Anda di halaman 1dari 5

Generasi Milenial Di Era Society 5.

0 Dalam
Bingkai Rahmatan Lil Alamin
Oleh : Naita Novia Sari

Saat ini hadirnya generasi milenial adalah sunnatullah, munculnya generasi ini sebagai akibat
kemajuan sains dan teknologi. Generasi milenial adalah generasi yang lahir mulai tahun
1980-1990-an atau 2000-an dengan karakter pribadi yang kreatif, memiliki ide dan gagasan
yang cemerlang, terbiasa berpikir out of the box, percaya diri, pandai bersosialisasi serta
berani menyampaikan pendapat di depan publik melalui media sosial.

Generasi milenial cenderung selalu ingin mencari tahu mengenai perkembangan zaman.
Mereka mencari, belajar dan bekerja di dalam lingkungan inovasi yang sangat mengandalkan
teknologi untuk melakukan perubahan di dalam berbagai aspek kehidupannya. Generasi
milenial lebih percaya User Generated Content (UGC) daripada informasi searah, wajib
punya media sosial sebagai tempat bersosialisasi, kurang suka membaca secara konvensional,
mengikuti perkembangan teknologi, cenderung tidak loyal tetapi bekerja efektif.

Generasi milenial sangat bergantung pada media sosial namun mereka belum memiliki filter
yang kuat untuk dapat menyaring informasi yang diterima. Nampak terlihat kecenderungan
pengguna internet yang sering tidak peduli dengan nilai-nilai moral dan etika dalam
berkomunikasi dan menyebarkan informasi di media sosial. Padahal etika sangat berperan
guna menghindari terjadinya konflik dalam bersosialisasi. Oleh karena itu generasi milenial
perlu mempersiapkan diri dengan memperbaiki karakternya.

Generasi milenial juga mempunyai tantangan dalam menghadapi era baru dikehidupannya
yakni era society 5.0. Society 5.0 sebagai komplemen Revolusi Industri 4.0 perlu diarahkan
pada peran generasi milenial untuk kemajuan bangsa di masa mendatang. Society 5.0 dapat
diartikan sebagai suatu konsep masyarakat yang berpusat pada manusia (human centered)
yang berbasis teknologi (technology based). Perkembangan teknologi yang begitu pesat,
termasuk adanya peran-peran manusia yang tergantikan oleh kehadiran robot cerdas. Untuk
itu maka diperlukannya pemahaman society 5.0 yang berbasis spiritualitas dan kebudayaan
sebagai bekal bagi proses pengembangan generasi milenial yang siap akan problematika dan
tantangan.

Melalui Society 5.0, kecerdasan buatan (artificial intelligence) akan mentransformasi jutaan
data yang dikumpulkan melalui internet pada segala bidang kehidupan (the Internet of
Things) menjadi hal baru, yang akan didedikasikan untuk meningkatkan kemampuan manusia
membuka peluang-peluang bagi kemanusiaan. Transformasi ini akan membantu manusia
untuk menjalani kehidupan yang lebih bermakna, meningkatkan kualitas hidup dan dapat
mewujudkan masyarakat yang dapat menikmati kehidupan sepenuhnya. Pada era ini
teknologi berkembang sangat luar biasa dan telah membawa perubahan yang sangat drastis
kepada generasi milenial. Perubahan mulai dirasakan dari bersosialisasi, cara berkomunikasi,
memperoleh informasi sampai cara berpikir dan tindakan terhadap permasalahan yang
dihadapi.

Di era serba instan ini sering tampak berbagai persoalan seperti, maraknya praktik politisasi
agama, penyalahgunaan dakwah, eksploitasi umat, hingga banyaknya hate speech, hoax dan
fitnah kini membanjiri wajah keberagaman bangsa. Menghadapi era seperti ini sudah saatnya
generasi milenial turut andil dalam menyebarkan konten positif. Setiap bangsa sangat
mengharapkan dapat menghadirkan generasi milenial yang berkualitas dan berkeseimbangan,
baik secara aspek agama (aqidah, syariah dan akhlak), aspek pendidikan dan keterampilan,
aspek keberadaban (budaya, nilai dan teknologi), aspek kesejahteraan (ekonomi dan
nonekonomi) serta aspek sosial (kemasyarakatan dan kebangsaan).

Generasi milenial yang berkualitas sesungguhnya harus disiapkan melalui beberapa tahap
yakni penanaman unsur aqidah, syariah dan akhlak secara kuat dan maksimal, sehingga
melahirkan generasi milenial yang cerdas, sabar dan shalih. Memberikan bekal ilmu, sains
dan keterampilan berbasis teknologi, sehingga melahirkan generasi yang profersional dan
inovatif. Menyiapkan lingkungan, tradisi dan budaya hidup yang mampu mendorong lahirnya
generasi yang berkarakter, berintegritas dan istiqamah.

Menyikapi kondisi seperti ini dibutuhkan generasi milenial yang dibalut dengan bingkai nilai-
nilai rahmatan lil alamin. Rahmatan lil alamin adalah memahami al-Qur’an dan Hadis untuk
kebaikan semua manusia, alam dan lingkungan. Seperti yang tertera pada Al Qur’an Surat Al
Anbiya Ayat 107 “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat
bagi semesta alam.”

Rahmatan lil alamin merupakan ciri keagungan Islam, yang penjabaran secara kongkrit
diantaranya, orang lain ikut menikmatinya, merasakan faedahnya, terangkat martabatnya,
siapapun membutuhkannya dan semua orang terbantu olehnya. Pelaksanaan Islam rahmatan
lil alamin membutuhkan sebuah sikap yang bijaksana dalam mengelolanya, yaitu: sikap yang
profesional, tidak mudah terpancing, tidak emosional, tetapi tetap sabar sambil memberikan
pemahaman yang lengkap tentang Islam. Pelaksanaan Islam rahmatan lil alamin
membutuhkan rasionalitas, penguasaan diri, mencari jalan keluar, pemaaf, kasih sayang,
berbaik sangka, tasamuh (toleran), tawasuth (moderat), adil, demokratis.

Seorang muslim yang baik dan yang kaffah adalah yang mampu membumikan nilai-nilai Al-
Quran. Nilai-nilai Al Quran yang dipahami benar-benar sesuai dengan kontekstualitas, bukan
nilai-nilai yang kaku dan menakutkan. Nilai-nilai yang membuat perilaku muslim disebut
sebagai pribadi yang berakhlakul karimah.

Ajaran-ajaran yang ada dalam Al Quran adalah pedoman alam semesta. Jika diamalkan maka
akan membentuk karakter yang sakinah, mawaddah wa rahmah. Karakter-karakter itulah
yang disebut perilaku moderat. Karakter seperti ini lah yang harus dimiliki generasi milenial
menyongsong era society 5.0.
Era Society 5.0 untuk Keberagaman
Indonesia
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, budaya memiliki arti akal budi, secara umum,
budaya dapat diartikan sebagai suatu cara hidup yang terdapat pada sekelompok manusia
yang telah berkembang dan diturunkan dari generasi ke generasi dari sesepuh kelompok
tersebut. Tentunya, Indonesia memiliki banyak keberagaman budaya dikarenakan Indonesia
mempunyai banyak pulau dan masyarakat di setiap pulau mempunyai budayanya masing-
masing dan berkembang sesuai dengan tingkat kemajuan lingkungannya. Dikutip dari laman
indonesia.go Indonesia sendiri memiliki 143 ragam bahasa, 1340 suku bangsa, dan 6 agama.
Sebagai Warga Negara Indonesia, kita sangat dianjurkan untuk menjaga dan
memperkenalkan budaya kita ke negara luar. Banyak ancaman internal dan eksternal yang
mulai terlihat seiring dengan perkembangan teknologi dan globalisasi.

Akan tetapi, di era 5.0 yang berpusat kepada aspek manusia dibarengi dengan
berkembangnya teknologi kita dapat memanfaatkan era ini untuk membantu
memperkenalkan ke budaya luar. Maraknya perkembangan teknologi dapat membuat
pertukaran informasi menjadi sangat cepat. Konten negatif juga dapat tersebar di berbagai
platform. Meminimalisir tersebarnya konten negatif dengan membuat konten berisi hal-hal
yang dapat dipelajari dan dikenal oleh semua kalangan.

Untuk hal yang dapat kita lakukan di era 5.0 ini adalah memanfaatkan media sosial untuk
memperkenalkan budaya Indonesia dengan membuat konten yang berisi tentang edukasi
budaya Indonesia. Dengan adanya sosial media ini kita juga dapat melakukan kolaborasi
online dengan warga negara luar. Mudahnya komunikasi antarnegara ini jika dilihat dari sisi
positif dapat menjadi sarana untuk dikenalkannya budaya kita ke negara luar dan sebaliknya.

Dari platform online sendiri pemuda Indonesia banyak yang sudah bergerak dalam kegiatan
memperkenalkan budaya Indonesia ke negara luar, contohnya adalah Global Village yaitu
program dari AIESEC yang sudah terlaksana di beberapa kota di Indonesia. Global Village
sendiri adalah sebuah festival budaya yang rutin dilaksanakan AIESEC setiap tahunnya.
Dikutip dari laman goodnewsfromindonesia.com di program ini Exchange Participant akan
mengenalkan budayanya. Melalui program ini diharapkan keberagaman Indonesia sedikit
demi sedikit dapat dikenal oleh negara luar.

Tidak sedikit budaya Indonesia terkenal lewat media online karena adanya branding dari
budaya kita, contohnya yang dilaksanakan di Candi Borobudur, Candi Prambanan, dan Pura
Luhur Uluwatu. Banyak turis yang mengenal salah satu keajaiban dunia ini melalui sosial
media mereka yang membuat turis kerap berkunjung ke Candi Borobudur. Secara tidak
langsung, kita sudah memanfaatkan media sosial untuk sarana memperkenalkan budaya kita.
Pertunjukan kesenian di Candi Borobudur ini menampilkan kuda lumping, jathilan, topi
ireng, dan lain sebagainya. Sedangkan, di Candi Prambanan sendiri terkenal sejak lama
pementasan Ramayana. Ramayana menceritakan perjuangan Rama memperoleh kembali
istrinya yaitu Sinta dari penculikan yang dilakukan oleh Rahwana. Tentunya, hal ini yang
menarik perhatian dari semua kalangan, tidak hanya turis saja tetapi juga warga lokal yang
berkunjung ke Candi Prambanan.
Yang terakhir, kita dapat melihat contoh dari pertunjukan Tari Kecak yang berasal dari Bali
yang dilaksanakan di Pura Luhur Uluwatu. Pulau Bali termasuk pulau yang paling sering
dikunjungi turis. Warga Bali dapat memanfaatkan hal ini untuk memperkenalkan kesenian,
baju adat, dan makanan khasnya. Tari Kecak sendiri banyak ditonton oleh turis karena ciri
khas dari tarian ini yang menampilkan atraksi api. Dengan sudah tersedianya wadah untuk
kita ikut melestarikan budaya Indonesia, tentunya tidak ada alasan untuk kita tidak
melestarikan budaya. Kita bisa berpartisipasi ke unit kegiatan kesenian yang kita minati.

Tidak harus muluk-muluk untuk berpartisipasi dalam melestarikan budaya, kita dapat
memulai dengan menggunakan batik, menggunakan barang buatan Indonesia, mempelajari
kesenian dari daerahnya. Contoh riil yang bisa kita lihat adalah digunakannya pakaian adat
setiap tanggal tertentu di beberapa sekolah. Hal lain yang sudah banyak pemuda laksanakan
adalah mengadakan workshop sesuai minat mereka yang dapat diikuti oleh berbagai
kalangan.

Oleh karena itu, kita sebagai warga negara Indonesia seharusnya dapat berpartisipasi dalam
pelestarian budaya melalui jaringan online ataupun offline. Dengan melakukan hal yang
paling mudah tidak menjadi alasan warga negara Indonesia untuk tidak berpartipasi dalam
melestarikan budaya Indonesia, khususnya para pemuda diharapkan aktif dalam hal ini,
karena pemuda yang akan membawa negara ini kemasa depan. Seiring berjalannya waktu,
kebudayaan Indonesia tetap harus dikenal oleh warga lokal dan warga luar agar tidak terkikis
dengan perkembangan zaman.
Tantangan Generasi Muda Dalam
Menghadapi Era Society 5.0
Apa itu Era Society 5.0? Masyarakat Era 5.0 adalah dimana manusia menjadi komponen
utama dalam menciptakan nilai baru yang humanis dalam perkembangan teknologi.
Sebelumya sudah ada Society 1.0 sampai Society 4.0, yang dimana Society 1.0 berada di
masa saat manusia masih berburu dan menjamu. Kemudian dilanjut dengan 2.0 dimana
manusia mulai bercocok tanam. Setelah itu, Masyarakat 3.0 yaitu saat manusia mengenal
perindustrian. Memasuki Era Masyarakat 4.0, pada masa ini manusia dapat dengan mudah
mendapatkan informasi dan komunikasi antar manusia pun semakin mudah dan hebat. Dan
kemudian Masyarakat 5.0, yang baru diresmikan pada 21 Januari 2019.

Peran manusia sangat penting di Era ini karena manusia yang menjadi komponen penting
dalam keberlanjutannya Society 5.0 sendiri. Terutama peran generasi muda, sudah saatnya
kita membuka mata kita dan peduli terhadap perkembangan teknologi di Era Society 5.0.

Generasi muda, sebagai pemegang peran strategis penerus pembangunan negara, memiliki
peran yang sangat penting dalam menghadapi era society 5.0. yaitu sebagai agent of change.
Generasi muda juga harus memiliki daya kritis yang tinggi dan karakter yang kolaboratif,
kreatif dan inovatif.

Anda mungkin juga menyukai