A. LATAR BELAKANG
Pekerjaan yang dikerjakan besama adalah hal yang biasa dijalani dalam
kehidupan sehari-hari. Di organisasi, hal semacam ini hampir setiap hari bisa
ditemui. Namun, tidak semua usaha bisa menerapkan konsep kerjasama tim
secara benar.
Organisasi adalah suatu sistem. Masyarakat adalah sebuah sistem. Orang
yang tinggal ditengah masyarakat, tetapi merasa tidak butuh orang lain, tidak
akan bisa berjalan dengan normal. Organisasi tanpa anggota tidak akan
berjalan. Sekolah tanpa perangkat pendukung tidak akan berjalan normal.
Sekolah dengan banyak staf, tetapi tidak ada pemimpin, tidak sempurna.
Sehingga, semua unsur harus berfungsi secara simultan menurut area perannya
masing-masing. Seorang guru memerlukan staf administrasi, staf administrasi
memerlukan siswa, seorang kepala sekolah memerlukan komite, masyarakat
memerlukan sekolah, semua membentuk sinergi untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa.
Dalam kehidupan operasional sehari-hari di sekolah, setiap anggota tim
harus cermat memperhatikan langkah pendahulunya. Jika lancar, maka langkah
perlu diteruskan. Namun jika langkah pendahulunya salah, maka langkah orang
kedua, ketiga, dan seterusnya harus memilih alternatif lainnya. Ada unsur
learning process atau proses belajar untuk setiap langkah yang dilalui. Proses
belajar menjadi berarti dan menarik jika dikerjakan bersama-sama oleh semua
unsur dalam organisasi. Tidak mementingkan eksistensi diri sendiri, dengan
mengganti semua yang bagus hanya karena hasil pemikiran orang lain.
Kumpulan orang pandai belum tentu membuahkan hasil yang cerdas.
Karena dalam kerja sama tim perlu saling toleransi, terkadang ada orang yang
tidak sanggup melakukan sesuatu disuatu bidang. Orang lain yang lebih
mampu seharusnya datang membantu untuk melakukan pekerjaannya,
terutama jika orang yang tidak mampu datang dan minta tolong. Tetapi
sebaliknya yang sering terjadi di lapangan, hanya karena kepentingan pribadi
lebih tinggi dari kepentingan bersama.
Salah satu contoh, masih banyak sekolah yang menerapkan pengelolaan
keuangan terpusat di kepala sekolah saja, atau paling banyak berdua dengan
bendahara sekolah, sehingga saling curiga terjadi dan menganggu kinerja
sekolah. Contoh lainnya, dalam penyusunan RKS hanya kepala sekolah dan
satu orang guru dan satu orang komite saja yang menyusun, disusun tidak
mengakomodasi kepentingan bersama, sehingga ketika menjalankan RKS
yang memelukan dukungan semua pihak akan mengalami kesulitan.
B. PEMBAHASAN
1. Kerja Sama Tim
Untuk memudahkan mengerjakan suatu pekerjaan manusia bekerjasama
dengan individu lainnya. Dalam sektor pendidikan, kerjasama tim telah
dikembangkan sebagai unit dasar dari proses belajar mengajar maupun
mengelola sekolah. Salah satu contohnya dalam menghadapi proses
akreditasi sekolah, Kepala Sekolah dan warga sekolah lainnya bekerja secara
bersama-sama untuk menyiapkan kelengkapan instrumen akreditasi.
Dengan kerjasama tim yang baik semua persyaratan akan tersedia sesuai
dengan waktu yang telah ditetapkan. Kerjasama tim harus difungsikan dalam
institusi dan harus mendapatkan kesempatan yang seluas-luasnya dalam
situasi-situasi menentukan, seperti ketika harus membuat keputusan dan
memecahkan masalah. Ivancevich dkk mendefinisikan tim: “Teams are
special type of task group, consisting of two or more individuals responsible
for the achievement of a goal or objective”. Tim merupakan tipe khusus dari
kelompok kerja, terdiri dari dua atau lebih individu yang bertanggung jawab
untuk pencapaian suatu tujuan. Sedangkan Stephen P. Robbins
mengemukakan “A group whose individual efforts result in a performance
that is greater than the sum of the individual inputs”. Sebuah kelompok
dimana individu-individu yang terlibat di dalamnya memberikan kinerja yang
lebih besar dibandingkan dengan jumlah keseluruhan kinerja yang diberikan
oleh individu. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tim dan
kelompok memiliki konsep yang sama. Dengan demikian tim dan kelompok
adalah individu yang melakukan pekerjaan bersama untuk menghasilkan
kinerja lebih besar dibandingkan dengan bekerja secara individu.
Tim dapat membuat perubahan yang lebih cepat dibandingkan dengan
bekerja secara individu, karena individu-individu yang menjadi anggota tim
saling melengkapi keahlian dan proses serta hasil dari pencapaian tujuan tim
merupakan tanggung jawab bersama
Richard L Daft memberikan pengertian tim bersifat umum yaitu, “A unit
of two or more people who interact and coordinate their work to accomplish
a shared goal or purpose”. Suatu unit yang terdiri dari dua atau lebih individu
yang berinteraksi dan berkoordinasi dalam mengerjakan tugasnya demi
mencapai suatu tujuan bersama. Selain berinteraksi mereka yang tergabung
dalam tim juga mengkoordinasikan pekerjaan mereka untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya secara bersama-sama.
Dalam sebuah tim, individu yang tergabung merupakan satu kesatuan,
sehingga terjadi interaksi dan saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan
organisasi.
Colquitt dkk memberikan pengertian tim yang lebih khusus, yaitu; “A team
consists of two or more people who work interdependently over some time
period to accomplish common goals related to some task-oriented purpose”.
Sebuah tim terdiri dari dua atau lebih individu yang bekerja secara bersama-
sama dalam periode waktu tertentu demi mencapai tujuan bersama yang
terkait dengan sejumlah tujuan berorientasi tugas. Dalam sebuah tim ada
ketergantungan antar individu dalam mencapai tujuan bersama dan dibatasi
oleh waktu.
Dalam sebuah tim dibutuhkan pula keahlian yang beraneka ragam untuk
saling melengkapi kebutuhan informasi dan data, serta komitmen dalam
proses mencapai tujuan bersama. Pengertian ini serupa dengan yang
disampaikan oleh Moorhead dan Griffin, Kreitner dan Kinicky, serta
Batteman dan Snell dalam bukunya yang menggunakan pengertian
Katzenbach dan Smith untuk menjelaskan konsep tim.
Pendapat para ahli di atas diperkuat oleh Greenberg dan Baron, yang
menyatakan bahwa, “Teams whose members are concerned primarily with
using the organization’s resources to effectively create its results”. Tim
dimana anggotanya fokus kepada penggunaan sumber daya organisasi demi
mendapatkan hasil yang diinginkan secara efektif. Dalam mencapai tujuan
bersama tim menggunakan sumber daya yang dimiliki secara efektif,
sehingga lebih efisien ketika suatu pekerjaan dilakukan secara bersama
daripada secara individu.
2. Tahapan Pengembangan Tim
Dalam prosesnya tim akan berkembang dalam mencapai tujuan bersama.
Untuk mengembangkan sebuah tim, berdasarkan teori pengembangan tim
yang paling dikenal, maka tim harus melalui empat tahapan, yaitu: (1)
Forming (tahap pembentukan); (2) Storming (tahap konflik); (3) Norming
(tahap pembentukan norma); (4) Performing (tahap penunjukkan kinerja).
Tim mungkin jauh lebih efektif daripada bekerja secara individu dalam
konteks di mana keputusan yang kompleks perlu dilakukan, terutama ketika
tim yang dirancang dengan karakteristik tertentu serta pemikiran. Tim
digunakan karena mereka masuk akal bagi organisasi tertentu. Manfaat yang
didapat oleh organisasi diantaranya meliputi peningkatan kinerja, manfaat
karyawan, dan mengurangi biaya. Agar tim menjadi lebih efektif, mereka
harus mampu mengatasi beberapa masalah dan disfungsi dalam kelompok
yang biasa ditemui, diantaranya; pelanggaran norma dan ketidakjelasan peran
para anggota tim, perubahan yang berisiko dan kemalasan sosial.
3. Karakteristik Tim Yang Efektif
Adapun karakteristik kerjasama tim yang efektif adalah sebagai berikut;
1. Tujuan yang jelas : Visi, misi, tujuan, atau tugas tim telah didefinisikan
dan telah diterima oleh semua anggota tim. Memiliki sebuah rencana
kerja.
2. Informalitas : Iklim cenderung informal, nyaman, dan santai. Tidak ada
tanda-tanda ketegangan atau tanda-tanda kebosanan.
3. Partisipasi : Ada banyak diskusi, dan semua orang didorong untuk
berpartisipasi
4. Mendengarkan : Para anggota menggunakan teknik mendengarkan secara
efektif seperti mempertanyakan, parafrase dan meringkasnya agar keluar
ide.
5. Adab ketidaksepakatan : Ada ketidaksepakatan, tetapi tim merasa nyaman
dengan ini dan tidak menunjukkan tanda-tanda menghindari,
merapikannya, atau menekan konflik.
6. Konsensus keputusan : untuk keputusan-keputusan penting, tujuannya
adalah substansial, namun tidak harus dengan suara bulat kesepakatan
melalui diskusi terbuka tentang semua ide-ide, menghindari pemungutan
suara formal, atau mudah kompromi.
7. Komunikasi terbuka :Anggota tim bebas untuk mengungkapkan perasaan
mereka mengenai tugas pada kelompok operasi. Ada beberapa agenda
tersembunyi dan komunikasi yang terjadi di luar pertemuan.
8. Kejelasan peran dan tugas kerja : Ada ekspektasi yang jelas tentang peran
yang dimainkan oleh setiap anggota tim. Ketika tindakan diambil,
kejelasan tugas yang dibuat, diterima, dan dilaksanakan. Tugas kerja
cukup didistribusikan di antara anggota tim.
9. Berbagi kepemimpinan : Meskipun tim memiliki pemimpin formal,
fungsi kepemimpinan bergeser, dari waktu ke waktu tergantung pada
keadaan, kebutuhan kelompok, dan keterampilan para anggota. Pemimpin
formal model perilaku yang sesuai membantu menciptakan norma-norma
positif.
10. Hubungan eksternal :Tim menghabiskan waktu untuk mengembangkan
hubungan di luar, memobilisasi sumber daya, dan membangun
kredibilitas dengan pemain di luar organisasi.
11. Keragaman Gaya : Tim memiliki spektrum yang luas dari berbagai tipe
anggota yang menekankan perhatian pada tugas, penetapan tujuan, fokus
pada proses, dan pertanyaan tentang bagaimana tim berfungsi.
12. Penilaian diri : Secara berkala, tim berhenti untuk memeriksa seberapa
baik fungsi yang telah dilaksanakan dan apa yang dapat mengganggu
efektivitas.