Anda di halaman 1dari 7

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

KODE SEKSI : 1000000117


DOSEN PENGAMPU : Dr. Nina Nurhasanah, M. Pd

TUGAS 1

Disusun Oleh :
Ganung Satria Pratama
NIM : 1714422015

PROGRAM STUDI D4 – PEMASARAN DIGITAL


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2022
KRISIS INDENTITAS NASIONAL

Bentuk Krisis Identitas Nasional


Identitas nasional Indonesia meliputi apa yang dimiliki bangsa Indonesia yang membedakannya
dengan bangsa lain, meliputi geografis, sumber kekayaan alam Indonesia, agama, budaya, politik,
dll. Menghadapi identitas nasional Indonesia sendiri masih kesulitan dalam menyatukan negara
yang memiliki berbagai macam etnis, budaya, dan agama. Masyarakat Indonesia sendiri masih
bingung dengan identitas bangsanya karena masyarakat Indonesia sudah terpengaruh dengan
budaya – budaya bangsa lain. Arus globalisasi yang sangat pesat ini dapat sangat mempengaruhi
identitas nasional dan berpotensi sebagai penyebab merosotnya nilai – nilai budaya asli bangsa.
Masyarakat cenderung mengabaikan budaya asli dan menerapkan budaya asing. Masyarakat
menganggap bahwa budaya asing modern dan budaya asli kuno.
Krisis identitas merupakan masalah yang serius kita khawatir dengan adanya krisis identitas ini
kita menjadi kurang sadar dan menurunnya rasa cinta tanah air. Untuk mengatasi krisis identitas
kita perlu mengembangkan rasa nasionalisme, salah satunya dengan cara memakai barang – barang
buatan bangsa sendiri, diperlukan adanya pendidikan karakter yaitu pendidikan kewarganegaraan
(PKN) agar para siswa semakin mengerti tentang identitas bangsanya, diperlukan adanya
pelestarian budaya, pemerintah harus mendanai kebutuhan – kebutuhan pelestarian tersebut agar
asset budaya kita terjaga kelestariaannya
Bentuk identitas nasional yang dimiliki bangsa Indonesia yakni Bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan, Bendera Merah Putih sebagai bendera negara, Garuda Pancasila sebagai lambang
negara, Bhineka Tunggal Ika sebagai semboyan negara, UUD 1945 sebagai konstitusi negara,
Pancasila sebagai falsafah bangsa, hukum dasar serta pandangan hidup. Serta konsepsi wawasan
nusantara.
Masalah dan Krisis Identitas Nasional Pada Pelajar. Krisis identitas nasional merupakan suatu
tindakan individu atau kelompok yang tidak mampu lagi meningkatkan delibrasi (musyawarah)
untuk mengidentifikasi hal-hal yang mengikat dalam suatu kelompok sosial.
Permasalahan yang dihadapi saat ini adalah kaburnya jati diri bangsa akibat globalisasi dan
kurangnya peran pelajar pada generasi muda saat ini. Kaburnya nilai-nilai budaya dapat dilihat
pada fenomena sosial seperti kenakalan remaja, seks bebas, narkoba, tawuran pelajar, kriminalitas
dan berbagai persoalan remaja lainnya.
Hal krusial lainnya adalah menghilangnya nilai kebangsaan dalam pelajar muda sekarang.
Fenomena sosial menunjukan bahwa saat ini kegiatan seperti gotong royong, kesopan santunan,
musayawarah mufakat, dan tolong menolong semakin hilang dikalangan kaum pelajar saat ini.
Penyebab Krisis Identitas Nasional
Indonesia adalah suatu negara yang kaya akan kebudayaannya. Begitu banyaknya budaya di
Indonesia itu yang membuat bangsa ini beranekaragam. Keragaman budaya Indonesia tidak
kurangdari 470 suku bangsa dan 19 daerah hukum adat yang tidak kurang lebih memiliki
300 bahasa yang digunakan oleh kelompok masyarakat daerah (Ardiwidjaja, 2018). Selain
Bahasa, kebudayaan lainnya yaitu tari -tarian, adat, musik, laut, pulau, dan lain sebagainya
juga sangat beranekaragam. Dengan keanekaragaman yang dimiliki Indonesia ini merupakan
suatu kebanggaan dan keunggulan yang patut menjadi kebanggaan tersendiri.Namun seiring
dengan perkembangan zaman yang pesat dan adanya arus globalisasi,
kebudayaanIndonesia semakin terkikis atau luntur tergerus oleh arus teknologi. Di tengah-
tengah arus globalisasi ini budaya kebarat-baratan (westernisasi) merupakan salah satu yang
menyebabkan budaya Indonesia (lokal) pudar. Dikarenakan banyaknya nilai-nilai budayabarat
yang masuk ke dalam nilai-nilai budaya Indonesia (lokal). (Siregar & Nadiroh, 2016.
Semakin kesini arus globalisasi makin deras masuk ke negara kita ini yang dapat
menimbulkan pengaruh negatif terutama dalam krisis kebudayaan dalam hal ini
khususnya pada krisis moral, salah satu faktor yang paling mempengaruhi adalah
penggunaan gadget yang mulai merusak mental dan moral generasi saat ini. Konsumsi gadget
pada masa kini bukanlah sebuah kesalahan yang menyebabkan produk tersebut sangat
disukai seluruh kalangan. Sebab gadget pada masa kini sangatlah berbedah jauh dengan
gadget pada awal diproduksi yang hanya dapat digunakan untuk telepon maupun mengirim
pesan serta ditambah dengan desain yang tidak menarik. Sedangkan, gadget pada masa kini
telah berevolusi menjadi sebuah barang yang sangat menarik dengan desain yang
menarik(Novitasari,2016), salah satu hal menarik tersebut adalah media sosial, media
sosial tersebut dapat membuat seseorang sangat senang berlama-lama untuk didepan
gadget mereka, sehingga penggunaan gadget menjadi belebihan.
Penyebab Ketertarikan Pada Media SosialSitus Statistik Pengguna Internet dan Mobile Indonesia
menyebutkan bahwa pada tahun 2014 pengguna internet Indonesia mencapai 15% atau sekitar
38,2% juta dari jumlah penduduk sekitar 251,2 juta. Sejalan dengan hal tersebut pengguna
media sosial di Indonesia juga sekitar 15% dari total jumlah penduduk. Hal itu menunjukan bahwa
hampir seluruh pengguna internet memiliki akun media sosial. Laporan terbaru menurut survey
Tetra Pax Index 2017 menyatakan bahwa pengguna media sosial di Indonesia kini mencapai
40% atau sekitar 106 juta dari total jumlah penduduk. Melihat pesatnya perkembangan
media sosial saat ini dapat dipastikan bahwa pengguna media sosial akan terus bertambah
setiap tahunnya (Yudhianto, 2017). Berdasarkan data Pengguna gadget atau smartphone pada
tahun 2019 meningkat signifikan dari tahun 2018, pada tahun 2018 pengguna smartphone
mencapai 83,5 juta sedangkan pada tahun 2019 meningkat menjadi 92 juta, sekitar 8,5%
penduduk Indonesia menggunakan smartphone dan menjadi peringkat paling tinggi (Aini,
2019). Menurut situs Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada November
2016 konten media sosial yang paling banyak dikunjungi masyarakat Indonesia adalah
Facebook, Instagram, Youtube, Google+, Twitter dan Linked. Para pengguna ini rata-rata
mengakses media sosial sekitar 102 jam 54 menit dan sebanyak 74% mengakses media sosial
melalui smartphonenya (Kementrian Perdagangan RI, 2014).
Media sosial menjadi situs yang paling banyak di akses oleh penggunanya karena memiliki
banyak keuntungan. Keuntungan tersebut diantaranya sebagai media informasi dan komunikasi,
menjalin relasi, sebagai wadah untuk mempresentasi diri penggunanya, serta memudahkan
individu dalam dunia bisnis, karir, pendidikan dan politik. Selain memiliki keuntungan
banyak pula kerugian atau hal negatif yang dimiliki media sosial. Hal negatif tersebut
diantaranya menghabiskan banyak waktu untuk mengakses media sosial, individu menjadi
tidak produktif, dan cenderung menjadi pribadi yang malas. Selain itu penggunaan media
sosial menyebabkan interaksi secara langsung (face to face) cenderung menurun yang dapat
menyebabkan seseorang menjadi anti sosial (Watkins, 2009). Menurut O’Keeffe et al (2011)
hal negatif lain penggunaan media sosial adalah rendahnya masalah privasi, cyber bullying yang
dapat menyebabkan social media depression. Selain itu hal negatif yang lebih serius bagi
pengguna media sosial dengan intensitas tinggi, dapat menyebabkan kecanduan media sosial.
Kecanduan media sosial disebut sebagai “cyber-relationship” yaitu seseorang yang
mengalami kecanduan melalui pertemanan dalam dunia maya (cyber) seperti chatting,
Internet Messenger (IM), facebook, atau situs media sosial lainnya (Young, 1996).

Saat usia remaja, kondisi mental seseorang berada dalam fase yang sangat tidak stabil
dibandingkan dengan fase anakanak ataupun dewasa. Pada masa ini remaja cenderung untuk
melakukan tindakantindakan yang merujuk pada pencarian identitas. Tindakan tersebut
disebabkan oleh beberapa hal berikut:
1. Kepribadian yang lemah Kepribadian remaja pada masa ini masih berada pada kondisi yang
belum sempurna sehingga tak ayal dibutuhkan suatu manifestasi yang dapat mendukung proses
yang dapat membentuk proses ini. Keadaan inilah yang membuat kepribadian remaja lemah,
dikarenakan tidak adanya pondasi kepribadian kuat yang dimiliki remaja pada masa ini.
2. Lingkungan yang menuntut keadaan sempurna dimiliki oleh remaja Lingkungan juga
berpengaruh terhadap hal ini, remaja seringkali tidak merasa percaya diri akibat dari keadaan
mereka berbeda dari teman-teman sepantarannya atau sebuah standar semu yang ditetapkan oleh
gaya hidup di lingkungan remaja tersebut. contoh: pakaian hypebeast, atau hal lain yang
mendorong kenakalan remaja.
3. Orang tua yang menekan remaja Umumnya orang tua menekan pola perilaku anak sesuai dengan
keinginannya. Entah itu dengan memberikan petunjuk, nasihat, dan saran-saran atau bahkan
dengan cara yang lebih keras seperti kekerasan verbal ataupun fisik. Hal ini justru membuat reaksi
perlawanan secara langsung atau tidak langsung dari remaja itu sendiri yang timbul akibat dari
naluri untuk mempertahankan diri. Hal ini juga mendorong anak untuk semakin yakin bahwa
melawan orang tua adalah perbuatan yang dibenarkan.
4. Sedikitnya pengetahuan mengenai tanah air sendiri Kurangnya pendidikan serta informasi
mengenai tanah air sendiri, media massa malah lebih asyik memasukan informasi dari berbagai
macam dunia mengenai gaya hidup ataupun berita secara umum. Kemudian memberikan berita
buruk saja mengenai tanah air kita seperti kasus korupsi dan kriminal lainnya. Sehingga
menimbulkan rasa bahwa kita negara yang tidak pernah terbebas dari masalah oleh para remaja.
Hal ini diperparah dengan arus globalisasi yang tidak bisa kita kendalikan membuat wawasan
nusantara para remaja semakin sedikit dan tertutupi oleh derasnya budaya luar.
Dampak Krisis Identitas Nasional
Akan ada dampak yang diterima apabila seseorang mengalamai krisis identitas nasional, antara
lain:
1. Menganggap Indonesia lebih rendah dari negara lainnya. Hal ini kerap kali dilakukan oleh
generasi muda yang menganggap semua hal yang berasal dari luar negeri lebih daripada hal yang
serupa namun berasal dari dalam negeri. Contohnya ialah dalam hal berbusana, umumnya orang
akan menganggap pakaian buatan Singapura lebih baik daripada buatan Singapura secara kualitas,
padahal ini tidak selalu benar.
2. Membenci negara Indonesia. Sikap tidak suka sampai membenci menjadi hal yang lumrah bagi
generasi muda belakangan ini. Sikap membenci ini tersampaikan lewat berbagai macam cara.
mulai dari menghina budaya dan perilaku masyarakat indonesia tanpa maksud untuk memperbaiki
hingga yang terberat menanggalkan kewarganegaraan indonesia
3. Melupakan budaya Indonesia. Kurangnya edukasi mengenai budaya indonesia menjadi
penyebab hal ini dapat terjadi. Beberapa dari generasi muda masa kini secara tidak sengaja
melupakan budaya indonesia seperti penyebab diatas, namun ada golongan yang sengaja
melupakan budaya indonesia entah karena alasan tidak sesuai dengan masa kini, ataupun
menganggapnya norak dan tidak sesuai dengan budaya yang masuk dari luar.

Upaya Mengatasi Krisis Identitas Nasional


Tentunya, dengan adanya krisis identitas dan integritas nasional, kita tidak seharusnya tinggal
diam mengetahui ini. Dilakukan upaya-upaya sebagai berikut untuk mempertahankan identitas
serta integritas nasional.
1. Adanya penguatan identitas nasional dengan pendidikan multikultural berbasis kearifan local
Pendidikan dianggap sebagai media yang strategis dalam memperkuat identitas nasional dengan
cara mentransfer ilmu pengetahuan, nilai-nilai kemajemukan, dan juga pelestarian budaya bangsa.
Institusi pendidikan juga berperan sebagai agen sosialisasi politik yang dapat menyatukan peserta
didik dari berbagai latar belakang sosial dan budaya yang berbeda sehingga nilai-nilai kebangsaan
dapat bersatu. Selain itu, pendidikan juga dapat dijadikan sebagai sarana yang efektif dan efisien
untuk melestarikan nilai-nilai budaya dan kearifan lokal karena pendidikan secara praktis tidak
dapat dipisahkan dengan nilainilai budaya yang merupakan unsur identitas nasional. (Susim et al.,
2019) Dengan adanya pendidikan multikultural berbasis kearifan lokal ini, akan memperkokoh
identitas nasional sehingga tumbuh rasa bangga terhadap bangsa sendiri. Selain memperkokoh
identitas nasional, pendidikan multikultural yang berbasis kearifan lokal ini juga dapat
menumbuhkan rasa kebanggaan, sikap nasionalisme dan sikap patriotisme terhadap bangsa dan
negara. Dengan begitu, upaya ini pastinya dapat mempertahankan identitas dan integritas nasional.
2. Mengembangkan semangat nasionalisme dan patriotisme
Dengan mengembangkan semangat nasionalisme dan patriotisme, tentunya akan tumbuh rasa cinta
terhadap tanah air yang mana hal tersebut merupakan bentuk upaya mempertahankan identitas
serta integritas nasional. Seperti pada pandemi yang tidak memungkinkan kita untuk berkegiatan
di luar ini, kita bisa memanfaatkan berbagai media elektronik dan internet untuk mempelajari dan
mengembangkan budaya sampai ikut serta dalam kegiatan lomba yang dapat memperkuat rasa
nasionalisme. (Aristin, 2018).
3. Melestarikan budaya dengan memanfaatkan media digital
Budaya sendiri merupakan jati diri bangsa ataupun identitas bangsa tersebut. Indonesia memiliki
keberagaman budaya yang sangat banyak dari Sabang sampai Merauke. Dengan berkembangnya
teknologi dan media sosial, cara melestarikan budaya pun menjadi beragam, sehingga dengan
memanfaatkan segala platform yang ada, kita dapat mempertahankan identitas serta integritas
nasional. Seperti menyebarkan dan mempromosikan berbagai kebudayaan yang kita tahu melalui
media sosial, mempromosikan tempat pariwisata Indonesia, bahkan sampai mengenalkan budaya
kita ke luar negeri. (Hermawan, 2018).
4. Usaha bela negara
Bela negara merupakan hak dan kewajiban bagi setiap warga negara. Dengan begitu, sudah
seharusnya kita sebagai warga negara Indonesia melakukan tindakan bela negara untuk menjaga
dan mempertahankan identitas dan integritas nasional. Bela negara memiliki arti yang sangat luas
di berbagai kehidupan, mulai dari politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Kegiatan bela negara tidak
hanya dilakukan oleh militer untuk turun ke medan perang dengan kekuatan senjata, melainkan
juga dilakukan oleh setiap warga negara dengan kemampuannya masing-masing. Di era modern
dan digital ini, salah satu hal yang mengancam negara ialah hoax atau berita bohong. Kemajuan
teknologi ini memudahkan semua orang untuk mengakses, membuat, sampai menyebarkan
informasi yang belum tentu jelas kebenarannya. Banyak sekali pihak yang tenggelam sampai diadu
domba oleh berita yang belum tentu kebenarannya ini. Tentunya hal tersebut menyebabkan
perpecahan dan saling menjelekkan budaya.

KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas, dapat diambil kesimpulan identitas nasional adalah ciri atau sifat khas
yang dimiliki oleh suatu bangsa dan berbeda dengan bangsa lain. Pada hakikatnya identitas
nasional bersumber dari kumpulan nilai budaya yang berkembang dan tumbuh dalam berbagai
aspek pada kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, identitas nasional suatu bangsa tidak dapat
dipisahkan dengan sifat dan karakter manusia serta sifat dan identitas nasional. Identitas nasional
Indonesia bersifat pluralistik yang terdiri dari identitas fundamental yaitu Pancasila, identitas
instrumental yaitu UUD 1945, lambang negara, bahasa Indonesia, dan lagu kebangsaan, identitas
religiusitas yaitu Indonesia yang pluralistik dalam agama dan kepercayaan, identitas sosio kultural
yaitu Indonesia yang pluralistik dalam suku dan budaya, serta identitas alamiah yaitu Indonesia
merupakan negara kepulauan terbesar di dunia.
Pada zaman serba modern dan mengandalkan teknologi ini, mengakibatkan dampak negatif yaitu
lunturnya sifat nasionalisme masyarakat. Apalagi di masa pandemi yang tidak memungkinkan
orang-orang untuk berkumpul melakukan suatu kegiatan nasionalisme seperti upacara bendera,
peringatan hari raya, kegiatan adat istiadat, ataupun bergotong royong. Hal tersebut
memungkinkan timbulnya krisis identitas nasional pada generasi Z. Penyebab krisis identitas
nasional ini diantaranya kepribadian yang lemah, lingkungan yang menuntut keadaan, orang tua
yang menekan, dan kurangnya pengetahuan pada negara sendiri yang sulit untuk didapatkan pada
masa pandemic ini jika kita tidak mau bergerak. Hal ini berdampak pada pola pikir masyarakat
seperti menganggap negara lain lebih unggul daripada negara Indonesia, membenci negara
Indonesia, bahkan sampai meninggalkan budaya-budaya Indonesia yang telah dibangun dan
dipertahankan dengan susah payah. Mereka dengan mudah melupakan siapa diri kita sebagai
masyarakat Indonesia yang bercermin kepada identitas nasional bangsa Indonesia.
Tantangan terbesar bagi masyarakat Indonesia adalah menjaga pembangunan karakter dan sifat
nasionalisme di dalam pribadi tiap masyarakatnya. Oleh karena itu, upaya mengatasi krisis
identitas nasional ini sangat diperlukan karena pada hakikatnya dibutuhkan identitas nasional yang
kuat dari masing-masing individu dari masyarakat Indonesia untuk melahirkan semangat persatuan
dan kesatuan bangsa. Karena pada akhirnya persatuan dan kesatuan bangsa inilah yang dapat lebih
menjamin terwujudnya negara yang makmur, aman, dan tenteram.

Referensi

https://binus.ac.id/character-building/2020/05/krisis-identitas-nasional-dalam-dunia-pendidikan-
indonesia-2/
https://www.kompasiana.com/denitriyasa5432/61a9e9d362a704492f391e92/krisis-identitas-
nasional-di-kalangan-pelajar
Pasha, S., Perdana, M. R., Nathania, K., & Khairunnisa, D. (2021). Upaya mengatasi krisis identitas
nasional generasi z di masa pandemi. Jurnal Kewarganegaraan, 5(2).

Syamsuddin, A. (2021). Terkaman Konsumsi Gadget sebagai Produk Globalisasi Melawan Degradasi
Kebudayaan Nasional. Ad-Dariyah: Jurnal Dialektika, Sosial dan Budaya, 2(2), 16-33.

Anda mungkin juga menyukai