Anda di halaman 1dari 25

Efektivitas Pancasila Dalam Memupuk Kesadaran Generasi Milenial Tentang

Nasionalisme
Putri Delima
Putridelima2012@gmail.com
Abstrak
Indonesia sebagai bangsa yang ikut dalam pergerakan dunia tidak serta merta dapat
menahan diri dari adanya gelombang globalisasi yang melanda hampir seluruh belahan
dunia. Globalisasi sendiri lebih mudah mempengaruhi kaum generasi muda karena
golongan ini sangat menyukai hal baru yang mungkin diluar dari kebiasaan lingkungan
hidup sekitarnya. Dengan menerima hal baru yang berasal dari luar diri bangsa Indonesia,
acap kali generasi milenial terbawa arus dan melupakan jati diri bangsa aslinya. Hal ini jika
terus terjadi maka akan menggerus kebudayaan bangsa Indonesia sampai habis tak tersisa.
Namun, dengan berpegang pada pancasila maka generasi muda Indonesia dapat tetap
menjaga identitas dan moral bangsa. Dengan berpegangan teguh kepada pancasila juga
generasi muda Indonesia akan lebih siap dalam menghadapi globalisasi yang datang pada
waktu bersamaan.
Kata Kunci : Pancasila, generasi milenial, globalisasi, nasionalisme
Pendahuluan
Globalisasi adalah istilah yang dimilikinya hubungan dengan peningkatan keterkaitan
dan ketergantungan antar bangsa dan antar manusia di seluruh dunia melalui
perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan bentuk interaksi lainnya lain
sehingga perbatasan negara menjadi lebih sempit. 1 Globalisasi adalah proses yang
dengannya antar individu, antar kelompok dan antar negara berinteraksi, mengandalkan,
berhubungan, dan membuat dampak saling melintasi batas negara. Dibanyak hal,
globalisasi memiliki banyak ciri sama seperti internasionalisasi, jadi kedua istilah-istilah ini
sering kali dipertukarkan. Paling sering pesta menggunakan istilah globalisasi yang terkait
dengan berkurangnya peran negara atau perbatasan nasional.
Perkembangan globalisasi seperti ini dengan cepat dan dengan gelombang yang terus
berubah demokrasi berdampak besar pada kelangsungan hidup Republik Indonesia
(NKRI). Perlu memperhatikan situasi ini negara bagian dan negara bagian Indonesia
hasilnya adalah sejarah panjang pertarungan para pahlawan yang tidak pernah menyerah
dengan tulus rela mengorbankan jiwa dan raga untuk itu mematuhi Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI). Keanekaragaman yang luar biasa dari negara Indonesia tentu
ada keragaman agama dan budaya seseorang memiliki kecenderungan yang kuat identitas
setiap orang memberinya potensi munculnya berbagai konflik. karena itu untuk mencapai
harmoni dan persatuan sejati, maka itu harus dibuat sebagai konsep kehidupan berbangsa
batasi semua anggota kelompok sosial.

1
Musa, M. I. (2015). Dampak pengaruh globalisasi bagi kehidupan bangsa Indonesia. Jurnal Pesona Dasar,
3(3). Hlm, 9.
Proses perkembangan globalisasi pada awalnya ditandai kemajuan bidang teknologi
informasi dan komunikasi. Bidang tersebut merupakan penggerak globalisasi. Dari
kemajuan bidang tersebut merupakan penggerak globalisasi. Dari kemajuan bidang ini
kemudian mempengaruhi sektor-sektor lain dalam kehidupan, seperti bidang politik,
ekonomi, sosial, budaya dan lain-lain. Contoh sederhana dengan teknologi internet,
parabola dan TV, orang dibelahan bumi manapun akan dapat mengakses berita dari
belahan dunia yang lain secara cepat. Hal ini akan terjadi interaksi antar masyarakat dunia
secara cepat. Hal ini akan terjadi interaksi antar masyarakat dunia secara luas, yang
akhirnya akan saling mempengaruhi satu sama lain, terutama pada kebudayaan daerah,
seperti kebudayaan gotong royong, menjeguk tetangga sakit dan lain-lain. Globalisasi juga
berpengaruh terhadap pemuda dalam kehidupan sehari-hari, seperti budaya berpakaian,
gaya rambut dan sebagainya. Dalam perkembangan globalisasi menimbulkan berbagai
masalah dalam bidang kebudayaan, misalnya: hilangnya budaya asli suatu daerah atau
suatu negara, terkikisnya rasa cinta budaya dan nasionalisme generasi muda, menurunnya
rasa nasionalisme dan patriotisme, hilangnya sifat kekeluargaan dan gotong royong,
kehilangan kepercayaan diri dan gaya hidup kebarat-baratan
Satu dari sekian banyak masalah yang sering dialami oleh bangsa Indonesia adalah
semakin lunturnya semangat nasionalisme dan semangat patriotisme pada kaum milenial
pada tiap waktunya. Fenomena ini terjadi dikarenakan generasi milenial Indonesia banyak
terbawa oleh adanya arus globalisasi yang membawa banyak budaya dari luar ke dalam
negara ini kemudian diterima oleh generasi milenial tanpa adanya suatu filter atau
pedoman untuk tidak menjadikannya fenomena tersebut sebagai sebuah ajang untuk
merubah identitas diri.2 Akibatnya hampir 85% saat ini generasi milenial lebih mengenal
budaya luar dibandingkan budaya bangsa sendiri, disamping itu terdapat juga kaum muda
yang cenderung malu untuk menunjukan asal daerah ataupun ciri khas bangsa Indonesia
dalam kegiatan interaksinya sehari – hari. Hal ini dibuktikan dengan jarangnya kaum muda
menggunakan bahasa daerah dalam bercakap baik dilingkungan daerahnya sendiri
maupun dalam pergaulan pertemanan yang lebih luas.
Kemudian jika berbicara umumnya mereka menggunakan bahasa Indonesia yang
digunakan bersamaan dengan bahasa inggris. Contoh lainnya adalah, sedikitnya generasi
milenial yang masih lebih menyukai pakaian dan makanan tradisional dibandingkan
dengan pakaian juga makanan yang berasal dari daerah barat maupun timur. Sebuah
contoh lagi dapat diberikan adalah berkurangnya pengetahuan generasi milenial terhadap
sejarah bangsa dan banyaknya campaign yang bukan merupakan budaya Indonesia seperti
mendukung lgbt. Hal ini terjadi karena mereka beranggapan bahwa apa yang dibawa oleh
globalisasi jauh lebih modern dibandingkan dengan apa yang ada di dalam diri bangsa
Indonesia, yang kemudian anggapan ini menimbulkan terabaikannya nilai luhur bangsa
Indonesia. Padahal pada hakikatnya generasi milenial merupakan penerus dan harapan
2
Agustin, D. S. Y. (2011). Penurunan rasa cinta budaya dan nasionalisme generasi muda akibat
globalisasi. JURNAL SOSIAL HUMANIORA (JSH), 4(2), 177-185.
bagi bangsa Indonesia baik untuk masa kini maupun pada masa yang akan datang sebagai
tonggak perubahan, penggerak terjadinya perubahan, maupun pengawal pergerakan
perubahan. Berdasarkan kemauan untuk berinteraksi secara luas sebenarnya kaum muda
di Indonesia memiliki peranan yang lebih kuat dibandingkan dengan para pejabat yang
saat ini menduduki kursi penting dinegara ini.
Banyaknya permasalahan mengenai lunturnya semangat nasionalisme dan patriotism
pada diri generasi Indonesia membuatnya mengalami penurunan kesadaran terhadap apa
yang terjadi di lingkungan tempat tinggalnya, kemudian mengalami rasa egoism yang
sangat tinggi. Dimana ia tergabung dalam suatu organisasi biasanya hanya untuk
memenuhi kepentingan pribadi namun membawa serta nama masyarakat dalam berbagai
aktivitasnya.
Pancasila yang berperan sebagai dasar juga ideology bangsa Indonesia merupakan buah
pemikiran dari diskusi panjang yang dilakukan oleh para leluhur bangsa sejak saat negara
ini berdiri hingga saat ini, negara Indonesia tetap berpegang erat terhadap pancasila.
Sebagai suatu dasar negara, sudah seharusnya jika pancasila sebagai arah dan tujuan hidup
negara dalam menghadapi berbagai masalah yang terus berdatangan baik yang berasal dari
luar maupun dari dalam negara itu sendiri.
Dalam kondisi arus globalisasi saat ini keberadaan pancasila menjadi suatu hal yang
sangat penting untuk menjaga kepribadian bangsa Indonesia, karena dengan munculnya
arus globalisasi batas perbedaan antar tiap negara dibelahan dunia perlahan lahan menjadi
semu sehingga dapat dengan mudahnya kebudayaan asing masuk kedalam bangsa
Indonesia.
Sejujurnya keberadaan keadaan seperti ini tidak hanya bersifat negative tetapi juga
memiliki sisi yang positif bagi bangsa ini. Jika arus globalisasi dapat difilter dengan baik
maka globalisasi akan menjadi suatu hal yang baik karena dapat memberikan pengetauan
baru bagi masyarakat dan dapat mempererat hubungan internasional antar negara
didunia. Sementara itu, jika globalisasi diterima begitu saja tanpa adanya suatu filter maka
akan merusak tatanan hidup bangsa Indonesia yang sejak dulu telah dijaga seperti
rusaknya moral bangsa kemudian keberadaan kebudayaan yang juga kian meredup.
Berdasarkan adanya kejadian diatas maka sudah seharusnya generasi muda sebagai
harapan bangsa memiliki semangat nasionalisme dan patriotism dengan tetap memegang
teguh nilai budaya bangsa meskipun banyaknya budaya asing yang terus masuk. Dengan
berpegang erat pada pancasila maka sangat diharapkan bahwa generasi milenial tidak
dengan mudah dapat terpengaruh budaya asing. Karena itu, artikel ini akan membahas
peran Pancasil dalam mengembangkan rasa nasionalisme di kalangan generasi muda
Indonesia saat itu globalisasi. Artikel ini ditujukan untuk menganalisis masalahnya
tercermin karena hilangnya rasa nasionalisme dan patriotisme generasi muda di era
global; tahu sampai sejauh mana pentingnya Pancasila dalam menumbuhkan rasa
nasionalisme dan patriotisme generasi muda di era globalisasi; menganalisis peran
pemerintah dalam menumbuhkan rasa nasionalisme di antara generasi muda saat ini; dan
menyajikan gambaran umum untuk generasi pemuda tentang pentingnya nasionalisme dan
patriotisme dalam hidup bangsa dan negara.
Metode
Metode penulisan paper ini adalah dengan menggunakan metode studi pustaka, yang
dapat diartuka sebagai suatu urutan kegiatan yang berkaitan dengan metode pengumpulan
data dengan membaca berbagai literature pustaja, kemudian membaca dan menulis semua
bahan kemudian mengolahnya menjadi suatu bahan penelitian. Dalam menggunakan studi
pustaka terdapat empat hal yang perlu diperhatikan secara seksama yaitu
a. Penulis berhadaan langsung dengan teks atau buku pustaka yang relevan
b. Data pustaka telah bisa langsung dipakai dan tidak perlu dicari lagi dengan terjun
kelapangan
c. Bahwa pada umumnya sumber data merupakan sumber kedua tidak diperoleh
langsung oleh penulis
d. Sumber pustaka tidak dibatasi ruang dan waktu.
Berdasarkan hal tersebut maka pengumpulan data dilakukan dengan meneliti berbagai
jurnal yang terdapat di situs online, buku, maupun dokumen lainnya yang relevan dengan
penelitian.
Tinjauan Pustaka
1. Pemahaman Pancasila
Pancasila merupakan suatu dasar negara juga ideology dan falsafah bangsa. Kemudian
juga merupakan pandangan hidup bangsa yang memiliki nilai dasar, instrumental maupun
praktis. Pada hakikatnya pancasila merupakan ideology terbuka yang sekurang kurangnya
mempunyai dua dimensi yaitu nilai ideal juga nilai actual. Kemudian nilai tersebut
dipengaruhi oleh bebragai nilai yang datang bersamaan dengan adanya arus globalisasi
sehingga berakibat terjadinya pergeseran peradaban yang juga membawa perubahan
makna dan posisi kedudukan pancasila.
Pengaruh yang dibawa oleh budaya asing tersebut sangat amat dapat dihindari jika para
generasi milenial dapat memilah dan juga memilih budaya asing manakah yang sekiranya
dapat memperkaya budaya Indonesia dan tidak menggeser apalagi merubah budaya
Indonesia. Dan budaya asing manakah yang dapat merusak eksistensi kebudayaan
Indonesia yang agung dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pancasila memiliki sebuah semboyan yang membahas mengenai bhineka dan tunggal
ika, dengan berbagai perbedaan dan beragam kebudayaan yang harus dipersatukan
dengan kata kebersamaan dalam kehidupan nasional. Sri Edi Swasono mengutarakan suatu
pendaapat bahwa nilai nasionalisme mempertegas jikalau kepentingan nasional
merupakan kepentingan utama diatas segalanya tanpa mengesampingkan tanggung jawab
glonal. Artinya dengan begitu pancasila tentu saja memiliki makna yang berbeda akan
tetapi tetap menjadi satu kesatuan bangsa Indonesia.
Seperti apa yang telah dituliskan oleh empu tantular dalam kitabnya dahulu “Bhineka
Tunggal Ika Tan Hana Darma Mangrwa:” hal ini menjelaskan bahwa pancasila merupakan
suatu pemersatu dari berbagai perbedaan yang ada pada diri bangsa Indonesia seperti
mulltikulturan dan pruralisme bangsa. Arti Tan Hana Dharma Mangrwa sendiri merupakan
tidak adanya kewajiban untuk mendua yang berarti semuanya dilakukan hanya demi
kepentingan bangsa dan negara satu.
Pemahaman tersebut seharusnya merupakan wujud dari kesetiaan terhadap bangsa
Indonesia, merupakan semangat nilai nasionalisme dan patriotism terhadap negara
Indonesia. Beliau, Sri Edi Swasono juga pernah berkata bahwa jika pemudi bangsa
Indonesia saja sudah tidak tahu mengenai sejarah bangsanya, tidak tahu tanah airnya
sendiri, bahkan tidak tau berbagai keanekaragaman budanya maka hal tersebut
merupakan kecacatan bagi bangsa tersebut.
2. Nasionalisme
Ide nasionalisme muncul sekitar tahun 1779 dan mendominasi Eropa pada tahun 1830.
Revolusi Prancis di penghujung abad ke-18 berdampak besar pada perkembangan gagasan
nasionalisme. Sedangkan nasionalisme Indonesia adalah gerakan bangsa yang tumbuh dan
menjadi bangsa Indonesia bangsa yang merdeka dan berdaulat. Dan benih nasionalisme
muncul pada abad ke-19 dan ke-20.
Nasionalisme berasal dari kata “nation” yang artinya bangsa. Terkadang istilah
“nasionalisme” sendiri sering disalahartikan oleh masyarakat. Nasionalisme biasanya
diartikan sebagai chauvinisme, yaitu pemahaman yang menghancurkan negara lain dan
mendukung negaranya sendiri dengan cara yang berlebihan. Kesalahpahaman istilah
nasionalisme membutuhkan respon dari masyarakat sendiri, karena nasionalisme dapat
mengubah suatu negara menjadi negara yang besar. Seperti kata pepatah: "Bangsa yang
hebat adalah bangsa yang menghargai perbuatan heroik." Pepatah ini menjelaskan arti
sebenarnya dari istilah "nasionalisme", terlepas dari tantangan dan perbudakan bangsa
dan negara itu sendiri.
Nasionalisme sejati mengutamakan kepentingan nasional, tanpa mengabaikan tanggung
jawab global. Selain beberapa pandangan tentang nasionalisme di atas, berikut beberapa
pengertian nasionalisme dari beberapa bentuk. Menurut Ernest Renan, nasionalisme
adalah keinginan untuk bersatu dan bernegara. Sedangkan Otto Bauer mengatakan
nasionalisme adalah senyawa temperamen atau karakter yang muncul dari perasaan takdir
yang sama. Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa nasionalisme memiliki
arti persatuan dan cinta tanah air, mencintai bangsa dan negara dengan mewujudkan
persatuan bangsa dari berbagai perbedaan.
Boyd Schafer mengatakan bahwa nasionalisme itu ambigu dan bergantung pada kondisi
obyektif dan subyektif masing-masing negara. Oleh karena itu, nasionalisme dapat
memiliki arti sebagai berikut :
a. Nasionalisme adalah kecintaan pada tanah air, ras, bahasa atau budaya yang sama,
oleh karena itu nasionalisme dalam hal ini sama dengan patriotisme.
b. Nasionalisme adalah keinginan untuk kemerdekaan politik, keamanan dan prestise
nasional.
c. Nasionalisme adalah dedikasi misterius pada organisme sosial yang kabur dan
terkadang supernatural, yang disebut bangsa atau bangsa, dan kesatuannya lebih
tinggi dari bagian-bagian komponennya.
d. Nasionalisme adalah dogma yang mengajarkan manusia untuk hidup hanya untuk
bangsa, tetapi untuk bangsa itu sendiri.
e. Nasionalisme adalah doktrin yang menetapkan bahwa bangsanya sendiri harus
dominan atau tertinggi di negara lain dan harus mengambil tindakan positif.
3. Globalisasi
Secara umum pengertian globalisasi adalah proses integrasi internasional yang terjadi
karena adanya pertukaran pandangan dunia, produk, gagasan dan aspek budaya lainnya.
Globalisasi juga dapat diartikan sebagai proses global atau komprehensif dimana setiap
orang tidak memahami atau tidak terikat oleh batas negara, yang artinya setiap orang
dapat berkomunikasi dan berkomunikasi kapan saja dan di mana saja melalui media cetak
dan elektronik.
Tren globalisasi saat ini telah berdampak pada perkembangan budaya bangsa Indonesia.
Pesatnya perkembangan informasi dan telekomunikasi ternyata telah menciptakan tren
yang menyebabkan penurunan nilai perlindungan budaya. Perkembangan transportasi,
telekomunikasi, dan teknologi telah mengurangi keinginan masyarakat untuk melestarikan
budaya nasionalnya sendiri.
Globalisasi mempengaruhi semua bidang kehidupan manusia. Globalisasi itu sendiri
mempengaruhi kehidupan masyarakat. Dampak globalisasi terhadap masyarakat juga
dapat mempengaruhi nasionalisme, terutama bagi generasi muda milenial yang lebih cepat
menyerap informasi terkini.
Definisi globalisasi secara umum adalah proses integrasi internasional yang terjadi
karena pertukaran pandangan dunia, produk, pemikiran, dan aspek-aspek kebudayaan
lainnya. Globalisasi juga dapat diartikan sebagai proses mendunia atau menyeluruh dimana
setiap orang tidak mengenal atau terikat oleh batas-batas wilayah negara, artinya setiap
individu dapat berhubungan dan bertukar informasi kapan pun dan dimana pun melalui
media cetak maupun elektronik.
Ada beberapa definisi global yang dikemukakan oleh beberapa orang yang dikutip oleh
Nurhaidah dan M.Insya Musa sebagai berikut :
1. Malcom Waters, seorang professor sosiologi dari Universitas Tasmania, berpendapat,
globalisasi adalah sebuah proses social yang berakibat pembatasan geografis pada
keadaan social budaya menjadi kurang penting yang terjelma di dalam kesadaran
orang.
2. Emanuel Richter, guru besar pada ilmu politik Universtas Aashen, Jerman,
berpendapat, bahwa globalisasi adalah jaringan kerja global secara bersamaan yang
menyatukan masyarakat yang sebelumnya terpencar-pencar dan terisolasi kedalam
saling ketergantungan dan persatuan dunia.
3. Princenton N Lyman, mantan duta besar AS di Afrika Selatan, berpendapat bahwa
globalisasi adalah pertumbuhan yang sangat cepat atas saling ketergantungan dan
hubungan antara Negara-negara di dunia dalam hal perdagangan dan keuangan.
4. Selo Soemardjan, bapak Sosiologi Indonesia, berpendapat bahwa Globalisasi adalah
terbentuknya organisasi dan komunikasi antara masyarakat di seluruh dunia untuk
mengikuti sistem dan kaidah yang sama.
Jadi dapat disimpulkan bahwa globalisasi adalah proses integrasi internasional yang
terjadi karena adanya pertukaran pandangan dunia, pemikiran, produk, dan berbagai
aspek kebudayaan lainnya
4. Milenial
Sedangkan milenial adalah sebutan untuk generasi dari tahun 1980 hingga 2000.
Generasi milenial saat ini adalah generasi muda berusia 18-38 tahun yang paling dekat
dengan teknologi3. Kehidupan sosial generasi milenial ini sangat bergantung pada
teknologi dan informasi yang ada. Dibandingkan generasi sebelumnya, generasi milenial
memiliki karakteristik yang unik karena wilayah dan kondisi sosial ekonominya.
Salah satu fitur utamanya adalah peningkatan penggunaan dan pengetahuan teknologi.
Generasi milenial hasil kemajuan teknologi memiliki kualitas yang kreatif, informatif,
bersemangat, dan produktif. Generasi milenial ditandai dengan komunikasi yang terbuka,
pengguna media sosial yang fanatik, kehidupan mereka banyak dipengaruhi oleh
perkembangan teknologi dan lebih terbuka terhadap pandangan politik dan ekonomi. Jadi
mereka nampaknya sangat tanggap terhadap perubahan lingkungan di sekitar mereka.
Berkat kemajuan teknologi, generasi milenial akan lebih mudah dipengaruhi oleh
budaya luar. Situasi ini menuntut generasi muda untuk bisa menyaring budaya dari luar.
Budaya luar yang tidak tersaring dengan baik akan mempengaruhi dan membentuk
karakter, pola pikir, dan gaya hidup generasi muda Indonesia.
Mengacu pada Undang - Undang No. 40 Tahun 2009 tentang Pemuda, Pemuda diartikan
sebagai “Warga negara Indonesia yang berusia 16 (enam belas) sampai dengan 30 (tiga
puluh) tahun memasuki masa penting tumbuh kembang”. Sedangkan dalam konteks
demografi dan antropologis, generasi muda terbagi dalam usia persiapan memasuki dunia
kerja, yaitu usia produktif 15-40 tahun. Saat ini 40.234.823 jiwa di Indonesia tergolong
generasi muda.
Dari sudut pandang ini, generasi muda bersifat pluralistik dengan perbedaan suku,
agama, ekonomi, tempat tinggal dan bahasa. Mereka memiliki ciri-ciri ekosistem kehidupan
yang terbagi menjadi komunitas nelayan, petani, pertambangan, perdagangan, perkantoran
dan sebagainya. Sedangkan di pasal 7 dan 8 mengenai Layanan Pemuda diarahkan untuk
mengembangkan patriotisme, dinamisme, budaya prestasi dan semangat profesionalisme;
meningkatkan partisipasi dan peran aktif generasi muda dalam pembangunan diri,
masyarakat, bangsa dan negara. Sementara itu, Pasal 8 menyatakan bahwa strategi
pelayanan pemuda bertujuan untuk mempertahankan negara; kompetisi dan pengakuan
3
Suprayitno, A., & Wahyudi, W. (2020). Pendidikan Karakter di Era Milenial. Deepublish., hlm 3
bagi kaum muda; pertumbuhan dan perluasan kesempatan kerja yang sesuai dengan
potensi dan ilmunya; dan memastikan kesempatan yang sama untuk berekspresi,
beraktifitas dan berasosiasi sesuai dengan hukum dan peraturan. pengembangan kapasitas
dan kompetensi kaum muda; bantuan pemuda; memperluas kesempatan untuk
memperoleh dan meningkatkan pendidikan dan keterampilan; mempersiapkan tenaga
muda untuk menjalankan fungsi advokasi dan mediasi yang dibutuhkan oleh
lingkungannya.
Berdasarkan beberapa landasan teoritis yang dikemukakan di atas, penulis akan
mencoba menganalisis sejauh mana peran Pancasila dalam mengedepankan nilai-nilai
nasionalisme di kalangan generasi muda di era globalisasi.
Analisis dan Pembahasan
1. Tentang Pancasila
Jepang mendirikan Badan Penyelidikan Upaya Persiapan Independen Indonesia
(BPUPKI). Misi badan ini adalah menyelidiki dan mengumpulkan proposal untuk diajukan
lebih lanjut kepada pemerintah Jepang untuk pertimbangan kemerdekaan Indonesia.
Anggota badan ini dilantik pada tanggal 28 Mei 1945, dan sidang pertama dilaksanakan
pada tanggal 29 Mei 1945 sampai dengan 1 Juni 1945 4.
Pada sesi pertama, dibahas secara khusus calon dasar negara Indonesia merdeka. Di sesi
pertama, banyak anggota yang berbicara, termasuk Muhammad Yamin dan Bung Karno
yang masing-masing mengajukan calon dasar nasional untuk Indonesia merdeka. Pada
tanggal 29 Mei 1945, Muhammad Yamin (Muhammad Yamin) mengajukan usul atas dasar
negara, bahasa usul itu meliputi lima unsur:
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat
Kemudian pada tanggal 1 Juni 1945 Bung Karno mengajukan usulan calon dasar negara,
calon terdiri dari lima hal, yaitu Pancasila, yaitu:
1. Nasionalisme (Kebangsaan Indonesia)
2. Internasionalisme (Perikemanusiaan)
3. Mufakat atau Demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan yang Berkebudayaan
Pada tanggal 22 Juni 1945, panitia kecil mengadakan rapat gabungan dengan anggota
BPUPKI yang berdomisili di Jakarta. Di antara hasil yang dicapai, disetujui pembentukan
panitia kecil untuk menyelidiki usulan / rumusan sembilan anggota pangkalan nasional,
yaitu:

4
Muslimin, H. (2016). Tantangan terhadap pancasila sebagai ideologi dan dasar negara pasca reformasi.
Jurnal Cakrawala Hukum, 7(1), 30â -38. Hlm 13.
1. Ir. Soekarno
2. Drs. Muh. Hatta
3. Mr. A.A. Maramis
4. K.H. Wachid Hasyim
5. Abdul Kahar Muzakkir
6. Abikusno Tjokrosujoso
7. H. Agus Salim
8. Mr. Ahmad Subardjo
9. Mr. Muh. Yamin
Tokoh-tokoh dari BPUPKI, yang bernama Panitia Sembilan, bertemu untuk membahas
pidato-pidato dan saran-saran dasar yang dibuat pada sesi-sesi BPUPKI. Panitia Kecil yang
beranggotakan sembilan orang pada hari itu juga melanjutkan proses dan mampu
mengajukan calon Pembukaan Undang-Undang Dasar yang kemudian dikenal dengan
“Piagam Jakarta”. Rumusan dan sistematika Pancasil berikut dipaparkan dalam diskusi:
1. Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya
2. Kemanusiaan yang adil dan beradap
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Pada 17 Agustus 1945, setelah penyerahan Kekaisaran Jepang, tokoh masyarakat senior dari
Papua, Maluku, Sulawesi, Nusa Tenggara dan Kalimantan bertemu dengan Sukarno dan
menyatakan penolakannya terhadap pernyataan sebelumnya. Artinya, Muslim harus mematuhi
hukum Islam. Soekarno segera menghubungi Hatta dan berencana mengadakan pertemuan
dengan perwakilan kelompok Islam, yang semula tentu menentang usulan tersebut. Setelah
cukup dibahas, kalimat dalam rumusan tersebut kemudian diubah menjadi “Tuhan Yang Maha
Esa” untuk menjaga keutuhan Indonesia.
Pancasila sejak jatuhnya Orde Baru kini diremehkan oleh masyarakat. Hal tersebut
dikarenakan adanya pengecualian yang dilakukan oleh pemerintah dan telah melanggar
nilai-nilai Pancasil. Kelainan terbesar dan paling sulit dihilangkan adalah masalah KKN
(korupsi, kolusi dan nepotisme), masalah yang tampaknya menjadi penyakit yang
mengakar di Indonesia. KKN tersebut dilaksanakan karena masyarakat Indonesia kurang
nasionalisme dan amalan Pancasil yang kurang tepat. Sebagai bangsa yang baik, harus
mampu mendefinisikan apa yang benar dan salah. Dengan kata lain tidak boleh melanggar
nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Bangsa yang baik juga harus mampu
memisahkan kepentingan pribadi dan kelompok, memiliki kepentingan yang sama, yaitu
kepentingan bersama harus didahulukan.
Namun dalam kehidupan sehari-hari, sikap mengedepankan kepentingan bersama
sangat sulit dan hampir tidak mungkin dihilangkan karena masalah pribadi, persahabatan,
silaturahmi dan hubungan darah adalah hubungan yang erat bahkan dapat mengatasi rasa
nasionalisme terhadap bangsa Indonesia.
Pancasila yang sejak dulu diciptakan sebagai landasan negara, dan sejak nenek moyang
kita berfungsi sebagai pedoman hidup, harus menjadi pedoman bagi bangsa Indonesia
dalam kehidupan berbangsa dan bermasyarakat. Demikian pula bagi generasi muda,
Pancasila yang mulai kehilangan pamornya di kalangan generasi muda, diharapkan
kembali ke masa jayanya jika generasi muda menyadari fungsi Pancasila dan
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Pengaruh Globalisasi Terhadap Generasi Milenial
Globalisasi menyentuh segala bidang dalam kehidupan manusia. Globalisasi sendiri
membawa pengaruh dalam kehidupan masyarakat. Pengaruh yang ditimbulkan globalisasi
dalam masyarakat juga dapat mempengaruhi nasionalime, terutama bagi generasi muda
yang lebih cepat dalam menyerap informasi terbaru. Dampak yang ditimbulkan pun ada
dampak positif dan juga dampak negative.
Arus globalisasi saat ini telah menimbulkan pengaruh terhadap perkembangan budaya
bangsa Indonesia .Derasnya arus informasi dan telekomunikasi ternyata menimbulkan
sebuah kecenderungan yang mengarah terhadap memudarnya nilai-nilai pelestarian
budaya. Perkembangan 3T (Transportasi, Telekomunikasi, dan Teknologi) mengkibatkan
berkurangnya keinginan untuk melestarikan budaya negeri sendiri .Budaya Indonesia yang
dulunya ramah-tamah, gotong royong dan sopan berganti dengan budaya barat, misalnya
pergaulan bebas5.
Gaya berpakaian remaja saat ini juga sudah berubah mengikuti perkembangan zaman.
Gaya berpakaian yang dulunya menjunjung tinggi kesopanan sekarang mulai berubah
seperti berpakaian ketat dan mini yang menampilkan lekuk tubuh. Biasanya, remaja saat
ini akan mengikuti gaya dan penampilan dari idolanya.
Hal-hal seperti ini perlu diperhatikan. Jangan sampai arus globalisasi membawa dampak
negetif yang melupakan budaya dan warisan bangsa Indonesia.
3. Cara Menyikapi Globalisasi
Globalisasi membawa dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif dari
globalisasi dapat memberikan keuntungan bagi kehidupan masyarakat, misalnya
berkembangnya teknologi yang dapat mempermudah masyarakat dalam memperoleh
informasi dengan cepta. Namun, selain dampak positif adapun dampak negative yang
ditimbulkan dari globalisasi. Dampak ini dapat membawa pengaruh buruk bagi kehidupan
bangsa, salah satunya menurunya jiwa nasionalisme. Cara menyikapi dampak dari
globalisasi tersebut adalah bersikap teliti dan kritis, memperluas ilmu pengetahuan,
menyesuaikan dengan norma Indonesia, menanamkan kecintaan negeri, meningkat
ke,iman dan takwa, dan menanamkan serta mengamalkan nilai-nilai pancasila.
4. Lunturnya Nilai Dan Semangat Nasionalisme Serta Patriotisme
5
Musa, M. I. (2015). Dampak pengaruh globalisasi bagi kehidupan bangsa Indonesia. Jurnal Pesona Dasar,
3(3). Hlm 10.
Semangat nasionalisme dan patriotisme di kalangan generasi muda mulai melemah. Ini
terbukti dari banyak generasi muda yang percaya bahwa budaya Barat lebih modern
daripada miliknya. Generasi muda, terutama di kalangan pelajar, lebih mengikuti budaya
Barat daripada budaya mereka sendiri. Anda bisa melihatnya dari bagaimana Anda
bersikap, berpakaian, berbicara dengan pola hidup yang cenderung meniru budaya asing
daripada budaya mereka sendiri. Itu terjadi hampir di seluruh pelosok tanah air, tidak
hanya di kota-kota besar, tetapi juga menyusup ke desa-desa terpencil.
Faktor Melemahnya Nilai Nasionalisme dan Patriotisme di Kalangan Generasi Muda
antara lain adalah6 :
Faktor Internal :
a. Pemerintahan di era reformasi jauh dari apa yang diharapkan oleh para pemuda,
sehingga mereka kecewa dengan hasil pemerintahan saat ini. Terungkapnya
korupsi, penggelapan uang negara dan penyalahgunaan kekuasaan oleh pejabat
pemerintah membuat pemuda enggan memperhatikan pemerintah.
b. Sikap keluarga dan lingkungan yang tidak mencerminkan rasa nasionalisme dan
patriotisme, sehingga anak muda meniru sikap tersebut. Orang muda adalah peniru
yang baik terhadap lingkungan mereka.
c. Demokratisasi yang melintasi batas moralitas, etiket, dan maraknya demonstrasi
telah menimbulkan rasa frustasi di kalangan anak muda, kehilangan optimisme, dan
hanya menyisakan kemalasan, keegoisan, dan sikap emosional.
d. Dibalik Indonesia dalam segala aspek kehidupan bersama dengan negara lain, anak
muda tidak lagi merasa bangga menjadi negara Indonesia.
Faktor Internal :
a. Pesatnya perkembangan globalisasi berdampak pada moral anak muda.
Dibandingkan dengan budayanya sendiri, mereka lebih menyukai budaya negara
lain, misalnya anak muda lebih suka memakai pakaian basic yang mencerminkan
budaya barat, daripada memakai batik atau pakaian sopan yang mencerminkan
budaya indonesia. Kini, kaum muda berada di bawah kendali narkoba dan alkohol,
yang sangat merusak martabat bangsa Indonesia.
b. Liberalisme yang dianut oleh negara-negara Barat berdampak pada kehidupan
negara tersebut. Anak muda meniru liberalisme, seperti individualisme, mereka
hanya memandang diri sendiri tetapi tidak pada lingkungan sekitarnya dan cuek
pada pemerintah.
c. Kecintaan pada produk dalam negeri. Pasalnya, semakin banyak produk luar negeri
(seperti makanan, pakaian, dll.) Membanjiri pasar Indonesia. Orang Indonesia yang
cenderung menggunakan produk luar negeri. Mereka merasa jika menggunakan
produk dalam negeri akan terlihat ketinggalan zaman, jadul dan kualitasnya kurang.
Padahal, kualitas produk dalam negeri tidak kalah dengan produk luar negeri.
6
Lestari, E. Y. (2019). Menumbuhkan kesadaran nasionalisme generasi muda di era globalisasi melalui
penerapan nilai-nilai Pancasila. ADIL Indonesia Journal, 1(1). Hlm 13.
Belakangan ini banyak terjadi diskusi atau pertanyaan tentang pandangan kebangsaan
generasi muda. Banyak pekerjaan yang dilakukan, mulai dari seminar dan workshop
hingga kongres Pancasila yang telah dilaksanakan sebanyak 4 kali selama ini. Semua
momen ini selalu berkisah tentang generasi muda sebagai pembangun nilai Pancasil, yang
diharapkan mampu memberikan peran dan kontribusinya tidak hanya sekarang, tetapi
juga mereka yang akan menjadi aktor dalam pembangunan bangsa.
Menurut Rajasa (2007), generasi muda mengembangkan nilai nasionalisme melalui tiga
tahapan, yaitu:
a. Pembangun karakter, yaitu generasi muda, berperan dalam membentuk karakter
positif, menjaga nilai-nilai moral dan menginternalisasikannya dalam kehidupan
nyata melalui kemauan yang kuat.
b. Dengan secara aktif membangun kesadaran kolektif yang sangat kohesif, seperti
menyerukan penyelesaian konflik, peran generasi muda memungkinkan mereka
menjadi panutan bagi pengembangan peran nasional yang aktif.
c. Role engineer, generasi muda, berperan dan berprestasi baik dalam ilmu
pengetahuan dan budaya, serta berpartisipasi dalam proses pembelajaran yang
mengembangkan peran aktif sesuai perkembangan zaman.
Dapat dianalisis dari konsep Rajasa bahwa generasi muda memegang peranan yang
sangat penting sebagai tulang punggung negara 7. Masa depan negara bergantung pada
sikap dan tindakan generasi muda. Mematuhi nilai-nilai moral yang baik berdasarkan nilai-
nilai
Pancasila berkembang secara mendalam kehidupan sehari-hari sangatlah penting.
Kesadaran akan nasionalisme yang harus ditanamkan pada generasi muda bukanlah
nasionalisme yang sempit, melainkan nasionalisme yang bertumpu pada bangsa dan
negaranya sendiri tetapi tetap menghormati bangsa lain. Pancasila berperan penting dalam
menumbuhkan kesadaran nasionalisme dan patriotisme di kalangan generasi muda.
Tindakan apapun yang diambil harus selalu berpijak pada nilai-nilai Pancasila. Pancasila
memiliki lima sila yang saling terkait dan menginspirasi serta menunjukkan kesatuan yang
utuh, memiliki makna yang sangat dalam dan dapat menjadi landasan tindakan dan
perilaku. Negara Indonesia telah mengalami berbagai tantangan dalam menggantikan
ideologi Pancasila, yang tidak menggoyahkan keyakinan kita bahwa Pancasila cocok
sebagai landasan negara dan ideologi sejati negara Indonesia.
Di era globalisasi ini banyak budaya yang masuk ke negara kita, dan kita tidak bisa
menghindari masuknya budaya dari negara lain. Yang terpenting adalah bagaimana bangsa
Indonesia khususnya generasi mudanya menyaring budaya asing, menyerap budaya baik,
dan menyaring budaya buruk dan budaya buruk. Sesuai dengan nilai dan norma Pancasila,
sebagai orang yang mencintai bangsa Indonesia, kita harus mampu dan tegas menentang
budaya yang dapat merusak nilai budaya bangsa.

7
Rajasa, H. (2007). Membangun Karakter dan Kemandirian Bangsa. Hlm 19.
Pancasila digunakan sebagai tolak ukur bagi generasi muda dalam bertingkah laku dan
bertutur kata sesuai dengan standar Pancasila. Kita sering mendengar demonstrasi anarkis
mahasiswa yang mengatasnamakan perjuangan rakyat yang akhirnya merusak fasilitas
pemerintahan, membakar mobil, dan sebagainya. Ada juga kerusuhan di pertandingan
sepak bola yang dilakukan oleh suporter masing-masing tim yang tidak puas dengan
kekalahan tersebut. Tawuran pelajar terus berlanjut di masyarakat Indonesia.
Dilihat dari situasi di atas, isu utama yang memicu semua kejadian tersebut sebenarnya
memiliki kesamaan, yaitu pembelaan terhadap apa yang generasi milenial sukai.
Mahasiswa berdemonstrasi karena ingin mengubah tatanan yang salah atau tidak setuju
dengan kebijakan pemerintah yang tidak sesuai dengan rakyat dan keadilan. Mahasiswa
ingin membela rakyat karena cinta negerinya, sedangkan suporter olahraga kerusuhan
karena ketidakadilan wasit. Dengan cara ini, timnya kalah, ini semacam kecintaan pada
timnya dan membela tim yang diperlakukan tidak adil oleh wasit. Bersamaan dengan itu,
pertengkaran antar pelajar dan warga juga dipicu oleh "membela" apa yang "disukai".
Jika cinta ini diungkapkan dengan benar, tidak akan ada kerusuhan yang menimbulkan
keresahan di masyarakat. Rasa nasionalisme, cinta tanah air juga harus diungkapkan
dengan benar, sesuai dengan norma atau norma sosial yang berlaku khususnya norma
pancasil. Nasionalisme kita harus sesuai dengan Pancasila sebagai pandangan hidup dan
dasar bernegara, serta ideologi negara, sehingga wujud nasionalisme kita bukanlah
nasionalisme sempit tetapi nasionalisme luas. Cintai bangsamu sendiri, tapi tetap hormati
bangsa lain. Kami tidak menolak budaya asing, tetapi kami tidak menerima budaya asing
secara membabi buta. Semua budaya yang berakhir di negara kita harus disaring dengan
nilai Pancasila.
Dalam beberapa tahun terakhir, kebanggaan dan kerapuhan negara ini sebenarnya
disebabkan oleh menguatnya atmosfir kawasan dan semakin menguatnya semangat
primitivisme pasca krisis. Kekecewaan sebagian besar anggota atau kelompok masyarakat
tersebut sedikit banyak menimbulkan sikap bahwa kontrak sosial yang mengandung nilai-
nilai seperti keadilan, kemanusiaan, dan musyawarah biasanya hanya berupa kata-kata.
Dalam beberapa dekade terakhir, tidak jarang semangat persatuan dan kebersamaan
tenggelam ke dunia. Upaya menumbuhkan jiwa nasionalisme di kalangan generasi muda
ini tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah sebagai penyelenggara negara, tetapi
juga menuntut peran aktif masyarakat.
Masa depan bangsa bergantung pada sikap dan tindakan generasi mudanya. Sangat
penting untuk menjaga nilai-nilai moral yang baik berdasarkan nilai-nilai Pancasil dan
mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Rasa nasionalisme yang harus
dipupuk di kalangan generasi muda bukanlah nasionalisme sempit, tetapi nasionalisme
yang menopang bangsa dan negara itu sendiri, tetapi tetap menghormati bangsa lain,
Sebagai generasi milenial yang akan berperan penting dalam kelangsungan hidup
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, generasi Indonesia harus tumbuh lebih kuat
dengan menjunjung tinggi nilai-nilai yang terkandung dalam setiap perintah Pancasil.
Pancasila harus menjadi pedoman dan pedoman hidup generasi milenial Indonesia dalam
menghadapi kemajuan teknologi. Sehingga generasi milenium Indonesia memiliki sarana
untuk menghadapi waktu yang diberikan.
5. Pancasila Sebagai Landasan Nasionalisme
Pancasila sebagai dasar filsafat negera republik Indonesia, nilai-nilainya telah ada
pada bangsa Indonesia sejak zaman dahulu kala sebelum bangsa Indonesia mendirikan
Negara , yang berupa nilai-nilai adat-istiadat , kebudayaan serta nilai-nilai religious. Nilai-
nilai tersebut kemudian diangkat dan dirumuskan secara formal oleh para pendiri Negara
untuk dijadikan sebagai dasar filsafat Negara Indonesia (Kaelan,2016:19).
Pancasila sebagai suatu ideologi tidak bersifat kaku dan tertutup, namun bersifat
terbuka. Hal ini dimaksudkan bahwa ideology pancasila adalah bersifat actual, dinamis,
antisipatif, dan senantiasa mampu menyesuaikan perkembangan jaman. Keterbukaan
ideology pancasila bukan berarti mengubah nilai-nilai dasar pancasila namun
mengeksplisitkan wawasannya secara kongkrit, sehingga memiliki kemampuan yang lebih
tajam untuk memecahkan masalah-masalah baru dan actual (Kaelan,2016: 116).
Dalam hal ini dimaksudkan bahwa dalam menerima budaya asing kita perlu
memperhatikan nilai-nilai pancasila. Jika kebudayaan asing tersebut masih sesuai dengan
nilai-nilai pancasila maka kebudayaan asing tersebut dapat diterima namun jika
kebudayaan asing tersebut tidak sesuai dengan pancasila maka kita amenolah kebudayaan
asing tersebut masuk ke Indonesia. Pancasila menerima pengaruh budaya asing dengan
ketentuan atau substansi pancasila yaitu, ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan
dan keadilan social bersifat tetap.
Dengan memperhatikan nilai-nilai pancasila tersebut dalam menerima budaya asing
maka jiwa nasionalisme akan terus ada dan tumbuh.
6. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa
Sebagai sebuah negara, Indonesia telah memastikan bahwa falsafah atau ideologi
nasionalnya adalah ideologi Pancasila. Semuanya telah tertanam dalam nilai-nilai
Pancasila, termasuk tujuan kebangsaan, cita-cita bangsa dan kode etik. Selain itu Pancasila
juga mencerminkan jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia.
Dari perspektif kehidupan, Pancasila sebenarnya telah mengubah dan membentuk sikap
dan gaya hidup masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai suku yang hidup di tidak
kurang dari 13.660 pulau di wilayah Indonesia. Pancasila yang dikenal sebagai jiwa dan
kepribadian bangsa, sekaligus memberikan keunikan bangsa Indonesia dan
membedakannya dengan negara lain. Salah satu ciri sikap bangsa Indonesia adalah sikap
toleran, dan nilai-nilai Pancasila mencakup banyak ciri bangsa Indonesia.
Pandangan hidup negara termasuk tujuan negara. Dalam nilai-nilai Pancasila, esensi
tujuan kebangsaan Indonesia juga telah tertanam dalam, salah satunya adalah membangun
masyarakat adil dan makmur yang berlandaskan Pancasila. Hal ini tertuang dalam perintah
kelima, yaitu “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Peran generasi muda dalam
mencapai cita-cita Pancasila dan mengapresiasi tuntunan bangsa sangat penting, terutama
dalam membentuk jiwa nasionalisme. Setelah memahami nilai-nilai Pancasila, yang harus
dilakukan adalah menumbuhkan dan mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam
prinsip Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Namun di era reformasi, dengan masuknya arus globalisasi, nilai-nilai Pancasila sebagai
sudut pandang dan tujuan kehidupan bangsa seakan-akan terlupakan. Namun masyarakat,
terutama generasi muda, tidak menyadari pentingnya merongrong pandangan dan tujuan
negara. Dalam kehidupan bermasyarakat, masyarakat kehilangan kendali diri, akibatnya
terjadi konflik yang pada akhirnya melemahkan landasan persatuan dan kesatuan bangsa.
Di bidang kebudayaan, kesadaran masyarakat terhadap aristokrasi budaya nasional
Indonesia mulai melemah yang pada akhirnya mengakibatkan hilangnya kepribadian
bangsa yang diikuti dengan menurunnya moral generasi muda 8. Hal tersebut terlihat dari
menurunnya nasionalisme generasi muda dan kecenderungan mereka untuk meniru
budaya negara lain.
Kesadaran perlu dibangkitkan untuk mengatasi penurunan pandangan dan tujuan
negara ini guna memperkuat jati diri bangsa Indonesia menurut Pancasila. Dalam karya ini
perlu dikaji secara cermat aspek sosial budaya dan masyarakat Indonesia lainnya,
kemudian mengikuti rencana aksi Pancasila dan UUD 1945 untuk membentuk dan
mensosialisasikan nilai-nilai budaya yang `` baru ''. Sehingga bisa memenuhi persyaratan 9.
Dan dapat menjadikan Pancasila sebagai sudut pandang dan tujuan kehidupan bangsa
serta mereposisikannya.
7. Modal Historis Perjuangan Bangsa Bagi Generasi Muda
Dalam proses pembentukan jati diri dan nasionalisme Indonesia diawali dengan
perjuangan negara dengan penjajah Belanda. Sebelumnya perjuangan ini dilakukan secara
lokal, atau merupakan gerakan perlawanan yang dilakukan secara lokal, seperti: Pangnan
Dibonegoro, Imam Bonjour, Sultan Hasandin, dll. Perlawanan ini diyakini telah mengalami
banyak kegagalan dan banyak kerugian yang dialami bangsa Indonesia.
Pada awal tahun 1900-an, gerakan nasional mulai bermunculan dan diwujudkan
dalam bentuk organisasi politik. Organisasi ini juga dipimpin oleh generasi muda dengan
pendidikan yang lebih tinggi (termasuk pendidikan kedokteran) Sekolah kedokteran yang
terkenal adalah STOVIA di Jakarta. Mahasiswa STOVIA sering bertukar pandangan dengan
mahasiswa lain tentang nasib penjajahan Belanda di masyarakat. Dengan pertukaran
pikiran itu para pelajar Indonesia mulai muncul pemikiran, gagasan, dan cita-cita untuk
melakukan perjuangan. Tokoh yang terkenal pada masa ini adalah Dr. Sutomo, bersama Dr.
Wahidin Sudiro Husodo pada tanggal 20 Mei 1908 mendirikan Budi Utomo, organisasi
modern pertama yang ada di Indonesia. Tujuan organisasi ini adalah untuk memajukan
pengajaran dan kebudayaan di Indonesia, dan hal ini mengawali kebangkitan nasional.

8
Modul Materi Ajar Mata Kuliah Pendidikan Pancasila , 2013, hlm : 18
9
Pada Era Kebangkitan ini, masih belum ada Bangsa (Nation) Indonesia, yang ada baru
idea, gagasan, cita-cita untuk membentuk suatu bangsa yang bersatu dalam suatu wilayah
tertentu dengan cita-cita yang sama. ( Edi Purwinarto, 2008 : 44)
Gagasan itu barulah terwujud pada tahun 1928, dimana para organisasi pemuda dari
suku dan daerah yang berbeda-beda, seperti Jong Java, Jong Celebes, Jong Borneo, Jong
Ambon dan yang lainnya. Organisasi itu berkumpul dan melakukan kongres pertama yang
bersifat Nasional dan menyerukan dan bersumpah bahwa hanya ada satu bangsa yaitu
bangsa Indonesia, satu bahasa yaitu bahsa Indonesia, dan satu tanah air yaitu Indonesia.
Dalam kongres ini pula pertama kalinya dinyanyikan lagu kebangsaan “Indonesia Raya”,
yang diciptakan oleh W.R Supratman.
Mengenai kongres pemuda yang kemudian dikenal dengan “Sumpah Pemuda”, Edi
Purwinarto (2008 : 44-45) mengatakan sebagai berikut :
Meskipun Sumpah Pemuda telah menjadi pondasi awal terbentuknya suatu bangsa,
namun secara de jure dan de facto, bangsa Indonesia dengan suatu Negara yang merdeka
belum ada, masyarakat Indonesia masih merupakan rakyat yang terjajah dengan status
Nederlands Onderdaan (kaula budak kerajaan Belanda), karena pihak penjajah tidak
menginginkan adanya persatuan dan pembentukan suatu bangsa di wilayah jajahannya,
mereka tetap memandang persatuan para pemuda sebagai kelompok-kelompok etnis, yang
satu dengan lainnya diadu domba, dan dipisahkan menjadi kelompok-kelompok kecil,
namun ikrar bersama para pemuda ini amat besar artinya bagi perjuangan rakyat
Indonesia sebagai pembangkit semangat dan mendorong untuk secepatnya merealisasikan
cita-cita merdeka yang dirintis sejak tahun 1908.
Dilanjutkan pada saat proklamasi kemerdekaan Indonesia tahun 1945, yang mana
juga terdapat peran generasi muda. Terdapat perbedaan pendapat antara golongan tua dan
muda saat itu. Golongan tua terdiri dari Bung Karno, Bung Hatta, dan golongan muda
terdiri dari Syahrir, Sukarni dan lainnya. Pada akhirnya perbedaan pendapat itu
memunculkan peristiwa penculikan Sukarno dan Hatta ke daerah Rengasdengklok. Maksud
dari penculikan ini adalah, generasi muda menginginkan agar proklamasi segera
terlaksana, dan agar terbebas dari pengaruh Jepang.
Setelah kemerdekaan Indonesia, generasi muda juga memegang peranan penting
dalam proses revolusi di Indonesia. Pada masa akhir orde lama kepemimpinan Sukarno,
pergerakan mahasiswa dikenal dengan mahasiswa angkatan ‘66 dan bekerjasama dengan
berbagai organisasi pergerakan lainnya berhasil menggulingkan rezim Sukarno, dengan
tuntutan TRITURA (Tri Tuntutan Rakyat) yang berisi : turunkan harga, bubarkan PKI,dan
rombakan kabinet.
Keberhasilan para generasi muda itu kembali ada pada akhir orde baru menuju
Reformasi tepatnya pada tahun 1998 yang kemudian dijuluki dengan angkatan ’98 . Para
generasi muda melakukan beberapa aksi yaitu penumpasan KKN sekaligus penggulingan
presiden Suharto. Saat peristiwa ini juga terdapat kejadian dimana ada penembakan pada
mahasiswa Universitas Trisakti saat melakukan demonstrasi.
Dengan rentetan peristiwa perjuangan bangsa serta peran penting generasi muda di
dalamnya, semangat nasionalisme pula telah tercermin dalam generasi muda terdahulu.
Semangat generasi muda terdahulu sangat erat dengan semangat nasionalisme.
Kaitan erat semangat generasi muda dengan smangat nasionalisme, seperti yang
dituliskan I Basis Susilo ( 2008 : 84), dalam buku Pemuda dan Nasionalisme bahwa, “
mengaitkan kebangsaan dengan kaum muda memang pada tempatnya, karena sejarah
bangsa kita dan bangsa-bangsa lain telah menunjukan betapa erat hubungannya antara
kaum muda dengan kebangsaan. Ukuran tinggi rendahnya kadar kebangsaan masyarakat
umumnya ada pada diri kaum mudanya !”.
8. Penerapan Pancasila Oleh Generasi Milenial Indonesia
a. Ketuhanan Yang Maha Esa
Sifat ketuhanan sendiri sebenarnya sulit untuk diketahui, namun kita dapat melihat
contoh yang dikemukakan oleh Aristoteles, yang menggambarkan alasan pertama
mengapa kemunculan Kaukasus tidak mungkin disebabkan. Berbeda sekali dengan
alam, sifat-sifat Tuhan membuat kita lebih mudah berpikir karena Tuhan memiliki
sifat yang tidak terbatas, misalnya Tuhan itu penuh kasih sayang, kasih sayang,
keadilan, kesabaran, dll. Oleh karena itu, kita sebagai manusia menciptakan dan
menjadi pemuda Indonesia, terutama kita memiliki kewajiban untuk mengabdikan
diri kepada Tuhan Yang Maha Esa dan menjalankan segala perintahnya. Selain itu
kita makhluk dewa harus mampu mengamalkan doktrin agama dan menjadi generasi
muda yang berlandaskan agama, agar kehidupan kita bisa lebih edukatif.
b. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
Kita tahu bahwa kodrat manusia terdiri dari tubuh dan jiwa. Jiwa terdiri dari akal,
rasa, dan niat, sedangkan tubuh terdiri dari alam tak bernyawa tumbuhan dan
hewan. Sementara menurut kodratnya, manusia merupakan kesatuan eksistensi
individu dan sosial, atau disebut monist sosial, ekonomi, dan politik. Menurut posisi
alaminya, manusia adalah individu tunggal, dia adalah individu yang mandiri,
individu yang ilahi, atau monist religius. Oleh karena itu, sebagai manusia dengan
struktur, kepribadian, dan status alamiah yang sama, terutama kaum muda, kita
harus mampu mencintai sesama, mengembangkan sikap toleran, dan menjaga nilai-
nilai kemanusiaan.
c. Persatuan Indonesia
Kata itu bulat dan tak terpisahkan. Pada hakikatnya persatuan Indonesia berarti
bahwa bangsa Indonesia dengan jutaan penduduk dan adat istiadat, agama,
kepercayaan dan budaya yang berbeda ini merupakan satu kesatuan. Oleh karena itu
dalam pergaulan kita harus bisa menunjukkan rasa persatuan dan solidaritas dalam
satu negara yang majemuk, walaupun kita berbeda satu sama lain, kita harus saling
menghormati dan waspada terhadap satu hal. Selain itu kita harus menyadari bahwa
kita memiliki tanah air, yaitu tanah air di Indonesia, maka kita harus mencintai
negara dan bangsa kita.
d. Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan
Perwakilan
Orang adalah manusia yang hidup di suatu negara. Yang dimaksud dengan “esensi
rakyat” adalah keseluruhan, oleh karena itu, sekalipun keseluruhan terdiri dari
bagian-bagian, itu bukanlah suatu komponen. Oleh karena itu, ada hubungan yang
erat antara yang utuh dan yang bagian-bagiannya. Oleh karena itu, kita kaum muda
harus bekerja sama untuk mewujudkan cita-cita dan negara kita. Kita harus
menghadapi tantangan bersama, memecahkan masalah bersama, dan berunding
bersama. Kearifan harus menjadi pedoman untuk mencapai kekeluargaan.
e. Keadilan Sosial Bagi Seluruh rakyat Indonesia
Keadilan disini dapat diartikan sebagai menempatkan sesuatu atau hak dan
kewajiban pada tempatnya. Keadilan terhadap diri sendiri berarti mencapai
keselarasan antara hak dan kewajiban, keadilan kepada masyarakat berarti keadilan
kepada sesama warga, keadilan terhadap alam berarti tidak boleh seenaknya saja
dan merusak lingkungan, dan keadilan kepada Tuhan berarti melaksanakan hak kita
kepada kita. Kewajiban Tuhan. . Oleh karena itu, kita harus adil terhadap diri kita
sendiri, orang lain, negara dan kodrat Tuhan. Jangan mengambil tindakan yang
merugikan kepentingan umum, dan berusaha mencapai keadilan, kemajuan, dan
keadilan sosial.
Disisi lain penerapan pancasila pada generasi milenilai dijelaskan sebagai berikut :
Pandangan hidup suatu bangsa mempunyai arti yang menuntun, karena dengan pandangan
hidup yang dipegang secara teguh, bangsa tersebut mmiliki landasan fundamental yang
menjadi pegagan dalam memcahkan segala masalah yang dihadapi ( H. Muzayin Ar, 1990 :
15). Tidak adanya pandangan hidup maka suatu bangsa akan dapat dengan mudah
dimasuki oleh pandangan hidup bangsa lain, dan suatu bangsa akan dapat pula terombang-
ambing dalam menghadapi permasalahannya sendiri, pergaulan antar bangsa di dunia
maupun permasalahan umat manusia pada umumnya7.
Bangsa Indonesia berhasil merumuskan dan menentukan Pancasila sebagai pandangan
hidup bangsa. Oleh karena itu Pancasila harus ditanamkan pada setiap rakyat Indonesia,
dan khususnya pada generasi muda sebagai penerus bangsa. Sebelum dapat
merealisasikan Nilai-nilai Pancasila, agar lebih mudah dengan menguraikan nilai dasar
Pancasila yang terdapat dalam masing-masing sila, sebagai berikut :
a. Ketuhanan Yang Maha Esa
Dalam pelaksanaan di setiap bidang wajib adanya landasan oleh keimanan dan
ketaqwaan. Didalam kehidupan masyarakat Indonesia juga telah berkembang berbagai
Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan YME. Agama dan kepercayaan tersebut telah
menjadi budaya batin bangsa yang mendidik kita semua untuk saling menghormati antar
sesama anggota masyarakat. H.Muzayin Ar, (1990 : 23) mengatakan bahwa, “ … masyarakat
yang berbeda agama dan kepercayaan. Juga mengajarkan kita saling kerjasama dan bantu
membantu dalam usaha-usaha memajukan kesejahteraan negara dan bangsa serta
masyarakat. Oleh karena itu bangsa Indonesia terkenal sebagai bangsa yang berwatak
sosialistis-religious artinya suka bergotong royong yang dijiwai oleh ajaran agamanya”.
Memiliki suatu kepercayaan tentu saja sudah menjadi hak azasi manusia, setiap orang
berhak memilih dan memercayai suatu ajaran Agama sesuai dengan kehendaknya. Tidak
boleh ada paksaan dari pihak manapun untuk mempercayai suatu agama atau
kepercayaan, dan merupakan masalah yang menyangkut hubungan pribadi manusia
dengan Tuhan YME yang di yakininya. Serta setiap individu harus mentaati dan
melaksanakan setiap ajaranNya serta menjauhi laranganNya.
Berdasarkan sila Ketuhanan, maka peran para generasi muda dapat diimplementasikan
dalam kehidupan di era modern kini, seperti :
a. Meyakini dengan benar bahwa Tuhan YME adalah pencipta alam semesta beserta
isinya, termasuk manusia,
b. Iman (percaya) dan taqwa dengan keyakinan yang dipilih, dan dimplementasikan
dalam perbuatan sehari-hari yang berupa ibadah dan berupa amalan-amalan baik
kepada sesama,
c. Berupaya untuk selalu mempelajari ajaran Tuhan pada kitabNya guna memperluas
pemahaman tentang ajaran agama,
d. Berlaku hormat terhadap pemeluk agama lain dengan cara tidak merendahkan dan
menilai salah terhadap ajaran agama lain,
e. Berupaya untuk memperkuat kerukunan antar umat beragama selaku warganegara
yang sama yaitu warganegara Indonesia,
f. Memberikan kebebasan kepada orang lain tentang hak memilih agama yang
diyakinininya,
g. Berupaya membangun kerjasama dengan umat beragama lain dalam bidang-bidang
sosial dan pembangunan nasional.
Menjauhi segala ideologi yang mengatas namakan agama juga dirasa perlu. Di era modern
kini ideology dari bangsa manapun dapat dengan mudah masuk kedalam Bangsa Indonesia.
Dengan penanaman nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan para generasi muda dapat
memfilter ideologi yang tidak sesuai itu.
b. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
Kesadaran akan kehendak tentang kemanusiaan adalah jiwa yang merasakan bahwa
manusia itu ingin selalu berhubungan. Manusia yang satu memerlukan manusia lainnya
dan sebaliknya, maka manusia harus bermasyarakat ( H.A.W Wijaya 2000 : 15). Hidup
manusia tidak lepas dari hubungan dengan manusia lain, tanpa berhubungan ataupun
bermasyarakat manusia tidak dapat memenuhi kebutuhannya. Dengan ini pula manusia
disebut sebagai makhluk sosial.
Dalam sila ini, Bangsa Indonesia mengutarakan pentingnya memandang persamaan
manusia, seperti persamaan hakikat, martabat, hak, dan kewajiban. Utamanya dalam
menggunakan hak azasi manusia. Hak azasi ini diakui oleh undang-undang, tidak hanya di
Indonesia namun di seluruh dunia. Dalam sila ini diperlukan pula peraturan-peraturan
untuk membatasi agar tidak sampai terjadi kesewenang-wenangan terhadap orang lain.
Banyak hal yang dapat dilakukan para generasi muda untuk mengimplementasikan
nilai-nilai sila ini pada kehidupan sehari-hari utamanya pada era modern kini, seperti :
a. Mengakui persamaan derajat dan persamaan hak serta kewajiban antar sesama,
b. Tidak membedakan perlakuan terhadap sesama karena disebabkan oleh perbedaan
suku, keturunan, warna kulit, agama, dan status sosial,
c. Mengembangkan sikap tenggang rasa,
d. Saling mencintai, menghargai, dan menghormati sesama manusia,
e. Melakukan kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan dengan tujuan membantu
meringankan beban penderitaan orang lain,
f. Berani membela kebenaran dengan dasar keadilan.
Di era modern ini, Pancasila mampu menjadi pedoman, utamanya bagi para generasi muda
untuk menumbuhkan rasa kemanusiaan, sesuai dengan sila ke-2. Diharapkan pula pada
penanaman nilai Pancasila dengan upayanya, menghapuskan permasalahan-permasalahan
dengan latar belakang kemanusiaan.
c. Persatuan Indonesia
Mengacu pada semboyan Bangsa Indonesia “ Bhineka Tunggal Ika”, yang berasal dari
bahasa Sansekerta dengan mengutip dari kitab Sutasoma, karangan Mpu Tantular.
Semboyan itu berarti “berbeda-beda tapi tetap satu jua”, mencerminkan bahwa Bangsa
Indonesia adalah bangsa kepulauan dengan berbagai kemajemukan di dalamnya dan dapat
bersatu.
Bangsa Indonesia bukan merupakan bangsa yang dimiliki oleh suatu etnis tertentu saja,
Bangsa Indonesia adalah milik bersama. Dalam memersatukan Indonesia peran generasi
muda juga berpengaruh, pada Kongres Sumpah Pemuda para pemuda dari berbagai etnis
bersepakat untuk bersatu, dan peristiwa itu menjadi landasan awal terwujudnya persatuan
Indonesia.
Pada Sila ini dapat ditanamkan nilai-nilai kesatuan dalam berbangsa. Dimana kesatuan
itu meliputi : Ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya. Bangsa Indonesia juga merupakan
bangsa yang berbeda dengan bangsa lain dan memiliki kekhasan sendiri. Tercermin dari
bersatunya Indonesia dengan perbedaan- perbedaan yang ada. Dalam hal ini pula rasa
nasionalisme sangat diperlukan guna memperkokoh persatuan Indonesia.
Upaya yang dapat diamalkan para generasi muda saat ini dapat dilakukan dalam
berkehidupan berbangsa dan bertanah air, diantara lain :
a. Memiliki kebanggaan berbangsa dan bertanah air Indonesia,
b. Ikut serta dalam upaya bela negara,
c. Berperan aktif dalam usaha pembangunan nasional,
d. Rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara,
e. Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa dan
negara diatas kepentingan pribadi atau golongan,
f. Mengikuti jejak-jejak para pahlawan bangsa yang telah berjasa membela tannah air
dengan berbagai kegiatan,
g. Memiliki jiwa nasionalisme dan patriotisme yang tinggi.
Pada era modern ini, penanaman rasa nasionalisme pada generasi muda adalah faktor
terpenting guna mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa. Melihat dari
pembahasan sisi historis diatas, bahwa tekad untuk memersatukan Indonesia dan rasa
nasionalisme para generasi muda terdahulu dapat dijadikan sumber inspirasi dan motivasi
guna membangun rasa nasionalisme.
Oleh karenanya, generasi muda sebagai penerus cita-cita perjuangan bangsa yang besar
terpanggil untuk melestarikan dan mengembangkan jiwa persatuan tersebut disertai
dengan sikap rela berkorban untuk kepentingan nasional serta memupuk rasa kebangsaan
sbagai bangsa Indonesia dimanapun ia berada (H.Muzayin Ar, 1990 : 27).
d. Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan
Perwakilan
Masyarakat Indonesia terdahulu telah mengenal sistem bermusyawarah dalam
menyelesaikan masalah-masalah utamanya yang mnyangkut kepentingan bersama,
yang sampai saat ini masih berkembang di daerah pedesaan. Seperti dalam pemilihan
kepala desa, maka masyarakat melakukan musyawarah untuk menentukan kepala desa
yang baru.
Pentingnya musyawarah dan mufakat, H.A.W Widjaja ( 2000 : 16 ) berpendapat bahwa,
dalam musyawarah dan mufakat kepentingan manusia sebagai pribadi dan masyarakat
dijamin. Kepentingan manusia pribadi akan dikalahkan, bila bertentangan dengan
kepentingan umum. Kebebasan dijamin sesuai dengan mufakat. Segala sesuatu diambil
secara musyawarah untuk mendapatkan mufakat.
Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan, pada intinya adalah merujuk pada sistem “demokrasi” yang di anut oleh
bangsa Indonesia. Demokrasi di Indonesia juga dapat diartikan sebagai pemerintah dari
rakyat, oleh rakyat,dan untuk rakyat. Dan ciri khas kepribadian bangsa kita salah satunya
adalah, tindakan bersama baru dapat diambil bilamana telah diputuskan bersama.
Sistem-sistem pengambilan keputusan dengan bersama, atau sesuai dengan kepribadian
khas bangsa Indonesia itulah yang disebut dengan Demokrasi Pancasila, yaitu suatu sistem
demokrasi yang dijiwai dan diintegrasikan dengan nilai sila-sila Pancasila. Dalam
pelaksanaannya demokrasi ini harus dijiwai oleh sila Ketuhanan YME, yang diliputi oleh
rasa Kemanusiaan yang adil dan beradab yang disemangati dengan rasa Persatuan
Indonesia, serta ditunjukan kea rah pencapaian Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia ( Muzayin Ar 1990 : 29).
Peran generasi muda juga dapat terimplementasikan dalam sila ini. Utamanya pada
aktivitas-aktivitas yang bersinggungan dengan kepentingan orang banyak. Upaya
pengamalan nilai-nilai sila ini dapat dilakukan dengan berbagai kegiatan seperti, :
a. Berupaya untuk menutamakan musyawarah hingga mencapai kata mufakat dalam
mengambil keputusan untuk kepentingan bersama ,
b. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain dalam bermusyawarah,
c. Menutamakan kepentingan bersama, berbangsa dan bernegara diatas kepentingan
individu,
d. Berupaya untuk melaksanakan hasil musyawarah dengan tulus, ikhlas dan
bertanggung jawab,
e. Menjunjung tinggi rasa Keimanan, kemanusiaan, persatuan, dan keadilan dalam
bermusyawarah,
Pada era modern kini, kecenderungan generasi muda untuk tidak memusyawarahkan
setiap masalah sangat tinggi. Dengan kemajuan teknologi para generasi muda termanjakan
dengan proses instant dalam bertindak dan dalam beraktivitas. Generasi Muda juga akan
tertanam rasa nasionalisme jika mewujudkan sila ini. Sifat musyawarah dan gotong royong
yang merupakan ciri khas bangsa Indonesia, dan jika setiap permasalahan di selesaikan
dengan musyawarah maka akan tergerus konflik-konflik atas nama individu.
e. Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia
Bangsa Indonesia jika dilihat dari segi geografisnya terletak di antara dua Samudera dan
dua Benua, serta Indonesia terletak pada garis khatulistiwa yang cenderung beriklim
tropis. Keadaan yang seperti itulah membuat kekayaan alam Indonesia melimpah. Maka
dari itu pula rakyat Indonesia harus berupaya agar tercipta kesejahteraan yang adil dan
merata.
Keadilan sosial juga berarti keadilan yang berlaku bagi setiap hubungan manusia dan
masyarakat. Sesama anggota masyarakat adil juga diartikan apabila setiap warga negara
dapat menikmati hasil yang sesuai dengan fungsi dan peranannya dalam masyarakat.
Dapat dikatakan pula sila keadilan sosial ini melandasi segala ikhtiar dalam upaya
terciptanya pemerataan rasa keadilan utnuk kepentingan kesejahteraan bersama.
Keadilan disini juga dapat diartikan sebagai keberhasilan pemerataan pembangunan.
Peran pemerintah dalam pembangunan nasional juga sangat penting, utamanya dalam
pembuatan kebijakan dan aturan perundang-undangan. Begitupun dengan peran generasi
muda, dengan melakukan perbuatan yang bermanfaat bagi sesama anggota masyarakat,
tidak berbuat merugikan kepentingan orang banyak, serta tidak berpola hidup konsumtif
juga telah membantu mewujudkan keberhasilan pemerataan keadilan.
Pengamalan sila ini pada generasi muda, seperti sila-sila lainnya juga dapat dilakukan
pada kehidupan sehari-hari, seperti :
a. Mengembangkan sikap-sikap adil dalam setiap perbuatan,
b. Berlaku adil dalam memperlakukan orang lain tanpa memandang suku, warna kulit,
agama, status sosial,
c. Saling menghormati hak-hak orang lain,
d. Berusaha menghindarkan segala bentuk permusuhan dan perpecahan serta sikap
hidup yang mementingkan diri sendiri,
e. Menumbuhkan rasa suka bekerja keras,
f. Menanamkan sikap suka rela membantu orang lain dalam masyarakat,
g. Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum,
h. Melakukan perbuatan-perbuatan yang bermanfaat bagi kepentingan umum,
i. Menjauhi sikap hidup konsumtif dan mewah dan senantiasa untuk hidup sederhana.
Dengan pengamalan sila ke lima ini oleh berbagai pihak maka akan terminimalisir
terjadinya kemiskinan, keterbelakangan, dan penindasan di Indonesia, terjadinya banyak
eksploitasi di Indonesia juga karena kurangnya pengamalan sila keadilan. Keadilan juga
merupakan watak khas kehidupan bangsa yang telah diwariskan oleh nenek moyang
bangsa Indonesia dan harus dikembangkan serta dilestarikan oleh generasi muda guna
mmbangun rasa nasionalisme.
Upaya penanaman nilai-nilai Pancasila tidak boleh dipisahkan antara satu dengan yang
lainnya karena merupakan satu kebulatan yang utuh. Tidak akan dirasakan kegunaannya
dalam masyarakat apabila tidak dihayati dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari
secara sungguh-sungguh dan dilandasi dengan komitmen.
Pengamalan nilai-nilai Pancasila ini juga merupakan tugas bersama. Namun agar tetap
lestari dan dapat dikembangkan, peran generasi muda sangat penting. Pada era modern
kini tidak ada yang memfilter segala budaya modern yang masuk kedalam bangsa
Indonesia kecuali Pancasila. Hanya dengan pengamalan dan peghayatan Pancasilalah yang
dapat membangun jiwa nasionalisme dan patriotisme pada generasi muda.
9. Pentingnya Menanamkan Nilai-Nilai Pancasila pada Generasi Muda.
Pancasila sebagai pandangan hidup Bangsa Indonesia dengan cita-cita yang telah
disepakati dan diyakini bersama untuk direalisasikan dalam tindakan, sikap, dan perilaku
hidup bermasyarakat, berbangsa serta bernegara. Melalui cita-cita bersama tersebut
bangsa Indonesia mengerahkan pross pembangunan guna masyarakat yang adil dan
makmur.
Namun pada rezim Orde Baru orientasi bangsa cenderung berubah ke arah
pembangunan ekonomi kapitalis dan adanya pihak militer yang cenderung otoristik. Hal itu
semua menurut Penulis menyebabkan arah perkembangan Pancasila menjadi tertutup.
Pemerintah hanya fokus terhadap perkembangan ekonomi yang cenderung kapitalis dan di
motori oleh para konglomerat dan pihak asing.
Pada saat itu pula peran Pancasila seakan luntur. Dengan adnya pembatasan-
pembatasan kebebasan berpikir, berpendapat, dan berkumpul (berserikat). Para generasi
muda yang memerjuangkan nasib masyarakat banyak cenderung tersisihkan. Konsekuensi
dari situasi dan kondisi tersebut menyebabkan generasi muda pada awal reformasi
cenderung menjauhi Pancasila. ( Hariyono 2014 :13)
Generasi muda yang terlahir di akhir era Orde Baru dan Reformasi tentu memiliki sisi
historis yang berbeda. Pada tiap zaman yang ditapaki oleh generasi muda tentu memiliki
tantangan zaman yang berbeda-beda, dan tentu pula tidak dapat hidup pada zaman
generasi sebelumnya. Tapi, nilai-nilai dalam Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara perlu untuk dijadikan sumber keteladanan bagi para generasi muda guna
menghadapi tantangan di masa depan.
Pentingnya menjadikan Pancasila dan nasionalisme didalamnya menjadi bahan inspirasi
yang sangat essensial, karena di era modern ini informasi dan komunikasi berlangsung
tanpa batas waktu serta tempat. Sehingga generasi muda cendrung mudah untuk
mendapatkan pengaruh asing, baik yang positif maupun negatif. Pancasila dan
nasionalisme disini dapat dijadikan sebagai filter dalam menyaring pengaruh asing yang
sesuai dengan nilai-nilai luhur Bangsa Indonesia.
Kesadaran terhadap generasi muda tentang nilai-nilai dasar yang berkaitan dengan
Pancasila dan Nasionalisme Indonesia sangatlah perlu dibutuhkan di era modern. Memang
konskuensi dalam era modern ini adalah terbentuknya generasi muda yang cerdas, canggih
dan kompeten. Namun kita sadari pula jika ketiga aspek itu jika tidak didasari oleh
landasan yang kokoh, maka akan membahayakan orang lain dan kepentingan bangsa.
Landasan karakter para generasi muda harus tergali dan terinspirasi dari sistem nilai
Pancasila.
Kesimpulan
Nasionalisme adalah paham atau ajaran untuk mencintai bangsa dan Negara oleh warga
Negara untuk bersama-sama mencapai, mempertahankan, dan mengabdikan identitas,
integritas, kemakmuran dan kekuatan bangsanya.
Globalisasi adalah proses integrasi internasional yang terjadi karena adanya pertukaran
pandangan dunia, pemikiran, produk, dan berbagai aspek kebudayaan lainnya. Globalisasi
menyentuh segala bidang dalam kehidupan manusia.
Globalisasi sendiri membawa pengaruh dalam kehidupan masyarakat. Pengaruh yang
ditimbulkan globalisasi dalam masyarakat juga dapat mempengaruhi nasionalime,
terutama bagi generasi muda yang lebih cepat dalam menyerap informasi terbaru. Dampak
yang ditimbulkan pun ada dampak positif dan juga dampak negative.
Dalam menerima budaya asing kita perlu memperhatikan nilai-nilai pancasila. Pancasila
menerima pengaruh budaya asing dengan ketentuan atau substansi pancasila yaitu,
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan social bersifat tetap.
Cara menyikapi dampak dari globalisasi adalah menamamkan dan mengamalkan nilai-
nilai pancasila, mananamkan dan melaksanakan ajaran agama dengan sebaik-baiknya,
selektif dalam memeilih dan mampu memilih dan memilah kebudayaan asing yang sesuai
dengan nilai-nilai pancasila dan kepribadian bangsa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Ayuningtyas, Diyah. 2019. Pancasila sebagai Landasan Nasionalisme Generasi Muda
Bangsa Indonesia di Era Global.
Fadilah, Nurul. 2019. “Tantangan dan Penguatan Ideologi Pancasila Dalam Menghadapi Era
Revolusi Industri 4.0” dalam Jurnal of Digital Education, Communication, and Arts Vol.
2, No. 2 (hlm. 66-78).
Ferry, A. EKSISTENSI DAN PERAN PANCASILA DALAM MENUMBUHKAN RASA
NASIONALISME DAN CINTA TANAH AIR PADA GENERASI MILENIAL.
HusinAffan, M., & Maksum, H. (2016). Membangun Kembali Sikap Nasionalisme Bangsa
Indonesia Dalam Menangkal Budaya Asing Di Era Globalisasi M. Jurnal Pesona
Dasar, 3(4), 65–72. https://doi.org/10.7498/aps/62.010302.
Irhandayaningsih, A. (2012). Peranan pancasila dalam menumbuhkan kesadaran
nasionalisme generasi muda di era global. Humanika.https://doi.org/10.14710/
humanika.16.9.
Lestari, E. Y. (2019). Menumbuhkan kesadaran nasionalisme generasi muda di era
globalisasi melalui penerapan nilai-nilai Pancasila. ADIL Indonesia Journal, 1(1).
Rajasa.(2007). Kongres Pancasila IV. Jakarta: Bumi Aksara.
Riff, M. (1982.) Kamus Ideologi Politik Modern. Terjemahan oleh M. Miftahuddin
dan Hartian Silawati. 1995. Jogjakarta: Pustaka Pelajar.
Tim Penulis CB Pancasila. 2014.  Diktat Kuliah Character Building: Pancasila. Binus
University: CBDC, 000.
Yatim, B. (2001). Soekarno, Islam, Dan Nasionalisme. Bandung: Nuansa.
Ritter, Herry. 1986. Dictionary of Concepts in History. New York: Greenwood Press
Adisusilo, Sutarjo. 2009.” Nasionalisme – Demokrasi – Civil Society”.Jurnal Historia
Vitae.23(2)
Nurhaida dan M. Insya Musa.2015. ” Dampak pengaruh Globalisasi Bagi Kehidupan Bangsa
Indonesia”. Jurnal pesona Dasa r.3(3):4-5
Shafer, Boyd C. 1955. Nationalism Myth and Reality. New York: A Harvest Book Harcourt
Kaelan. 2016. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma
Darmiyati, Tri. 2011. “Pengaruh Globalisasi terhadap Nilai-nilai Nasionalisme”. Jakarta.
Kaelan. 2011. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Paradigma.
Jamli, Edison, 2005. Kewarganegaraan.
Jakarta: Bumi Aksara.
Kumpulan Makalah Kongres Pancasila IV. Yogyakarta: UGM.
Surono, ed. 2010. Nasionalisme dan Pembangunan Karakter Bangsa. Yogyakarta: Pusat
Studi Pancasila Press.

Anda mungkin juga menyukai