Anda di halaman 1dari 6

1.

“Pendidikan umum sebagai pendidikan nilai nyaris mengalami kegagalan di


Indonesia!“
Pertanyaan :
Bagaimana anda menjelaskan tentang permasalahan kebangsaan diatas,
sebenarnya apa yang menjadi tujuan Pendidikan nasional serta berikan solusi
dari penyelesaian masalah tersebut?

Jawab:
Salah satu tujuan utama dari pendidikan nasional adalah mengembangkan
potensi dan mencerdaskan individu dengan lebih baik. Dengan tujuan ini, diharapkan
mereka yang memiliki pendidikan dengan baik dapat memiliki kreativitas,
pengetahuan, kepribadian, mandiri dan menjadi pribadi yang lebih bertanggung
jawab. Hal ini sesuai dengan yang telah diatur oleh Undang-Undang Republik
Indonesia, yaitu UU No. 2 Tahun 1985
Tujuan pendidikan menurut UU No. 2 Tahun 1985 adalah untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia yang seutuhnya, yaitu
bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, memiliki pengetahuan, sehat jasmani dan
rohani, memiliki budi pekerti luhur, mandiri, kepribadian yang mantap, dan
bertanggung jawab terhadap bangsa.
Namun pendidikan umum sebagai pendidikan nilai nyaris mengalami
kegagalan di Indonesia, hal ini menurut saya adalah disebabkan oleh kurangnya
keteladanan pendidik yang berkelanjutan. Menurut saya, kualitas guru yang
dihasilkan oleh lembaga penghasil guru telah menciptakan begitu banyaknya guru
yang hanya berpikir pada sebuah capaian tertulis, bukan pada pengembangan
kemampuan berpikir anak. Telah terpenuhinnya catatan, nilai evaluasi belajar yang
tinggi, hingga menjadi juaranya anak pada lomba keilmuan telah menjadikan otak
anak menjadi sebuah memori komputer yang tak memiliki sebuah kemampuan
berkreasi.
Hal itu menurut saya juga berdampak pada pendidikan nilai yang bertugas
membangun karakter para peserta didik. Pendidikan nilai-nilai kehidupan tidak dapat
berlangsung baik kalau tidak ditunjang oleh keteladanan pendidik yang kontinu dan
konsisten dari lingkungan sosial. Pendidikan nilai-nilai kehidupan sebagai bagian
kegiatan pendidikan pada umumnya adalah upaya sadar dan terencana untuk
membantu anak didik mengenal, menyadari, menghargai, dan menghayati nilai-nilai
yang seharusnya dijadikan panduan bagi sikap dan perilaku sebagai manusia dalam
hidup perorangan dan bermasyarakat. Pendidikan nilai akan membuat anak didik
tumbuh menjadi pribadi yang tahu sopan-santun, memiliki cita rasa seni, sastra, dan
keindahan pada umumnya, mampu menghargai diri sendiri dan orang lain, bersikap
hormat terhadap keluhuran martabat manusia, memiliki cita rasa moral dan rohani.

Sumber:
- UU No. 2 Tahun 1985
- “KEGAGALAN SISTEM PENDIDIKAN INDONESIA” oleh Evi Puspita
- “KONSEP PENDIDIKAN NILAI” Oleh Drs. H. Aceng Kosasih, M. Ag
2. Pertanyaan :
Cukup banyak masyarakat Indonesia yang masih mempertentangkan masuknya
budaya modern di Indonesia yang dianggap tidak atau kurang sesuai dengan
budaya ketimuran Indonesia. Berikan penjelasan sikap anda dalam menentukan
permasalah diatas! Penjelasan anda berisi dengan contoh atau kasus nyata yang
terjadi di Indonesia!

Jawab:
Masuknya biudaya modern ditandai sebagai Era globalisasi, yaitu merupakan
suatu era dimana komunikasi antar bangsa terjadi secara meluas tanpa batas, seolah-
olah tidak ada batas antara Negara. Era globalisasi memang membawa banyak
keuntungan, antara lain terbukanya komunikasi antarbangsa dan terbentuknya peluang
kegiatan ekonomi. Dibalik itu semua ada ancaman yang menjadi tantangan besar,
terutama bagi Indonesia, antara lain terkikisanya jati diri bangsa khususnya struktur
budaya lokal.
Dampak positif dari pengaruh globalisasi sudah bisa kita rasakan sendiri, yaitu
teknologi yang semakin canggih kemajuan alat transportasi dan ilmu pengetahuan
lebih luas. Tetapi dalam sisi negatifnya, karena pengaruh dari globalisasi ini, banyak
budaya barat yang juga ikut masuk di negara kita. Akibat pengaruh budaya tersebut,
banyak generasi muda yang lebih memilih budaya barat dari pada budaya
tradisionalnya. Itu dikarenakan pola pikir mereka yang menganggap jika budaya barat
itu lebih modern dan lebih populer, sehingga kesadaran mereka dalam melestarikan
budaya tradisional menurun.
Sebagai contoh kebudayaan seks bebas yang marak terjadi di budaya barat
yang tidak cocok dengan kebudayaan kita serta bertolak belakang dengan dasar
negara kita, Pancasila. Pergaulan bebas adalah salah satu bentuk perilaku
menyimpang. Istilah “bebas” yang dimaksud adalah melewati batas-batas norma yang
ada. Masalah seks bebas ini sering muncul baik di lingkungan maupun di media
massa.
Pada saat ini kebebasan bergaul sudah sampai pada tingkat yang
mengkhawatirkan. Sebanyak 63% remaja sudah pernah melakukan hubungan seks
dengan kekasihnya maupun orang sewaan untuk memuaskan hawa nafsu mereka, data
ini didapatkan dari daerah.sindonews.com. Hal ini terbukti pada saat Komisi
Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dan Kemenkes melakukan survei pada Oktober
2013 sebagaimana dilansir dari data m.kompasiana.com. Persentase yang cukup besar
ini sangat memprihatinkan dan menarik perhatian. Terlebih hal tersebut dilakukan rata
– rata dalam hubungan yang belum sah.
Terjadinya seks bebas di kalangan remaja dikarenakan banyak faktor, yang
paling utama adalah pesatnya perkembangan jaman yang mana saya sebut sebagai era
globalisasi tadi. Hal tersebut membuat pergaulan menjadi bebas sehingga banyak
remaja yang bergaul tanpa batasan dan etika. Mengetahui dari dampak- dampak yang
dihasilkan seks bebas, yang mana sangat mempengaruhi masa depan remaja.
Bayangkan apabila seorang remaja yang hamil akibat seks bebas itu dengan terpaksa
harus putus di bangku sekolah akibat ulahnya. Bilamana seorang remaja ternyata
terinfeksi oleh penyakit HIV, pastilah remaja itu harus diasingkan agar tidak
menularkan penyakitnya. Dari dampak- dampak diatas, dikethaui bahwa ada baiknya
remaja dari sedini mungkin sudah diberikan pemahaman yang benar mengenai seks
bebas. Jadi hal itu juga menjadi salah satu konsentrasi dimana mengapa banyaknya
masyarakat Indonesia yang masih mempertentangkan masuknya budaya modern di
Indonesia yang dianggap tidak atau kurang sesuai dengan budaya ketimuran
Indonesia.

Sumber:
- http://daerah.sindonews.com/read/1129869/23/parah-akibat-seks-bebas-47-siswi-
di-ponorogo-hamil-1470728031
- http://www.kompasiana.com/rumahbelajar_persada/63-persen-remaja-di-
indonesia-melakukan-seks-pra-nikah_54f91d77a33311fc078b45f4
- “Maraknya Budaya Seks Bebas di Era Globalisasi: Suatu Refleksi Moral” oleh
Gabriella Apriliana

3. Masyarakat Indonesia sudah sejak lama dikenal sebagai masyarakat yang


bersifat majemuk. Hal itu dengan mudah dapat diketahui dalam semboyan
negara Republik Indonesia “Bhinneka Tunggal Ika”. Semboyan itu secara
umum mengandung arti meskipun masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai
suku bangsa tetapi tetap merupakan satu kesatuan Republik Indonesia. Di balik
semboyan itu sebenarnya terdapat suatu pesan bahwa masyarakat Indonesia
menghadapi masalah persatuan dan kesatuan di dalamnya. Di dalamnya
terdapat beraneka ragam perbedaan suku bangsa, agama daerah. dan etnis.
Perbedaan itu seringkali berpengaruh pada perbedaan sistem kepercayaan,
sistem nilai pandangan hidup dan perilaku sosial sehingga cenderung
menimbulkan konflik atau perpecahan sosial di dalamnya.
Pertanyaan :
1. Buat analisis problematika keragaman budaya dan kesetaraan!
2. Tuliskan bentuk alternatif pemecahan masalah keragaman budaya!

Jawab:
1. Kebudayaan yang diciptakan manusia dalam kelompok dan wilayah yang
berbeda menghasilkan keragaman kebudayaan. Setiap persekutuan hidup manusia
(masyarakat, suku, atau bangsa) memiliki kebudayaan sendiri yang berbeda
dengan kebudayaan kelompok lain. Kebudayaan yang dimiliki sekelompok
manusia membentuk ciri dan menjadi pembeda dengan kelompok lain. Dengan
demikian, kebudayaan merupakan identitas persekutuan hidup manusia.
Adanya Problematika keragaman kebudayaan itu menjadi cerminan bahwa
masyarakat Indonesia belum sepenuhnya menerapkan toleransi antar sesama.
Seharusnya keragaman masyarakat Indonesia merupakan ciri khas yang
membanggakan. Namun demikian, keragaman tidak serta-merta menciptakan
keunikan, keindahan, kebanggaan, dan hal-hal yang baik lainnya. Keberagaman
masyarakat memiliki ciri khas yang suatu saat bisa berpotensi negatif bagi
kehidupan bangsa tersebut. keragaman masyarakat berpotensi menimbulkan
segmentasi kelompok, struktural yang terbagi-bagi, consensus yang lemah, sering
terjadi konflik, integrasi yang dipaksakan, dan adanya dominasi kelompok. Tentu
saja potensi demikian adalah potensi yang melemahkan gerak kehidupan
masyarakat. Keberagaman adalah modal berharga untuk membangun Indonesia
yang multikultural. Namun, kondisi tersebut juga berpotensi memecah belah dan
menjadi lahan subur bagi konflik dan kecemburuan sosial.
Konflik atau pertentangan sebenarnya terdiri atas dua fase, yaitu fase
disharmoni dan fase disintegrasi. Fase disharmoni menunjuk pada adanya
perbedaan pandangan tentang tujuan, nilai, norma, dan tindakan antar kelompok.
Fase disintegrasi merupakan fase di mana sudah tidak dapat lagi disatukannya
pandangan nilai, norma, dan tindakan kelompok yang menyebabkan pertentangan
antar kelompok. Disharmonisasi dan konfik horizontal yang terjadi di Indonesia
sesungguhnya bukan disebabkan oleh adanya perbedaan atau keragaman. Bertikai
dengan pihak lain, tidak adanya komunikasi dan pemahaman pada berbagai
kelompok masyarakat dan budaya lain ini lah yang menjadi pemicu konflik. Oleh
karena itu, dibutuhkan adanya kesadaran untuk menghargai, menghormati, serta
menegakkan prinsip kesetaraan atau kesederajatan antar masyarakat tersebut.
Masing-masing warga daerah bisa saling mengenal, memahami, menghayati, dan
bisa saling berkomunikasi.
Sedangkan Kesetaraan atau kesederajatan dapat dimaknai dengan adanya
persamaan kedudukan manusia. Kesederajatan adalah suatu sikap untuk mengakui
adanya persamaan derajat, hak, dan kewajiban sebagai sesame manusia. Oleh
karena itu, prinsip kesetaraan atau kesederajatan mensyaratkan jaminan akan
persamaan derajat, hak, dan kewajiban. Persoalan yang terjadi dalam kehidupan,
umumnya adalah munculnya sikap dan perilaku untuk mengakui adanya
persamaan derajat, hak, dan kewajiban antar manusia. Menyimak ciri-ciri di atas,
keragaman masyarakat berpotensi menimbulkan segmentasi kelompok, struktur
yang terbagi-bagi, konsensus yang lemah, sering terjadi konflik, integrasi yang
dipaksakan, dan adanya dominasi kelompok. Tentu saja potensi-potensi demikian
adalah potensi yang melemahkan gerak kehidupan masyarakat itu sendiri.
Peneroran dan diskriminasi merupakan tindakan yang melanggar Hak Asasi
Manusia (HAM). Diskriminasi juga merupakan bentuk ketidakadilan. Perilaku
diskriminatif tidak sesuai dengan nilai-nilai dasar kemanusiaan. Oleh karena itu,
perlu dihapuskan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Oleh karena itu, upaya menekankan dan menghapus praktik-praktik diskriminasi
adalah melalui perlindungan dan penegakan HAM disetiap ranah kehidupan
manusia. Bangsa Indonesia sudah memiliki komitmen Undang-undang nomor 39
tahun 1999 tentang HAM. Dalam hal penghapusan diskriminasi ini, pemerintah
wajib dan bertanggung jawab menghormati, melindungi, menegakkan, dan
memajukan hak asasi manusia. Di sisi lain, masyarakat juga berhak berpartisipasi
dalam perlindungan, penegakan, dan pemajuan hak asasi manusia.
2. Sesuai dengan kodratnya sebagai makhluk sosial, manusia selalu
membutuhkan kehadiran orang lain di sekitarnya. Tanpa kehadiran orang lain,
manusia tidak akan berarti apa-apa. Kondisi ini akan berakibat terjadinya interaksi
sosial antar manusia. Sebagai dampak dari interaksi tersebut, terjadi pertemuan
beberapa karakter, bahkan beberapa kebudayaan yang dibawa oleh masing-masing
individu. Akibatnya, dari bertemunya individu-individu tersebut menyebabkan
terjadinya akulturasi, apabila keduanya saling mengambil unsur sehingga terjadi
saling menyesuaikan diri.
Adapun terjadinya konflik disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya ialah
perbedaan pendirian antar individu, perbedaan kebudayaan, dan perbedaan
kepentingan. Menyadari kondisi konflik tersebut, diperlukan penanganan yang
cepat dan tepat sehingga konflik yang awalnya bersifat individu tidak menjalar
menjadi konflik antar etnis. Perlu disadari bahwa perbedaan yang ada pada setiap
suku bangsa mempunyai tata nilai dan tradisi yang berbeda-beda pula. Sudah
saatnya setiap warga Negara bersikap terbuka dan mau menerima kebudayaan
etnis lain. Pandangan primordial yang akan membawa pada suatu sikap picik perlu
segera diubah, serta munculnya perasaan superior harus segera ditinggalkan

Sumber:
- Jurnal Madaniyah, Volume 2 Edisi IX Agustus 2015, Ridwan, Problematika
Keragaman Kebudayaan dan Alternatif Pemecahan

4. Kegiatan pertambangan batubara sebagai salah satu pemanfaatan sumber daya


alam pada dasarnya merupakan bagian dari pelaksanaan pembangunan
perekonomian yang pada hakekatnya mengacu pada tujuan pembangunan
nasional, yakni peningkatan kesejahteraan masyarakat. Akan tetapi
pertambangan merupakan kegitan yang sangat rentan terhadap resiko
pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup seperti pencemaran air, udara,
tanah sampai kepada ancaman nyawa masyarakat.
Pertanyaan :
1. Dari permasalahan diatas, jelaskan peran manusia sebagai subjek maupun
objek dari lingkungan
2. Bagaimana seharusnya bentuk kebijakan afirmatif negara untuk mengatasi
kemiskinan, menjaga keselamatan penduduk dan mewujudkan pelestarian
lingkungan di daerah pertambangan?

Jawab:
1. Manusia sebagai subjek lingkungan berarti memiliki peran untuk
mengendalikan, memanipulasi, dan mengeksploitasi lingkungan. Di dalam
permasalahan pada soal di atas, peran manusia sebagai subjek berarti bahwa
merekalah pihak yang mengendalikan, memanipulasi, dan mengekspoitasi
pertambangan batubara. Sedangkan, Manusia sebagai objek lingkungan berarti
memiliki peran untuk dikendalikan oleh lingkungan. Di dalam permasalahan pada
soal di atas, peran manusia sebagai objek berarti mereka adalah pihak yang akan
merasakan dampak buruk dari resiko pencemaran dan kerusakan lingkungan
hidup yang disebabkan oleh pertambangan batubara itu sendiri, seperti
pencemaran air, udara, tanah sampai kepada ancaman nyawa yang mereka terima.
2. Pesatnya peningkatan pertumbuhan sector pertambangan di Indonesia tidak
terlepas dari tuntutan terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi di negara
Indonesia. Meskipun pada awalnya kegiatan pertambangan pada awalnya
ditujukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, namun pada kenyataannya
pertambangan justru membawa kerugian ekonomi yang besar, yang merupakan
gambaran mengenai apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang jika
pemerintah tidak cepat tanggap dalam menyikapi sektor ini.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintah dalam mengurangi
dampak negatif kegiatan pertambangan di Indonesia antara lain:
 Pembenahan regulasi dengan mencabut kebijakan-kebijakan di Bidang
Pertambangan yang secara hierarki bertentangan dengan UUD 1945 dan
semangat yang ada di dalamnya
 Berhati-hati dalam membuat kebijakan di bidang pertambangan
 Membuat standar pengelolaan Lingkungan Hidup yang tinggi dalam
industri Pertambangan
 Membuat kebijakan di bidang pertambangan yang berpihak kepada rakyat.
 Memberi perlindungan kepada masyarakat di sekitar lokasi pertambangan

Sumber:
- “Upaya Alternatif Bagi Pemerintah Indonesia Dalam Mengurangi Dampak
Negatif Kegiatan Pertambangan Di Indonesia” Oleh WIWIK HARJANTI

Anda mungkin juga menyukai