan memahami tantangan dan dampak
perkembangan teknologi, serta melalui penerapan nilai-nilai Pancasila, diharapkan generasi muda dapat
memperkuat semangat nasionalisme, menjaga keutuhan identitas bangsa, dan memajukan Indonesia sebagai
bangsa yang unggul di era digital yang penuh dengan dinamika dan tantangan.
1.2 RUMUSAN MASALAH
- Apa itu Pendidikan Pancasila?
- Bagaimana tantangan yang dihadapi generasi muda dalam mempertahankan semangat nasionalisme
di tengah era digital yang terus berkembang?
- Apa saja dampak positif dan negatif dari perkembangan teknologi digital terhadap identitas dan
nilai-nilai generasi muda?
- Bagaimana penerapan pendidikan Pancasila dapat meningkatkan kesadaran akan nasionalisme di
kalangan generasi muda pada era digital saat ini?

1.3 TUJUAN
- Mengetahui definisi Pendidikan Pancasila
- Menganalisis tantangan yang dihadapi generasi muda dalam mempertahankan semangat
nasionalisme di era digital.
- Menelaah dampak positif dan negatif perkembangan teknologi digital terhadap identitas dan nilai-
nilai generasi muda.
- Mengidentifikasi efektivitas penerapan pendidikan Pancasila dalam meningkatkan kesadaran akan
nasionalisme di kalangan generasi muda pada era digital saat ini.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Pendidikan Pancasila


Pendidikan Pancasila adalah proses pembelajaran yang bertujuan untuk mengenalkan,
memahami, dan menginternalisasi nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi negara Indonesia. Pendidikan
Pancasila tidak hanya mencakup pemahaman terhadap sila-sila Pancasila (Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia),
tetapi juga melibatkan pengamalan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Ditjen
Dikti (2016) “pembelajaran pendidikan Pancasila merupakan usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar mahasiswa secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki pengetahuan, kepribadian, dan keahlian, sesuai dengan program
studinya masing-masing.”

B. Tantangan Yang Dihadapi Generasi Muda Dalam Mempertahankan Semangat Nasionalisme Di


Tengah Era Digital Yang Terus Berkembang.
Generasi muda menghadapi berbagai tantangan dalam mempertahankan semangat nasionalisme di
tengah era digital yang terus berkembang. tantangan yang dihadapi generasi muda antara lain:
1. Pengaruh Media Sosial
Generasi muda saat ini sangat terpapar oleh berbagai informasi dan opini yang tersebar di media
sosial seperti Facebook, Instagram, Twitter, dan YouTube. Media sosial menjadi platform utama
bagi mereka untuk berinteraksi, mendapatkan informasi, dan berbagi pandangan. Namun,
penggunaan media sosial yang tidak bijak dapat menyebabkan generasi muda rentan terhadap
konten yang tidak terverifikasi, berita palsu (hoax), dan propaganda yang dapat memengaruhi
pemahaman mereka tentang nilai-nilai nasionalisme. Globalisasi: Era digital membuka akses
generasi muda terhadap budaya dan nilai-nilai dari berbagai negara. Hal ini dapat menggeser
identitas nasional mereka dan menurunkan rasa kebanggaan terhadap budaya dan tradisi Indonesia.
Dampak negatif dari pengaruh media sosial terhadap semangat nasiionalisme generasi muda antara
lain :
a. Polarisasi Opini: Media sosial seringkali menjadi tempat terjadinya polarisasi opini dan
perpecahan di masyarakat. Generasi muda dapat terpolarisasi berdasarkan pandangan politik,
agama, atau suku, yang dapat mengurangi rasa persatuan dan kesatuan sebagai bangsa.
b. Banyaknya hoax: Banyak informasi yang beredar di media sosial tidak terverifikasi
kebenarannya. Hal ini dapat menyebabkan generasi muda mudah terpengaruh oleh informasi
yang tendensius atau tidak akurat, sehingga memengaruhi pemahaman mereka tentang
nasionalisme.
c. Ketergantungan dan Distorsi Realitas: Penggunaan media sosial secara berlebihan dapat
menciptakan ketergantungan dan menyebabkan generasi muda kehilangan kontak dengan
realitas sebenarnya. Mereka mungkin lebih terfokus pada dunia maya daripada realitas sosial
di sekitar mereka.

2. Globalisasi
Globalisasi dalam era digital membawa dampak besar terhadap generasi muda dalam
mempertahankan semangat nasionalisme. Akses yang mudah terhadap berbagai budaya, nilai, dan
informasi dari seluruh dunia melalui internet dapat menggeser identitas nasional generasi muda dan
menurunkan rasa kebanggaan terhadap budaya dan tradisi Indonesia.
Dampak negatif dari globalisasi terhadap semangat nasionalisme generasi muda antara lain:
a. Hilangnya Identitas Budaya: Generasi muda dapat terpengaruh oleh budaya luar yang
dihadirkan melalui media digital, sehingga mengalami kehilangan identitas budaya lokal atau
nasional mereka.

b. Pengaruh Budaya Asing: Globalisasi membawa masuknya budaya asing yang dapat
menggeser nilai-nilai tradisional dan nasional. Generasi muda mungkin lebih terpapar oleh
budaya populer global daripada budaya lokal.

c. Kurangnya Kepedulian terhadap Budaya Lokal: Generasi muda cenderung lebih tertarik pada
budaya dan tren luar daripada budaya lokal, sehingga kurang memperhatikan dan
melestarikan warisan budaya Indonesia.

3. Ketergantungan pada Teknologi: Generasi muda cenderung lebih fokus pada teknologi dan gadget,
sehingga mengabaikan nilai-nilai tradisional dan nasional. Mereka mungkin lebih terpaku pada
kepentingan pribadi dan konsumsi tanpa memperhatikan kepentingan bersama sebagai bangsa.
Dampak negative dari ketergantungan pada teknologi antara lain :
a. Keterputusan Interaksi Sosial: Ketergantungan pada teknologi dapat menyebabkan generasi
muda menghabiskan lebih banyak waktu di depan layar gadget daripada berinteraksi secara
langsung dengan orang lain. Hal ini dapat mengurangi kemampuan mereka dalam
membangun hubungan sosial yang sehat dan memperkuat keterampilan komunikasi
interpersonal.

b. Gangguan Kesehatan Mental: Penggunaan teknologi yang berlebihan dapat berkontribusi


pada peningkatan risiko gangguan kesehatan mental seperti kecanduan internet, kecemasan,
depresi, dan isolasi sosial. Generasi muda yang terlalu bergantung pada teknologi mungkin
rentan mengalami masalah kesehatan mental akibat tekanan dan ekspektasi yang tercipta di
dunia maya.

c. Penurunan Kualitas Tidur: Paparan cahaya biru dari layar gadget dapat mengganggu ritme
tidur dan menyebabkan gangguan tidur pada generasi muda. Ketergantungan pada teknologi
yang menyebabkan penggunaan gadget hingga larut malam juga dapat mengganggu pola tidur
yang sehat.

d. Kurangnya Aktivitas Fisik: Generasi muda yang terlalu banyak menghabiskan waktu di depan
layar gadget cenderung kurang bergerak dan melakukan aktivitas fisik. Hal ini dapat
berdampak negatif pada kesehatan fisik mereka, seperti obesitas dan masalah kesehatan
terkait kekurangan aktivitas fisik.

e. Ketergantungan pada Informasi Digital: Generasi muda yang terlalu bergantung pada
teknologi mungkin cenderung mengandalkan informasi digital tanpa melakukan verifikasi
atau pemikiran kritis. Hal ini dapat mengurangi kemampuan mereka dalam memproses
informasi secara kritis dan mandiri.

4. Kurangnya Pendidikan Nilai-Nilai Nasionalisme: Sistem pendidikan yang kurang menekankan


nilai-nilai nasionalisme dan Pancasila dapat membuat generasi muda kehilangan pemahaman yang
cukup tentang pentingnya cinta tanah air dan persatuan bangsa. Kurangnya pendidikan nilai-nilai
nasionalisme pada generasi muda dapat memiliki dampak negatif pada identitas dan kesatuan
bangsa.
a. Kehilangan Jati Diri Bangsa: Tanpa pendidikan yang memadai mengenai nilai-nilai
nasionalisme, generasi muda mungkin kehilangan pemahaman tentang sejarah, budaya, dan
nilai-nilai yang menjadi landasan identitas bangsa. Hal ini dapat menyebabkan generasi muda
merasa terasingkan dari akar budaya dan sejarah bangsa mereka.
b. Kurangnya Rasa Cinta Tanah Air: Pendidikan nilai-nilai nasionalisme penting untuk
membentuk rasa cinta dan kebanggaan terhadap tanah air. Tanpa pemahaman yang cukup
tentang pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa, generasi muda mungkin kurang peduli
terhadap masalah-masalah yang berkaitan dengan kepentingan nasional.

c. Meningkatnya Individualisme: Kurangnya pendidikan nilai-nilai nasionalisme dapat


menyebabkan generasi muda cenderung lebih individualis dan mementingkan kepentingan
pribadi daripada kepentingan bersama. Hal ini dapat mengurangi solidaritas dan kerjasama
dalam membangun bangsa yang kuat dan Bersatu.

5. Kesenjangan Generasi: Perbedaan pemahaman dan nilai antara generasi muda dengan generasi
sebelumnya dapat menciptakan kesenjangan dalam pemahaman tentang nasionalisme dan identitas
bangsa.
a. Perbedaan Nilai dan Keyakinan: Generasi yang lebih tua dan generasi muda seringkali
memiliki perbedaan dalam nilai-nilai dan keyakinan yang mereka anut. Misalnya, generasi
yang lebih tua mungkin lebih tradisional dan konservatif dalam nilai-nilai sosial dan budaya,
sementara generasi muda cenderung lebih terbuka terhadap perubahan dan inovasi.

Perbedaan dalam Teknologi dan Gaya Hidup: Generasi yang lebih tua dan generasi muda juga
sering memiliki perbedaan dalam penggunaan teknologi dan gaya hidup. Generasi muda
cenderung lebih terbiasa dengan teknologi digital dan mengadopsi gaya hidup yang lebih
modern, sementara generasi yang lebih tua mungkin lebih tertinggal dalam hal teknologi dan
gaya hidup.

b. Perbedaan dalam Pemahaman tentang Isu-isu Kontemporer: Generasi yang lebih tua dan
generasi muda juga dapat memiliki perbedaan dalam pemahaman dan pandangan tentang isu-
isu kontemporer, seperti perubahan iklim, hak asasi manusia, atau isu sosial lainnya.
Perbedaan ini dapat memengaruhi cara pandang dan pendekatan dalam menangani isu-isu
tersebut.

c. Perbedaan dalam Cara Berkomunikasi: Generasi yang lebih tua dan generasi muda seringkali
memiliki perbedaan dalam cara berkomunikasi. Generasi muda cenderung lebih terbiasa
dengan komunikasi digital dan menggunakan media sosial sebagai sarana komunikasi,
sementara generasi yang lebih tua mungkin lebih memilih komunikasi tatap muka atau
melalui telepon.

d. Tantangan dalam Kolaborasi dan Kerjasama: Kesenjangan generasi juga dapat menciptakan
tantangan dalam kolaborasi dan kerjasama antara generasi yang berbeda. Perbedaan dalam
nilai, cara berpikir, dan gaya hidup dapat mempengaruhi interaksi antargenerasi dan
memperlambat proses kerjasama.

C. Dampak Positif Dan Negatif Perkembangan Teknologi Digital Terhadap Identitas Dan Nilai-Nilai
Generasi Muda.
Perkembangan teknologi digital memiliki dampak yang signifikan terhadap identitas dan nilai-nilai
generasi muda. Berikut adalah beberapa dampak positif dan negatif dari perkembangan teknologi
digital terhadap identitas dan nilai-nilai generasi muda:
1. Dampak Positif
a. Akses Informasi
Teknologi digital telah membawa perubahan signifikan dalam akses informasi. Kemudahan
akses yang ditawarkan oleh teknologi digital memungkinkan individu untuk mendapatkan
informasi secara cepat, mudah, dan global. Dengan koneksi internet, individu dapat mencari
informasi hanya dengan beberapa kali klik, tanpa harus terbatas oleh batasan geografis atau
waktu. Selain itu, teknologi digital juga membawa diversitas informasi yang luas. Melalui
berbagai platform online, individu dapat mengakses berbagai jenis informasi dari berbagai
sumber, termasuk artikel ilmiah, berita terkini, video edukatif, podcast, dan banyak lagi. Hal
ini memperkaya pengetahuan dan wawasan individu dalam berbagai bidang. Pengaruh
teknologi digital juga terasa dalam pendidikan dan pembelajaran. Akses informasi yang luas
telah mengubah paradigma pendidikan dengan munculnya platform e-learning, kursus
online, dan sumber belajar digital lainnya. Ini memungkinkan individu untuk belajar secara
mandiri dan terus-menerus, meningkatkan aksesibilitas dan fleksibilitas dalam proses
pembelajaran. Tidak hanya dalam pendidikan, teknologi digital juga memfasilitasi
pengembangan profesional individu. Akses ke kursus, pelatihan, webinar, dan informasi
terkait karier memungkinkan individu untuk meningkatkan keterampilan dan kompetensi
mereka, memperluas peluang dalam dunia kerja.
Selain manfaat tersebut, akses informasi yang luas juga dapat memicu inovasi dan
kreativitas. Individu dapat terinspirasi oleh konten-konten kreatif, ide-ide baru, dan tren
terkini yang mereka temui melalui teknologi digital, mendorong terciptanya solusi-solusi
baru dalam berbagai bidang.

b. Koneksi Global
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, khususnya internet, telepon seluler, dan
media sosial, telah mengubah cara individu di seluruh dunia berinteraksi dan berkomunikasi.
Kehadiran teknologi ini memungkinkan individu untuk terhubung secara instan dan efisien,
memfasilitasi pertukaran informasi serta komunikasi lintas batas dengan mudah. Selain itu,
koneksi global juga membawa dampak signifikan dalam perdagangan dan ekonomi.
Terhubungnya pasar global memungkinkan perusahaan untuk menjalin kemitraan bisnis,
melakukan transaksi, dan mengakses pasar internasional dengan lebih lancar, yang pada
gilirannya mendorong pertumbuhan ekonomi dan menciptakan kesempatan kerja. Tidak
hanya dalam bidang ekonomi, koneksi global juga memfasilitasi kerjasama dan kolaborasi
lintas budaya serta lintas disiplin ilmu. Individu, organisasi, dan negara dapat bekerja sama
dalam proyek-proyek berskala internasional, berbagi pengetahuan, dan bersama-sama
mengatasi tantangan global. Melalui koneksi global ini pula, terjadi pertukaran budaya yang
lebih intensif. Budaya dari berbagai belahan dunia dapat saling berinteraksi dan bertukar
pengaruh, memperkaya keragaman budaya, memperluas wawasan, dan memperkuat
pemahaman lintas budaya. Selain itu, koneksi global juga memainkan peran penting dalam
bidang pendidikan dan pengetahuan. Individu memiliki akses yang lebih mudah terhadap
sumber daya pendidikan dan pengetahuan dari berbagai negara. Mereka dapat mengikuti
kursus online, mengakses jurnal ilmiah internasional, dan berkolaborasi dengan para ahli
dari seluruh dunia. Ini membantu memperluas aksesibilitas pendidikan serta meningkatkan
kualitas pengetahuan yang dapat diperoleh oleh individu di berbagai belahan dunia. Dengan
demikian, koneksi global yang dibawa oleh teknologi informasi dan komunikasi telah
membawa dampak positif yang signifikan dalam berbagai aspek kehidupan manusia.
c. Kreatifitas Dan Inovasi
Generasi muda dapat mengekspresikan kreativitas mereka melalui berbagai platform digital,
seperti media sosial, blog, dan konten online lainnya, yang dapat memperkaya budaya dan
seni.
d. Pemberdayaan
Pemberdayaan melalui teknologi digital menjadi aspek penting dalam partisipasi generasi
muda dalam aktivisme sosial, advokasi, dan perubahan positif dalam masyarakat. Pertama,
teknologi digital memberikan akses yang luas dan mudah terhadap informasi dan
pengetahuan tentang isu-isu sosial, lingkungan, dan kemanusiaan melalui internet, media
sosial, dan platform online lainnya.
Kedua, generasi muda dapat mengorganisir dan mobilisasi massa dengan cepat dan efisien
melalui teknologi digital, seperti kampanye online, petisi digital, dan gerakan sosial di media
sosial, memungkinkan mereka untuk menyebarkan informasi, menggalang dukungan, dan
mengkoordinasikan aksi kolektif secara real-time. Selanjutnya, generasi muda dapat
berpartisipasi secara aktif dalam aktivisme sosial dan advokasi melalui berbagai platform
online, seperti forum diskusi, grup diskusi, webinar, dan konferensi daring, memungkinkan
mereka untuk berbagi pandangan, pengalaman, dan ide-ide untuk memperjuangkan
perubahan positif dalam masyarakat. Selain itu, melalui teknologi digital, generasi muda
dapat mempengaruhi opini publik, kebijakan pemerintah, dan tindakan korporasi dengan
cara yang lebih terukur dan terukur, menggunakan media sosial, blog, video, dan podcast
untuk menyuarakan aspirasi, kepentingan, dan tuntutan mereka kepada berbagai pemangku
kepentingan. Terakhir, teknologi digital memfasilitasi kolaborasi dan jaringan antar generasi
muda, organisasi non-pemerintah, lembaga pendidikan, dan sektor swasta dalam upaya
advokasi dan perubahan sosial. Mereka dapat bekerja sama secara lintas batas, berbagi
sumber daya, dan memperkuat gerakan sosial melalui koneksi online. Dengan demikian,
teknologi digital memberikan kesempatan pemberdayaan yang besar bagi generasi muda
dalam mempengaruhi perubahan sosial yang positif.
e. Pendidikan Dan Pembelajaran
Pendidikan dan pembelajaran telah mengalami transformasi signifikan berkat kemajuan
teknologi digital. Teknologi digital memungkinkan adanya platform e-learning dan
pembelajaran online yang memberikan akses pendidikan tanpa batas geografis. Generasi
muda dapat mengakses materi pembelajaran, tugas, ujian, dan interaksi dengan pengajar
secara daring melalui komputer, tablet, atau ponsel pintar dengan e-learning, generasi muda
memiliki fleksibilitas untuk belajar kapan saja dan di mana saja sesuai dengan jadwal dan
kebutuhan mereka. Mereka dapat mengakses konten pendidikan secara mandiri dan
mempersonalisasi proses pembelajaran sesuai dengan gaya belajar masing-masing.
Teknologi digital juga memungkinkan pembelajaran yang lebih interaktif dan kolaboratif
melalui fitur-fitur seperti forum diskusi online, kuis interaktif, video pembelajaran, dan
proyek kolaboratif. Generasi muda dapat berpartisipasi aktif, berbagi ide, dan belajar
bersama dengan sesama melalui platform online. Inovasi teknologi digital, seperti simulasi
3D, augmented reality, virtual reality, dan artificial intelligence, dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran dengan memberikan pengalaman belajar yang lebih menarik,
mendalam, dan berdampak. Generasi muda dapat memahami konsep-konsep kompleks
dengan lebih baik melalui teknologi ini.

2. Dampak Negatif
a. Ketergantungan dan kecanduan
Ketergantungan pada teknologi digital mengacu pada kecenderungan individu untuk secara
berlebihan bergantung pada penggunaan teknologi, seperti ponsel pintar, komputer, atau
perangkat digital lainnya. Dalam konteks generasi muda, ketergantungan semacam ini
sering kali menghasilkan ketidakseimbangan antara kehidupan online dan offline. Generasi
muda mungkin cenderung menghabiskan banyak waktu di depan layar gadget, terlibat
dalam aktivitas online seperti media sosial, permainan, atau konten digital lainnya.
Dampaknya adalah pengorbanan waktu untuk aktivitas fisik, sosial, dan keseimbangan
emosional. Aktivitas fisik yang diperlukan untuk menjaga kesehatan tubuh bisa terabaikan
karena waktu yang lebih banyak dihabiskan di depan layar. Selain itu, interaksi sosial secara
langsung dengan teman, keluarga, atau masyarakat dapat berkurang karena fokus yang
terlalu besar pada dunia digital. Hal ini bisa memengaruhi kemampuan generasi muda dalam
membangun hubungan interpersonal yang sehat dan memperdalam hubungan sosialnya.
Selain itu, keseimbangan emosional juga dapat terpengaruh karena ketergantungan pada
teknologi digital. Terlalu banyak waktu yang dihabiskan di dunia digital bisa mengarah pada
isolasi sosial, perasaan kesepian, atau peningkatan tingkat stres akibat tekanan sosial online.
Dengan kata lain, ketidakseimbangan ini menciptakan kesenjangan antara kebutuhan dan
kegiatan aktual generasi muda, yang berpotensi menyebabkan masalah kesejahteraan secara
menyeluruh.

b. Pengaruh Konten Negatif


Konten yang tidak sehat atu merugikan di media sosial dan platform digital lainnya dapat
memengaruhi generasi muda dalam berbagai aspek, terutama dalam hal identitas dan nilai-
nilai. Contoh dari pengaruh negatif konten tersebut yaitu body shaming, cyberbullying, dan
konten yang merusak moral seperti pornografi dll.

c. Kehilangan Keterampilan
Kehilangan keterampilan sosial merupakan penurunan kemampuan individu, terutama
generasi muda, dalam berinteraksi secara langsung, membangun hubungan sosial yang
sehat, dan mengembangkan keterampilan komunikasi. Fenomena ini sering terjadi akibat
penggunaan teknologi digital yang berlebihan, di mana seseorang lebih sering berinteraksi
melalui layar daripada secara langsung. penggunaan yang berlebihan pada teknologi digital
dapat mengurangi kesempatan generasi muda untuk berinteraksi langsung dengan orang
lain. Sebagai contoh, lebih banyak waktu yang dihabiskan di depan layar gadget daripada
berbicara secara langsung dengan teman, keluarga, atau rekan kerja. Hal ini dapat
mengurangi kemampuan mereka dalam membaca ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan nada
suara dalam komunikasi interpersonal. penggunaan yang berlebihan pada teknologi digital
juga dapat mengurangi kemampuan komunikasi generasi muda. Mereka mungkin
cenderung lebih terbiasa dengan komunikasi yang singkat dan informal yang dominan
dalam pesan teks atau media sosial, daripada komunikasi yang lebih formal dan terstruktur.
Akibatnya, mereka mungkin mengalami kesulitan dalam menyampaikan pendapat dengan
jelas, berbicara di depan umum, atau menjalin hubungan kerja yang efektif di dunia nyata.

d. Penyalagunaan Informasi
generasi muda sering kali menjadi sasaran utama penyebaran informasi palsu dan hoaks di
media sosial dan platform digital lainnya. Konten yang tidak diverifikasi dengan baik atau
berita palsu dapat dengan mudah menyebar di antara pengguna, terutama karena algoritma
platform digital cenderung memperkuat konten yang kontroversial atau menarik perhatian.
Akibatnya, generasi muda mungkin terpapar kepada informasi yang tidak akurat atau
menyesatkan, yang dapat mengubah persepsi mereka terhadap isu-isu penting, seperti
politik, kesehatan, dan lingkungan. Mereka mungkin menjadi lebih skeptis terhadap
informasi yang sahih atau lebih mudah dipengaruhi oleh narasi yang salah atau ekstrem.
Selain itu, penyalahgunaan informasi juga dapat merusak kepercayaan generasi muda
terhadap sumber-sumber informasi dan otoritas tradisional. Ketika mereka terus-menerus
terpapar oleh konten yang tidak dapat dipercaya, mereka mungkin kehilangan keyakinan
pada media tradisional, pemerintah, atau institusi pendidikan sebagai sumber informasi yang
dapat diandalkan.

D. Penerapan Pendidikan Pancasila Dapat Meningkatkan Kesadaran Akan Nasionalisme Di


Kalangan Generasi Muda Pada Era Digital Saat Ini.

1. Pembentukan Identitas Nasional


Pembentukan identitas nasional melalui pendidikan Pancasila merupakan proses penting dalam
memperkenalkan generasi muda pada nilai-nilai dasar negara Indonesia.
a. Nilai-Nilai Dasar Negara Indonesia: Melalui pendidikan Pancasila, generasi muda
diperkenalkan pada lima nilai dasar Pancasila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh
Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, dan Keadilan Sosial bagi
Seluruh Rakyat Indonesia. Nilai-nilai ini mencakup semangat persatuan, keadilan,
demokrasi, dan kemanusiaan yang menjadi landasan ideologi negara Indonesia.
b. Menguatkan Identitas Nasional: Pendidikan Pancasila membantu generasi muda untuk
memahami dan menginternalisasi nilai-nilai tersebut, sehingga mereka dapat
mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari bangsa Indonesia. Dengan memahami dan
menghargai nilai-nilai Pancasila, generasi muda dapat memperkuat identitas nasional
mereka dan merasa terhubung dengan sejarah, budaya, dan nilai-nilai yang menjadi ciri khas
bangsa Indonesia.
c. Membangun Rasa Cinta Terhadap Bangsa dan Negara: Melalui pendidikan Pancasila,
generasi muda diajarkan untuk mencintai bangsa dan negara mereka. Mereka belajar untuk
menghormati keberagaman, memperjuangkan persatuan, dan berkontribusi dalam
membangun masyarakat yang adil dan beradab. Dengan memahami pentingnya nilai-nilai
Pancasila, generasi muda dapat tumbuh dengan rasa tanggung jawab terhadap masa depan
bangsa dan negara.
d. Penguatan Karakter dan Etika: Pendidikan Pancasila juga membantu dalam pembentukan
karakter dan etika generasi muda. Melalui pembelajaran nilai-nilai Pancasila, generasi muda
diajarkan untuk memiliki sikap hormat, toleransi, kejujuran, dan kepedulian terhadap
sesama. Hal ini membantu mereka dalam mengembangkan kepribadian yang kuat dan
bertanggung jawab sebagai warga negara.

2. Pemahaman Nilai-Nilai Kebangsaan


Pendidikan Pancasila memberikan pemahaman mendalam tentang nilai-nilai kebangsaan yang
menjadi landasan utama dalam pembentukan karakter dan identitas bangsa Indonesia. nilai-nilai
kebangsaan yang diajarkan melalui pendidikan Pancasila:
a. Gotong Royong: Nilai gotong royong merupakan salah satu nilai yang sangat dijunjung
tinggi dalam budaya Indonesia. Melalui pendidikan Pancasila, generasi muda diajarkan arti
pentingnya bekerja sama dan saling membantu dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan
memahami nilai gotong royong, generasi muda akan lebih cenderung untuk berkolaborasi
dan bekerja sama demi kepentingan bersama.
b. Toleransi: Nilai toleransi mengajarkan pentingnya menghormati perbedaan dan menerima
keberagaman dalam masyarakat. Melalui pendidikan Pancasila, generasi muda diajarkan
untuk menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai pluralisme serta menghormati hak-hak
asasi setiap individu tanpa memandang perbedaan suku, agama, ras, dan budaya.
c. Keadilan Sosial: Nilai keadilan sosial menekankan pentingnya adanya kesetaraan dan
keadilan dalam distribusi sumber daya dan kesempatan di masyarakat. Melalui pendidikan
Pancasila, generasi muda diajarkan untuk memperjuangkan keadilan sosial, mengatasi
kesenjangan sosial, dan memberikan kontribusi positif bagi kesejahteraan bersama
d. Persatuan: Nilai persatuan mengajarkan pentingnya kesatuan dan persatuan dalam
keberagaman. Melalui pendidikan Pancasila, generasi muda diajarkan untuk memahami
bahwa persatuan merupakan kekuatan utama bangsa Indonesia. Mereka diajarkan untuk
menghargai perbedaan pendapat, mengedepankan dialog, dan bekerja sama demi terciptanya
persatuan yang kokoh.

3. Penguataan Karakter Dan Moral


Pendidikan Pancasila memiliki peran yang sangat penting dalam membangun karakter dan
moral generasi muda. Melalui pembelajaran nilai-nilai Pancasila, generasi muda diperkenalkan
pada prinsip-prinsip etika dan moral yang menjadi landasan bagi pembentukan karakter yang
kuat dan integritas tinggi. Berikut adalah penjelasan mengenai bagaimana pendidikan Pancasila
dapat memperkuat karakter dan moral generasi muda:
a. Integritas: Nilai integritas merupakan landasan utama dalam pembentukan karakter yang
kuat. Melalui pendidikan Pancasila, generasi muda diajarkan untuk memiliki integritas yang
tinggi, yaitu konsistensi antara nilai-nilai yang diyakini dengan tindakan yang dilakukan.
Mereka diajarkan untuk bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip moral yang benar tanpa
kompromi, sehingga dapat dipercaya dan dihormati oleh orang lain.
b. Tanggung Jawab: Nilai tanggung jawab diajarkan melalui pendidikan Pancasila sebagai
prinsip dasar dalam menjalani kehidupan. Generasi muda diajarkan untuk bertanggung
jawab atas tindakan dan keputusan yang diambil, serta memahami konsekuensi dari setiap
perbuatan. Dengan memahami nilai tanggung jawab, generasi muda akan lebih disiplin,
mandiri, dan dapat diandalkan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
c. Kejujuran: Nilai kejujuran merupakan aspek penting dalam pembentukan moral generasi
muda. Melalui pendidikan Pancasila, generasi muda diajarkan untuk menjadi pribadi yang
jujur dan tulus dalam segala hal. Mereka diajarkan untuk tidak menipu, tidak
menyembunyikan kebenaran, dan selalu berbicara dengan jujur. Dengan memahami nilai
kejujuran, generasi muda akan menjadi individu yang dapat dipercaya dan dihormati oleh
lingkungan sekitarnya.

4. Penanaman Rasa Nasionalisme


Melalui pendidikan Pancasila, generasi muda diberikan pemahaman yang mendalam tentang
sejarah, budaya, dan nilai-nilai Indonesia. Hal ini memiliki peran penting dalam penanaman
rasa nasionalisme pada generasi muda. Berikut adalah penjelasan mengenai bagaimana
pendidikan Pancasila membantu memupuk rasa bangga dan cinta terhadap tanah air serta
memotivasi generasi muda untuk berkontribusi dalam memajukan bangsa dan negara:
a. Pemahaman Sejarah: Melalui pembelajaran sejarah dalam konteks Pancasila, generasi muda
diperkenalkan pada perjalanan panjang bangsa Indonesia, perjuangan para pahlawan, serta
nilai-nilai yang menjadi landasan kemerdekaan. Dengan pemahaman yang mendalam
tentang sejarah bangsa, generasi muda akan lebih menghargai jasa-jasa para pendahulu
dalam memperjuangkan kemerdekaan dan membangun negara, sehingga timbul rasa bangga
terhadap identitas nasional.
b. Pemahaman Budaya: Melalui pendidikan Pancasila, generasi muda juga diajarkan tentang
keberagaman budaya di Indonesia, mulai dari adat istiadat, seni, bahasa, hingga tradisi-
tradisi lokal. Dengan memahami dan menghargai keberagaman budaya ini, generasi muda
akan merasa terhubung dengan akar budaya bangsa dan merasa bangga akan kekayaan
budaya yang dimiliki.
c. Nilai-Nilai Indonesia: Pendidikan Pancasila juga mengajarkan nilai-nilai luhur Indonesia
seperti gotong royong, toleransi, keadilan sosial, dan persatuan. Melalui pemahaman nilai-
nilai ini, generasi muda diajarkan untuk menginternalisasi dan mengamalkan nilai-nilai
tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini membantu membangun karakter generasi
muda yang memiliki rasa empati, kepedulian, dan kesadaran akan pentingnya berkontribusi
bagi kemajuan bangsa.

5. Kesadaran Terhadap Tantangan Globalisasi


Dalam era digital yang terhubung secara global, kesadaran terhadap tantangan globalisasi
menjadi penting bagi generasi muda. Melalui pendidikan Pancasila, generasi muda dibekali
dengan pemahaman yang mendalam tentang tantangan globalisasi dan bagaimana menjaga
identitas serta nilai-nilai kebangsaan di tengah arus informasi dan pengaruh luar yang masuk.
Berikut adalah penjelasan mengenai bagaimana pendidikan Pancasila membantu generasi muda
dalam memahami dan menghadapi tantangan globalisasi:
a. Pemahaman Tantangan Globalisasi: Melalui pembelajaran nilai-nilai Pancasila, generasi
muda diperkenalkan pada konsep-konsep globalisasi, seperti integrasi ekonomi, pertukaran
budaya, dan arus informasi lintas negara. Mereka diajarkan untuk memahami dampak positif
dan negatif dari globalisasi terhadap kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Dengan pemahaman ini, generasi muda akan lebih siap menghadapi tantangan-tantangan
yang muncul akibat globalisasi.
b. Penguatan Identitas Kebangsaan: Melalui pendidikan Pancasila, generasi muda diajarkan
untuk memahami dan menghargai identitas kebangsaan mereka. Mereka diberikan
kesempatan untuk mengeksplorasi sejarah, budaya, dan nilai-nilai Indonesia yang menjadi
bagian dari identitas nasional. Dengan memahami dan menghargai identitas kebangsaan,
generasi muda akan lebih teguh dalam menjaga jati diri dan nilai-nilai luhur bangsa di tengah
arus globalisasi yang mempengaruhi berbagai aspek kehidupan.
c. Pembentukan Karakter Tangguh: Pendidikan Pancasila juga membantu dalam pembentukan
karakter generasi muda yang tangguh dan memiliki kesadaran akan pentingnya menjaga
nilai-nilai kebangsaan di era globalisasi. Mereka diajarkan untuk memiliki sikap kritis,
mandiri, dan bertanggung jawab dalam menghadapi berbagai tantangan yang muncul akibat
globalisasi. Dengan karakter yang tangguh, generasi muda akan mampu menjaga identitas
dan nilai-nilai kebangsaan mereka tanpa terpengaruh secara negatif oleh arus globalisasi.

6. Pengembangan Keterampilan Berpikir Kritis


pendidikan Pancasila memainkan peran penting dalam membentuk generasi muda yang mampu
mengevaluasi informasi secara kritis, memahami perspektif yang beragam, dan mengambil
keputusan yang bertanggung jawab berdasarkan nilai-nilai kebangsaan. Berikut adalah
penjelasan mengenai bagaimana pendidikan Pancasila membantu dalam pengembangan
keterampilan berpikir kritis pada generasi muda:
a. Evaluasi Informasi Secara Kritis: Melalui pembelajaran nilai-nilai Pancasila, generasi muda
diajarkan untuk tidak hanya menerima informasi secara pasif, tetapi juga untuk
mengevaluasi informasi tersebut secara kritis. Mereka diajarkan untuk mempertanyakan
kebenaran informasi, mengidentifikasi sumber informasi yang dapat dipercaya, dan
mengembangkan kemampuan untuk menyaring informasi yang relevan dan akurat.
b. Memahami Perspektif yang Berbeda: Pendidikan Pancasila juga mendorong generasi muda
untuk memahami dan menghargai perspektif yang berbeda. Mereka diajarkan untuk melihat
suatu masalah dari berbagai sudut pandang, memahami perbedaan pendapat, dan belajar
berdiskusi secara konstruktif dengan orang-orang yang memiliki pandangan yang berbeda.
Hal ini membantu generasi muda dalam mengembangkan keterampilan empati, toleransi,
dan kemampuan untuk bekerja sama dalam lingkungan yang beragam.
c. Pengambilan Keputusan Bertanggung Jawab: Selain itu, pendidikan Pancasila juga
melibatkan pengembangan kemampuan generasi muda dalam mengambil keputusan yang
bertanggung jawab berdasarkan nilai-nilai kebangsaan. Mereka diajarkan untuk
mempertimbangkan dampak keputusan mereka terhadap diri sendiri, masyarakat, dan
bangsa, serta untuk mengambil keputusan yang sesuai dengan nilai-nilai luhur Indonesia
seperti gotong royong, keadilan, dan persatuan.
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penerapan pendidikan Pancasila sebagai landasan kuat dalam meningkatkan kesadaran akan nasionalisme
di kalangan generasi muda pada era digital saat ini memiliki peran yang sangat penting. Melalui
pemahaman yang mendalam tentang nilai-nilai kebangsaan dan identitas nasional, generasi muda dapat
menjadi agen perubahan yang berkontribusi positif dalam membangun bangsa dan negara Indonesia.
Dengan mempelajari nilai-nilai Pancasila seperti gotong royong, keadilan, persatuan, demokrasi, dan
ketuhanan yang maha esa, generasi muda dapat memperkuat identitas nasional mereka. Kesadaran akan
nilai-nilai kebangsaan ini membantu mereka merasa terikat dengan negara, memupuk rasa cinta dan
kebanggaan terhadap Indonesia, serta memahami tanggung jawab mereka dalam memajukan bangsa.
Dengan demikian, generasi muda yang teredukasi dengan nilai-nilai Pancasila memiliki potensi besar untuk
menjadi pemimpin masa depan yang bertanggung jawab, berkontribusi positif dalam pembangunan bangsa,
serta menjaga persatuan dan keberagaman dalam masyarakat Indonesia di era digital yang terus
berkembang.
DAFTAR PUSTAKA

kartini, a., & dewi, a. (2021). Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Menumbuhkan Rasa Nasionalisme Generasi
Muda di Era Digital. Jurnal Pendidikan dan Kewirausahaan, 405-418.

Eta Yuni Lestari, M. J. (2019). Menumbuhkan Kesadaran Nasionalisme Generasi Muda Di Era Globalisasi Melalui
Penerapan Nilai-Nilai Pancasila. Adil Indonesia Jurnal, 1 (1). 20-27. Diakses dari :
http://jurnal.unw.ac.id:1254/index.php/AIJ/article/view/139/133.

Anda mungkin juga menyukai