Anda di halaman 1dari 11

PENDAHULUAN

Berjalannya sebuah kehidupan sosial, setiap manusia ataupun individu senantiasa


membutuhkan peran dari individu atau orang lain. Bagaimanapun kondisi setiap manusia
meskipun memiliki kehidupan yang dapat terbilang lebih baik dari orang lain baik dari segi
finansial, maupun intelektual setiap manusia tetap membutuhkan bantuan dari orang lain.
Dengan adanya kondisi dimana setiap manusia saling membutuhkan satu sama lain dan saling
membantu satu sama lain maka akan tercipta kehidupan yang rukun dan lebih memunculkan
kebersamaan hidup.

Salah satu implementasi adanya manusia sebagai makhluk sosial yakni ketika manusia
saling bekerja sama dalam mencapai suatu tujuan. Sebuah kerja sama ini merupakan salah satu
bentuk dimana manusia saling membutuhkan satu sama lain dalam mengerjakan suatu hal
untuk mencapai suatu keinginan atau tujuan. Dalam kerja sama tersebut dibutuhkan juga suatu
kesinambungan tujuan pada setiap individu, hal tersebut karena dalam melaksanakan sebuah
tugas perlu adanya kesamaan perspektif dalam mencapai tujuan. Semakin baik atau semakin
banyak individu yang memiliki perspektif yang sama dalam kerja sama tersebut makan akan
semakin mudah dalam mencapai keinginan atau tujuan yang akan dicapai. Oleh karena hal
tersebut dalam sebuah kerja sama sering kali ditemui perbedaan pendapat dimana hal tersebut
terdapat perbedaan persepektif pada setiap individu yang perlu disamakan untuk mencapai
tujuan. Pada ulasana kali ini akan dibahas mengenai bekerja dalam tim untuk lebih memahami
mengenai hal hal yang penting untuk dipahami dalam bekerja sama terutama dalam sebuah tim.

RINCIAN PEMBAHASAN MATERI

 Definisi Kelompok VS Tim

Dalam bekerja sama, istilah kelompok ataupun tim sudah tidak asing lagi ditemukan.
Istilah istilah tersebut memiliki perbedaan makna didalamnya dimana hal tersebut
mendefinisikan makna masing masing dari istilah tersebut. Menurut Robins (1996)
menyatakan bahwa kelompok merupakan sejumlah dua atau lebih manusia atau individu
atau bahkan lebih yang saling berinteraksi, bergantung, dan bergabung dalam mencapai
suatu tujuan, target, atau sasaran yang ingin dicapai. Akan tetapi Gibson (1995) memaknai
kelompok sebagai empat pandangan antara lain.
1. Dalam sudut pandang kognisi, suatu kelompok dianggap sebagai kumpulan
sejumlah besar orang yang berinteraksi satu sama lain. Ketika setiap anggota
terkesan atau dihargai oleh anggota lain
2. Dari sudut pandang organisasi, kelompok adalah sistem terorganisir yang terdiri
dari dua orang atau lebih yang terhubung ke suatu sistem dengan melakukan
beberapa fungsi. Hubungan antar anggota memiliki peran normatif.
3. Dari segi motivasi, kelompok dipandang sebagai sekelompok individu yang eksis
sebagai kelompok yang menghargai individu.
4. Dari sudut pandang interaksi, hakikat saling melengkapi adalah bentuk interaksi
yang saling bergantung.

Sedangkan untuk tim kerja itu sendiri yakni kelompok yang segala upaya atau usaha
dari setiap individu didalamnya menghasilkan suatu kinerja yang terbilang besar dari setiap
saran individual. Dalam tim kerja sinergi positif dapat tercipta melalui usaha atau upaya
melalui sebuah koordinasi dalam tim kerja tersebut. Kelompok dan tim adalah konsep yang
berbeda. Kelompok berarti dua orang atau lebih yang bergantung padanya dan bekerja
sama. Kelompok kerja yang bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan adalah kelompok
yang anggotanya terutama bertukar informasi untuk pengambilan keputusan dan saling
membantu dalam lingkup kemampuan mereka. Kelompok Kerja tidak memiliki kemauan
atau kesempatan untuk terlibat dalam kerja tim yang membutuhkan upaya bersama dari
semua anggota tim, dan untuk alasan ini, kinerja mereka hanyalah kumpulan dari sebagian
kontribusi dari semua anggota kelompok kerja. Sementara itu, tim kerja telah
mengembangkan kerja sama yang positif melalui upaya koordinasi. Upaya setiap orang
menghasilkan tingkat efisiensi yang lebih tinggi daripada jumlah input individual mereka.

Selain itu Robins (1996) mengunkapkan bahwa terdapat perbedaan dalam kelompok
dan juga tim. Robins membedakan atas dasar empat variable yakni antara lain sasaran,
sinergi, akuntabilitas, dan juga keahlian. Perbedaan tersebut dapat digambarkan pada
skema berikut.
Gambar 1. Skema Perbedaan Kelompok Kerja dengan Tim Kerja

Pada gambar di atas, dapat dilihat bahwa ada hubungan antara anggota didalam
tim. Namun di sisi lain, tidak ada hubungan kerja sama antar anggota kelompok kerja. Ini
tersirat untuk tujuan tersebut. Tanggung jawab dan profesionalisme untuk tujuan bekerja
sama Tim fokus untuk bekerja bersama. Kelompok Kerja berfokus pada kebutuhan
informasi. Dalam hal bekerja sama, tim menciptakan sinergi positif saat berada dalam
kelompok kerja. Sinergi yang dihasilkan bersifat netral dan terkadang negatif. Seiring dengan
akuntabilitas, tim dapat membangun akuntabilitas individu dan timbal balik. Kelompok kerja
hanya dapat menciptakan tanggung jawab individu. Dalam hal keahlian, tim saling
melengkapi, tetapi badan kerjanya arbitrer dan beragam.

 Tipe Tipe Tim Kerja

Pada berjalannya sebuah tim kerja seringkali setiap tm kerja yang ada memiliki tipe
atau jenisnya masing masing. Terdapat tiga tipe tim kerja yang sering dikenal atau dijumpai
dalam sebuah organisasi atau badan yakni antara lain.

1. Problem Solving Team (Pemecah Masalah)


Problem solving team atau tim pemecah masalah ini merupakan kelompok yang
terdiri dari sejumlah orang biasanya berkisar lebih dari 4-5 orang atau bahkan lebih yang
berada dalam satu naungan atau departemen yang bertemu beberapa jam tiap pekan
yang bertujuan berdiskusi mengenai cara untuk memperbaiki atau mereparasi kualitas,
efisiensi, hingga lingkungan kerja dalam tim kerja tersebut.
Setiap anggota bertukar pendapat atau saran untuk memperbaiki prosedur dan
metode. Namun, tidak ada anggota tim yang memiliki kewenangan sepihak untuk
mengambil tindakan yang diusulkannya. Biasanya pertemuan dilakukan secara rutin
untuk membahas masalah kualitas, menentukan penyebab masalahm hingga
merekomendasikan solusi dan mengambil tindakan korektif.
2. Self-Management Team (Pengelola diri)
Self – Management Team atau time pengelola diri merupakan kelompok yang
terdiri dari sejumlah orang biasanya berkisar lebih dari 4-5 orang atau bahkan lebih yang
memiliki tanggungjawab atas manajer mereka. Ini biasanya mencakup pekerjaan
perencanaan dan penjadwalan. Sepenuhnya dikelola sendiri dengan mengontrol
pengambilan keputusan operasional dan tim pemecahan masalah di seluruh alur kerja.
Mereka bahkan memilih anggota dan menginstruksikan mereka untuk mengevaluasi
kinerja satu sama lain. Akibatnya, pekerjaan supervisor berkurang bahkan dipecat.
Meskipun dia baru-baru ini mendukung pekerjaan manajemen mandiri tim yang sukses.
3. Tim Lintas Fungsional
Tim lintas fungsional itu sendiri merupakan sekelompok karyawan dengan
struktur hirarki yang kira-kira sama. Tapi mereka berasal dari bidang yang berbeda.
Mereka bertemu dalam gugus tugas khusus untuk menyelesaikan misi mereka.
Seringkali mengambil bentuk komite, sederhananya, tim lintas fungsi adalah cara yang
ampuh untuk membantu orang-orang dari berbagai departemen dalam suatu organisasi
(atau bahkan antar organisasi) bertukar informasi. Mengembangkan ide-ide baru,
memecahkan masalah, dan mengkoordinasikan proyek-proyek yang kompleks fase
pengembangan awal cenderung memakan waktu lama. Butuh waktu untuk membangun
kepercayaan dan kerja tim karena anggota belajar bagaimana bekerja dengan
keragaman dan kompleksitas. Terutama di antara orang-orang dari berbagai latar
belakang dengan pengalaman dan perspektif yang berbeda.
 Peranan Tim Kerja

Dalam sebuah kerjasama tim dibutuhkan sebuah organisasi dan juga sebuah
kolaborasi. Anggota tim yang terbiasa pada tindakan dimana ia melakukan banyak tugas dan
ingin bekerja dengan baik di bawah tenggat, anggota tim yang didorong oleh pemikiran
adalah kritikan yang dapat memunculkan ide-ide baru, serta anggota tim yang berfokus
pada orang yang memiliki keterampilan komunikasi yang sangat baik. Angota anggota
tersebut dapat membantu mendukung seluruh tim kerja. Menjadi tim yang sangat efektif
Setiap orang membutuhkan peran khusus yang sesuai dengan kekuatan mereka. Belbin
(1993) mengembangkan teori peran tim berdasarkan sifat-sifat perilaku. Sembilan peran tim
Belbin terbagi dalam tiga kategori: tindakan, refleksi, dan orang. Sembilan peran tim
tersebut antara lain.

1. Plant
Plant adalah anggota tim berpikir dimana mereka berorientasi pada sebuah ide
yang inovatif dan juga kreatif. Dalam menyeimbangkan tim, peran plat ini senang
melakukan brainstorming, mengumpulkan ide, dan kemudian membaginya dengan
anggota tim lainnya, akan tetapi peran plant ini lebih suka bekerja secara individual.
Namun, meski tidak seberani anggota tim lainnya, mereka memberikan informasi
penting.
2. Resource Investigator
Peran selanjutnya adalah resource investigator, dan peran ini berpusat pada
manusia. Dalam peran ini, memiliki sifat yang bersemangat untuk menjajaki peluang
baru, seperti menjajaki peluang pasar potensial untuk perusahaan. Selain itu juga
berdiskusi dengan pemangku kepentingan untuk meluncurkan produk baru. Sikap positif
mereka menjadikan mereka jaringan alami atau pendukung bisnis baru.
3. Coordinator
Coordinator adalah anggota tim yang memiliki keterampilan komunikasi yang
sangat baik. Coordinator ini biasanya sering ditunjuk sebagai seorang leader dimana ia
selalu memotivasi dan mengkolaborasikan anggota tim untuk mencapai tujuan mereka.
Oleh karena sifatnya itu anggota tim sangatlah menghormati coordinator dan
memercayainya dalam membuat keputusan.
4. Shaper
Shaper adalah anggota yang memiliki kemauan untuk mendorong tim menjadi
lebih maju. Apa pun masalah yang muncul, shaper akan memimpin dan mengayomi tim
secara alamai sehingga shaper seringkali bekerja dengan baik dalam peran manajemen.
Hal tersebut juga berlaku ketika krisis melanda tim, maka shaper dengan cepat
menemukan solusi.
5. Monitor
Peran monitor ini dapat berpikir secara rasional tanpa menggunakan emosi
mereka untuk memecahkan masalah. Peran monitor ini bekerja dengan sangat baik
ketika sebuah rencana membutuhkan tingkat intelektual dan perencanaan strategis
yang tinggi. Monitor seringkali pula melakukan evaluasi terhadap ide-ide untuk
menentukan nilai dan kelangsungan hidup mereka yang kemudian dilanjutkan dan
dikembangkan ide-ide ini.
6. Teamworker
Kepribadian dari teamworker yang ramah memungkinkan untuk bekerja sama
dengan baik dan menjadi good-listener yang baik bagi anggota tim lainnya. Teamworker
dapat beradaptasi dengan mudah pada keadaan yang berubah. Mereka tahu bagaimana
mendamaikan ketika ketidaksepakatan muncul, apakah salah satu anggota tim memiliki
terlalu banyak pekerjaan atau yang lain memiliki masalah mendesak dalam keluarga.
Teamworker akan menjadi anggota tim pertama yang akan memberikan penawaran
bantuan kepada anggota tim lain.
7. Implementer
Implementer merupakan anggota tim yang berfokus untuk mengambil tindakan
dan menjaga ketertiban di lingkungan. Implementer ini bersikap praktis dan mampu
menerapkan ide ide yang direncanakan. Implementer ini juga sangat menyukai
pekerjaan mereka, tetapi juga sangat disiplin. Individu yang memiliki peran ini bisa
menjadi tumpuan bagi sebuah tim karena mereka bisa mendorong anggota tim lainnya.
8. Completer
Completer adalah orang-orang jeli yang memperhatikan detail dan berjuang
untuk kesempurnaan. Anggota tim ini mungkin lebih pendiam. Namun, mereka sangat
penting dalam ergonomi, hal tersebut dikarenakan individu dengan peran ini dapat
mendorong anggota tim lainnya untuk menciptakan karya yang berkualitas.
9. Specialist
Specialist memiliki pemahaman yang mendetail mengenai bidang yang ia sukai
dan ingin berkontribusi pada bidang tersebut. Peran ini selalu mengikuti model tingkat
tim, berorientasi peran, sehingga mereka lebih mandiri tetapi bekerja lebih baik secara
individu daripada dalam tim. Namun, inidvidu dengan perna ini memberikan tambah
nilai yang cukup besar bagi tim dengan keterampilan unik mereka.
 Tahap Perkembangan Tim Kerja

Terdapat proses perkembangan yang dilalui oleh setiap tim kerja. Minat evolusi
(perubahan) dapat memberikan keuntungan sebagai anggota tim dimana dapat
mempersiapkan diri untuk bekerja secara efektif dalam tim. Dalam mencapai kesuksesan
tim kerja, kohesi tim sangat penting untuk mencapai tujuan. Menurut Tuckman (1960)
menyatakan bahwa terdapat beberapa tahapan atau yang sering disebut juga dengan
proses dalam pengembangan tim. Tahapan tersebut antara lain.

1. Forming
Pada tahap ini merupakan proses dimana masing masing anggota tim mengenal
satu sama lain dan membangun komitmen terhadap proyek yang akan dilakukan.
Suasana pada tahap ini merupakan situasi yang tidak stabil dan perlu adanya sikap hati-
hati. Misalnya, dengan menjadi aktif dan pasif, mereka menunjukkan ekspresi
bersemangat saat menemukan peran dalam kelompok. Hal ini diapresiasi oleh anggota
kelompok lainnya, dikenali dari penampilan dan reputasi orang tersebut di dalam
kelompok. Tahapan ini meliputi pengujian untuk mengetahui derajat perilaku individu.
Tingkat tindakan pada tugas yang ada diantara anggota kelompok.
2. Storming
Tahap selanjutnya adalah storming, biasanya pada tahap ini mulai muncul
adanya konflik dan persaingan saat kepribadian anggota tim terungkap. Mulai adanya
tidak selarasnya tujuan anggota dengan tujuan tim dan subkelompok. Ini mengarah
pada konflik dan penurunan kinerja tim karena aktivitas yang tidak produktif. Dalam
melalui proses ini, setiap anggota tim harus bekerja keras dalam mengatasi rintangan
ataupun tantangan yang dihadapi. Ketika konflik dapat terselesaikan melalui pengakuan
atas perbedaan individu dan gagasan yang bertentangan tentang tugas dan tujuan tim,
anggota tim dapat menerima kepemimpinan manajer proyek dan naik ke tingkat
berikutnya.
3. Norming
Tahap norming ini merupakan suatu tahap di mana setiap individu memahami
tempat dan perannya dalam kelompok. Sepanjang garis yang sama dalam dinamika
setiap tahap, mereka mulai berjalan seiring. Orang di dalamnya sudah mengetahui
kelebihan dan kekurangannya. Pada tahap ini setiap anggota tim telah menentukan
dengan tegas mengenai langkah yang harus dilakukan untuk bekerja sama kedepannya.
4. Performing
Pada tahap performing, menampilkan lingkungan kerja yang sangat kohesif.
Anggota tim dengan senang hati mengimplementasikan proyek. Performa tim mencapai
puncaknya. Adanya struktur yang jelas dan stabil di seluruh tim kerja dan setiap anggota
tim berkomitmen untuk mencapai tujuan yang ditetapkan untuk peran mereka.
5. Adjourning
Sebagian besar tujuan tim dicapai dalam fase ini. Pada tahap ini lebih berfokus
pada penyelesaian proyek akhir dan melakuakan dokumentasi upaya dan hasil. Setiap
anggota dapat dipindahkan ke tim lain saat beban kerja berkurang yang kemudian tim
akan dibubarkan.
 Penyebab Kekompakan Tim

Kekompakkan dalam sebuah tim kerja terjadi karena terdapat sebuah hubungan
yang kuat dalam sebuah tim kerja. Sebuah tim kerja ketika memiliki sebuah kekompakkan
atau kohestivitas yang tinggi maka juga akan semakin menunjukkan baiknya sebuah kinerja
suatu tim kerja. Kekompakkan atau kohestivitas dalam tim kerja terjadi karena terdapat
beberapa faktor didalamnya antara lain, (i) kesamaan anggota, yang dimaksud disini yakni
setiap anggota memiliki kesamaan visi dan misi dalam mencapai sebuah tujuan yang ada
pada tim kerja tersebut, (ii) interaksi anggota, ketika setiap anggota pada tim kerja memiliki
interaksi yang baik maka hal tersebut juga akan mempengaruhi kualitas dari sebuah tim
kerja, (iii) ukuran tim, semakin besar ukuran sebuah tim kerja maka setiap anggota akan
berusaha sebaik mungkin menjaga interaksi dan hubungan satu sama lain dimana hal
tersebut akan mempengaruhi kekompakkan tim sehingga kinerja dari sebuah tim kerja
meningkat, (iv) sulitnya masuk kedalam tim, hal tersebut akan menjadi motivasi bagi setiap
anggota tim untuk menjaga hubungan antar anggota dimana mengingat sulitnya proses
memasuki tim kerja, (v) kesuksesan tim, kesuksesan tim juga akan mempengaruhi
kekompakkan sebuah tim kerja, (vi) ancaman dari luar, adanya ancaman dari luar akan
mendorong untuk setiap anggota tim untuk menjaga kondisi atau suasana, atau bahkan
kinerja tim untuk tetap stabil.

 Cara Mengelola Konflik Tim

Konflik yang terjadi pada tim kerja perlu diatasi dengan baik tanpa adanya
merugikan kedua belah pihak. Oleh karena itu perlu adanya sebuah pendekatan dalam
menyelesaikan atau mengelola sebuah konflik dalam tim. Terdapat beberapa pendekatan
dalam pengelolaan konflik tim kerja antara lain.
1. Collaborative (Kolaboratif)
Pendekatan ini mencari win-win solution. Pemecahan masalah cenderung
memiliki kepedulian yang tinggi terhadap diri sendiri dan orang lain. Penekanannya
adalah terbuka, bertukar informasi, mengeksplorasi dan memeriksa perbedaan, dan
mencapai solusi efektif yang dapat diterima oleh kedua belah pihak
2. Avoiding (Menghindari)
Pendekatan ini biasanya mengarah pada posisi kalah/kalah. Cenderung ada
kepedulian yang rendah untuk diri sendiri dan orang lain sehingga menarik diri,
menghindari situasi, menghindari situasi cenderung menjadi norma untuk menghindari
situasi konflik.
3. Forcing (Memaksa)
Pendekatan ini mencari hasil menang/kalah. Kebutuhan pihak lain diabaikan
atau diremehkan dan kepentingan sendiri menjadi pusat hasil
4. Accommodating (Mengakomodasi)
Pendekatan ini mengarah pada hasil kalah / menang. Kepentingan orang lain
dinilai di atas kepentingan diri sendiri. Seringkali kekompakan dicari di atas konflik
bahkan jika itu berarti kalah
5. Compromisme (Kompromi)
Dalam orientasi ini kedua belah pihak menang sedikit dan kalah sedikit. Kedua
belah pihak menyerahkan sesuatu untuk mencapai solusi damai

RANGKUMAN MATERI

Kelompok dan tim adalah konsep yang berbeda. Kelompok berarti dua orang atau lebih
yang bergantung padanya dan bekerja sama. Sementara itu, tim kerja telah mengembangkan
kerja sama yang positif melalui upaya koordinasi. Upaya setiap orang menghasilkan tingkat
efisiensi yang lebih tinggi daripada jumlah input individual mereka. Dalam penerapannya
terdapat beberapa tipe tim kerja antara lain problem solving team, self-management team, dan
tim lintas fungsional. Sedangkan dalam sebuah tim kerja setiap individu memiliki peranannya
masing masing yakni peran plant, resource investigator, coordinator, shaper, monitor,
teamworker, implementer, completer, dan specialist dimana setiap peran memiliki fungsi dan
sifat masing masing yang dapat mempengaruhi tim kerja. Kemudian seiring berjalannya waktu
tim kerja akan mengalami pengembangan dimana terdapat beberapa tahap yakni forming
(pembentukan), storming(muncul konflik), norming (adanya aturan), performing(puncak kinerja
membaik), dan adjourning (penyelesaian tim). Dalam pengelolaan konflik juga terdapat
beberapa pendekatan didalamnya antara lain pendekatan collaborative (kolaboratif), avoiding
(menghindari), forcing (memaksa), accommodating (akomodasi), compromise (kompromi)
dimana masing masing pendekatan memiliki cara penyelesaian atau pengelolaan konflik. Dan
yang terakir yakni kekompakkan sebuah tim kerja juga merupakan faktor berjalannya tim kerja
dengan baik dimana faktor tersebut antara lain kesamaan anggota, interaksi anggota, ukuran
tim, sulitnya masuk kedalam tim, kesuksesan tim, dan ancaman dari luar.

LATIHAN DAN EVALUASI

1. Hal apakah yang mendasari perbedaan dari kelompok dengan tim?


2. Empat variable apa yang menjadi dasar skema menurut Robins dalam membedakan
kelompok dengan tim?
3. Sebut dan jelaskan apa saja tipe tipe dari tim kerja!
4. Jelaskan secara runtut tahapan perkembangan tim kerja!
5. Cara pengelolaan konflik yang manakah yang menurut anda paling efektif dalam mengatasi
atau mengelola konflik yang terjadi dalam tim kerja?

DAFTAR PUSTAKA

Gibson, J. L. (1995). Organisasi, Perilaku, Struktur, Proses. Jakarta: Erlangga.

Robbins, S. P. (1996). Organizational Behavior: Concepts, Controversies, Applications.


Minnesota: Prentice Hall.

Tanudjaja, S., Winna, Olivia, & Angeline, S. T. (2017). Perilaku Organisasi. Jakarta: Universitas
Tarumanagara.

GLOSARIUM
Brainstorming cara dalam mengumpulkan ide
Ergonomi ilmu yang mempelajari interaksi manusia dengan elemen lain dalam sebuah sistem
Good-listener orang yang memiliki sifat pendengar yang baik
Intelektual cerdas,berakal, dan berpikiran jernih
Normatif berpegang teguh pada norma
Perspektif sudut pandang tiap individu

Anda mungkin juga menyukai