Nim : 2008206063
Masyarakat Indonesia sudah tak asing lagi dengan kebebasan, baik itu dalam konteks
berekspresi, maupun hal lainnya. banyak orang terpaku dengan hanya diam, tak berani
mengeluarkan pendapat,dikarenakan takut terjerat dalam suatu undang-undang. Kebebasan
berpendapat di Indonesia adalah salah satu masalah yang sangat kompleks. karena harus
memilih antara diam atau bersuara tetapi tantangan sudah menanti di depan mata, yaitu
teror dan penjara. Mengapa saya harus bersuara, sedangkan wakil rakyat sudah ada?
Kenapa diam adalah salah satu tindakan, lemahnya mental seorang yang peduli terhadap
lingkungan sekitar? Judge adalah jawabannya. Indonesia adalah negara demokrasi. yang
mana identitas negara demokrasi adalah semua orang berhak bersuara, berhak
mengemukakan pendapat dan lainnya. tak hanya itu, Indonesia adalah negara hukum. ada
undang-undang yang mengatur seluruh tatanan Negara Indonesia.
Kebebasan berpendapat telah tertuang dalam Pasal 28 UUD 1945, yang berbunyi : “Setiap
orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat.”di dalam
pasal ini sudah di jelaskan bahwa semua orang berhak berekspresi, baik itu secara personal
maupun berkelompok. menggunakan demikian kebebasan berpendapat hak mutlak atau
ultimatum buat warga negara. namun masih banyak yang beranggapan bahwasanya situasi
di Indonesia menakutkan Jika berpendapat. logika bebas, rasional melihat dari siapa saja
yang di tangkap. kemudian ditangguhkan lagi pada UU angka 9 Tahun 1998 Kemerdekaan
menyampaikan Pendapat di Muka umum . dengan istilah lain, kebebasan berpendapat
sudah menjadi marwahnya sebuah negara Demokrasi.
Hak Asasi Manusia serta kebebasan beropini kebebasan berpendapat artinya hak mendasar
dalam kehidupan yang dijamin dan dilindungi oleh negara implementasi dalam kebebasan
berekpresi bisa berupa tulisan, buku, diskusi, atau dalam kegiatan pers, setiap warga negar
secara sah dapat mengemukakan apa yang ada dalam pikirannya, sehingga sering ditungkan
dalam story media sosialnya mengutarakan pendapatnya yang UUD termasuk masalah
kenegaraan, hukum dan politik, baik berupa kebijakan publik yang dibuat oleh pemerintah
dan lembaga negara lainnya, pendapat atau kritikan atas setiap kebijakan publik merupakan
suatu kontrol terhadap jalannya pemerintahan. kebebasan berpendapat dan berkespresi
dinilai penting sebab empat hal yaitu:
Dengan perputaran informasi yang cepat melalui internet, dimana hal tersebut daoat
mendukung jalannya demorasi yang mengedepankan awareness masyarakat untuk peduli
dan aktif mengemukan pendapat, hal tersebut dapat menjadi bumerang. Maraknya
penyebaran hoaks mengancam kedaulatan negara, dari Rasisme hingga tindakan keras
kepada korban. Kurangnya kesadaran masyarakat dalam melakukan fact checking,
mengakibatkan gampangnya masyarakat percaya terhadap info tersebut tanpa peduli umur,
pendidikan, hingga asal Daerah.
Lalu, dimana masalahnya? salah satu masalah yang timbul adalah penggiringan opini
masyarakat, terutama saat politik sedang hangat-hangatnya dibicarakan. seperti pada saat
pemilihan presiden atau kepala daerah. di era post-truth politic ini, hoaks bisa digunakan
lawan politik salah satu kandidat untuk menurunkan elektabilitas kandidat tersebut.
sebagai contoh, pada tahun 2018, muncul kabar yang simpang siur bahwa Presiden joko
widodo merupakan bagian dari PKI. Walaupun kabar simpang siur ini berhasil dibuktikan
sebagai hoaks, banyak orang yang sudah terlanjur percaya kabar tersebut. Tingginya
efektivitas penyebaran hoaks untuk menggiring opini publik akhirnya dikomersialkan oleh
beberapa pihak untuk meraup keuntungan. salah satu organisasi yang mengomersialkan
penyebaran hoaks adalah Saracen. Saracen adalah sindikat penyebar hoaks yang bersifat
provokatif dan menyebarkan kebencian. dengan tarif puluhan juta rupiah, Saracen
menyebarkan berita kebencian melalui ratusan ribu akun media sosial yang mereka miliki.