Disusun Oleh :
Shinta Ulitami Lumban Raja
202050280
Selain untuk mendapatkan informasi atau melihat berita terbaru. Media sosial
juga memfasilitasi sharing atau penyebaran informasi, namun terkadang juga menjadi
ruang bagi para pengguna dimana setiap orang berbagi informasi status dan informasi
dari media lain. Dalam media sosial juga difasilitasi untuk mengomentari, menerima
pesan, dan setidaknya sesekali memposting berita (Samosir & Tjahjono, 2020). Hal
tersebut juga dikarenakan setiap masyarakat dalam menggunakan media sosial
diwajibkan memiliki akun. Selain itu menurut (Samosir & Tjahjono, 2020) juga
mengatakan bahwa informasi tidak dapat dikatakan bahwa informasi ini selalu akurat
dan dapat diandalkan. Informasi yang diposting di media sosial sering disebut sebagai
informasi yang tidak dapat dijelaskan atau menyesatkan. Hal tersebut disebabkan karena
media sosial memberi masyarakat atau pengguna kebebasan untuk menyebarkan
informasi tanpa memfilternya terlebih dahulu. Hal tersebutlah yang sering tidak disadari
masyarakat ketika membaca dan menerima informasi yang biasanya tidak dibenarkan.
Dan berbagi informasi yang belum tentu benar. Informasi yang diberikan mungkin
diambil dari sumber yang tidak dapat dipercaya. Media sosial juga memberi orang
kesempatan untuk berbagi peristiwa dan cerita yang disukai atau dibaca oleh pengguna
media sosial lainnya. Oleh karena itu, setiap orang harus bijak untuk memastikan bahwa
semua informasi benar atau bermanfaat untuk dikonsumsi. Saat ini banyak hal yang
saling menyinggung akibat penyebaran informasi bohong di media sosial, dimana hal
tersebut seringkali berupa hinaan, penipuan melalui media sosial, dan diskriminasi
akibat berbagi informasi dan pencurian identitas. Hal tersebut tentu sangat berbahaya
bagi masyarakat pengguna media sosial.. Hal hal diatas menandakan bahwa masyarakat
atau pengguna tidak ingin mengetahui keaslian atau kredibilitas informasi yang
diterima. Hal tersebut dikarenakan masyarakat merasa bahwa informasi yang diterima
dari teman atau keluarga adalah informasi yang benar dan langsung merasa percaya
tanpa menyadari bawa menyebarkan informasi atau berita bohong kepada masyarakat
juga termasuk hal yang buruk.
Pelaku yang menyebarkan berita bohong lebih mudah karena media sosial tidak
memiliki kemampuan untuk memfilter pesan, sehingga pesan apa pun yang diunggah
seseorang dapat dengan mudah dibagikan. Media sosial memiliki pro dan kontra. Media
sosial di Indonesia juga telah mempengaruhi perubahan politik, sosial, budaya dan
ekonomi di Indonesia. Media sosial menggerogoti dan menggeser batas-batas dari
bentuk interaksi hierarkis menjadi kesetaraan dalam ruang politik dan budaya
(Pakpahan, 2017). Bahkan informasi yang tidak pantas atau berkualitas rendah tersebar
tak terkendali dalam jumlah besar, kecurangan, fitnah dan hinaan diteriakkan hampir
terus menerus. Menurut (Dina, 2017), sepanjang tahun 2016, Bareskrim Polda Metro
Jaya berhasil memblokir lebih dari 300 akun media sosial dan media online yang
menyebarkan misinformasi SARA di 800.000 website, penerbit berita palsu dan ujaran
kebencian disensor oleh pemerintah. Secara umum, ketika informasi ini tidak dapat
dianalisis maka hal tersebut termasuk dalam pelanggaran hukum terutama pelanggaran
pada Undang Undang ITE (Yunita, 2017). Oleh karena pentingnya mengetahui
mengenai penyebaran berita bohong di Indonesia perlu dibahasnya kasus ini secara
mendalam mengenai penyebaran berita bohong, faktor yang menyebabkan munculnya
berita bohong hingga cara mengatasi atau solusinya.
PEMBAHASAN
Berita bohong merupakan suatu berita yang dibuat dengan menyamarkan atau
menyimpang dari fakta atau peristiwa yang terjadi dan disebarluaskan. Berita bohong
atau hoax ini seringkali ditemui di berbagai media informasi salah satunya media sosial.
Munculnya berita bohong ini sendiri berasal dari berbagai faktor yang melatar
belakangi. Menurut (Juditha, 2018) Faktor faktor yang menyebabkan tersebarnya berita
bohong tersebut antara lain
Selain itu menurut (Marwan & Ahyad, 2018) berita bohon tersebar juga
disebabkan oleh beberapa faktor didalamya. Fak tor faktor tersebut antara lain yakni
Dengan adanya berbagai macam berita bohong atau hoax tersebut perlu adanya
sebuah pencegahan atau solusi dalam menangani penyebaran berita bohong. Hal
tersebut perlu dilakukan agar berita bohong atau hoax dapat berkurang terutama di
media sosial. Dalam melakukan pencegahan tersebut dibutuhkan dari peran aktif baik
dari masyarakat Indonesia itu sendiri atau bahkan dari pemerintah. Pemerintah dalam
menanggulangi permasalahan tersebut memberntu sebuah lembaga yakni Badan Siber
Nasional. Badan baru ini bertugas melacak sumber laporan palsu dan melindungi situs
web pemerintah dari serangan peretas. Langkah ini diperlukan untuk memerangi
gelombang berita palsu yang penuh kebencian di internet. Selain itu pemerintah juga
membuat sebuah undang undang yang berkaitan dengan penyebaran berita palsu
tersebut. Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh (Yunita, 2017) yang
mengatakan bahwa pemerintah dalam mengantisipasi penyebaran berita hoaks maka
pemerintah mengeluarkan Undang Undang ITE Pasal 28 yang berbunyi “Setiap orang
dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan untuk
menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat
tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA)”. Apabila
terdapat masyarakat yang melanggar undang undang tersebut maka pelaku dapat dikenai
hukuman maksimal selama 6 tahun penjara dan juga denda dengan maksimal satu miliar
rupiah.
Selain peran pemerintah, peran aktif dari masyarakat juga dibutuhkan dalam
melakukan penanggulangan atau pencegahan tersebarnya berita bohong. Salah satu cara
untuk menangkal penyebaran berita bohong adalah dengan meningkatkan literasi media
dan media sosial (Samosir & Tjahjono, 2020). Pentingnya literasi untuk membantu
masyarakat memahami ketika menemukan berita bohong dan cara masyarakat dalam
menghadapi berita palsu yang mereka terima. Pengguna media sosial kemudian harus
membedakan antara informasi palsu dan informasi yang benar. Menurut (Setyo, 2021)
juga mengatakan bahwa terdapat langkah atau cara yang dapat menghambat
pertumbuhan dan perkembangan berita bohong atau hoax pada media sosial. Hal ini
dapat dicapai melalui penjangkauan masyarakat melalui kegiatan pendampingan atau
pemberdayaan untuk mengedukasi masyarakat untuk lebih melek mengenai media.
Meskipun kegiatan ini tidak mungkin berhasil jika dilakukan sekali atau dua kali,
namun membutuhkan waktu yang lama dan berkelanjutan di berbagai lapisan
masyarakat agar khalayak menjadi berpengetahuan dan akrab dengan media sosial.
Pilihlah informasi atau informasi yang baik dan sehat untuk dilihat dan dikonsumsi
berita. Pelaporan mengenai penyebaran berita bohong juga dapat dilakukan memlalui
berbagai media sosial. Pengguna internet dapat melaporkan penyebaran berita bohong
tersebut melalui saluran yang tersedia di semua media. Untuk Facebook, gunakan fitur
status laporan dan klasifikasikan misinformasi sebagai ujaran
kebencian/pelecehan/fitnah/pelecehan. Pada Google, dapat menggunakan fitur umpan
balik untuk melaporkan situs dengan informasi yang tidak akurat di hasil pencarian.
Twitter dan Instagram memiliki fitur bendera. Tweet untuk melaporkan tweet negatif.
Netizen dapat mengadukan konten negatif ke Kemenkominfo dengan mengirimkan
email ke dindingkonten@mail.kominfo.go.id (Marwan & Ahyad, 2018).
KESIMPULAN
Aditya, K., & Tamara, D. (2021). Analisa Perilaku dalam Evaluasi Informasi dan
Penyebaran Hoax di Media Sosial. Syntax Idea, 3(11), 2424.
https://doi.org/10.36418/syntax-idea.v3i11.1554
Dina, S. (2017). Cara Cerdas Mencegah Penyebaran Hoaks di Medsos. Kominfo.
https://www.kominfo.go.id/content/detail/11347/cara-cerdas-mencegah-
penyebaran-hoaks-di-medsos/0/sorotan_media
Juditha, C. (2018). Interaksi Komunikasi Hoax di Media Sosial serta Antisipasinya.
Jurnal Pekommas, 3(1), 31–44.
Marwan, M. R., & Ahyad. (2018). ANALISIS PENYEBARAN BERITA HOAX DI
INDONESIA. Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas
Gunadarma, 2(2).
Nynda Fatmawati Octarina, A. U. (2019). Aturan Terkait Penetapan Tersangka Pelaku
Penyebar Berita Bohong Pada Media Sosial. Simposium Hukum Indonesia, 1(1),
574–586.
Pakpahan, R. (2017). Analisis Fenomena Hoax Diberbagai Media Sosial Dan Cara
Menanggulangi Hoax. Konferensi Nasional Ilmu Sosial & Teknologi (KNiST),
1(1), 479–484. http://seminar.bsi.ac.id/knist/index.php/UnivBSI/article/view/184
Samosir, F. T., & Tjahjono, P. E. (2020). ANALISIS PENYEBARAN INFORMASI
HOAX DIMEDIA SOSIAL DI KALANGAN MAHASISWA ( Studi Mahasiswa
Di Fakultas FISIP Universitas Bengkulu ). BIBLIOTIKA : Jurnal Kajian
Perpustakaan Dan Informasi, 4(2), 259–267.
http://journal2.um.ac.id/index.php/bibliotika/article/view/17691
Setyo, B. (2021). Media Sosial dan Hoax. Fakultas Ilmu Sosial & Humaniora UIN
Sunan Kalijaga.
Yunita. (2017). Penyebaran informasi hoax menimbulkan keresahan di masyarakat.
Kominfo. https://www.kominfo.go.id/content/detail/9058/penyebaran-informasi-
hoax-menimbulkan-keresahan-di-masyarakat/0/sorotan_media