Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH HUKUM TELEMATIKA

ASPEK HUKUM MEDIA DAN KOMUNIKASI MASSA

OLEH:

MOHD AQSHA ROVBI A (201010087)


AHMAD GRUFONI (181919529)
DIO MAULANA PUTRA (211010325)
SULTAN HASANUL FASHAWI (211010011)
WIDRA MUKHARA (2110101473)
MUHAMMAD NAUVAL EDISON (211010311)
MIDAM (211010130)
SAID MUHAMMAD BASHIR (211010119)

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM RIAU

2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat-Nya sehingga makalah dengan judul “Aspek Hukum Media dan
Komunikasi Massa” ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa juga saya
mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas dalam mata kuliah
Hukum Telematika. Selain itu, pembuatan makalah ini juga bertujuan agar
menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca.

Pekanbaru, 30 Oktober 2023

2
A. SEJARAH MUNCUL NYA DASAR HUKUM UNDANG-UNDANG
KEBEBASAN KEBEBASAN BERPENDAPAT DI INDONESIA

Kebebasan berpendapat ini apabila diurut dari kemerdekaan, ada beberapa


periode penting yang terkait kebebasan berpendapat dan berekspresi berawal dari
tahun 1965, namun isu awalnya tidak terlalu menunjukan kebebasan berpendapat
dan berekspresi, lebih terkait keagamaan yaitu dikhawatirkan munculnya aliran-
aliran keagamaan baru yang memiliki cara mengekspresikan ritual keagamaannya
berbeda dengan 6 agama yang diakui di Indonesia yang mengakibatkan
munculnya regulasi PNPS tahun 1965 yang intinya membatasi kegiatan
keagamaan selain yang diakui oleh pemerintah, ini adalah bentuk awal
pembatasan kebebasan berekspresi di Indonesia pasca kemerdekaan.

Pergantian pemerintahan, beralihnya rezim orde lama menjadi Orde Baru


yang dipimpin Soeharto. Setelah masuk rezim Orde Baru muncul lagi aturan baru
yang menekan kebebasan berpendapat dan berekspresi yaitu dilarangnya bendera
palu arit, lalu segala aktivitas terkait komunis dilarang dan mereka tidak mendapat
tempat di masyarakat dan pemerintahan. Setelah itu dimulailah pengguanaan pasal
subsersif, sebenarnya pasal ini sudah ada sejak KUHP zaman Belanda hanya saja
penggunaannya baru digunakan saat pemilu pertama masa Orde Baru untuk
menekan mereka yang tidak sepakat dengan kebijakan pemerintah terutama
tentang Garis-garis Besar Haluan Negara. Masih di masa Orde Baru juga,
masuklah ke masa Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan Koordinasi
Kemahasiswaan (NKK/BKK) dimana organisasi kampus yang dulu bisa dengan
bebas menyampaikan berpendapat di bubarkan dan dibentuk satu organisasi
tersendiri yang mewakili orgaisasi yaitu Resimen Mahasiswa (MENWA) yang
fungsinya untuk mengawasi kegiatan-kegiatan berpendapat dan berekspresi
organisasi kampus. Menwa ini dibentuk sebagai usaha pemerintah untuk
mengontrol dan mengimbangi orgainsasi-orgaisasi besar yang menguasai kampus
seperti Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Gerakan Mahasiswa Nasionalis
Indonesia (GMNI), dan lain-lain.

3
Tidak ada regulasi atau aturan yang melarang mahasiswa untuk melakukan
hak berpendapat dan berekspresinya tetapi dengan pengawasan yang lebih kuat
dan lebih tegas, mahasiswa yang dianggap melanggar atau menyampaikan
ekspresi berpendapatnya secara berlebihan mendapatkan sanksi bukan dari
pemerintah melainkan dari unversitas yaitu DO (drop out), jelas ini adalah salah
satu upaya penekanan hak berekspresi dan berpendapat di kalangan mahasiswa.
Tujuan dari Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan Koordinasi Kemahasiswaan
ini sebenarnya adalah untuk menghilangkan semangat politik mahasiswa diluar
kampus, jadi kegiatan mahasiswa yang dilarang hanyalah kegiatan yang terkait
politik di luar kampus termasuk mengkritisi dan memberikan masukan kepada
pemerintah. Lalu masa selanjutkan aja masa dimana pers mendapat tekanan dari
pemerintah yaitu regulasi mengenai Surat Ijin Usaha Penerbitan (SIUP),
pemerintah sangat menekan pers dalam hal menyampaikan informasi dimana
segala informasi sebelum disampaikan kepada masyarakat harus mendapatkan ijin
dulu dari dinas penerangan. SIUP ini tidak hanya mengenai pihak pers saja namun
juga mengenai pihak percetakan dimana buku-buku yang dianggap terlalu
mengkritisi pemerintah secara keras tidak dapat diterbitkan. Sanksi yang didapat
apabila melanggar SIUP ini sendiri adalah pembredelan media tersebut sehinga
media tidak dapat menerbitkan majalah mereka hingga diberikannya kembali ijin
penerbitan. Masa Orde Baru ini sendiri apabila diamati telah memiliki paket
lengkap dalam menekankan kebebasan berpendapat yaitu UU subsersif untuk
menekan kebebasan demonstrasi di jalan, NKK/BKK menekan kebebasan
berpendapat di kampuskampus, SIUP menekan kebebasan berpendapat dan
informasi pers atau media massa, dan PNPS untuk menekan kebebasan
berekspresi beragama.

Pada masa itu pula ada unit militer bentukan Orde Baru yang dipimpin
oleh Soedomo bernama Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban
(KOPKAMTIB), ini adalah organisasi superpower milik pemerintah yang
komandonya dibawah langsung Presiden RI. Komando Operasi Pemulihan
Keamanan dan Ketertiban ini memiliki wewenang yang sangat luas termasuk

4
menghilangkan orang yang bersuara, penculikan aktivis, dan segala sesuatu yang
berkaitan kebebasan berekspresi dan mengemukakan pendapat.

Lalu pada awal tahun 90-an gejolak politik masyarakat Indonesia mulai
mengalami perubahan, dikarenakan fokus Soeharto saat itu sudah tidak kepada
militer melainkan kepada para teknokrat seperti Habibie, Soemitro, dan lain
sebagainya. Di masa inilah gejolak politik masyarakat Indonesia mulai mengalami
perubahan sehingga terjadi banyak demonstrasi yang berakhir dengan kekejaman,
seperti misalnya kasus tanjung priok yang awalnya berupa peredaman demontrasi
menjadi peristiwa berdarah. Hingga pada puncaknya terjadi demonstrasi besar-
besaran pada Mei 1998 yang berujung dengan lengsernya presiden Soeharto dan
digantikan dengan BJ Habibie dimana dimasa itu muncul UU tentang HAM dan
UU kebebasan Berpendapat. Kebebasan berpendapat merupakan hak setiap
individu sejak dilahirkan yang telah dijamin oleh konstitusi. Oleh karena itu,
Negara Republik Indonesia sebagai negara hukum dan demokratis berwenang
untuk mengatur dan melindungi pelaksanaannya.

Kemerdekaan berpikir dan mengeluarkan pendapat tersebut diatur dalam


perubahan keempat Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945 Pasal
28 E ayat (3) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan
mengeluarkan pendapat. Kebebasan berekspresi termasuk kebebasan berpendapat
merupakan salah satu hak paling mendasar dalam kehidupan bernegara. Undang-
undang No. 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di
muka umum Pasal 1 ayat (1) kemerdekaan menyampaikan pendapat adalah hak
setiap warga negara untuk menyampaikan pikiran dengan lisan, tulisan, dan
sebagainya secara bebas dan bertanggung jawab sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.6 Demokrasi dipahami sebagai
sebuah ruang lingkup yang sangat luas. Apapun bentuknya, fenomena demokrasi
sangat menarik untuk dibicarakan. Apalagi jika dikaitkan dengan kenyataan,
bahwa negara Indonesia merupakan negara yang masih menjadikan proses
demokratisasi sebagai sebuah tumpuan. Secara substansial, demokrasi tidak akan

5
berjalan dengan efektif tanpa berkembangnya pengorganisasian internal partai,
lembagalembaga pemerintahan, maupun perkumpulan-perkumpulan masyarakat.

B. PEMUSATAN KEPEMILIKAN MEDIA MASSA DI INDONESIA:


TINJAUAN ASPEK HUKUM

Media massa di Indonesia saat ini cenderung dimiliki kelompok bisnis


tertentu dan umumnya memiliki afiliasi dengan kekuasaan atau partai politik.
Artikel ini membahas pemusatan kepemilikan media massa itu berdasarkan
hukum konstitusi dan hukum persaingan usaha. Artikel ini membangun
argumentasi, privatisasi bisnis dan politis terhadap informasi publik melalui media
massa, sekalipun mustahil untuk dihindari, perlu untuk diminimalisasi. Hal ini
dikarenakan media massa merupakan bagian dari pilar demokrasi, yang turut
menentukan demokrasi suatu bangsa. Sekalipun kepemilikan media massa sendiri
merupakan bagian dari ekspresi (sebagian elite) warga dalam menjalankan tugas-
tugas yang dijamin Konstitusi, pembatasan kepemilikannya sesungguhnya perlu
diupayakan, karena bidang usaha ini menggunakan ruang publik yang terbatas
sebagai sarana menjalankan usahanya serta fungsi demokratisasi yang melekat
padanya. Dalam situasi dan kondisi kepemilikan media massa berpusat di antara
pelaku usaha tertentu, maka warga sebetulnya tidak mendapatkan pilihan
informasi yang beragam, sekalipun seolah-olah banyak media yang bisa dipilih
warga.

a. Media Massa: Arti, Bentuk, Dan Fungsi

Dari segi istilah, media massa terdiri dari media dan massa. Media adalah
“alat; alat (sarana) komunikasi; yang terletak di antara dua pihak; perantara”, dan
massa adalah “jumlah yang banyak sekali; sekumpulan orang yang banyak sekali;
kelompok manusia yang bersatu”.11 Jika digabung, media massa, maka ia berarti
“alat (sarana) komunikasi bagi orang dalam jumlah yang banyak sekali”. Dalam
ilmu komunikasi, media massa memang merupakan alat atau sarana dalam
komunikasi massa, yaitu komunikasi yang melibatkan banyak orang. Sebagai alat
atau sarana dalam komunikasi massa, media massa bertugas membawa pesan

6
yang harus disampaikan kepada massa. Pesan yang disampaikan itu pada
umumnya memiliki unsur baru, menarik, dan penting.

Secara tradisional, media massa dibedakan ke dalam bentuk cetak dan


penyiaran. Media cetak menggunakan barang cetakan sebagai alat
berkomunikasinya, seperti yang dijumpai dalam koran, tabloid, buletin, dan
majalah. Sedangkan media penyiaran menggunakan saluran transimisi sebagai
bagian penting dari alat berkomunikasinya, sebagaimana pada televisi dan radio.
Belakangan, muncul bentuk media massa baru sebagai konsekwensi
perkembangan teknologi komunikasi dan informasi, yaitu media daring (online).
Perkembangan media daring bahkan berlangsung secara massif, sampai-sampai
media massa tradisional harus berkonvergensi dengannya jika tidak ingin
ditinggalkan.

Di masyarakat, media massa memiliki peran dan fungsi yang penting. Harri
Wiryawan mencatat, dari sudut komunikasi massa, media massa memiliki fungsi
informasi, agenda, penghubung orang, pendidikan, membujuk, dan menghibur.12
Fungsi informasi berarti media massa menyampaikan informasi kepada
masyarakat; fungsi agenda berarti media massa menyampaikan agenda kegiatan
tertentu yang perlu diketahui masyarakat; fungsi penghubung orang berarti media
massa bisa menghubungkan atau mempertemukan berbagai pihak, termasuk orang
yang hilang; fungsi pendidikan berarti media massa menyampaikan informasi
berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang penting bagi masyarakat;
fungsi membujuk berarti media massa dapat mendorong bahkan memprovokasi
orang untuk melakukan atau tidak melakukan perbuatan tertentu; fungsi
menghibur berarti media massa menyampaikan informasi yang menghibur
masyarakat.

b. Kepemilikan Media Massa dalam UU Pers

Dalam UU Pers disebutkan, “perusahaan pers adalah badan hukum


Indonesia yang menyelenggarakan usaha pers meliputi perusahaan media cetak,
media elektronik, dan kantor berita, serta perusahaan media lainnya yang secara

7
khusus menyelenggarakan, menyiarkan, atau menyalurkan informasi” (Pasal 1
angka 2). Definisi perusahaan pers ini menunjukkan bahwa usaha pers
diselenggarakan oleh badan hukum Indonesia. Soal bentuk perusahaan yang harus
berbadan hukum ini, juga ditegaskan dalam Pasal 9 ayat (2): “Setiap perusahaan
pers harus berbentuk badan hukum Indonesia”.

Dalam UU Pers juga disebutkan, “setiap warga negara Indonesia dan negara
berhak mendirikan perusahaan pers” (Pasal 9 ayat [1]). Dengan demikian, usaha
pers di Indonesia hanya bisa didirikan oleh warga negara Indonesia (WNI) dan
negara, dan karenanya tidak diperkenankan bagi warga negara asing.

c. Kepemilikan Media Massa dalam UU Penyiaran


 Lembaga Penyiaran Publik

Lembaga Penyiaran Publik (LPP) merupakan lembaga penyiaran yang


berbentuk badan hukum yang didirikan oleh negara, bersifat independen, netral,
tidak komersial, dan berfungsi memberikan layanan untuk kepentingan
masyarakat (Pasal 14 ayat [1] UU Penyiaran). LPP ini oleh UU Penyiaran dibatasi
pada Radio Republik Indonesia (RRI) dan Televisi Republik Indonesia (RRI),
yang stasiun pusat penyiarannya berada di ibukota Negara (Pasal 14 ayat [2]), dan
dapat didirikan LPP lokal di daerah provinsi, kabupaten, atau kota (Pasal 14 ayat
[3]).

 Lembaga Penyiaran Swasta

Lembaga Penyiaran Swasta (LPS) adalah lembaga penyiaran yang bersifat


komersial berbentuk badan hukum Indonesia, yang bidang usahanya hanya
menyelenggarakan jasa penyiaran radio atau televisi (Pasal 16 ayat [1] UU
Penyiaran). Ini artinya, LPP dan LPS memiliki karakteristik yang sama, bahwa
keduanya sama- sama lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum dan
menyelenggarakan jasa penyiaran radio dan televisi. Perbedaan di antara
keduanya terletak pada soal yang satu (LPP) merupakan badan hukum yang
didirikan negara, sedangkan satu lagi (LPS) merupakan badan hukum yang

8
didirikan bukan oleh negara (baca: swasta) dengan tujuan komersial. Pembatasan
kepemilikan media penyiaran ini diatur lebih lanjut dalam PP LPS. Pasal 31 ayat
(1) mengatur, dalam penyiaran radio, satu orang atau satu badan hukum baik di
satu wilayah siaran maupun di beberapa wilayah siaran di seluruh Indonesia
dibatasi dengan:

 1 (satu) badan hukum hanya boleh memiliki 1 (satu) izin penyelenggaraan


penyiaran jasa penyiaran radio;
 paling banyak memiliki saham sebesar 100% (seratus perseratus) pada
badan hukum ke- 1 (kesatu) sampai dengan ke-7 (ketujuh);
 paling banyak memiliki saham sebesar 49% (empat puluh sembilan
perseratus) pada badan hukum ke-8 (kedelapan) sampai dengan ke-
14 (keempat belas);
 paling banyak memiliki saham sebesar 20% (dua puluh perseratus) pada
badan hukum ke-15 (kelima belas) sampai dengan ke-21 (kedua puluh
satu);
 paling banyak memiliki saham sebesar 5% (lima perseratus) pada badan
hukum ke-22 (kedua puluh dua) dan seterusnya;
 badan hukum sebagaimana dimaksud pada huruf b, huruf c, huruf d, dan
huruf e, berlokasi di beberapa wilayah kabupaten/kota yang tersebar di
seluruh wilayah Indonesia.
Sementara itu, dalam penyiaran televisi, satu orang atau satu badan hukum
baik di satu wilayah siaran maupun di beberapa wilayah siaran di seluruh
Indonesia berdasarkan Pasal 32 ayat (1) PP LPS dibatasi dengan:

 1 (satu) badan hukum paling banyak memiliki 2 (dua) izin


penyelenggaraan penyiaran jasa penyiaran televisi, yang berlokasi di 2
(dua) provinsi yang berbeda;
 paling banyak memiliki saham sebesar 100% (seratus perseratus) pada
badan hukum ke- 1 (kesatu);
 paling banyak memiliki saham sebesar 49% (empat puluh sembilan
perseratus) pada badan hukum ke-2 (kedua);

9
 paling banyak memiliki saham sebesar 20% (dua puluh perseratus) pada
badan hukum ke-3 (ketiga);
 paling banyak memiliki saham sebesar 5% (lima perseratus) pada badan
hukum ke-4 (keempat) dan seterusnya;
 badan hukum sebagaimana dimaksud pada huruf b, huruf c, huruf d, dan
huruf e, berlokasi di beberapa wilayah provinsi yang tersebar di seluruh
wilayah Indonesia.

PP LPS juga membatasi kepemilikan silang, yaitu kepemilikan LPS


dengan media cetak dan lembaga penyiaran berlangganan. Berdasarkan Pasal 33,
kepemilikan silang yang dibatasi ialah:

 1 (satu) LPS jasa penyiaran radio dan 1 (satu) Lembaga Penyiaran


Berlangganan dengan 1 (satu) perusahaan media cetak di wilayah yang
sama; atau
 1 (satu) LPS jasa penyiaran televisi dan 1 (satu) Lembaga Penyiaran
Berlangganan dengan 1 (satu) perusahaan media cetak di wilayah yang
sama; atau
 1 (satu) LPS jasa penyiaran radio dan 1 (satu) Lembaga Penyiaran Swasta
jasa penyiaran televisi dengan 1 (satu) Lembaga Penyiaran Berlangganan
di wilayah yang sama.

Lembaga Penyiaran Komunitas (LPK), sebagaimana ketentuan UU


Penyiaran, merupakan “lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum
Indonesia, didirikan oleh komunitas tertentu, bersifat independen, dan tidak
komersial, dengan daya pancar rendah, luas jangkauan wilayah terbatas, serta
untuk melayani kepentingan komunitasnya” (Pasal 21 ayat [1]). LPK juga
merupakan lembagan penyiaran yang diselenggarakan tidak untuk mencari laba
atau keuntungan atau tidak merupakan bagian perusahaan yang mencari
keuntungan semata; dan untuk mendidik dan memajukan masyarakat dalam
mencapai kesejahteraan, dengan melaksanakan program acara yang meliputi

10
budaya, pendidikan, dan informasi yang menggambarkan identitas bangsa (Pasal
21 ayat [2]).

Organisasi atau komunitasnya juga tidak boleh terkait dengan organisasi terlarang,
dan tidak boleh untuk kepentingan propaganda bagi kelompok atau golongan
tertentu (Pasal 21 ayat [3]). Bahkan, bantuan asing termasuk untuk operasionalnya
juga tidak diperbolehkan (Pasal 23 ayat [1]). Dikaitkan dengan tujuannya yang
tidak komersial, LPK juga dilarang melakukan siaran iklan dan/atau siaran
komersial lainnya, kecuali iklan layanan masyarakat (Pasal 23 ayat [2]).

a. Tinjauan Hukum Konstitusi

Konstitusi Indonesia, yaitu Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945), mengatur tentang prinsip-prinsip dasar dalam
tugas-tugas media massa. Pada intinya tugas media massa ialah menghimpun dan
menyaring informasi dari dan di masyarakat, dan menyampaikannya kepada
masyarakat. Dalam Pasal 24 F UUD 1945 disebutkan, “Setiap orang berhak untuk
berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan
lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki,
menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan
segala jenis saluran yang tersedia”. Ini artinya kegiatan media massa, terutama
yang berkaitan dengan karya jurnalistik, yang pada pokoknya ialah menghimpun
informasi-informasi aktual, penting, dan menarik dari dan di masyarakat, untuk
kemudian disampaikan kembali ke masyarakat, merupakan kegiatan yang dalam
Konstitusi disebut sebagai hak siapa saja.

b. Tinjauan Hukum Persaingan Usaha

Hukum persaingan usaha adalah hukum yang mengatur tentang interaksi


perusahaan atau pelaku usaha di pasar, sementara tingkah laku perusahaan ketika
berinteraksi dilandasi atas motif-motif ekonomi.20 Konsep hukum persaingan
usaha dimaksudkan untuk menjaga persaingan usaha yang sehat tetap berlangsung
di pasar bersangkutan dan mendorong pelaku usaha menjadi unggul melalui
persaingan usaha yang sehat dan efektif.21

11
Di Indonesia, aturan hukum terkait dengan persaingan usaha tertuang dalam
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat (UU Persaingan Usaha).

C. MEDIA KOMUNIKASI MASSA

a. Pengertian Media Komunikasi Massa


Media dan komunikasi masa adalah istilah yang mengacu pada berbagai
bentuk media dan teknologi komunikasi yang digunakan dalam suatu periode
waktu tertentu. Ini mencakup segala jenis media, seperti surat kabar, radio,
televisi, internet, media sosial, dan banyak lagi. Konsep ini menggambarkan
bagaimana masyarakat berkomunikasi, berinteraksi, dan mengakses informasi
pada suatu masa tertentu, dan seringkali mencerminkan perubahan signifikan
dalam cara informasi disebarkan dan diakses oleh masyarakat. Ini juga
mencerminkan peran media dalam membentuk budaya dan opini publik dalam
suatu era tertentu
 UU No. 40 tahun 1999 tentang Pers
UU No. 40 tahun 1999 tentang Pers menyebutkan jika pers adalah lembaga
sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik,
yang meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan
menyampaikan informasi, baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan
gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan
media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia.

b. Karakteristik Media Massa


Media massa merupakan sarana komunikasi massa. Proses penyampaian
pesan, gagasan, atau informasi media massa kepada orang banyak (publik)
dilakukan secara serentak. Sebuah media bisa disebut media massa jika memiliki
karakteristik tertentu. Karakteristik media massa menurut Cangara (2010: 126–
127) antara lain:

12
 Bersifat melembaga, artinya pihak yang mengelola media terdiri atas
banyak orang, yakni mulai dari pengumpulan, pengelolaan, sampai
kepada penyajian informasi.
 Bersifat satu arah, artinya komunikasi yang dilakukan kurang
memungkinkan terjadinya dialog antara pengirim dan penerima.
Kalau pun terjadi reaksi atau umpan balik, biasanya memerlukan
waktu dan tertunda.
 Meluas dan serempak, artinya dapat mengatasi rintangan waktu dan
jarak karena memiliki kecepatan. Bergerak secara luas dan simultan,
yaitu informasi yang disampaikan diterima oleh banyak orang pada
waktu yang sama.
 Bersifat terbuka, artinya pesannya dapat diterima oleh siapa saja dan
di mana saja tanpa mengenal batas usia, jenis kelamin, dan suku
bangsa.
 Memakai peralatan teknis atau mekanis, seperti radio, televisi, surat
kabar, dan semacamnya.

 Komunikator Terlembaga
Komunikator media massa bergerak dalam organisasi yang kompleks,
tetapi bersifat melembaga. Lembaga penyampai pesan komunikasi massa melalui
media massa, seperti televisi, surat kabar, radio, internet.

 Pesan Bersifat Umum


Pesan-pesan yang disampaikan dalam proses komunikasi massa oleh
komunikator ditujukan kepada khalayak luas atau semua orang, bukan hanya
sekelompok orang. Dengan demikian, proses komunikasi massa bersifat terbuka.
Hal ini dikarenakan komunikan tersebar di berbagai tempat yang tersebar. Pesan
beritanya juga mengandung unsur fakta yang bersifat penting dan menarik untuk
semua kalangan masyarakat, bukan hanya sekelompok orang.

13
 Komunikannya Anonim dan Heterogen
Komunikan atau penerima informasi dalam komunikasi massa bersifat
anonim dan heterogen. Hal ini dikarenakan komunikasi massa menyampaikan
pesan secara umum kepada seluruh masyarakat yang tidak saling mengenal antara
satu sama lain tanpa membedakan suku, ras, agama, serta memiliki beragam
karakter psikologi, usia, jenis kelamin, tempat tinggal, adat budaya, maupun strata
sosial yang berbeda-beda.

 Media Massa Bersifat Keserempakan


Menurut Effendy (2003: 53), keserempakan media massa itu sebagai
keserempakan kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh
dari komunikator dan penduduk tersebut satu sama lainnya berada dalam keadaan
terpisah.

 Pesan yang Disampaikan Satu Arah


Komunikasi antara komunikator dan komunikan terjadi secara langsung,
tetapi komunikator dan komunikan tidak saling bertemu dan komunikan tidak
dapat merespon secara langsung. Komunikator di sini yang mengendalikan
komunikasinya.

 Umpan Balik Tertunda


Hal ini terjadi dikarenakan antara komunikator dengan komunikan yang
tidak bertatap muka secara langsung. Komunikator tidak dapat dengan segera
mengetahui reaksi khalayak terhadap pesan yang telah disampaikannya.

c. Fungsi Media Mass

Menurut Elvinaro (2007: 14–17) dalam Komunikasi Massa Suatu


Pengantar, fungsi media massa bisa dibagi lima, yaitu:
Surveillance (Pengawasan)
Sebagai alat bantu khalayak masyarakat guna mendapatkan peringatan dari
media massa yang menginformasikan tentang ancaman.

14
Interpretation (Penafsiran)

Fungsi penafsiran hampir mirip dengan fungsi pengawasan. Media massa


tidak hanya memasok fakta dan data, tetapi juga memberikan penafsiran atau
tanggapan sementara terhadap kejadian-kejadian penting. Organisasi atau industri
media memilih dan memutuskan peristiwa-peristiwa yang dimuat atau
ditayangkan.

Linkage (Pertalian)
Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam,
sehingga membentuk linkage (pertalian) berdasarkan kepentingan dan minat yang
sama tentang sesuatu.
Transmission of Values (Penyebaran Nilai-Nilai)
Media massa mewakili gambaran masyarakat, yaitu ditonton, didengar,
dan dibaca. Media massa memperlihatkan kepada kita cara mereka bertindak dan
sesuatu yang mereka harapkan. Dengan kata lain, media mewakili kita dengan
model peran yang kita amati dan harapan untuk menirunya.

Entertainment (Hiburan)
Fungsi media massa sebagai fungsi meghibur tiada lain tujuannya adalah
untuk mengurangi ketengangan pikiran khalayak.

 Onong Uchjana Effendy


Effendy (2003: 54) mengemukakan fungsi komunikasi massa secara umum,
yaitu:

Fungsi Informasi
Fungsi memberikan informasi ini diartikan bahwa media massa adalah
penyebar informasi bagi pembaca, pendengar atau pemirsa.

Fungsi Pendidikan
Media massa merupakan sarana pendidikan bagi khalayak karena banyak
menyajikan hal-hal yang sifatnya mendidik. Salah satu cara mendidik yang

15
dilakukan media massa adalah melalui pengajaran nilai, etika, serta aturan-aturan
yang berlaku kepada pemirsa atau pembaca.

Fungsi Memengaruhi
Fungsi memengaruhi dari media massa secara implisit terdapat dalam tajuk,
fitur, iklan, artikel, dan sebagainya.

d. Jenis-Jenis Media Massa

Menurut Cangara (2010: 74), media massa dibedakan menjadi tiga jenis,
yaitu:

 Media Cetak
Media cetak adalah media massa pertama kali yang muncul di dunia pada
1920-an. Saat itu, media massa awalnya digunakan oleh pemerintah untuk
mendoktrin masayarakat, sehingga membawa masyarakat pembaca kepada suatu
tujuan tertentu, seperti teori jarum suntik dalam teori komunikasi massa. Namun,
media massa saat ini sudah bebas, seperti timbal balik dari audiens.
 Media Elektronik
Setelah media cetak muncullah media elektronik pertama, yaitu radio
sebagai media audio yang menyampaikan pesan lewat suara. Kecepatan dan
ketepatan waktu dalam penyampain pesan radio tentu lebih cepat dengan
menggunakan siaran langsung. Pada waktu penyebaran informasi Proklamasi
Kemerdekaan, media massa radio berperan utama dalam penyebaran berita.
Setelah itu, muncul televisi yang lebih canggih dan bisa menayangkan gambar
sebagai media massa audio visual.

 Media Internet
Media internet baru populer pada abad 21, misalnya Google lahir pada
1997. Media internet bisa melebihi kemampuan media cetak dan elektronik.
Kedua media tersebut bisa masuk dalam jaringan internet melalui sebuah website.
Banyak kelebihan media massa internet dibandingkan media yang lain. Namun,

16
akses internet yang masih terbilang bebas bisa berbahaya bagi pengguna yang
belum mengerti, misalnya penipuan, pornografi, pencurian identitas, dan
sebagainya. Media internet tidak harus dikelola sebuah perusahaan layaknya
media cetak dan elektronik, melainkan juga bisa dilakukan oleh individu.

D. KRISIS MEDIA DI INDONESIA

Krisis media di Indonesia merujuk pada berbagai tantangan dan masalah


yang memengaruhi industri media di negara ini. Adapun beberapa aspek utama
krisis media di Indonesia, yaitu:

 Adanya kepemilikan Media yang Tidak diversifikasi: Banyak media di


Indonesia dimiliki oleh kelompok atau individu tertentu, yang dapat
memengaruhi independensi dan objektivitas berita. Diversifikasi
kepemilikan media yang lebih rendah dapat menghambat keragaman
pendapat.
 Adanya kendala dalam kebebasan Pers: Terdapat kasus-kasus
pemangkasan kebebasan pers, baik oleh pemerintah maupun pihak swasta.
Ini termasuk penangkapan jurnalis dan pembatasan kebebasan untuk
berbicara.
 Isu Pemalsuan dalam Berita: Penyebaran berita yang palsu atau hoaks
telah menjadi masalah serius di Indonesia. Hal ini dapat mengacaukan
informasi publik dan menciptakan ketidakpastian.
 Keterbatasan Akses Informasi: Di beberapa daerah, terutama di luar pulau
Jawa, akses terhadap berita dan informasi berkualitas masih terbatas,
terutama karena kurangnya akses internet yang merata.
 Tantangan Ekonomi: Bisnis media sering menghadapi tekanan ekonomi,
dengan pendapatan iklan yang menurun dan biaya produksi yang tinggi.
Hal ini dapat mengancam kelangsungan media independen.

17
 Konflik Kepentingan: Adanya konflik kepentingan di antara pemilik
media, pejabat pemerintah, dan pengusaha dapat memengaruhi liputan
berita dan objektivitasnya.
 Tingkat Profesionalisme: Kendala dalam meningkatkan standar jurnalisme
dan pendidikan jurnalis dapat memengaruhi kualitas berita yang
dihasilkan. Krisis media di Indonesia adalah masalah yang kompleks dan
memerlukan perhatian serius untuk memastikan kebebasan pers,
objektivitas, dan akses yang lebih baik terhadap informasi bagi
masyarakat.

Adapun langkah-langkah untuk mengatasi krisis media di Indonesia antara


lain:

 Edukasi dan Literasi Media: Meningkatkan pemahaman masyarakat


tentang media, literasi media, dan kemampuan untuk mendeteksi berita
palsu merupakan langkah penting dalam mengatasi isu dalam pemalsuan
berita.
 Kode Etik dan Standar Jurnalistik: Mendorong media untuk mengikuti
kode etik dan standar jurnalistik yang ketat dapat meningkatkan kualitas
pada berita tersebut.
 Mendorong kepemilikan media yang lebih beragam dapat membantu
mengurangi potensi konflik kepentingan dan mempromosikan pluralisme
dalam pemberitaan.
 Menguatkan Perlindungan Kebebasan Pers: Perlindungan hukum yang
kuat terhadap kebebasan pers yakni kunci. Ini termasuk melindungi
jurnalis dari ancaman dan memberikan akses yang lebih besar terhadap
informasi publik.
 Transparansi Kepemilikan Media: Mewajibkan media untuk transparan
mengenai kepemilikan dan hubungan bisnis mereka dapat membantu
mengurangi konflik kepentingan yang beragam.

18
 Penguatan Pelatihan Jurnalis: Investasi dalam pelatihan jurnalis dan
peningkatan kualitas pendidikan jurnalis adalah kunci untuk meningkatkan
profesionalisme dalam industri media.
E. INTERNET SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAN MASSA

Perkembangan teknologi yang sangat pesat telah memunculkan perangkat-


perangkat canggih dan aplikasi-aplikasi yang berbasis internetDampak dari
perkembangan ini semakin memperkokoh peran teknologi dalam kehidupan
manusiaDahulu orang hanya mengenal Friendster tetapi sekarang orang sudah
mengenal Facebook Twitter/X, Google+, yang sudah sangat familiar di telinga
masyarakat. Beberapa pengaruh yang dapat dilihat misalnya dalam dunia
periklanan, iklan yang umumnya ditampilkan dalam bentuk media cetak, radio,
televisi, dan papan iklan, kini dapat ditampilkan dalam gadget. Contoh lain adalah
aplikasi bioskop yang menyediakan informasi jadwal penayangan film dan
memberikan pelayanan pembelian tiket.

Bahkan mahasiswa pun kini dapat memantau nilai hasil studi dan jadwal
kuliah dengan mudah melalui aplikasi dalam smartphone, mereka dahulu
memerlukan buku agenda untuk mencatat kegiatan-kegiatan kini semuanya dapat
diringkas dalam sebuah smartphone atau tablet, dahulu orang perlu membeli
banyak buku untuk mengetahui berbagai resep makanan, dan membeli banyak
koran untuk mengetahui berbagai perkembangan informasi tetapi kini, banyak
sekali aplikasi yang memberikan berbagai informasi, yang disajikan langsung
dalam genggaman yang sangat mudah dan praktis.

Kemajuan teknologi ini telah menguasai era informasi dan arus komunikasi,
sehingga dunia terasa menjadi seperti satu kota atau satu kampung sebagai akibat
globalisasi tersebut, maka abad ini menjadi abad yang penuh dengan tantangan
dan persaingan. Kemajuan teknologi dan komunikasi telah membuka kesempatan
untuk memberitakan kabar keselamatan melalui media internet salah satu riset
menemukan generasi muda di Amerika saat ini menghabiskan waktunya lebih dari
7,5 jam per hari bersama dengan salah satu atau lebih media.

19
Teknologi adalah bagian penting dalam kehidupan saat ini. Segala sesuatu
menerapkan teknologi untuk memudahkan berbagai aktivitas. Salah satu teknologi
yang berkembang sangat pesat sekarang adalah teknologi komunikasi. Berbagai
temuan dan inovasi pada teknologi komunikasi telah membawa kita semua ke
peradaban baru. Era digital yang sangat modern menjadikan teknologi komunikasi
memberikan keuntungan yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Namun
begitu, terdapat beberapa dampak negatif yang juga membayangi perkembangan
teknologi komunikasi yang ada sekarang.

a. Dampak Positif Perkembangan Teknologi Komunikasi


 Menghubungkan Orang di Seluruh Dunia

Perkembangan teknologi komunikasi saat ini memiliki dampak global.


Artinya, jika dahulu Anda memiliki keterbatasan jarak untuk bisa berkomunikasi
dengan orang lain tidak demikian dengan sekarang. Tidak terbatas antar kota dan
antar wilayah saja, komunikasi saat ini dapat terjalin bahkan ke semua orang yang
ada di seluruh penjuru dunia. Bukan hanya itu saja, Anda pun dapat terhubung
dengan sangat cepat bahkan dalam hitungan detik saja.

 Penyebaran Informasi yang Cepat

Perkembangan teknologi juga memberikan dampak positif pada penyebaran


informasi. Jika dahulu Anda mengandalkan surat kabar atau televisi untuk tahu
informasi terkini, sekarang internet mengambil peran keduanya. Kehadiran
internet membuat penyebaran informasi terjadi dengan sangat cepat bahkan real
time. Apa yang terjadi detik ini di belahan bumi lain dapat secara langsung Anda
ketahui saat itu juga.

 Munculnya Media Sosial

Salah satu perkembangan teknologi komunikasi ditandai dengan munculnya


media sosial. Media sosial adalah sarana untuk Anda bisa terhubung dengan
teman, keluarga, kerabat dimana saja melalui suatu platform khusus. Contoh
sosial media yang banyak dipakai oleh masyarakat adalah Facebook, Instagram

20
dan Twitter. Selain menghubungkan Anda dengan teman lama dan kerabat yang
jauh, media sosial dimanfaatkan untuk kepentingan bisnis. Melakukan promosi
dan jual beli lewat media sosial bahkan kini menjadi cara yang sangat efektif
dalam mengumpulkan pundi-pundi rupiah.

 Sarana Berbagi File

Perkembangan teknologi komunikasi yang ada sekarang juga memudahkan


Anda untuk berbagi file. Mulai dari musik, video, film dan berbagai data lainnya
dapat Anda peroleh dengan beberapa klik saja. Melalui media perantara internet,
kegiatan berbagi file ini menjadi lebih mudah lagi untuk dilakukan.

 Memajukan Dunia Pendidikan

Perkembangan teknologi komunikasi yang pesat juga mendukung kemajuan


dunia pendidikan. Kini masyarakat yang tinggal di pelosok atau desa-desa
terpencil juga dapat menikmati internet. Oleh karena itu, informasi yang mereka
dapatkan saat ini tidak bergantung pada narasumber buku saja. Melalui internet,
para siswa mendapat tambahan pengetahuan dan wawasan yang baru dengan
sangat mudah dan cepat. Pemerataan pendidikan pun sekarang menjadi hal yang
tidak mustahil lagi mengingat teknologi komunikasi sekarang dapat dirasakan
manfaatnya bahkan di tempat terpencil.

b. Dampak Negatif Perkembangan Teknologi Komunikasi

Disamping memberikan banyak dampak positif, ternyata masih ada dampak


negatif yang bisa terjadi dalam perkembangan teknologi komunikasi. Kemajuan
teknologi komunikasi yang ada sekarang justru menurunkan semangat juang bagi
sebagian orang. Karena segalanya terasa mudah, banyak murid misalnya yang
hanya murni melakukan copy paste dalam mengerjakan tugas-tugas yang
diberikan.

21
 Dalam bidang bisnis, kemajuan teknologi komunikasi juga memicu
maraknya cyber crime. Kejahatan virtual seperti hacking dan carding juga
telah merugikan banyak orang. Oleh sebab itu Anda harus lebih berhati-
hati dalam melakukan transaksi online agar tidak terjerumus dalam
penipuan.
 Pesatnya perkembangan teknologi komunikasi yang ada sekarang juga
menyerang kehidupan sosial masyarakat. Tindakan cyberbullying,
penyebaran berita hoax, ujaran kebencian dan konten pornografi dinilai
cukup meresahkan. Efek yang ditimbulkan pun bukan perkara sepele
karena akan merusak generasi bangsa dan memecah belah persatuan.

22
DAFTAR PUSTAKA

Arsam. “Olygopoli, Kepemilikan Media, dan Kebijakan Negara”. At-Tabsyir: Jurnal


Komunikasi Penyiaran Islam, 2, 1 (2014): 149-168.

Haryanto, Ignatius. “Kemunculan Diri dan Peran Pemilik Industri Media di Indonesia
dalam Kerangka Teori Strukturasi Anthony Giddens”. Ultimacomm, 6, 2 (2014): 58-71.
DOI: 10.31937/ultimacomm.v6i2.414

Karman. “Media dan Konstruksi Realitas (Analisis Framing terhadap Pemberitaan Koran
Tempo Mengenai Kasus Ledakan Bom di Masjid Mapolres Cirebon)”. Jurnal Studi
Komunikasi dan Media, 16, 1 (2016): 27-46.

Prasetyo, Yosep Adi. “Kondisi Pers Indonesia dan Tantangan Saat Ini”. Jurnal Dewan
Pers, 16 (2017): 13-24.

Valerisha, Anggia. “Dampak Praktik Konglomerasi Media terhadap Pencapaian


Konsolidasi Demokrasi di Indonesia”. Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional, 12, 1
(2016): 15-32. DOI: 10.26593/jihi.v12i1.2546.15-32

23

Anda mungkin juga menyukai