KELOMPOK 3
1.Sulis Tiya
2.Juanda Ardian Prabowo
3.Azizul Hamid
4.Irwan Suseno
Guru Pembimbing
Zainan Spd.i
MATERI
“PELUANG DAN TENTANG PENERAPAN
PANCASILA”
Kedua, dampak lanjutan dari beredarnya hoaks tersebut, membawa kita pada
suatu kondisi yang disebut dengan post-truth (pasca-kebenaran). Dalam kamus
Oxford, makna post-truth adalah dikaburkannya publik dari fakta-fakta objektif.
Post-truth adalah kondisi di mana fakta objektif tidak lagi memberikan pengaruh
besar dalam membentuk opini publik, tetapi ditentukan oleh sentimen dan
kepercayaan. Dalam anggapan mereka, kebenaran itu adalah hal-hal yang
disampaikan berulang-berulang, sekalipun salah. Misalnya, ketika seseorang
membenci kelompok tertentu, berita tentang keburukan dari kelompok tertentu
akan dianggap sebagai kebenaran, tak peduli siapa pembuat berita, tak mengecek
apakah beritanya benar atau tidak. Sebaliknya, jika ada informasi- informasi baik
tentang kelompok yang dibenci tersebut tidak dipercayainya, sekalipun itu benar
dan valid.
3. Tantangan Global
Betul bahwa kita semua adalah warga negara Indonesia. Itu dapat ditandai dengan
sejumlah identitas ke-Indonesia-an, mulai dari Kartu Tanda Penduduk, Bendera Merah Putih,
lambang Garuda Pancasila, bahasa Indonesia, serta bahasa daerah yang digunakan. Selain
sebagai warga negara Indonesia, kita juga menjadi warga negara dunia. Indonesia sebagai negara
dan bangsa tidak dapat mengisolasi diri, tidak bergaul, dengan bangsa-bangsa lain dari negara
lain. Terlebih dengan bantuan teknologi informasi, sekat-sekat batas negara itu menjadi tipis.
Ketika kita dapat menggunakan bahasa internasional, seperti bahasa Inggris, tentunya kita dapat
berinteraksi dengan bangsa- bangsa lain yang menggunakan bahasa yang sama. Tak hanya
berkomunikasi, pada saat bersamaan, kita juga bersaing dengan bangsa- bangsa lain. Persaingan
ini juga terjadi dalam bidang pekerjaan. Karena itu, kita harus memiliki kompetensi dan
keterampilan yang setara dengan bangsa-bangsa lain sehingga dapat bersaing pada abad ke-21 ini
Ketiga, dampak yang lebih jauh adalah masyarakat mudah diprovokasi, diadu domba dihasut,
dan ditanamkan benih kebencian melalui informasi-informasi palsu yang terusmenerus
disampaikan sehingga dianggap sebagai kebenaran. Akibatnya, permusuhan sesama bangsa
Indonesia, kebencian kepada bangsa lain, upaya untuk memecah belah bangsa, dan sejumlah
dampak negatif lainnya, dapat dengan mudah terjadi di tengahtengah kita. Untuk dapat bersaing
dan berkontribusi dengan baik dalam skala global pada abad ke-21 ini, kita perlu memiliki
sejumlah kecakapan: literasi, kompetensi, dan karakter. Pada abad ini, kita tidak cukup hanya
pintar, menghafal teori-teori, rumus-rumus, dan definisi-definisi, tetapi juga perlu memiliki
kompetensi untuk memecahkan masalah, melakukan kolaborasi dan kerja sama. Kalian juga
perlu karakter untuk terus belajar dan gigih sehingga bisa beradaptasi dengan segala perubahan
yang terjadi.
4. Konsumerisme
konsumerisme merupakan ideologi yang menjadikan seseorang atau kelompok
menjalankan proses konsumsi atau pemakaian barang-barang hasil produksi secara berlebihan,
tanpa sadar dan berkelanjutan. Pembelian barang-barang hanya didasari oleh keinginan dan tidak
mempertimbangkan kebutuhan. Dengan teknologi di era sekarang yang sudah sangat
berkembang, tingkat konsumerisme pun juga meningkat. Penyebabnya karena banyak produsen
yang sudah menjajakan barang dagangannya secara online. Platform yang berkembang, sudah
menyediakan semua kebutuhan hidup manusia, mulai dari kebutuhan individu hingga kebutuhan
rumah tangga. Konsumerisme yang berlebihan dalam kehidupan dapat menyebabkan beberapa
masalah yang cukup serius apabila tidak ditangani dengan baik dan benar. Apalagi di era
teknologi yang semakin memudahkan konsumen untuk mendapatkan barang-barang yang
diinginkan, membuat orang menjadi hedonisme. Dimudahkan dengan berbagai cara agar
mendapatkan produk orang semakin hedonism, ditambah dengan promo atau diskon yang
membuat orang tergoda untuk membeli barang tersebut.