Anda di halaman 1dari 5

PELESTARIAN MUSEUM OLEH GENERASI Z DALAM MEWUJUDKAN

GENERASI EMAS 2045 BERLANDASKAN KARAKTER PEMUDA BANGSA

Abstrak

Era Revolusi Industri 4.0 menjadi kesempatan dan tantangan tersendiri bagi Generasi Emas
Indonesia dalam mewujudkan proyeksi mengenai Indonesia di tahun 2045. Dalam hal ini
peran generasi Z sebagai wadah untuk melestarikan kebudayaan. Penelitian yang digunakan
ini adalah kualitatif deskriptif dengan memanfaatkan menghimpun informasi yang relevan
yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Hasil dari penelitian ditemukan bahwa dari sisi
pewarisan kebudayaan, generasi ini adalah penentu bagi generasi berikutnya yang dikenal
dengan sebutan generasi Z. Sehingga baik-buruknya generasi selanjutnya sangat ditentukan
oleh generasi ini, termasuk apakah suatu kebudayaan lama akan tetap bertahan atau akan
megalami perubahan maupun mengalamai kepunahan. Nasionalisme perlu ditingkatkan pada
Generasi Z sebab mereka mudah menerima budaya dan paham asing. Salah satu caranya
adalah menggunakan teknologi sebagai media pengenalan budaya bangsa serta media untuk
menanamkan rasa cinta tanah air.

Kata Kunci : Generasi Z, Tahun 2045, Budaya

Pendahuluan

Generasi milenial merupakan generasi muda yang berumur antara 19 sampai 40


tahun. Dengan kata lain generasi ini sangat dipengaruhi oleh arus perkembangan kemajuan
teknologi saat ini. Oleh karena itu, generasi ini sangat berbeda generasi sebelumnya yang
lebih banyak melakoni aktivitas yang bersifat manual melalui kontak sosial secara lagsung.
Generasi milennial ini merupakan generasi tumbuh di tengah kemajuan teknologi terkini,
oleh sebab itu mereka lebih mengenal berbagai informasi dan seluk beluk kehidupan dunia
luar.Generasi milenial digunakan untuk menyebutkan generasi Y, yaitu kelompok generasi
muda berdasarkan usia dilahirkan sebelum generasi Z. Ini menunjukkan bahwa generasi ini
merupakan generasi peralihan dari generasi sebelumnya yang dikenal dengan generasi X,
yaitu generasi tua yang telah berusia empat puluh tahun ke atas. Di Amerika Serikat
penyebutan generasi milenial ini mulai dipopulerkan sejak tahun 1993 yang ditujukan kepada
mereka yang lahir sebelum pergantian abad ke-21 atau pergantian era milenium yakni masa
jangka waktu seribu tahun, sehingga generasi Y dikenal dengan sebutan generasi millenial
atau milenium.
Sesuai dengan kelompok usianya generasi milenial lahir di tengah perkembangan arus
teknologi informasi dan komunikasi modern sehingga pola komunkasinya banyak
memanfaatkan jaringan intenet khususnya media-media sosial yang berkembang saat ini.
Pengaruh komunikasi dalam jaringan ini sangat berpengaruh terhadap pandangan mereka
terhadap kehidupan sosial dan ligkungannya yang cenderung lebih terbuka dan perhatiannya
terhadap perubahan kehidupan sosial, ekonomi dan politik lebih bersifat reaktif (Putra, 2016).
Salah satu aset bangsa dalam menjaga dan melestarikan budaya warisan bangsa Indonesia
yaitu mencapai generasi emas 2045 melalui menjaga dan melestarikan budaya Indonesia.

Indonesia di tahun 2045 memasuki usia emas nya, 100 tahun Indonesia merdeka.
Selain itu, karena merupakan generasi penerus bangsa yang pada periode tersebut memiliki
banyak penduduk usia produktif,sangat berharga dan sangat bernilai, sehingga perlu dikelola
dan dimanfaatkan dengan baik agar berkualitas menjadi insan yang berkarakter, cerdas, dan
kompetitif inilah yang disebut dengan bonus demografi. Sebaliknya, jika pemerintah dan
seluruh elemen bangsa tidak saling bahu-membahu dalam mempersiapkan generasi emas
tersebut. Maka, bukan menjadi bonus demografi yang Indonesia dapatkan tetapi malapetkan
demografi. Revolusi Industri 4.0 dan Indonesia Emas tahun 2045 seperti dua kutub yang
tidak bisa dipisahkan. Karena, terwujudnya Indonesia Emas tahun 2045 tergantung
bagaimana kesiapan generasi Y dan Z yang merupakan Generasi Emas Indonesia dalam
menghadapi Revolusi Industri 4.0.

Metodelogi Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan
pendekatan filosofis, Metode kualitatif bermaksud memahami perilaku, persepsi, motivasi,
tindakan atau fenomena dan menuangkannya secara deskriptif dalam kalimat (Moleong
dalam Sustianingsih, 2020: 4). Selain menggunakan pendekatan filosofis, penelitian ini
menggunakan kajian pustaka sebagai sumber sekunder untuk memahami fenomena dan
memberikan pandangan terkait urgensi milineal dengan pewarisan dan pelestarian museum.
Adapun literatur yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa buku, artikel, berita
dalam surat kabar

Hasil dan Pembahasan

Dikarenakan terwujudnya Indonesia Emas tahun 2045 tergantung bagaimana kesiapan


generasi emas (Y dan Z) menghadapi Revolusi Industri 4.0, seperti yang penulis jelaskan
sebelumnya, generasi Y dan Z adalah generasi melek teknologi, generasi yang tak terlepas
dari media online, yang interaksi sosialnya intens karena internet. Jadi, kampanye pentingnya
wawasan Indonesia Emas 2045 di media digital online adalah pilihan yang tepat karena
efektif, sesuai dengan kehidupan sehari-hari aktor utama sang penentu Indonesia Emas 2045.

Bagimana Indonesia Emas 2045 akan terwujud sedangkan aktor utamanya, yaitu
generasi Y dan Z yang menjadi penentu Indonesia Emas 2045 tidak memiliki wawasan
mengenai visi/cita-cita Indonesia Emas 2045 itu sendiri ? Visi itu harus dikomunikasikan
dengan baik dan jelas, serta harus ada yang mau menyampaikan visi Indonesi Emas 2045
kepada generasi Y dan Z khususnya. Jika masalah mendasar ini dibiarkan terus bertumbuh,
penulis berpendapat bahwa sangat sulit terwujudnya Indonesia Emas 2045. Negara yang
mandiri, maju, adil dan makmur serta negara besar dunia yang merupakan cita-cita Indonesia
Emas 2045 hanya menjadi angan belaka. Terhadap masalah kurangnya wawasan generasi Y
dan Z mengenai Indonesia Emas 2045, dimana wadah digital untuk Generasi Emas Indonesia
yang saling terhubung dalam jejaring sosial digital untuk saling berbagi kesadaran, mimpi,
gagasan dan pemikiran dan saling menguatkan satu sama lain demi terwujudnya Indonesia
Emas tajun 2045. Kami ingin menyebarkan semangat optimisme dan nasionalisme ke seluruh
anak-anak muda Indonesia dari Sabang sampai Merauke dari Miangas ke Rote.

Pelibatan kalangan milenial dalam pelestarian dan pengembangan museum tidak


dapat dilakukan dengan baik tanpa mengubah cara pandang mereka tentang museum.
Mengubah cara pandang ini membutuhkan public relations. Menurut Ruslan (2012: 6), public
relations adalah sesuatu yang direncanakan berupa komunikasi persuasif yang didesain untuk
mempengaruhi segmen publik tertentu. Komunikasi persuasif merupakan suatu proses yang
mengubah sikap, keyakinan, pandangan, atau perilaku. Syamsiah dan Sari (2013)
beranggapan public relations menjalani kegiatan merancang suatu pesan dalam bentuk
informasi atau berita, dengan menggunakan sejumlah strategy of persuations, yang bertujuan
untuk membujuk khalayak untuk mengubah opini atau pandangannya. Dengan demikian
tahapan penyadaran terhadap publik, terkhusus kalangan milenial ini sangat dibutuhkan peran
aktif pemerintah untuk mempromosikan secara masif di tengah-tengah masyarakat, baik
melalui media cetak, elektronik, media sosial maupun berbagai event-event budaya yang
menarik.

Pentingnya penyadaran generasi milenial akan fungsi museum dalam suatu


masyarakat ini memiliki banyak keuntungan, baik untuk pelestarian maupun pengembangan
museum ke depan. Keterlibatan dan partisipasi generasi milenial dalam pelestaian museum
ini akan menentukan esksistensi museum di masa-masa yang akan datang, baik ditinjau dari
usia mereka yang sangat produktif maupun dari sisi pewarisan nilai-nilai kearifan dan
kebudayaan selanjutnya. Selain itu generasi ini secara daring mereka tersambung dengan
komunitas-komunitas yang luas, terutama melalui jejaring media sosial dan internet.
Pembentukan kesadaran arti penting museum pada generasi ini secara tidak langsung akan
ikut mempopulerkan museum tanpa biaya promosi yang besar. Dari sisi pewarisan
kebudayaan, generasi ini adalah penentu bagi generasi berikutnya yang dikenal dengan
sebutan generasi Z. Sehingga baik-buruknya generasi selanjutnya sangat ditentukan oleh
generasi ini, termasuk apakah suatu kebudayaan lama akan tetap bertahan atau akan
megalami perubahan maupun mengalamai kepunahan.

Kesimpulan

Revolusi Industri 4.0 dan Indonesia Emas seperti dua kutub yang tidak bisa
dipisahkan.Karena terwujudnya Indonesia Emas tahun 2045 tergantung bagaimana kesiapan
menghadapi Revolusi Industri 4.0.Akhir kata, penulis mengajak dan mengundang kita semua
untuk bersama-sama mengkampanyekan Indonesia Emas tahun 2045 dan menulis mimpi dan
gagasannya di www.indonesia2045.org demi terciptanya kesadaran generasi Y dan Z akan
visi Indonesia Emas tahun 2045. Pentingnya penyadaran generasi milenial akan fungsi
museum dalam suatu masyarakat ini memiliki banyak keuntungan, baik untuk pelestarian
maupun pengembangan museum ke depan. Keterlibatan dan partisipasi generasi milenial
dalam pelestaian museum ini akan menentukan esksistensi museum di masa-masa yang akan
datang, baik ditinjau dari usia mereka yang sangat produktif maupun dari sisi pewarisan nilai-
nilai kearifan dan kebudayaan selanjutnya.

Ucapan Terimakasih

Ucapan terimakasih kepada semua pihak yang membantu dalam penyelesaian artikel
ini. Demikian artikel ini dibuat, apabila terdapat kesalahan atupun kekurangan dalam
penulisan atau adapun ketidaksesuaian pada materi memohon maaf. Selaku penulis menerima
kritik dan saran dari pembaca agar bisa membuat artikel yang lebih baik. Sekian dan terima
kasih atas perhatiannya,diharapkan artikel ini dapat sesuai dengan kaidah-kaidah yang
diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Agustin, D. S. Y. (2011). Penurunan Rasa Cinta Budaya dan Nasionalisme Generasi Muda
Akibat Globalisasi. Jurnal Sosial Humaniora, 4(2).

Nurbaidah, M. (2015). Dampak Pengaruh Globalisasi bagi Kehidupan Bangsa Indonesia.


Jurnal Pesona Dasar, 3(3).

Ruslan, I. (2014). Membangun Nasionalisme sebagai Solusi untuk Mengatasi Konflik SARA
di Indonesia. Jurnal TAPIs, 10(1).

Widiyono, S. (2019). Pengembangan Nasionalisme Generasi Muda di Era Globalisasi. Jurnal


Populika, 7(1), 12.

Anda mungkin juga menyukai