Anda di halaman 1dari 5

KEBEBASAN BERPENDAPAT MASYARAKAT DI NEGARA INDONESIA

Dosen pengampu:

Dra. Siti Mutmainah, M. Pd.

Disusu oleh:

MUHAMMAD FITRAH FAJRIAN

21020144044

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

PROGRAM STUDI S1 SASTRA INDONESIA

2022
Abstrak

Awal istilah demokrasi dapat dilihat melalui peradaban Yunani kuno yang bercorak polis.
Sistem ini didasarkan pada mayoritas dalam pemungutan suara. Demokrasi secara luas
mampu diterima dibandingkan dengan sistem lainnya, kebebasan mengeluarkan pendapat
merupakan salah satu hak asasi yang dimiliki oleh setiap manusia dan dijamin dalam UUD
1945. Kebebasan berpendapat merupakan hak fundamental dalam kehidupan yang dijamin
serta dilindungi oleh negara implementasi pada kebebasan berekspresi dapat berupa tulisan,
buku, diskusi, atau dalam kegiatan pers, setiap warga negara secara legal dapat
mengemukakan apa yang ada dalam pikirannya. Kebebasan berpendapat dinilai sangat
penting karena mencakup empat hal yaitu (1) kebebasan berpendapat penting sebagai cara
untuk menjamin pemenuhan diri seorang dan juga untuk mencapai potensi maksimal
seseorang (2) untuk pencarian kebenaran serta kemajuan pengetahuan atau dengan istilah lain
seorang yg mencari pengetahuan dan kebenaran wajib mendengar seluruh sisi pertanyaan,
mempertimbangkan semua alternatif, menguji penilaiannya menggunakan menghadapkan
evaluasi tersebut kepada pandangan yang berlawanan, dan memanfaatkan aneka macam
pemikiran yang berbeda seoptimal mungkin. (3) kebebasan berekspresi agar orang dapat
berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan khususnya pada ruang politik, (4)
kebebasan berpendapat memungkinkan masyarakat dan negara untuk mencapai stabilitas dan
adaptasi.

Kata Kunci: demokrasi,hak asasi manusia, kebebasan berpendapat

Abstact

The beginning of the term "democracy" can be seen from the polis style of the ancient Greek
civilization. This system is based on a majority in voting. Democracy is widely accepted
compared to other systems, freedom of expression is one of the basic rights that every human
being has and is guaranteed in the 1945 Constitution. Freedom of opinion is a fundamental
right in life that is guaranteed and protected by the state. Implementation of freedom of
expression can be in the form of writing, books, discussions, or in press activities, every
citizen can legally express what is on his mind. Freedom of opinion is considered very
important because it includes four things, namely (1) freedom of opinion is important as a
way to guarantee one's self-fulfillment and also to achieve one's maximum potential (2) for
the search for truth and the advancement of knowledge or in other terms a person who seeks
knowledge and truth must hear all sides of the question, consider all alternatives, test their
judgments by confronting those evaluations with opposing views, and make optimal use of
different kinds of thinking. (3) freedom of expression so that people can participate in the
decision-making process, especially in the political space, (4) freedom of opinion allows
society and the state to achieve stability and adaptation.

Keywords: democracy, human rights, freedom of expression


PENDAHULUAN

Demokrasi merupakan pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban
serta perlakuan yang sama bagi semua warga negara. Awal istilah “demokrasi” dapat dilihat
melalui peradaban Yunani kuno yang bercorak polis. Sistem ini didasarkan pada mayoritas
dalam pemungutan suara. Demokrasi secara luas mampu diterima dibandingkan dengan
sistem lainnya, kebebasan mengeluarkan pendapat merupakan salah satu hak asasi yang
dimiliki oleh setiap manusia dan dijamin dalam UUD 1945. Pancasila sebagai pandangan
hidup, dasar negara dan pemersatu bangsa Indonesia yang majemuk sangat menjunjung tinggi
kebebasan warga negaranya untuk bebas mengemukakan pendapatnya.

Menurut (Ongku, 2021) Kebebasan berpendapat merupakan hak fundamental dalam


kehidupan yang dijamin serta dilindungi oleh negara implementasi pada kebebasan
berekspresi dapat berupa tulisan, buku, diskusi, atau dalam kegiatan pers, setiap warga
negara secara legal dapat mengemukakan apa yang ada dalam pikirannya, sehingga sering
dituangkan melalui media sosialnya yang mengutarakan pendapatnya yang termasuk masalah
kenegaraan, hukum serta politik, baik berupa kebijakan publik yang dirancang oleh
pemerintah serta lembaga negara lainnya, pendapat atau kritikan atas setiap kebijakan publik
merupakan suatu kontrol terhadap jalannya pemerintahan. Dalam perspektif Pancasila,
kebebasan merupakan kebebasan yang terkandung dalam setiap butir-butir Pancasila.
Kebebasan berpendapat merupakan salah satu hak asasi yang dimiliki oleh setiap warga
negara dan ini merupakan hak konstitusional yang dijamin oleh negara, sealain itu kebebasan
berpendapat dan berekspresi merupakan salah satu aspek penting demokrasi. Menurut Rosana
dalam (Nasution, 2020) kebebasan menyampaikan pendapat merupakan hak yang melekat
pada setiap individu. Diakuinya Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan salah satu ciri negara
demokrasi.

PEMBAHASAN

Kebebasan berpendapat di Indonesia hampir tidak sesuai dengan yang tertera di Pancasila.
Semua kebebasan berpendapat tidak berjalan sesuai dengan semestinya. Bagi sebuah negara
yang berkembang, kebebasan berpendapat sangat diperlukan agar negara ini terus
berkembang menuju negara yang demokrasi. Kebebasan berpendapat dinilai sangat penting
menurut (Ongku 2021) karena mencakup empat hal yaitu (1) kebebasan berpendapat penting
sebagai cara untuk menjamin pemenuhan diri seorang dan juga untuk mencapai potensi
maksimal seseorang (2) untuk pencarian kebenaran serta kemajuan pengetahuan atau dengan
istilah lain seorang yg mencari pengetahuan dan kebenaran wajib mendengar seluruh sisi
pertanyaan, mempertimbangkan semua alternatif, menguji penilaiannya menggunakan
menghadapkan evaluasi tersebut kepada pandangan yang berlawanan, dan memanfaatkan
aneka macam pemikiran yang berbeda seoptimal mungkin. (3) kebebasan berekspresi agar
orang dapat berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan khususnya pada ruang
politik, (4) kebebasan berpendapat memungkinkan masyarakat dan negara untuk mencapai
stabilitas dan adaptasi.

Pada tanggal 14 september 2021 media tempo.co memberikan ulasan bahwa kebebasan
berpendapat di pemerintahan Jokowi masih dibatasi, "Pemerintahan Joko Widodo masih
alergi dengan kritikan-kritikan yang disampaikan oleh warganya. Hal ini kontradiktif dengan
pernyataan Presiden untuk mempersilakan kritik, tapi tidak menjamin ruang dan bentuk
ekspresi kritik warga negara," kata Koordinator KontraS Fatia Maulidiyanti, dalam
keterangan tertulis, Selasa, 14 September 2021. Dan juga sejak Januari 2021, kontras
mencatat sedikitnya 26 kasus yang merupakan bagian dari pembatasan kebebasan
berekspresi. Mulai dari penghapusan mural, perburuan pelaku dokumentasi, persekusi
pembuat konten, penangkapan terkait UU ITE, penangkapan kritik kebijakan PPKM, hingga
penangkapan pada beberapa orang yang membentangkan poster guna menyampaikan
aspirasinya di depan presiden. Sepanjang Juli sampai Agustus 2021, setidaknya terdapat 13
kasus persekusi kepada muralist. Lalu sepanjang Januari sampai Juli 2021, KontraS juga
mencatat mencatat 13 kasus penangkapan sewenang-wenang yang terdiri dari 8 kasus
penangkapan UU ITE terkait dengan 2 penangkapan isu kinerja institusi, 1 isu mengenai
kritik institusi, 2 isu mengenai Papua, dan 3 isu mengenai kinerja pejabat. Ada juga 2 kasus
penangkapan sewenang-wenang terkait kritik terhadap PPKM, dan yang terakhir adalah 3
penangkapan terkait kritik kinerja kepada pejabat. Terakhir, terjadi penangkapan 10
mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) yang membentangkan poster berisikan kritik
pada Jokowi. Adanya UU ITE banyak dikritik oleh masyarakat karena masyarakat merasa
bahwa UU ITE adalah senjata pemerintahan agar membungkam suara-suara rakyat dan
merasa bahwa pemerintahan tidak mau mendengarkan kritikan rakyatnya. Tetapi UU ITE
mempunyai tujuanagar hate speech tidak begitu ramai di media sosial salah satunya.

KESIMPULAN

Kebebasan berpendapat di negara Indonesia memang tidak terealisasikan dari perspektif


pancasila, melalui UU ITE masyarakat merasa bahwa suara-suara mereka merasa dibungkam
oleh pemerintahan. Tetapi pemerintah menciptakan UU ITE guna untuk menghindari dari
hate speech dari masyarakat yang mensalahgunakan haknya berpendapat, mungkin agar
masyarakat tidak merasa takut dengan UU ITE pemerintahan bisa merevisi lagi, agar
masyarakat merasa aman berpendapat di ruang publik maupun media sosial.

DAFTAR PUSTAKA

Nasution, Latipah. 2020. “Hak Kebebasan Berpendapat Dan Berekspresi Dalam Ruang
Publik Di Era Digital.” ’Adalah 4, no. 3: 37–48.
https://doi.org/10.15408/adalah.v4i3.16200.

Ongku, Mara. 2021. “HAM Dan Kebebasan Berpendapat Dalam UUD 1945.” Al WASATH
Jurnal Ilmu Hukum 2, no. 1: 29–40.

Anda mungkin juga menyukai