Anda di halaman 1dari 7

ARTIKEL OPINI

PENYEBARAN BERITA BOHONG DI MEDIA SOSIAL

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Penulisan Kreatif


Dosen Pengampu : Drs. A.S. Haris Sumadiria,M.Si.

Disusun Oleh :
Shinta Ulitami Lumban Raja
202050280

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS PASUNDAN
2023
PENDAHULUAN

Semakin pesatnya perkembangan teknologi membuat penyebaran informasi juga


semakin meningkat. Hal tersebut menunjukkan bahwa teknologi informasi di dunia
bahkan di Indonesia semakin berkembang. Perkembangan tersebut telah meluas hingga
mencapai berbagai aspek didalam kehidupan ini terutama penyebaran informasi.
Dengan adanya hal tersebut dapat memudahkan seluruh masyarakat dalam mengakses
informasi dari berbagai media. Media dalam melakukan penyebaran informasi juga
mulai berkembang jenis jenisnya. Dalam penyebaran informasi, terdapat berbagai jenis
media yakni antara lain media cetak, hingga media online. Media online sendiri ialah
yang sering kali kita kenal sebagai media sosial. Manusia adalah makhluk sosial yang
senantiasa berinteraksi dengan teman, keluarga, dan lingkungan masyarakatnya. Saat
ini, cara masyarakat berkomunikasi telah berubah. Berawal berkomunukasi secara
langsung dan sekarang hanya menggunakan alat komunikasi seperti media sosial.Media
sosial sendiri dapat mempermudah masyarakat dalam mengakses informasi mulai dari
informasi ekonomi, politik, sosial, dan lain lain. Banyak sekali macam dari media sosial
ini antara lain Facebook, Instagram, Twitter, WhatsApp, hingga Line. Media sosial ini
merupakan salah satu fasilitas untuk berkomunikasi dalam masyarakat dengan
menggunakan berbagai perangkat seperti gadget atau handpphone, laptop dan berbagai
gawai lain. Munculnya media sosial ini menimbulkan berbagai dampak pada kehidupan
masyarakat baik dari dampak positif hingga dampak negatif. Hal tersebut karena dalam
penyebaran informasi melalui media sosial dapat dikatakan sangat cepat dimana hanya
dalam hitungan detik saja dimana ini sangatlah berbeda ketika sebuah informasi
disebarkan melalui media cetak. Adanya hal tersebut berakibat pada banyaknya media
yang mulai berlomba lomba dalam menyebarkan informasi melalui media sosial.
Meningkatnya penyebaran informasi ini didukung pula oleh pengguna media sosial di
Indonesia yang juga berjumlah sangat banyak.

Selain untuk mendapatkan informasi atau melihat berita terbaru. Media sosial
juga memfasilitasi sharing atau penyebaran informasi, namun terkadang juga menjadi
ruang bagi para pengguna dimana setiap orang berbagi informasi status dan informasi
dari media lain. Dalam media sosial juga difasilitasi untuk mengomentari, menerima
pesan, dan setidaknya sesekali memposting berita (Samosir & Tjahjono, 2020). Hal
tersebut juga dikarenakan setiap masyarakat dalam menggunakan media sosial
diwajibkan memiliki akun. Selain itu menurut (Samosir & Tjahjono, 2020) juga
mengatakan bahwa informasi tidak dapat dikatakan bahwa informasi ini selalu akurat
dan dapat diandalkan. Informasi yang diposting di media sosial sering disebut sebagai
informasi yang tidak dapat dijelaskan atau menyesatkan. Hal tersebut disebabkan karena
media sosial memberi masyarakat atau pengguna kebebasan untuk menyebarkan
informasi tanpa memfilternya terlebih dahulu. Hal tersebutlah yang sering tidak disadari
masyarakat ketika membaca dan menerima informasi yang biasanya tidak dibenarkan.
Dan berbagi informasi yang belum tentu benar. Informasi yang diberikan mungkin
diambil dari sumber yang tidak dapat dipercaya. Media sosial juga memberi orang
kesempatan untuk berbagi peristiwa dan cerita yang disukai atau dibaca oleh pengguna
media sosial lainnya. Oleh karena itu, setiap orang harus bijak untuk memastikan bahwa
semua informasi benar atau bermanfaat untuk dikonsumsi. Saat ini banyak hal yang
saling menyinggung akibat penyebaran informasi bohong di media sosial, dimana hal
tersebut seringkali berupa hinaan, penipuan melalui media sosial, dan diskriminasi
akibat berbagi informasi dan pencurian identitas. Hal tersebut tentu sangat berbahaya
bagi masyarakat pengguna media sosial.. Hal hal diatas menandakan bahwa masyarakat
atau pengguna tidak ingin mengetahui keaslian atau kredibilitas informasi yang
diterima. Hal tersebut dikarenakan masyarakat merasa bahwa informasi yang diterima
dari teman atau keluarga adalah informasi yang benar dan langsung merasa percaya
tanpa menyadari bawa menyebarkan informasi atau berita bohong kepada masyarakat
juga termasuk hal yang buruk.

Pelaku yang menyebarkan berita bohong lebih mudah karena media sosial tidak
memiliki kemampuan untuk memfilter pesan, sehingga pesan apa pun yang diunggah
seseorang dapat dengan mudah dibagikan. Media sosial memiliki pro dan kontra. Media
sosial di Indonesia juga telah mempengaruhi perubahan politik, sosial, budaya dan
ekonomi di Indonesia. Media sosial menggerogoti dan menggeser batas-batas dari
bentuk interaksi hierarkis menjadi kesetaraan dalam ruang politik dan budaya
(Pakpahan, 2017). Bahkan informasi yang tidak pantas atau berkualitas rendah tersebar
tak terkendali dalam jumlah besar, kecurangan, fitnah dan hinaan diteriakkan hampir
terus menerus. Menurut (Dina, 2017), sepanjang tahun 2016, Bareskrim Polda Metro
Jaya berhasil memblokir lebih dari 300 akun media sosial dan media online yang
menyebarkan misinformasi SARA di 800.000 website, penerbit berita palsu dan ujaran
kebencian disensor oleh pemerintah. Secara umum, ketika informasi ini tidak dapat
dianalisis maka hal tersebut termasuk dalam pelanggaran hukum terutama pelanggaran
pada Undang Undang ITE (Yunita, 2017). Oleh karena pentingnya mengetahui
mengenai penyebaran berita bohong di Indonesia perlu dibahasnya kasus ini secara
mendalam mengenai penyebaran berita bohong, faktor yang menyebabkan munculnya
berita bohong hingga cara mengatasi atau solusinya.

PEMBAHASAN

Berita Bohong di Indonesia

Penyebaran berita bohong merupakan fenomena di Indonesia dimana berita atau


informasi yang sengaja diubah atau menyimpang sebagai informasi atau berita yang
terlihat nyata. Hal ini tidak terlepas dari ciri masyarakat Indonesia yang sering
menggunakan media sosial. Begitulah cara orang dengan cepat mendapatkan berita dan
informasi melalui perangkat media sosialnya setiap hari. Pemerintah harus mengambil
tindakan serius terhadap penyebaran berita bohong. Pemerintah Indonesia telah
mengeluarkan undang-undang untuk melarang penyebaran berita bohong dan
penyebarannya yang disengaja untuk merugikan masyarakat yang dijadikan bahan
berita bohong. Faktor utama mudahnya penyebaran berita bohong di Indonesia adalah
aspek masyarakat Indonesia yang tidak terbiasa dengan perbedaan pendapat atau
demokrasi yang baik. Kondisi ini menjadi salah satu hal yang membuat orang
cenderung percaya terhadap berita bohong atau hoax. Kebanyakan orang tidak terbiasa
dengan pencatatan dan penyimpanan data. Jadi mereka cenderung berbicara tanpa
informasi yang jelas, sedangkan masyarakat Indonesia cenderung berbicara tentang
aspek-aspek yang berkaitan dengan kekerasan, sensualitas, drama, intrik dan misteri
(Aditya & Tamara, 2021).
Penyebaran berota bohong atau hoax di media sosial tidak akan terjadi tanpa
orang atau pelaku yang memiliki kepentingan utama. Kepentingan tersebut dapat berupa
banyak hal yakni baik tentang politik, kekuasaan, ekonomi, ideologi, perasaan pribadi,
dan hanya keisengan belaka, atau bahkan semuanya digabung menjadi satu. Selain itu,
isu politik dan SARA menjadi sumber konten menyesatkan yang paling sering dikutip.
Pelaku menggunakan isu-isu sensitif seperti penggunaan sosial, politik, ras, agama,
etnis, dan golongan untuk mempengaruhi opini publik (Nynda Fatmawati Octarina,
2019). Bentuk penyebaran berita palsu yang paling umum adalah artikel, perkataan, dan
video karena orang menyukai hal-hal yang pada dasarnya viral dan berbahaya sehingga
dapat menyebabkan siapa saja yang mengunyah berita bohong itu secara mentah dapat
menjadi pelaku penyebar berita bohong atau hoaks (Setyo, 2021). Media sosial bisa
memainkan trik untuk menghasilkan massa. Sudah banyak scammer di luar sana yang
tanpa terlebih dahulu mengecek faktanya. Dan beberapa orang masih berusaha mencari
sumbernya. Dan sampai saat ini. polisi menerima sedikitnya 40.000 laporan berita palsu
dan penggunaan nama samara (anonym) di media sosial.

Faktor Penyebab Penyebaran Berita Bohong

Berita bohong merupakan suatu berita yang dibuat dengan menyamarkan atau
menyimpang dari fakta atau peristiwa yang terjadi dan disebarluaskan. Berita bohong
atau hoax ini seringkali ditemui di berbagai media informasi salah satunya media sosial.
Munculnya berita bohong ini sendiri berasal dari berbagai faktor yang melatar
belakangi. Menurut (Juditha, 2018) Faktor faktor yang menyebabkan tersebarnya berita
bohong tersebut antara lain

1. Menggunakan gadget atau smartphone sebagai sarana pencarian informasi,


memberikan kemudahan kepada masyarakat melalui saluran komunikasi yang
modern dan terjangkau.
2. Orang sering terbujuk oleh isu yang tidak jelas tanpa memvalidasi atau
mengkonfirmasi informasi/informasi tersebut. Menanggapi hal tersebut, mereka
langsung mengambil tindakan untuk menyebarkan informasi yang belum jelas
kebenarannya.
3. Kurang minat membaca masyarakat Indonesia sehingga memiliki
kecenderungan membahas berita yang tidak berdasarkan informasi yang akurat.
Hanya mengandalkan memori atau sumber yang tidak kredibel.

Selain itu menurut (Marwan & Ahyad, 2018) berita bohon tersebar juga
disebabkan oleh beberapa faktor didalamya. Fak tor faktor tersebut antara lain yakni

1. Lelucon untuk bersenang-senang Setiap orang memiliki caranya sendiri untuk


membuat dirinya merasa lebih baik. Kemajuan teknologi saat ini memungkinkan
orang untuk melakukan hal-hal aneh, langka, dan tidak masuk akal. Oleh karena
hal tersebut dapat muncul sebuah niat untuk menyebarkan berita bohong.
2. Upaya menangkap rumor di internet dan media sosial, biasanya untuk menarik
lebih banyak pengguna. Pemilik situs web sengaja menyajikan konten yang
berlebihan untuk menarik perhatian masyarakat.
3. Beberapa orang menggunakannya untuk menghasilkan lebih banyak uang
dengan bekerja sama dengan oknum.
4. Hanya mengikuti hal hal yang sedang viral. Hal tersebut disebabkan karena ini
adalah salah satu taktik pemasaran online untuk melebih-lebihkan berita, itu
mendapat lebih banyak komentar dan suka, sehingga terlihat situs atau website
lebih banyak pengunjung
5. Bertujuan untuk menyudutkan beberapa pihak (Black campaign) Situasi ini
sering terjadi pada pemilihan kepala daerah atau pemilihan presiden. Hal ini
terjadi karena persaingan dari pejabat yang ini mendapatkan sebuah kekuasaan.
Dan itulah mengapa segala cara harus digunakan..
6. Menciptakan kehebohan dengan sengaja, karena ketika situasi yang rumit mulai
menyebar, hal itu menimbulkan rasa takut di masyarakat. Beberapa orang
memanfaatkan ketakutan itu sebaik-baiknya.
7. Adu domba, yaitu ada orang yang tidak bertanggung jawab menggertak
menyebar hanya karena saling menjatuhkan kedua lawan tanpa memberi
perhatian khusus.

Pencegahan atau Solusi Penyebaran Berita Bohong

Dengan adanya berbagai macam berita bohong atau hoax tersebut perlu adanya
sebuah pencegahan atau solusi dalam menangani penyebaran berita bohong. Hal
tersebut perlu dilakukan agar berita bohong atau hoax dapat berkurang terutama di
media sosial. Dalam melakukan pencegahan tersebut dibutuhkan dari peran aktif baik
dari masyarakat Indonesia itu sendiri atau bahkan dari pemerintah. Pemerintah dalam
menanggulangi permasalahan tersebut memberntu sebuah lembaga yakni Badan Siber
Nasional. Badan baru ini bertugas melacak sumber laporan palsu dan melindungi situs
web pemerintah dari serangan peretas. Langkah ini diperlukan untuk memerangi
gelombang berita palsu yang penuh kebencian di internet. Selain itu pemerintah juga
membuat sebuah undang undang yang berkaitan dengan penyebaran berita palsu
tersebut. Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh (Yunita, 2017) yang
mengatakan bahwa pemerintah dalam mengantisipasi penyebaran berita hoaks maka
pemerintah mengeluarkan Undang Undang ITE Pasal 28 yang berbunyi “Setiap orang
dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan untuk
menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat
tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA)”. Apabila
terdapat masyarakat yang melanggar undang undang tersebut maka pelaku dapat dikenai
hukuman maksimal selama 6 tahun penjara dan juga denda dengan maksimal satu miliar
rupiah.
Selain peran pemerintah, peran aktif dari masyarakat juga dibutuhkan dalam
melakukan penanggulangan atau pencegahan tersebarnya berita bohong. Salah satu cara
untuk menangkal penyebaran berita bohong adalah dengan meningkatkan literasi media
dan media sosial (Samosir & Tjahjono, 2020). Pentingnya literasi untuk membantu
masyarakat memahami ketika menemukan berita bohong dan cara masyarakat dalam
menghadapi berita palsu yang mereka terima. Pengguna media sosial kemudian harus
membedakan antara informasi palsu dan informasi yang benar. Menurut (Setyo, 2021)
juga mengatakan bahwa terdapat langkah atau cara yang dapat menghambat
pertumbuhan dan perkembangan berita bohong atau hoax pada media sosial. Hal ini
dapat dicapai melalui penjangkauan masyarakat melalui kegiatan pendampingan atau
pemberdayaan untuk mengedukasi masyarakat untuk lebih melek mengenai media.
Meskipun kegiatan ini tidak mungkin berhasil jika dilakukan sekali atau dua kali,
namun membutuhkan waktu yang lama dan berkelanjutan di berbagai lapisan
masyarakat agar khalayak menjadi berpengetahuan dan akrab dengan media sosial.
Pilihlah informasi atau informasi yang baik dan sehat untuk dilihat dan dikonsumsi
berita. Pelaporan mengenai penyebaran berita bohong juga dapat dilakukan memlalui
berbagai media sosial. Pengguna internet dapat melaporkan penyebaran berita bohong
tersebut melalui saluran yang tersedia di semua media. Untuk Facebook, gunakan fitur
status laporan dan klasifikasikan misinformasi sebagai ujaran
kebencian/pelecehan/fitnah/pelecehan. Pada Google, dapat menggunakan fitur umpan
balik untuk melaporkan situs dengan informasi yang tidak akurat di hasil pencarian.
Twitter dan Instagram memiliki fitur bendera. Tweet untuk melaporkan tweet negatif.
Netizen dapat mengadukan konten negatif ke Kemenkominfo dengan mengirimkan
email ke dindingkonten@mail.kominfo.go.id (Marwan & Ahyad, 2018).

KESIMPULAN

Semakin berkembangnya teknologi berbanding lurus dengan cepatnya


penyebaran informasi atau berita. Media sosial merupakan slaah satu media yang
seringkali digunakan masyarakat Indonesia dalam mengakses berbagai informasi atau
berita didalamnya. Dengan adanya media tersebut orang orang akan semakin mudah
juga dalam membagikan informasi atau berita yang terjadi. Oleh karena hal tersebut
juga dapat terjadinya penyimpangan berupa penyebaran berita bohong dimana berita
yang disebarkan tidak sesuai dengan fakta yang terjadi.

Terjadinya penyebaran berita bohong terjadi karena beberapa faktor didalamnya


dimana faktor tersebut seringkali dating dikarenakan alasan pribadi atau kelompok.
Faktor tersbeut antara lain alasan pribadi, keserakahan akan uang dan popularitas,
keisengan, black campaign, ingin menjadi pusat perhatian dan masih banyak hal lain.
Dengan adanya faktor faktor tersebut perlu akan peran aktif dari pihak pemerintah
maupun masyarakat. Pemerintah menciptakan kebijakan dimana membuat UU ITE
Pasal 28 dan juga membentuk Badan Siber Nasional. Peran aktif masyarakat yang
diharapkan yakni dengan melakukan banyak literasi media atau menambah wawasan
media sosial sehingga dapat menyaring informasi atau berita yang didapatkan.
DAFTAR RUJUKAN

Aditya, K., & Tamara, D. (2021). Analisa Perilaku dalam Evaluasi Informasi dan
Penyebaran Hoax di Media Sosial. Syntax Idea, 3(11), 2424.
https://doi.org/10.36418/syntax-idea.v3i11.1554
Dina, S. (2017). Cara Cerdas Mencegah Penyebaran Hoaks di Medsos. Kominfo.
https://www.kominfo.go.id/content/detail/11347/cara-cerdas-mencegah-
penyebaran-hoaks-di-medsos/0/sorotan_media
Juditha, C. (2018). Interaksi Komunikasi Hoax di Media Sosial serta Antisipasinya.
Jurnal Pekommas, 3(1), 31–44.
Marwan, M. R., & Ahyad. (2018). ANALISIS PENYEBARAN BERITA HOAX DI
INDONESIA. Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas
Gunadarma, 2(2).
Nynda Fatmawati Octarina, A. U. (2019). Aturan Terkait Penetapan Tersangka Pelaku
Penyebar Berita Bohong Pada Media Sosial. Simposium Hukum Indonesia, 1(1),
574–586.
Pakpahan, R. (2017). Analisis Fenomena Hoax Diberbagai Media Sosial Dan Cara
Menanggulangi Hoax. Konferensi Nasional Ilmu Sosial & Teknologi (KNiST),
1(1), 479–484. http://seminar.bsi.ac.id/knist/index.php/UnivBSI/article/view/184
Samosir, F. T., & Tjahjono, P. E. (2020). ANALISIS PENYEBARAN INFORMASI
HOAX DIMEDIA SOSIAL DI KALANGAN MAHASISWA ( Studi Mahasiswa
Di Fakultas FISIP Universitas Bengkulu ). BIBLIOTIKA : Jurnal Kajian
Perpustakaan Dan Informasi, 4(2), 259–267.
http://journal2.um.ac.id/index.php/bibliotika/article/view/17691
Setyo, B. (2021). Media Sosial dan Hoax. Fakultas Ilmu Sosial & Humaniora UIN
Sunan Kalijaga.
Yunita. (2017). Penyebaran informasi hoax menimbulkan keresahan di masyarakat.
Kominfo. https://www.kominfo.go.id/content/detail/9058/penyebaran-informasi-
hoax-menimbulkan-keresahan-di-masyarakat/0/sorotan_media

Anda mungkin juga menyukai