Anda di halaman 1dari 6

PELAKSANAAN KARAKTER PANCASILA DIKALANGAN MILENIAL

DEMI MEPERTAHANKAN BUDAYA DAN MEMAJUKAN INDONESIA


DI REVOLUSI INDUSTRI 5.0
Ridho Kurniawan PPKn 1B

PENDAHULUAN

Dewasa ini di era perkembangan teknologi dan informasi yang segala sesuatu sudah
semakin canggih, sebut saja era industri 4.0 yang sekarang sedang dalam revolusi menuju era
industri 5.0. Tidak bisa di pungkiri lagi bahwasannya penggunaan internet dan teknologi menjadi
kebutuhan sehari-hari pada masa sekarang. Usia muda, banyak inovasi Internet tak bisa
dipisahkan dari kehidupan seharihari anak muda zaman sekarang. Sebanyak 49,52 persen
pengguna internet di Tanah Air adalah mereka yang berusia 19 hingga 34 tahun. Kelompok ini
mengabsahkan profesi-profesi baru di ranah maya, semisal Selebgram dan lain sebagainya.
Perilaku dan kebiasaan pada generasi milenial yang berusia 18-40 tahun itu mempunyai tingkat
antusiasme terhadap penggunaan teknologi cukup tinggi, tetapi mempengaruhi terhadap sikap
dan perilaku nya.
Dampak teknologi mempunyai dua pengaruh, pertama pengaruh postif yaitu memberikan
manusia kemudahan untuk melakukan interaksi, mencari informasi lebih mudah, sedangkan yang
kedua pengaruh negatif, manusia akan menjadi perilaku yang egois, serba instan dan interkasi
terhadap lingkungan sekitar menjadi cukup buruk. Dibalik dampak positif yang terdapat pada
perkembangan sekarang, kita bisa melihat banyak pula dampak negatif yang terjadi, seperti sikap
individualisme, kurang rasa peduli dan menghormati, sikap intoleransi, dan masih banyak lagi.
Tentu hal ini sudah diluar konsep kebudayaan di Indonesia yang mana sikap menghargai,
menghormati, bersosialisasi, dan toleransi merupakan hal yang telah lama ada di indonesia yang
muncul di tengah-tengah masyarakat dan selalu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kemudian di dengan pesatnya perkembangan teknologi dan informasi pada saat ini
sangat di harapkan pada kaum milenial untuk bisa memanfaatkan segala yang ada untuk
memajukan dan mempersiapkan Indonesia untuk menyongsong era society 5.0. Dengan adanya
pendidikan karakter diharapkan juga mampu memberikan dampak bagi para kaum milenial yang
akan menajadi penerus estafet kepemimpinan bagi bangsa ini dalam segala hal diantaranya
mempertahankan budaya dan memajukan bangsa Indonesia di revolusi industri 5.0.
PEMBAHASAN

Kita hidup di era di mana globalisasi tidak bisa dihindari. Ketika manusia berevolusi,
sudah menjadi naluri manusia untuk selalu menginginkan lebih. Terutama bagi generasi muda
yang memiliki kewajiban untuk terus maju dan berinovasi. Generasi muda adalah sekelompok
anak muda yang sedang dalam proses pembentukan kepribadian dan identitas diri. Dalam hal ini,
generasi muda terkadang rentan terhadap hal-hal yang tidak baik bagi mereka. Generasi muda
penuh rasa ingin tahu. Generasi muda warga negara Indonesia di era globalisasi harus mampu
menerima aspek positif dari globalisasi agar tidak hanyut oleh pengaruh negatif globalisasi.
Karakter generasi muda erat kaitannya dengan kondisi lingkungannya. Bagi mereka, lingkungan
adalah tempat belajar langsung dalam kehidupan bermasyarakat. Pembangunan akhlak mulia
harus dimulai dan diterapkan sejak dini, membentuk jati diri generasi bangsa yang maju dan
berakhlak mulia. Indonesia adalah negara yang berpedoman pada falsafah pancasila dan
berwawasan hidup. Selain itu, karakter generasi muda Indonesia tidak boleh menyimpang dari
falsafah Pancasila. Generasi muda negeri ini harus memiliki karakter yang mendukung
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, refleksi dan keadilan sosial. Namun, dalam dunia globalisasi
yang pesat saat ini, banyak generasi muda yang melupakan karakter Pancasila. Hilangnya
falsafah Pancasila generasi muda menciptakan krisis moral dan karakter yang menjadi tantangan
besar bagi negara.
Pembinaan karakter generasi muda Indonesia di era globalisasi dapat dimulai dari
lingkungan terdekat anak muda itu sendiri, yaitu lingkungan keluarganya. Lingkungan rumah
merupakan tempat awal bagi anak muda untuk belajar sesuatu. Keluarga memiliki hak dan
kewajiban untuk memberikan pedoman karakter dasar agar generasi muda tidak terjerumus ke
dalam dampak negatif dari proses globalisasi yang semakin hari semakin berkembang.
Lingkungan keluarga perlu menjadi keteladanan, kebajikan dalam berbagai aspek kehidupan dan
dukungan serta menciptakan kondisi bagi generasi muda untuk memiliki terpaan yang luas dalam
kehidupan sosial. Setelah lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan menjadi lingkungan yang
besar pengaruhnya terhadap pembentukan kepribadian generasi muda. Dalam lingkungan
pendidikan inilah generasi muda bangsa memperoleh baik pengetahuan teoritis maupun langsung
serta pengalaman praktis, yang sangat besar pengaruhnya dalam pembentukan kepribadian
mereka untuk menghadapi perkembangan era globalisasi ini. Mulai dari aspek spiritual,
kecerdasan, pengendalian diri dan keterampilan perlu ditanamkan dalam lingkungan pendidikan
sejak usia dini, kemudian lingkungan masyarakat menjadi tahap akhir untuk membentuk
kepribadian manusia, cara generasi muda terhadap tren globalisasi. Di komunitas ini, generasi
muda bertanggung jawab atas semua perilaku yang mereka adopsi secara mandiri. Moralitas dan
kepribadian generasi muda terbentuk melalui cara mereka menjalani kehidupan sehari-hari.
Dalam lingkungan ini, anak-anak langsung dididik oleh kerasnya kehidupan di era globalisasi.
Mereka harus siap menghadapi masalah apa pun yang menghadang.
Indonesia adalah negara yang terkenal dengan kekayaan budayanya. Budaya yang
beragam ini merupakan salah satu kekuatan dan ciri khas Indonesia. Salah satu bentuk
kebudayaan yang dapat kita lihat adalah sisa-sisa material masa lalu. Peninggalan budaya kuno
ini dapat menjadi jembatan bagi kita untuk mengetahui tentang kehidupan pada masa itu dan
juga nilai-nilai luhur yang dijunjung oleh nenek moyang kita. Dengan memahami masa lalu, kita
bisa menghadapi masa depan yang lebih baik. Sejak reformasi hingga sekarang, budaya
Indonesia terus menghadapi banyak tantangan serius, terutama generasi muda yang salah
memahami budaya lokal. Banyak dari mereka tidak terlalu tertarik dengan budaya lokal. Banyak
generasi muda lupa bahwa mereka bahkan tidak tahu cerita lokal dan permainan tradisional.
Sedikit dari mereka yang mengetahui kejayaan Kerajaan Nusantara di masa lalu, seperti
kehebatan Kerajaan Sriwijaya dalam membangun kekuatan lautnya dan keberhasilan Kerajaan
Majapahit dalam menyatukan pulau Nusantara. Wacana budaya Indonesia mulai memudar di
kalangan masyarakat akibat gelombang pengaruh budaya asing, baik Barat maupun Asia.
Perkembangan teknologi yang menghapus ruang dan waktu juga berdampak signifikan. Oleh
karena itu, wacana budaya khususnya tentang nilai-nilai luhur harus terus diekspresikan guna
menangkal pengaruh negatif eksternal yang salah satunya dapat dilakukan dengan melestarikan,
meningkatkan dan mengembangkan nilai-nilai budaya nusantara, serta menginternalisasikannya
dalam masyarakat, khususnya generasi muda. Diperlukan upaya dari berbagai pihak untuk
melakukan hal ini, pemerintah melalui UU Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan
telah menunjukkan upaya untuk memajukan ragam kebudayaan lokal yang prosesnya dilakukan
melalui pelindungan, pengembangan, pemanfaatan, dan pembinaan kebudayaan nasional
Indonesia. Tidak hanya itu saja, pemerintah melalui Kemendikbud akan menganggarkan dana
abadi sekitar 5 triliun dari APBN untuk dana pemajuan kebudayaan tahun 2020 dan tahun-tahun
selanjutnya. (Agnes Setyowati, 2019).
Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh generasi milenial dalam upaya
mempertahankan budaya tradisional adalah dengan:
1. Generasi milenial harus bisa menjaga budaya tradisi asli bangsa Indonesia, karena ini
adalah identitas dan bernilai luhur dari nenek moyang bangsa Indonesia.
2. Kemajuan teknologi justru bisa kita manfaatkan untuk mengemas secara kreatif budaya
asli bangsa Indonesia untuk diperkenalkan di dunia internasional.
3. Mencintai budaya asli Indonesia bukanlah hal yang kuno dan ketinggalan jaman. Justru
akan bernilai positif jika bisa dengan kreatifitas menampilkan dan memperkenalkan
kepada dunia. Banyaknya orang asing yang belajar tentang budaya Indonesia telah
membuktikan, bahwa budaya Indonesia mempunyai nilai yang tinggi dan layak untuk
dipelajari dan bahkan harus dilestarikan.
Mencintai dan melestarikan budaya asli bangsa Indonesia mestinya tak menghalangi kita
dalam belajar ilmu sampai di negeri manapun. Pola hidupnya pun tak perlu berubah, tetap
memegang nilai-nilai budaya Indonesia, dan tak perlu hingar-bingar mengikuti budaya asing.
(Shinta Melodiyana Putri, 2018). Perkembangan budaya adalah proses mempertahankan atau
meningkatkan kebiasaan manusia dalam studi pembangunan yang menggambarkan bagaimana
budaya dan masyarakat berubah dari waktu ke waktu menunjukkan semakin banyak pengaruh
global. Banyak yang telah mengembangkan pengembangan budaya melalui kepentingan
transnasional. Beragam budaya yang ada di Indonesia harus semakin kita tonjolkan dalam
keseharian. Dengan begitu setiap orang, negara yang ada mengetahui bahwa Indonesia memi-liki
beragam budaya yang tak dapat diklaim oleh negara lain. Patut diingat bahwa bersatunya budaya
kita dapat mempererat tali persatuan diantara kita. Wujud dari persatuan itu salah satunya ketika
budaya dan agama yang kita anut bersatu menjadi suatu kesatuan tanpa ada pembedaan. Se-tiap
budaya yang ada wajib dihargai dan dianggap baik tanpa harus membanding-bandingkan budaya
siapa yang lebih baik. (Juandi Manullang, 2018). Mencintai keanekaragaman seni dan budaya
yang dimiliki oleh bangsa Indonesia merupakan tanggung jawab kita semua sebagai warga
Negara Indonesia. Keanekaragaman ini merupakan suatu kekayaan bangsa Indonesia yang harus
dijaga dan dilestarikan agar tidak dicuri atau ditiru oleh bangsa lain. Melestarikan kebudayaan
bangsa tidak dapat di batasi oleh usia maupun golongan manapun. Dengan cara kaum milenial
memperkenalkan budaya Indonesia secara masih dengan menggunakan teknologi yang sudah
semakin canggih, maka budaya Indonesia akan semakin terkenal dimata dunia yang tidak
menutup kemungkinan dengan cara tersebut bisa memajukan bangsa Indonesia menuju revolusi
industri di bidang budaya.

KESIMPULAN
Keluarga memiliki hak dan kewajiban untuk memberikan pedoman karakter dasar agar
generasi muda tidak terjerumus ke dalam dampak negatif dari proses globalisasi yang semakin
hari semakin berkembang. Lingkungan keluarga perlu menjadi keteladanan, kebajikan dalam
berbagai aspek kehidupan dan dukungan serta menciptakan kondisi bagi generasi muda untuk
memiliki terpaan yang luas dalam kehidupan sosial. Mulai dari aspek spiritual, kecerdasan,
pengendalian diri dan keterampilan perlu ditanamkan dalam lingkungan pendidikan sejak usia
dini, kemudian lingkungan masyarakat menjadi tahap akhir untuk membentuk kepribadian
manusia, cara generasi muda terhadap tren globalisasi. Salah satu bentuk kebudayaan yang dapat
kita lihat adalah sisa-sisa material masa lalu. Peninggalan budaya kuno ini dapat menjadi
jembatan bagi kita untuk mengetahui tentang kehidupan pada masa itu dan juga nilai-nilai luhur
yang dijunjung oleh nenek moyang kita. Sejak reformasi hingga sekarang, budaya Indonesia
terus menghadapi banyak tantangan serius, terutama generasi muda yang salah memahami
budaya lokal. Oleh karena itu, wacana budaya khususnya tentang nilai-nilai luhur harus terus
diekspresikan guna menangkal pengaruh negatif eksternal yang salah satunya dapat dilakukan
dengan melestarikan, meningkatkan dan mengembangkan nilai-nilai budaya nusantara, serta
menginternalisasikannya dalam masyarakat, khususnya generasi muda. Ada beberapa hal yang
harus dilakukan oleh generasi milenial dalam upaya mempertahankan budaya tradisional adalah
dengan:
1. Generasi milenial harus bisa menjaga budaya tradisi asli bangsa Indonesia, karena ini
adalah identitas dan bernilai luhur dari nenek moyang bangsa Indonesia.
2. Kemajuan teknologi justru bisa kita manfaatkan untuk mengemas secara kreatif budaya
asli bangsa Indonesia untuk diperkenalkan di dunia internasional.
3. Mencintai budaya asli Indonesia bukanlah hal yang kuno dan ketinggalan jaman. Justru
akan bernilai positif jika bisa dengan kreatifitas menampilkan dan memperkenalkan
kepada dunia. Banyaknya orang asing yang belajar tentang budaya Indonesia telah
membuktikan, bahwa budaya Indonesia mempunyai nilai yang tinggi dan layak untuk
dipelajari dan bahkan harus dilestarikan
DAFTAR PUSTAKA
Pattiruhu, F. J. (2022). Hakekat Pendidikan Pancasila Bagi Generasi Milenial. Jurnal Riset
Sosial Humaniora dan Pendidikan, 1(3), 45-55.

Ariyanto, A. Mempersiapkan Sumber Daya Manusia Menyongsong Era Society 5.0. Membangun


SDM Tangguh di Tengah Gelombang, 1.

Hasibuan, A. D. (2019, August). TELAAH ARAH DAN DAMPAK ERA INDUSTRI 4.0
TERHADAP KARAKTER MILENIAL. In INTERNATIONAL SEMINAR AND
CONFERENCE GUIDANCE AND COUNSELING COLLABORATION DEPARTEMENT
GUIDANCE AND COUNSELING ISLAMIC (FITK-UINSU MEDAN) WITH ACADEMY
OF TARBIYAH SCIENCE AL ITTIHADIYAH (p. 378).

Kholisah, N., & Dewi, D. A. (2022). Peranan Pancasila Dalam Membentuk Karakter Pada I-
Generasi Dan Milenial Yang Terkandung Di Dalam Nilai-Nilai Pancasila. Jurnal
Kewarganegaraan, 6(1), 1726-1731.

Hibatullah, F. A. (2022). PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP PEMBANGUNAN


KARAKTER GENERASI MUDA BANGSA INDONESIA. Jurnal Pesona Dasar, 10(1).

Ayanti, L. W., Yusmitha, N. M. Y., & Sawitri, D. (2022). PENELITIAN TINGKAT


PERSPEKTIF GENERASI Z DALAM UPAYA MEMPERTAHANKAN BUDAYA
TRADISIONAL DALAM TRANSISI ERA SOCIETY 5.0. Prosiding Pekan Ilmiah
Pelajar (PILAR), 2, 455-463.

Anda mungkin juga menyukai