Pendahuluan
Realitas Teknologi
Dinamika berkehidupan sosial saat ini bergerak ke arah yang sangat cepat hal ini
kemudian diikuti pergeseran struktur sosial yang tidak beraturan lagi, bahkan sudah
tidak terkontrol. Hal ini ditandai dengan transformasi teknologi yang terus berkembang
salah satunya pertumbuhan penggunaan internet. Kehadiran internet membawa
perubahan mendasar dalam pola komunikasi masyarakat.
Ruang publik dalam era masyarakat post-industrial sering kali menjadi media
bagi siapa pun untuk menyampaikan apa yang mejadi unek-unek nya, tetapi sebagian
diantaranya kadang tidak bisa dipertanggungjawabkan. Bagi netizen yang belum
didukung pengetahuan dan tingkat literasi yang memadai, mereka biasanya belum
memahami dengan baik bagaimana seharusnya memanfaatkan ruang publik, untuk
tujuan apa, dan etika seperti apakah yang harus dipatuhi agar tidak menyinggung pihak
lain.
Kata “sosial” dalam media sosial secara teori semestinya didekati oleh ranah
sosiologi. Inilah yang menurut Fuchs dalam buku Rulli Nasrullah ada beberapa
pertanyaan dasar ketika melihat kata sosial, misalnya terkait dengan informasi dan
kesadaran. Ada pertanyaan dasar seperti apakah individu itu adalah manusia yang selalu
berkarakter sosial atau individu itu baru dikatakan sosial ketika secara sadar melakukan
interaksi. Bahkan dalam teori sosiologi disebut bahwa media pada dasarnya adalah
sosial karena media merupakan bagian dari masyarakat dan aspek dari masyarakat yang
direpresentasikan dalam bentuk teknologi yang digunakan.
Fenomena Hoaks
Hoaks menurut Lynda walsh merupakan kabar bohong, istilah dalam bahasa
inggris yang masuk sejak era industri, diperkirakan pertama kali muncul pada 1808
(Raida Pakpahan, 2017: 480). Fenomena hoaks bukanlah hal baru, sejarah dunia pun
banyak diisi oleh cerita-cerita yang terbukti hoaks dikemudian hari. Dunia sains, dunia
militer, bahkan dalam urusan agama sekalipun terdapat banyak berita hoaks yang
bertebaran dari masa ke masa. Dari hoaks serius yang mempertaruhkan dan bahkan
mengorbankan ribuan nyawa hingga hoaks sepele yang sekedar menggelikan para
pembaca atau pendengar sebuah cerita. Saat ini pun khusus nya di Indonesia yang
terkena pandemi virus covid-19, ada beberapa kalangan yang menyebarkan hoaks
bahwa covid-19 itu tidak ada, belum lagi ditambah dengan klaim penemuan obat covid-
19 yang belum tentu benar. Dikalangan akademis pun tentunya tidak lepas dari hoaks
hal ini terbukti dengan penulisan makalah ataupun jurnal yang ternyata copy paste dari
internet yang kebenaran buku dan sumbernya belum jelas sehingga menjadikan karya
tulis nya patut dipertanyakan. Masih banyak lagi fenomena hoaks yang terjadi saat ini,
hal ini merupakan dampak tren media sosial dan jaringan internet yang begitu cepat
sehingga segala hal apapun bisa diaksses dengan mudah.
Fenomena hoaks sendiri dalam sejarah islam telah terjadi sejak zaman Nabi
Adam As hingga Nabi Muhammad Saw juga umat Nabi Muhammad Saw. Sebagaimana
yang telah diketahui bahwa pada Nabi Adam As keluar dari surga bersama istrinya Siti
Hawa akibat hoaks yang diterimanya dari Iblis. Ini merupakan hoaks yang berakibat
fatal bagi kalangan umat manusia karena dari peristiwa itu lah Allah Swt mengusir Nabi
Adam dan Siti Hawa ke bumi. Hoaks berlanjut ke zaman Nabi Musa yang mana Fir’aun
menyebarkan hoaks dengan menyebutkan Nabi Musa as.,adalah ahli sihir yang ingin
merebut kekuasaan dari Fir’aun dan mengusir rakyatnya dari negeri Mesir. Hoaks juga
menimpa istri Nabi Muhammad saw., yang dituduh berzina sehingga menimbulkan
kegaduhan dikalangan umat islam. Begitu dahsyatnya pengaruh hoaks dalam kehidupan
masyarakat dan membawa pengaruh yang besar. Dalam al-Quran sendiri ada beberapa
ciri terkait berita hoaks yang digambarkan al-Quran (Idnan A Idris, 2018: 87)
Pertama, tidak memiliki bukti. Salah satu ciri dari informasi palsu adalah tidak adanya
bukti penguat. Informasi tersebut hanya bedasarkan dugaan yang tak mendasar. Dalam
kasus Siti Aisyah tampak jelas para penudu atau penyebar hoaks tidak mampu
menghadirkan bukti yang berupa empat saksi (QS. An-Nur :13)
Kedua, bertentangan dengan fakta lain. Ciri lain dari informasi palsu yang diterangkan
dalam al-Quran adalah informasi tersebut bertentangan dengan fakta-fakta lain yang
telah jelas terverifikasi kebenarannya. Hal ini ditegaskan al-Quran, bahwa seharusnya
tatkala berita tentang perselingkuhan Siti Aisyah, umat islam langsung menolaknya,
karena ini bertentangan dengan fakta lain yang kuat, yaitu bahwa Siti Aisyah adalah
orang yang imannya tidak diragukan, bahkan beliau adalah istri orang yang paling
agung dan putri dari sahabat tercinta.
Seperti itulah gambaran hoaks yang ada dalam islam, tentunya hoaks ini tidak
lepas dari akses media sosial yang muda dijangkau setiap kalangan dan tanpa melihat
latar belakang usia dan pendidikan. Sehingga disini lah penting nya untuk beretika di
media sosial agar terhindar dari hoaks.
Kata qaulan layyinan hanya disebutkan satu kali salam Al-Quran,” Maka
berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-
mudahan ia ingat atau takut” (QS. Thaaha: 44)
Penutup
Daftar Pustaka
Ad-dimasyqi, al-Imam Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, alih bahasa Bahrun dkk.
Bandung
Al-Muraghi, Ahmad Mustofa, 1993. Tafsir Al-Muraghi, Penerjemah Bahrun Abu Bakar
Idnan, Idris. 2018. Klarifikasi Al-Quran Atas Berita Hoax. Jakarta: Elex Media
Komputindo