Anda di halaman 1dari 4

Sumpah Pemuda dan Generasi Milineal: Membangun Literasi Melawan

Hoax
Oleh : Giani Viola Nur Fitri

Pengantar
Berbicara Bulan Oktober, pasti yang teringat dalam benak kita yaitu tentang
sumpah pemuda. Mengapa demikian? Karena pada bulan ini bertepatan pada
tanggal 28 Oktober 2018 di peringati sebagai hari sumpah pemuda. Pada masa itu,
sekitar 90 tahun yang lalu tepat pada tanggal 28 Oktober 1928 para pemuda
Indonesia berjuang untuk menegaskan cita-cita berdirinya bangsa Indonesia yang
pada masa itu masih di jajah oleh negara asing. Sehingga tercatat sebagai peristiwa
sejarah nasional yaitu “Soempah Pemoeda“ atau merupakan suatu pengakuan dari
para pemuda-pemudi Indonesia yang mengikrarkan “Satu tanah air, Satu bangsa,
Satu bahasa“ yang di ucap dengan penuh semangat pemuda.
Banyak nilai yang bisa kita teladani dari peristiwa sumpah pemuda.
Pertama, rasa cinta bangsa dan tanah air dalam peristiwa sumpah pemuda yang
mengikrarkan satu tanah air, satu bangsa dan satu Bahasa sebagai perwujudan rasa
cinta terhadap Indonesia. Kedua, mengutamakan kepentingan bangsa di atas segala-
galanya supaya seluruh Indonesia dapat bersatu padu dalam mengusir penjajah dan
mencapai kemerdekaan. Ketiga, sumpah pemuda merupakan wujud persatuan yang
diciptakan para pemuda-pemudi Indonesia ketika itu. Hal ini tentunya harus kita
jaga oleh generasi sekarang.
Khusus mengenai persatuan, kondisi dewasa ini menunjukkan gejala yang
cukup mengkhawatirkan. Berbagai isu yang muncul dan viral di media
menghasilkan pro dan kontra di masyarakat. Pro-kontra sebetulnya hal yang wajar
terjadi, tetapi ketika tidak bisa ditanggapi dengan bijaksana yang muncul adalah
bibit-bibit perpecahan. Keadaan ini menjadi lebih gawat karena kita telah memasuki
tahun politik dimana pemilu untuk memilih presiden akan dilaksanakan. Isu-isu
pro-kontra dari kedua kubu muncul dan sering menimbulkan perdebatan dan
pertengakaran di dunia maya maupun di dunia nyata. Isu yang muncul mungkin
tidak akan menjadi masalah bila memang merupakan sebuah fakta.
Permasalahannya adalah bila isu yang muncul merupakan sebuah rekaan atau

1
dikenal dengan hoax. Meskipun hoax yang muncul tidak selalu mengenai isu
politik, tetapi isu ini merupakan isu dominan yang sering muncul.1 Pertanyaannya
bagaimana hal tersebut bisa muncul dan cepat menebar? Lanta bagaimana sikap
kita sebagai generasi sekarang menghadapi hal tersebut?

Generasi Milineal dan Hoax


Perlu kita tahu pada zaman ini telah melahirkan generasi gadget, istilah
yang digunakan untuk menandai munculnya hal tersebut dinamakan sebagai
generasi milenial. Gadget lebih pas diartikan sebagai peralatan, sehingga generasi
gadget dimaksudkan kepada generasi yang dalam kehidupannya selalu
bersinggungan dengan peralatan yang mengandung unsur teknologi informasi. Jadi
seolah-olah berbagai alat high technology telah menjadi bagian penting dalam
kehidupan generasi milenial, sehingga gadget sudah menjadi budaya global (Global
Culture) dan gaya hidup (Life Style).2 Lantas timbul pertanyaan, Siapa generasi
milenial? Generasi milenial dapat di artikan sebagai pemuda yang candu terhadap
gadget, pemuda yang berjalan beriringan dengan teknlogi yang semakin
berkembang pesat, pemuda yang mulai merasa hidupnya bergantung terhadap
gadget. Adanya gadget membuat generasi milenial mudah mengakses informasi
apapun termasuk mudah mendapat berita dari sumber manapun. Permasalahannya
adalah tidak semua informasi yang didapat tersebut merupakan informasi yang
benar atau hoax.
Hoax merupakan berita palsu atau berita bohong adalah informasi yang
sesungguhnya tidak benar, tetapi dibuat seolah-olah benar adanya. Saat ini adanya
berita hoax membuat perpecahan bagi bangsa Indonesia, negara yang sudah di
bangun oleh para pejuang terdahulu pecah begitu saja karena adanya berita hoax.
Hoax juga mampu menjadikan provokasi dan agitasi negatif menyulut kebencian,
kemarahan, hasutan pada orang lain, pemberontakan bahkan perpecahan,
memberikan reputasi buruk pada seseorang maupun sesuatu, dan menyebarkan

1
Rizky Ramadhan, “Modus Hoaks di Pemilu 2019 dan Upaya-Upaya Mengatasinya”, tirto.id,
diakses dari https://tirto.id/modus-hoaks-di-pemilu-2019-dan-upaya-upaya-mengatasinya-c3Sb
pada 25 Oktober 2018 pukul 18.30 WIB.
2
Heru Dwi Wahana, Pengaruh nilai-nilai budaya generasi millennial dan budaya sekolah
terhadap ketahanan individu, 2015 hal 15

2
fitnah yang belum pasti kebenarannya, tentu generasi milenial menjadi sasaran
empuk terhadap munculnya berita hoax, karena mereka mudah terpengaruh dan
gadget hampir di gunakan oleh generasi milenial. 3

Budaya Literasi Melawan Hoax


Meskipun bukan penyebab tunggal, berita hoax bisa muncul karena
kurangnya minat baca dan budaya literasi pada generasi milenial. UNESCO
mengatakan minat baca Indonesia hanya 0,001%. Pada survei lain Indonesia
menjadi urutan ke 60 dari 61 negara yang disurvei mengenai tingkat minat
membaca. Hal ini sungguh mengkhawatirkan, apalagi ketika dibandingkan dengan
data yang menunjukkan tingkat penggunaan internet dan sosial media masyarat
Indonesia sangat tinggi.
Data lembaga penelitian Nielsen menyebutkan penduduk Indonesia setiap
hari dapat menghabiskan waktu berselancar di dunia maya menggunakan komputer
selama empat jam 42 menit, browsing di telepon genggam selama tiga jam 33 menit
dan menghabiskan waktu di sosial media selama dua jam 51 menit.4 Data tersebut
menunjukkan bahwa penduduk Indonesia banyak menghabiskan waktunya di sosial
media, yang cenderung merupakan tempat tersebarnya berita hoaks. Ditambah
dengan perilaku sebagian masyarakat yang lebih senang membagikan berita
tersebut dibandingkan dengan membaca. Dengan rendahnya budaya literasi
tersebut bisa sangat berbahaya karena semakin berkurangnya budaya untuk
mengecek, memverifikasi, dan mencari sumber lain yang kebenarannya bisa
dipertanggungjawabkan. Padahal pentingnya memverifikasi berita juga diajarkan
oleh agama.
Dalam Islam istilah ini dikenal sebagai tabayyun. Secara bahasa tabayyun
adalah mencari kejelasan tentang sesuatu hingga jelas dan benar keadaan
sesungguhnya. Sedangkan secara istilah tabayyun adalah meneliti dan menyeleksi
suatu berita, tidak secara tergesa-gesa dalam memutuskan suatu permasalahan. Bila

3
Nur Hidayah, Langkah Cerdas Generasi Milenial di Era Digital Terhadap Informasi dan Berita
Hoaks, 2017
https://www.kompasiana.com/janurmisuwur/5a0008845a676f012e5ef892/langkah-cerdas-
generasi-milenial-di-era-digital-terhadap-informasi-dan-berita-hoax?page=all diakses Kamis, 25
Oktober 2018 Pukul 18.30 WIB
4
Yantina Debora, “Literasi Rendah sebabkan Masyarakat Percaya Hoax”, Tirto.id,
https://tirto.id/literasi-rendah-sebabkan-masyarakat-mudah-percaya-hoax-cnQa diakses pada 25
Oktober 2018 Pukul 18.40 WIB

3
dalam Islam ada istilah tabayyun, dalam metode penelitian sejarah terdapat kritik
sumber atau verifikasi.
Budaya literasi harus terus dibangun karena kita dituntut harus memiliki
kemampuan membaca dan memahami teks secara analitis, kritis dan reflektif. Kita
dituntut untuk mencari, memahami, mengevaluasi secara kritis, dan mengelola
informasi agar bisa menghindari dan memilah mana berita yang benar dan mana
berita hoax. Hal ini tidak akan terwujud bila kesadaran membaca kita tetap saja
berada diposisi rendah.

konklusi
Jadi, jangan sia-siakan waktu kita seperti sekarang ini hanya fokus terhadap
alat teknologi yang saat ini kita punya seperti gadget, kita harus sadar bahwa dunia
jauh lebih luas daripada gadget yang kita punya saat ini. Kita sebagai generasi
milenial pengguna gadget jangan mudah percaya dengan adanya berita yang belum
di ketahui kebenarannya, dan jangan mudah menyebarkan berita hoax yang mudah
memecah belah bangsa kita sendiri yaitu bangsa Indonesia. Saat ini peranan kita
sebagai generasi milenial sangat berpengaruh terhadap bangsa Indonesia, kita harus
berpikir cerdas dan kritis bahkan bisa memilah dan memilih berita yang berdampak
negative dan positif untuk kita.
Sehingga kita tidak jadi orang gegabah yang membaca informasi setengah,
memahami informasi seperempat, tapi menyebarkan informasi tersebut seakan
paling mengerti. Bahkan mungkin lebih parah lagi, menjadi generasi yang hanya
membaca “judulnya” saja dari sebuah informasi.

Daftar Pustaka
Suha, Haniyah. 2015. Nilai-Nilai yang Terkandung dalam Sumpah
Pemuda.[online] tersedia di
http://suhahaniyah.blogspot.com/2015/11/nilai-nilai-yang-terkandung-
dalam.html.
Heru Dwi Wahana. (2015). Pengaruh nilai-nilai budaya generasi millennial dan
budaya sekolah terhdap ketahanan individu.
Hidayah, Nur. (2017) Langkah Cerdas Generasi Milenial di Era Digital Terhadap
Informasi dan Berita Hoaks, tersedia di
https://www.kompasiana.com/janurmisuwur/5a0008845a676f012e5ef892/langka
h-cerdas-generasi-milenial-di-era-digital-terhadap-informasi-dan-berita-
hoax?page=all

Anda mungkin juga menyukai