Anda di halaman 1dari 2

Kebebasan Berbicara dalam Media Sosial

Sosial media adalah sebuah media daring yang kerap kali digunakan untuk
berkomunikasi, yang para penggunanya bisa dengan mudah untuk turut berpartisipasi,
berinteraksi, dan berpendapat secara virtual tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu. Pada
hakikatnya, manusia memang mahluk sosial yang membutuhkan interaksi antara satu
sama lain, dan karenanya mereka memanfaatkan adanya media sosial untuk memenuhi
kebutuhan tersebut.

Media sosial sudah sejak lama digunakan sebenarnya, namun semenjak


pandemi, minat masyarakat terhadap media sosial mengalami kenaikan, entah itu
Instagram, Facebook, Twitter, maupun jenis media sosial lainnya. Meningkatnya
aktifitas saat pandemi didasari karena kurangnya akses bersosialisasi secara luring,
yang kemudian masyarakat memanfaatkan media sosial untuk tetap dapat berinteraksi
meskipun melalui daring.

Menurut laporan dari agensi marketing We Are Social dan platform


manajemen media sosial Hootsuite, mengungkap bahwa lebih dari separuh penduduk
di Indonesia telah "melek" alias aktif menggunakan media sosial pada Januari 2021.
Dalam laporan berjudul Digital 2021: The Latest Insights Into The State of Digital itu,
disebutkan bahwa dari total 274,9 juta penduduk di Indonesia, 170 juta di antaranya
telah menggunakan media sosial. Dengan demikian, angka penetrasinya sekitar 61,8
persen.

Angka tersebut merupakan angka yang cukup besar, yang bisa dikatakan
bahwa orang Indonesia sudah cukup melek dengan adanya sebab akibat yang akan
muncul dalam penggunaannya. Namun faktanya, dalam penggunaan media sosial
masih banyak yang belum memahami betul terkait norma-norma atau etika yang harus
diterapkan dalam bermedia sosial, bagaimana mencari tahu tentang adanya penipuan,
dan lain sebagainya.

Meningkatnya penggunaan media sosial tidak serta merta membuat masyarakat


jadi lebih peduli dengan bahaya yang muncul dalam pemakaiannya, sehingga dalam
beberapa kesempatan malah menimbulkan kejahatan baru, seperti bullying dalam
media sosial, penipuan, penyebaran berita hoax, dan sebagainya.
Masih banyak pengguna media sosial yang acuh tak acuh dengan adanya
bahaya yang bisa mengikuti mereka kapanpun dan di manapun. Disadarai atau
tidak, beberapa kejahatan tersebut muncul karena banyaknya masyarakat yang
merasa bahwa mereka berhak melakukan apa saja, termasuk melakukan hate
speech, hal ini didasari karena adanya freedom of speech alias kebebasan
berpendapat, yang mana membuat mereka merasa bebas dalam berpendapat atau
melakukan apapun dalam bermedia sosial.

Apa sih kebebasan berpendapat, apakah ada peraturan tertulis terkait itu?
Secara hukum, negara memiliki kewajiban untuk melindungi kebebasan
berpendapat di media sosial yang diatur secara konstitusional
dalam UUD 1945, UU No.39 Tahun 1999,UU No.12 Tahun 2005. Dengan
bentuk untuk melindungi, menghormati serta memenuhi dengan merealisasikan
hak asasi manusia. Yang artinya, dari undang-undang tersebut, bisa diartikan
bahwa sebenarnya Negara sudah mengatur adanya kebebasan berpendapat.

Dalam media sosial, seseorang punya hak berpendapat yang sangat bebas
sehingga tidak dapat dipungkiri adanya berita hoax dan berita yang simpang siur.
Faktor dari munculnya berita yang simpang siur karena terdapat perbedaan
pandangan dalam menerima pesan dalam berita. Sedangkan berita hoax muncul
biasanya karena demi mendapatkaan perhatian yang lebih dari orang-orang.
Terkadang media sosial juga melebih-lebihkan ketika memberitakan politik,
sehingga politik punya kesan yang buruk, padahal jika kita paham dan
melihatnya lebih jauh tidak semuanya buruk.

Dengan begitu, bijaklah dalam membaca berita di media sosial. Jangan


hanya menerima dengan mentah tapi pastikan juga kebenaran dari berita
tersebut. Ketika menuliskan pendapatmu, tulislah dengan kata-kata yang baik,
benar, jelas, dan pastinya tidak memprovokasi agar apa yang kamu sampaikan
bisa diterima dengan baik. Manfaatkanlah media sosial sebagai sarana untuk
menyampaikan pendapat, sebagai sarana berinteraksi bukan sebagai tempat
untuk saling menghina karena adanya perbedaan.

Anda mungkin juga menyukai