Anda di halaman 1dari 7

MEMBANGUN TIM BERKINERJA TINGGI

Rifqi Andika Ramadhan


NIM 2108051026

Program Studi Magister Manaajemen


Fakultas Ekononi dan Bisnis
Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta

A. LATAR BELAKANG
Pekerjaan yang dikerjakan besama adalah hal yang biasa dijalani dalam
kehidupan sehari-hari. Di organisasi, hal semacam ini hampir setiap hari bisa
ditemui. Namun, tidak semua usaha bisa menerapkan konsep kerjasama tim
secara benar.
Organisasi adalah suatu sistem. Masyarakat adalah sebuah sistem. Orang
yang tinggal ditengah masyarakat, tetapi merasa tidak butuh orang lain, tidak
akan bisa berjalan dengan normal. Organisasi tanpa anggota tidak akan
berjalan. Sekolah tanpa perangkat pendukung tidak akan berjalan normal.
Sekolah dengan banyak staf, tetapi tidak ada pemimpin, tidak sempurna.
Sehingga, semua unsur harus berfungsi secara simultan menurut area perannya
masing-masing. Seorang guru memerlukan staf administrasi, staf administrasi
memerlukan siswa, seorang kepala sekolah memerlukan komite, masyarakat
memerlukan sekolah, semua membentuk sinergi untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa.
Dalam kehidupan operasional sehari-hari di sekolah, setiap anggota tim
harus cermat memperhatikan langkah pendahulunya. Jika lancar, maka langkah
perlu diteruskan. Namun jika langkah pendahulunya salah, maka langkah orang
kedua, ketiga, dan seterusnya harus memilih alternatif lainnya. Ada unsur
learning process atau proses belajar untuk setiap langkah yang dilalui. Proses
belajar menjadi berarti dan menarik jika dikerjakan bersama-sama oleh semua
unsur dalam organisasi. Tidak mementingkan eksistensi diri sendiri, dengan
mengganti semua yang bagus hanya karena hasil pemikiran orang lain.
Kumpulan orang pandai belum tentu membuahkan hasil yang cerdas.
Karena dalam kerja sama tim perlu saling toleransi, terkadang ada orang yang
tidak sanggup melakukan sesuatu disuatu bidang. Orang lain yang lebih
mampu seharusnya datang membantu untuk melakukan pekerjaannya,
terutama jika orang yang tidak mampu datang dan minta tolong. Tetapi
sebaliknya yang sering terjadi di lapangan, hanya karena kepentingan pribadi
lebih tinggi dari kepentingan bersama.
Salah satu contoh, masih banyak sekolah yang menerapkan pengelolaan
keuangan terpusat di kepala sekolah saja, atau paling banyak berdua dengan
bendahara sekolah, sehingga saling curiga terjadi dan menganggu kinerja
sekolah. Contoh lainnya, dalam penyusunan RKS hanya kepala sekolah dan
satu orang guru dan satu orang komite saja yang menyusun, disusun tidak
mengakomodasi kepentingan bersama, sehingga ketika menjalankan RKS
yang memelukan dukungan semua pihak akan mengalami kesulitan.
B. PEMBAHASAN
1. Kerja Sama Tim
Untuk memudahkan mengerjakan suatu pekerjaan manusia bekerjasama
dengan individu lainnya. Dalam sektor pendidikan, kerjasama tim telah
dikembangkan sebagai unit dasar dari proses belajar mengajar maupun
mengelola sekolah. Salah satu contohnya dalam menghadapi proses
akreditasi sekolah, Kepala Sekolah dan warga sekolah lainnya bekerja secara
bersama-sama untuk menyiapkan kelengkapan instrumen akreditasi.
Dengan kerjasama tim yang baik semua persyaratan akan tersedia sesuai
dengan waktu yang telah ditetapkan. Kerjasama tim harus difungsikan dalam
institusi dan harus mendapatkan kesempatan yang seluas-luasnya dalam
situasi-situasi menentukan, seperti ketika harus membuat keputusan dan
memecahkan masalah. Ivancevich dkk mendefinisikan tim: “Teams are
special type of task group, consisting of two or more individuals responsible
for the achievement of a goal or objective”. Tim merupakan tipe khusus dari
kelompok kerja, terdiri dari dua atau lebih individu yang bertanggung jawab
untuk pencapaian suatu tujuan. Sedangkan Stephen P. Robbins
mengemukakan “A group whose individual efforts result in a performance
that is greater than the sum of the individual inputs”. Sebuah kelompok
dimana individu-individu yang terlibat di dalamnya memberikan kinerja yang
lebih besar dibandingkan dengan jumlah keseluruhan kinerja yang diberikan
oleh individu. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tim dan
kelompok memiliki konsep yang sama. Dengan demikian tim dan kelompok
adalah individu yang melakukan pekerjaan bersama untuk menghasilkan
kinerja lebih besar dibandingkan dengan bekerja secara individu.
Tim dapat membuat perubahan yang lebih cepat dibandingkan dengan
bekerja secara individu, karena individu-individu yang menjadi anggota tim
saling melengkapi keahlian dan proses serta hasil dari pencapaian tujuan tim
merupakan tanggung jawab bersama
Richard L Daft memberikan pengertian tim bersifat umum yaitu, “A unit
of two or more people who interact and coordinate their work to accomplish
a shared goal or purpose”. Suatu unit yang terdiri dari dua atau lebih individu
yang berinteraksi dan berkoordinasi dalam mengerjakan tugasnya demi
mencapai suatu tujuan bersama. Selain berinteraksi mereka yang tergabung
dalam tim juga mengkoordinasikan pekerjaan mereka untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya secara bersama-sama.
Dalam sebuah tim, individu yang tergabung merupakan satu kesatuan,
sehingga terjadi interaksi dan saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan
organisasi.
Colquitt dkk memberikan pengertian tim yang lebih khusus, yaitu; “A team
consists of two or more people who work interdependently over some time
period to accomplish common goals related to some task-oriented purpose”.
Sebuah tim terdiri dari dua atau lebih individu yang bekerja secara bersama-
sama dalam periode waktu tertentu demi mencapai tujuan bersama yang
terkait dengan sejumlah tujuan berorientasi tugas. Dalam sebuah tim ada
ketergantungan antar individu dalam mencapai tujuan bersama dan dibatasi
oleh waktu.
Dalam sebuah tim dibutuhkan pula keahlian yang beraneka ragam untuk
saling melengkapi kebutuhan informasi dan data, serta komitmen dalam
proses mencapai tujuan bersama. Pengertian ini serupa dengan yang
disampaikan oleh Moorhead dan Griffin, Kreitner dan Kinicky, serta
Batteman dan Snell dalam bukunya yang menggunakan pengertian
Katzenbach dan Smith untuk menjelaskan konsep tim.
Pendapat para ahli di atas diperkuat oleh Greenberg dan Baron, yang
menyatakan bahwa, “Teams whose members are concerned primarily with
using the organization’s resources to effectively create its results”. Tim
dimana anggotanya fokus kepada penggunaan sumber daya organisasi demi
mendapatkan hasil yang diinginkan secara efektif. Dalam mencapai tujuan
bersama tim menggunakan sumber daya yang dimiliki secara efektif,
sehingga lebih efisien ketika suatu pekerjaan dilakukan secara bersama
daripada secara individu.
2. Tahapan Pengembangan Tim
Dalam prosesnya tim akan berkembang dalam mencapai tujuan bersama.
Untuk mengembangkan sebuah tim, berdasarkan teori pengembangan tim
yang paling dikenal, maka tim harus melalui empat tahapan, yaitu: (1)
Forming (tahap pembentukan); (2) Storming (tahap konflik); (3) Norming
(tahap pembentukan norma); (4) Performing (tahap penunjukkan kinerja).
Tim mungkin jauh lebih efektif daripada bekerja secara individu dalam
konteks di mana keputusan yang kompleks perlu dilakukan, terutama ketika
tim yang dirancang dengan karakteristik tertentu serta pemikiran. Tim
digunakan karena mereka masuk akal bagi organisasi tertentu. Manfaat yang
didapat oleh organisasi diantaranya meliputi peningkatan kinerja, manfaat
karyawan, dan mengurangi biaya. Agar tim menjadi lebih efektif, mereka
harus mampu mengatasi beberapa masalah dan disfungsi dalam kelompok
yang biasa ditemui, diantaranya; pelanggaran norma dan ketidakjelasan peran
para anggota tim, perubahan yang berisiko dan kemalasan sosial.
3. Karakteristik Tim Yang Efektif
Adapun karakteristik kerjasama tim yang efektif adalah sebagai berikut;
1. Tujuan yang jelas : Visi, misi, tujuan, atau tugas tim telah didefinisikan
dan telah diterima oleh semua anggota tim. Memiliki sebuah rencana
kerja.
2. Informalitas : Iklim cenderung informal, nyaman, dan santai. Tidak ada
tanda-tanda ketegangan atau tanda-tanda kebosanan.
3. Partisipasi : Ada banyak diskusi, dan semua orang didorong untuk
berpartisipasi
4. Mendengarkan : Para anggota menggunakan teknik mendengarkan secara
efektif seperti mempertanyakan, parafrase dan meringkasnya agar keluar
ide.
5. Adab ketidaksepakatan : Ada ketidaksepakatan, tetapi tim merasa nyaman
dengan ini dan tidak menunjukkan tanda-tanda menghindari,
merapikannya, atau menekan konflik.
6. Konsensus keputusan : untuk keputusan-keputusan penting, tujuannya
adalah substansial, namun tidak harus dengan suara bulat kesepakatan
melalui diskusi terbuka tentang semua ide-ide, menghindari pemungutan
suara formal, atau mudah kompromi.
7. Komunikasi terbuka :Anggota tim bebas untuk mengungkapkan perasaan
mereka mengenai tugas pada kelompok operasi. Ada beberapa agenda
tersembunyi dan komunikasi yang terjadi di luar pertemuan.
8. Kejelasan peran dan tugas kerja : Ada ekspektasi yang jelas tentang peran
yang dimainkan oleh setiap anggota tim. Ketika tindakan diambil,
kejelasan tugas yang dibuat, diterima, dan dilaksanakan. Tugas kerja
cukup didistribusikan di antara anggota tim.
9. Berbagi kepemimpinan : Meskipun tim memiliki pemimpin formal,
fungsi kepemimpinan bergeser, dari waktu ke waktu tergantung pada
keadaan, kebutuhan kelompok, dan keterampilan para anggota. Pemimpin
formal model perilaku yang sesuai membantu menciptakan norma-norma
positif.
10. Hubungan eksternal :Tim menghabiskan waktu untuk mengembangkan
hubungan di luar, memobilisasi sumber daya, dan membangun
kredibilitas dengan pemain di luar organisasi.
11. Keragaman Gaya : Tim memiliki spektrum yang luas dari berbagai tipe
anggota yang menekankan perhatian pada tugas, penetapan tujuan, fokus
pada proses, dan pertanyaan tentang bagaimana tim berfungsi.
12. Penilaian diri : Secara berkala, tim berhenti untuk memeriksa seberapa
baik fungsi yang telah dilaksanakan dan apa yang dapat mengganggu
efektivitas.

Efektivitas organisasi sebagian besar tergantung pada aktifitas dan


interaksi yang terjadi dalam tim ketika mereka melakukan tugas yang
berkaitan dengan tujuan bersama.
Dalam institusi sekolah masih ada keluhan kalau pada pembuatan rencana
kerja sekolah hanya kepala sekolah saja yang menyusun, dan nantinya
disampaikan ke kepala komite. Sehingga banyak stakeholder yang tidak
paham apa rencana kerja sekolah yang harus dilaksanakan.
Untuk melakukan penyusunan rencana kerja diperlukan tim kerja yang
solid. Dalam pembentukan tim diperlukan waktu, ada beberapa tahap yang
harus dilewati. Berdasarkan teori pengembangan tim yang paling dikenal,
maka tim harus melalui empat tahapan, yaitu:
1) Forming (tahap pembentukan), para anggota berusaha menyesuaikan
diri dengan mencoba memahami aturan-aturan yang ada. Pada tahap
ini dibuat aturan-aturan dasar untuk perilaku apa yang dapat diterima,
dan ditandai oleh adanya ketidakpastian dan sering kali kebingungan
mengenai sasaran, struktur dan kepemimpinan kelompok. Sehingga
aturan sudah harus ada dan diterapkan;
2) Storming (tahap konflik), anggota berkomitmen bersama untuk
memberikan ide-ide mereka ke tim. Untuk itu perkembangan tim
sering ditandai dengan banyaknya konflik, dimana muncul kompetisi
antar anggota agar ide mereka yang digunakan dan mendapatkan
penugasan yang diharapkan, serta perselisihan pendapat mengenai
perilaku-perilaku terkait tugas dan tanggung jawab seseorang,
diperlukan komitmen bersama untuk tetap bekerja secara tim;
3) Norming (tahap pembentukan norma), anggota mulai menyadari
bahwa mereka perlu bekerjasama untuk mencapai tujuan tim, sehinga
mereka mulai bekerja sama. Pada tahap ini pertukaran informasi
secara terbuka kerap terjadi, demikian pula penerimaan atas
perbedaan pendapat, serta usaha pencapaian sasaran yang telah
disetujui bersama;
4) Performing (tahap penunjukkan kinerja), anggota merasa nyaman
bekerja dengan peran mereka, dan tim membuat kemajuan untuk
mencapai tujuan. Masing-masing anggota tim sudah menemukan
karakteristik masing-masing anggotanya, dan saling mendukung
untuk menutupi kekurangan dan mensinergikannya dengan kelebihan
antar anggota.
Semua anggota tim harus dapat memahami tahapan-tahapan pembentukan
tim, sehingga dapat diperoleh tim yang solid dan tangguh. Tanpa pengelolaan
yang tepat dalam setiap tahapan akan sulit diperoleh. Perbedaan pendapat
pada saat storming bila dikelola dengan baik akan meningkatkan kinerja tim,
karena banyaknya ide yang diberikan oleh setiap anggota, dari ide-ide
tersebut semua pasti untuk meningkatan kinerja.
Visi, misi, tujuan, atau tugas tim yang telah didefinisikan dan diterima oleh
semua anggota tim yang diimplentasikan dalam sebuah rencana kerja,
diperlukan untuk membangun kerjasama tim untuk meningkatkan kinerja
sekolah. Tidak adanya tanda-tanda ketegangan, ada banyak diskusi dan
semua anggota turut berpartisipasi.
Dalam proses diskusi anggota menggunakan teknik mendengarkan yang
efektif seperti mempertanyakan, paraphrase dan meringkasnya agar keluar
ide. Apabila tidak sepakat tim tetap merasa nyaman tidak ada tanda-tanda
menekan konflik. Keputusan yang diambil tidak harus dengan suara bulat,
tetapi ada konsensus bersama untuk menerapkannya.
Komunikasi terbuka diperlukan untuk menjelaskan kejelasan peran dan
tugas kerja, tidak ada intimidasi secara verbal maupun tindakan. Ada
ekspektasi yang jelas tentang peran yang dimainkan oleh setiap anggota tim.
Ketika tindakan diambil, kejelasan tugas yang dibuat, diterima, dan
dilaksanakan. Tugas kerja cukup didistribusikan di antara anggota tim.
Meskipun tim memiliki pemimpin formal, fungsi kepemimpinan bergeser,
dari waktu ke waktu tergantung pada keadaan, kebutuhan kelompok, dan
keterampilan para anggota. Pemimpin formal model perilaku yang sesuai
membantu menciptakan norma-norma positif.
Anggota tim menghabiskan waktu untuk mengembangkan hubungan di
luar, memobilisasi sumber daya, dan membangun kredibilitas dengan pemain
di luar organisasi. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kinerja tim. Karena
tim terdiri dari berbagai tipe anggota yang menekankan perhatian pada tugas,
tujuan, dan fokus pada proses yangb berbeda-beda, sehingga harus saling
melengkapi.
Secara berkala, tim berhenti untuk memeriksa seberapa baik fungsi yang
telah dilaksanakan dan apa yang dapat mengganggu efektivitas.
C. KESIMPULAN
Dalam pengelolaan sebuah organisasi perlu dibentuk kerjasama tim yang
solid dan tangguh. Kerja sama tim jauh lebih baik dilakukan daripada
bekerja secara individu.
Dalam pembentukan tim ada empat tahap yang dilalui, yaitu: (1) Forming
(tahap pembentukan); (2) Storming (tahap konflik); (3) Norming (tahap
pembentukan norma); (4) Performing (tahap penunjukkan kinerja). Masing-
masing tahap memiliki karakteristik.
Kerjasama tim yang efektif dapat meningkatkan kinerja lembaga.
Kerjasama tim yang baik diperlukan oleh setiap lembaga, sehingga semua
anggota tim sadar dalam perannya masing-masing, agar tim yang solid dapat
terwujud dan kinerja lembaga akan meningkat.
D. DAFTAR PUSTAKA
Bateman, Thomas S. dan Scott A. Snell. Management: Leading and
Collaborating in the Competitive World 8th Ed. New York: McGraw-
Hill, 2009.

Colquitt, Jason A., Jeffery A. Lepine and Michael J. Wesson. Organizational


Behavior: Improving Performance and Commitment in the
Workplace. New York: McGraw-Hill, 2009.
Daft, Richard L. The Leadership Experience 4th Ed. USA: Thomson-South
Western, 2008
Greenberg, Jerald and Robert A. Baron. Behavior in Organizations. New
Jersey: Pearson, 2008.

Ivancevich, John M., Robert Konopaske and Michael T. Matteson.


Organizational Behavior and Management 8th Ed. New York:
McGraw-Hill, 2008.
Ivancevich, John M., et.al., Organizations : Behavior, Structure and
Process 12th Ed. New York: McGraw-Hill, 2006.
Robbins, Stephen and Timothy A. Judge. Organizational Behavior 13th Ed. New
Jersey: Pearson Education,Inc., 2009.

Anda mungkin juga menyukai