Anda di halaman 1dari 3

PERAN KAUM MILLENNIAL DALAM MENGHADAPI KRISIS IDENTITAS DAN

PUDARNYA BUDAYA LOKAL

Elza Bella Nagatha

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dijaman yang sudah canggih ini, segala sesuatu bisa dipergunakan untuk segala
apapun mulai dari segi sosial, ekonomi, dan budaya. Perkembangan ini yang
membuat segala sesuatu menjadi lebih mudah, praktis, efisien dan canggih.
Perubahan tersebut banyak berdampak positif tapi adapula yang negatif. Tetapi, dari
segi positifnya, kita bisa ambil dari segi ekonomi. Di segi Ekonomi banyak kemajuan
yang sudah diterapkan pada zaman sekarang.

Generai Millennial merupakan sebuah istilah yang saat ini ramai diperbincangkan.
Banyak peneliti sering mengelompokkan generasi kedalam generai yang lahir antara
tahun 1980-2000. Dengan kata lain generasi millennial adalah generasi muda masa
kini yang saat ini berusia kisaran 12-34 tahun. Banyak studi sebelumnya yang sudah
menjelaskan mengenai generasi millennial.

Generasi Millenial memang unik dibandingkan dengan generasi sebelumnya.


Keunikan dari generasi millennial dibanding generasi sebelumnya adalah soal
penggunaan teknologi dan budaya pop/musik. Kehidupan generasi millennial tidak
bisa dilepaskan dari teknologi terutama internet, entertainment/hiburan sudah
menjadi kebutuhan pokok bagi generasi ini (Ramadhan, 2017). Hidup tanpa internet
merupakan sesuatu yang tabu atau jarang dilakukan bagi kebanyakan orang pada
saat ini

Tujuan Penulisan

Tujuan dituliskannya paper ini adalah untuk menunjukkan betapa pentingnya kaum
millenial untuk menghadapi krisis identitas nasional karena kecanggihan yang dimiliki
kaum millenial membuatnya rawan terpengaruh dengan budaya luar dan
memudaarkan budaya lokal. Tapi jika fasilitas itu dimanfaatkan dengan baik, maka
akan berdampak baik pula.

1
BAB II ISI

Globalisasi tak dapat dijauhkan dari perkembangan teknologi yang semakin mutakhir.
Perkembangan teknologi dalam kehidupan masyarakat berkembang amat cepat.
Beragam kabar dari berjenis-jenis belahan dunia dapat diakses secara cepat dan
ringan. Wal hasil, perkembangan teknologi sekarang telah tak dapat dihindari lagi,
salah satu kongkretnya merupakan dengan adanya konvergensi media.

Konvergensi media merupakan penyatuan atau penggabungan berjenis-jenis media


dan teknologi komunikasi. Konvergensi media merupakan integrasi dari fungsi-fungsi
beberapa media ke dalam satu media. Selain ini membuat runtuhnya tembok
pemisah antara berjenis-jenis teknologi dan aplikasi komunikasi dan kabar, sehingga
antara teknologi satu dan yang lainnya tak dapat dibedakan lagi.

Jika dilihat dari gaya hidup generasi millenial saat ini cenderung hedonis terutama di
kota-kota besar, mereka memiliki cara tersendiri untuk meluapkan ekspresi mereka,
dunia hidup mereka tidak lepas dari hiburan dan teknologi terutama internet (media
sosial) (Ramadhan, 2017). Di Indonesia, media sosial sudah seperti menjadi
kebiasaan mereka sehari-hari, mereka dapat melihat perkembangan baru dari teman
begitu pula sebaliknya. Bahkan mereka juga dapat membaca berita terbaru lewat
media sosial, bebas men-share apapun di media sosial.

Dalam arus globalisasi ada begitu banyak tantangan yang dihadapi oleh berbagai
negara, karena segala kecanggihan terknologi inilah kita dapat menerima semua
informasi yang berasal dari luar negeri, kita bisa mengetahui, mencari tahu, bahkan
beradaptasi dengan cepat budaya luar negeri. Dengan begitu tidak menutup
kemungkinan jika ada perasaan suka dengan budaya luar apalagi sampai mengikuti
dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Namun apa jadinya jika semua kaum millenial mempunyai perasaan yang sama dan
menganggap jika budaya lokal merupakan budaya yang sudah kuno dan tidak jaman
lagi. Padahal budaya adalah salah satu faktor penentu jati diri bangsa. Tentunya ini
akan menghilangkan identitas nasional kita, identitas yang menunjukkan seperti apa
sebenarnya negara kita Indonesia ini.

Begitu banyak tuntutan untuk menyesuaikan diri terhadap kondisi tersebut. Termasuk
juga tantangan dalam mempertahankan jati diri bangsa. Dengan kita lebih
menghargai dan mempertahankan budaya kita, akan lebih banyak lagi negara-negara

2
yang akan tahu tentang bangsa kita dan dapat mendatangkan berbagai keuntungan
seperti nama Indonesia yang terkenal dengan surganya alam yang indah.

Menurut Purwono (2017) di Indonesia, ada sekitar 81 juta penduduk yang termasuk
dalam generasi millennial. Berarti sekitar hampir dari total 32% dari total populasi di
Indonesia. Pertanyaannya siapkah mereka untuk membangun dan meneruskan
Indonesia? Ini akan menjadi tantangna terbesar bagi kaum generasi millennial
Indonesia.

BAB III PENUTUP

Pemuda dan semangatnya sangat dibutuhkan dalam berbagai hal, termasuk


melestarikan budaya lokal. Untuk menghadapi tantangan dalam mempertahankan
indentitas nasional memerlukan strategi supaya budaya lokal di Indonesia tidak
pudar. Strategi yang dibutuhkan diantaranya dengan mengembangkan nasionalisma,
Pendidikan, budaya dan bela negara.

DAFTAR PUSTAKA

Ramadhan, Anggia. (2017). Generasi Millennial Indonesia: Sebuah Gambaran


Pemuda Indonesia Selanjutnya. http://waspada.co.id/artikel-pembaca/generasi-
millennial-indonesia-sebuah-gambaran-pemuda-indonesia-selanjutnya/. Diakses
pada Kamis, 13 Desember 2018, pukul 1:19.

Purwono, Dian Shanti. (2017). Peran dan Tantangan Pemuda di Era Generasi
Millennial. http://serikatnews.com/peran-dan-tantangan-pemuda-di-era-generasi-
milenial/. Diakses pada Rabu, 12 Desember 2018, pukul 23:35.

Anda mungkin juga menyukai