Anda di halaman 1dari 18

209

Konglomerasi Media Antara Konvergensi Media dan Kebebasan Berpendapat

Muhammad Hilmy Aziz


Mahasiswa Program Magister Ilmu Komunikasi FISIP, Pascasarjana Universitas Diponegoro,
Semarang
Email: hilmyaziz23@yahoo.co.id

Abstract
Amid the rampant practice of the media conglomerate, tucked into some of the issues that
VHHP WULYLDO %XW YHU\ LQÀXHQWLDO RQ FRQGLWLRQ WKDW VRFLHW\ FDQ QRW HVFDSH WKH WHQGHQF\ WR FRQVXPH
media. Especially in terms of freedom of the press and speech which seemed still fettered though
has long been in the era of reform and openness of information. The results found in this study has
not been able to realize that media public space freely because the percentage interests of the media
owners are still likely to be high compared to the citizens; Media only be used as a commodity that
EXVLQHVVHV FDQ UHDS WKH EHQH¿WV E\ D ODUJH DPRXQW 0HGLD RZQHUV DV ZHOO DV WKH PHGLD KDYH KLUHG WRS
industrial conglomerate itself also in the world of politics. Media owners simply commanding voice
to be broadcast and the corresponding interests. All forms of existing content directed to be able to
mobilize public opinion to have the same perception as the will of the owner of the media. So that the
content that is highly disproportionate in the present data, facts that really happened.

Keywords: Media conglomerate, Convergence Media, Freedom of the Press, Freedom of Opinion

Abstrak
Ditengah maraknya praktik konglomerasi media, terselip beberapa permasalahan yang
nampaknya sepele. Akan tetapi sangat berpengaruh pada kondisi masyarakat yang kecenderungan
tidak bisa lepas dalam mengonsumsi media. Terlebih dalam hal kebebasan pers dan berpendapat yang
seakan masih terbelenggu walaupun telah lama berada pada era reformasi dan keterbukaan informasi.
Hasil yang ditemukan dalam studi ini yaitu Media belum bisa mewujudkan ruang publik yang leluasa
karena prosentase kepentingan pemilik media masih cenderung tinggi dibandingkan dengan warga;
Media hanya dijadikan sebagai komoditas bisnis yang bisa meraup keuntungan dengan jumlah
besar; Pemilik media yang juga sebagai konglomerat industri media telah mendapuk dirinya juga
dalam dunia perpolitikan. Pemilik media hanya mengomando suara untuk disiarkan dan yang sesuai
dengan kepentingannya. Segala bentuk konten yang ada diarahkan untuk bisa memobilisasi pendapat
masyarakat untuk memiliki persepsi yang sama seperti kehendak pemilik media. Sehingga konten
yang ada sangat tidak proporsional dalam menyajikan data, fakta yang sesungguhnya terjadi.

Kata Kunci: Konglomerasi Media, Konvergensi Media, Kebebasan Pers, Kebebasan Berpendapat
210 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 16, Nomor 3, September - Desember 2018, halaman 209-226

Pendahuluan di bawah kepemimpinan Soeharto daripada


Perkembangan berdirinya berbagai reformasi karena di atas kertas kemakmuran
macam industri media yang berada di Indonesia ekonomi lebih baik di zaman tersebut. Syahri
tidak bisa dipisahkan dari sejarah panjang menjelaskan pada era Orde Baru pemerintah
reformasi. Pada masa sebelumnya yaitu era sering melakukan intervensi terhadap kebebasan
Orde Baru yang dibawah kepemimpinan pers. Intervensi yang dilakukan melalui budaya
Presiden Soeharto, industri media dianggap telepon, slogan hubungan positif antara pers
sebagai wadah yang dapat memaparkan dengan pemerintah dan masyarakat serta
keburukan pemerintah sehingga tidak jarang penguasaan saham penerbitan. Ancaman
perusahaan pers yang memberitakan tentang pembredelan sering menghantui media/pers,
pemerintah menemui “ajalnya” hingga berujung bila terjadi pembredelan tanpa melalui proses
pada pencabutan Surat Izin Usaha Penebitan peradilan (Waluyo, 2014:21).
Pers (SIUPP) atau yang lebih dikenal dengan Kebebasan berpendapat sejatinya
pembredelan. Siapapun dan dalam bentuk diatur di dalam Undang-Undang Dasar 1945
apapun media pers yang mengkritisi aturan Republik Indonesia amandemen pada pasal
pemerintah yang ada di rezim Orde Baru, tidak 28 yang berbunyi “Kemerdekaan berserikat,
akan memiliki umur yang panjang. Perusahaan dan berkumpul mengeluarkan pikiran dengan
persuratkabaran (pers) Majalah Tempo yang lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan
dibredel pada tahun 1982 merupakan contoh dengan undang-undang” dan pasal 28 E ayat
satu diantara pers yang dibredel. Pada saat itu tiga (3), yang berbunyi “Setiap orang berhak
Majalah Tempo mengkritik tajam pemerintah atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan
dengan mengkaitkan partai politik Golongan menyampaikan pendapat”. Selain itu juga
Karya (Golkar) sebagai kendaraan politiknya. beberapa aturan yang mengatur tentang
Tidak luput dari pembredelan, pers terbitan kebebasan berpendapat yaitu Piagam Hak Asasi
Jakarta seperti harian Indonesia Raya, harian Manusia Indonesia dalam Tap. MPR No. 18
Sinar Harapan, tabloid Detik; pers terbitan Tahun 1998, pasal 19 yang berbunyi “Setiap
Surabaya seperti harian Nusantara dan harian orang berhak atas kemerdekaan berserikat
Seluruh Berita; dan pers terbitan Bandung yaitu berkumpul, dan mengeluarkan pendapat”, dan
harian Mahasiswa Indonsia mengalami nasib Undang-Undang No. 9 Tahun 1998 tentang
yang sama dengan Majalah Tempo. Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka
Rezim Soeharto bisa dikatakan masa Umum. Pers merupakan bagian dari rangkuman
yang sulit bagi para pelaku pers lebih utamanya opini publik yang berikan ruang sehingga
bagi para wartawan yang ingin mengkritisi memungkinkan pemerintah untuk melakukan
kinerja pemerintahan Orde Baru. Pers saat itu evaluasi atas kinerja yang telah dijalankannya
masih belum menjadi mitra pemerintah yang terserbut. Akan sangat bertentangan dengan
mensinergikan masyarakat dengan pemerintah. beberapa dasar hukum tersebut jika kebabasan
Kebebasan pers masih dalam belenggu pers dibungkam dan menuai banyak intervensi
pemerintah yang seakan pers mengharuskan yang disertai ancaman. Tidak khayal jika
dirinya untuk memberitakan kebaikan mantan Direktur Lembaga Ekonomi dan
pemerintah sesuai dengan Garis-Garis Besar Kemasyarakatan Nasional – Lembaga Ilmu
Haluan Negara (GBHN) dan juga Rencana 3HQJHWDKXDQ ,QGRQHVLD /(.1$6 /,3, 7DX¿N
Pembangunan Lima Tahun (Repelita). Hampir Abdullah memberikan pandangan di dalam buku
tidak terdengar sayup sayup kabar miring tentang yang berjudul “Beberapa Segi Perkembangan
pemerintahan Soeharto pada saat itu. Hingga Sejarah Pers di Indonesia”. Pada bagian kata
seperti saat ini, masyarakat Indonesia yang SHQJDQWDU 7DX¿N $EGXOODK PHQJXQJNDSNDQ
pernah hidup di rezim Orde Baru lebih memilih bahwa pemerintah (Orde Baru) telah menjadikan
Konglomerasi Media Antara Konvergensi Media Muhammad Hilmy Aziz
dan Kebebasan Berpendapat 211

dirinya sebagai pemegang “hegemoni makna” menjangkau lebih luas bergantung pada sinyal
dan “hegemoni wacana.” Orde Baru selalu internet yang tersedia di dalam suatu daerah.
berusaha sekuat tenaga untuk “mendiamkan” Media persuratkabaran yang dahulunya hanya
dan “mendiskreditkan” segala suara yang berupa tulisan yang tertuang di dalam media
dianggap merusak dunia serba konsensus yang kertas yang kemudian disebut dengan cara
telah dikuasainya (Surjomiharjo, 2002). analog kita berubah menjadi era digital yang
Masa kelam yang mencekam kebebasan memberikan lebih banyak inovasi pada media
berpendapat pada akhirnya menemukan angin cetak. Utamanya adalah memperkaya informasi
segar saat beralih pada era reformasi. Perusahaan dengan lengkap dan bervariasi. Dimulai dari
persuratkabaran yang pernah dibredel pun informasi tulisan yang memperbaruinya secara
kembali menunjukkan taringnya. Dan mulai cepat hingga berita berita atau informasi yang
bermunculan berbagai macam industri pers yang dilengkap dengan gambar yang bergerak maupun
diawali dengan surat kabar berupa media cetak. suara.
Media informasi di Indonesia terus mengalami Pada hakikatnya bahwa konglomerasi
kemajuan yang pesat dengan berbagai ragam media merupakan persatuan dari berbagai
jenis media seperti audio visual berupa televisi, macam media menjadi satu kesatuan yang besar
audio yang berupa radio hingga sampai pada yang kemudian dikendalikan oleh satu orang.
puncaknya masyarakat Indonesia dengan mudah Hal ini dapat terjadi karena adanya visi misi
menikmati akses informasi tiada batas berupa yang sama dan juga saham yang digabungkan
internet. Poin penting yang menjadi suatu untuk kemudian dikelola menjadi satu. Selain
penekanan dibalik bermunculannya banyak beberapa hal tersebut, terdapat satu hal yang
media adalah dalam rangka mengawal kebijakan tidak bisa dipisahkan bahkan menjadi sebuah
pemerintah. Selain itu juga untuk memberikan komponen utama untuk mewadahi dari beberapa
kritik kritik terhadap pemerintah sehingga dapat media tersebut yaitu media baru yang kemudian
secara simultan mengevaluasi capaian kinerja disebut internet. Melalui internet, pelaku industri
yang telah dilakukan. media dapat memainkan kesemua media tersebut
Dalam awal masa kemunculan internet, dalam satu waktu yang cukup bersamaan.
media ini hanya dapat mengakses berbagai Bahkan saat ini banyak dikenal dengan siaran
macam informasi berada di dibagian belahan live streaming baik televisi maupun radio.
bumi manapun yang dikenal dengan istilah Konglomerasi media juga menjadi alat
Web 1.0. Hal inilah yang memacu para pelaku pengontrol atau pengendali banyak informasi dan
media untuk terjun menyelami internet. Hingga produk media dengan itu mereka menghasilkan
pada perkembangannya, internet telah menjelma EDQ\DN NHXQWXQJDQ 0HUHND VDQJDW H¿VLHQ GDODP
sebagai sarana interaksi antar manusia baik yang memproduksi informasi dan menyebarkannya
terbatas oleh ruang maupun waktu. Respon balik melaui jaringan media seperti televisi, radio dan
akan bersifat spontan dan tidak ada penundaaan media cetak dalam satu perusahaan yang mereka
di dalamnya. Internet inilah yang disebut dengan miliki (Phillips et al., 2009; Croucher, 2011;
istilah Web 2.0. Scheufele, 1999). Mengontrol banyak informasi
Melalui media internet, masyarakat DUWLQ\D EDKZD PHGLD VHFDUD ¿QDVLDO DNDQ
seakan terhubung satu dengan yang lainnya. cenderung diuntungkan dan juga pemilik media
Tidak dapat dipungkiri bahwa internet merupakan dengan leluasa menggunakan konglomerasi
kebutuhan yang melekat di dalam kehidupan media tersebut untuk mewakili kepentingannya.
manusia. Tidak hanya bagi kehidupan manusia, Studi penelitian yang dilakukan oleh
keberlangsungan para pelaku industri media saat Olyvie Bintang Haritajaya dari Universitas
ini juga memanfaatkan internet sebagai media Sanata Dharma yang berjudul “Pembredelan Pers
pancar nirkabel yang hemat biaya dan juga dapat di Masa Orde Baru (1966-1998)” menghasilkan
212 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 16, Nomor 3, September - Desember 2018, halaman 209-226

bahwa Orde Baru membawa dampak kebijakan antara satu dengan yang lainnya. Hal tersebut
terhadap pers yang kemudian hal tersebut dapat dikatakan sebagai satu suara dengan
digunakan sebagai alat untuk membredel pers. mempertahankan informasi sehingga informasi
Hal tersebut bertujuan untuk menjaga kestabilan yang diperoleh utuh dan juga tidak simpang siur.
politik dan keamanan nasional. Dalam penelitian Konglomerasi media sesungguhnya
ini juga mencatat pembredelan yang dilakuan menyimpan kebermanfaatan, salah satunya
oleh pemerintah berpengaruh langsung kepada \DLWX H¿VLHQVL EDLN WHQDJD SLNLUDQ GDQ MXJD
perkembangan industri media maupun pers material. Akan tetapi informasi yang diulas
nasional (Haritajaya, 2017). sangat tendensius pada kepentingan pemilik
Pada peralihan masa setelah era Orde media. Seluruh informasi dibentuk sedemikian
Baru menuju ke masa Reformasi, industri media rupa sehingga menggiring opini masyarakat
seakan menjamur dengan menyasar pada masing untuk mempersepsikan sesuatu hal. Buruknya
masing kalangan. Wartawan dengan mudahnya adalah jika informasi informasi yang disajikan
mendapatkan berbagai macam informasi tersebut diberitakan membenarkan yang salah
untuk kemudian diberitakan kepada seluruh dan menyalahkan yang benar maka informasi
masyarakat. Euforia mahasiswa yang haus yang diberikan tidak lagi memiliki sifat yang
akan pembaruan pembaruan kinerja pemerintah fakta. Seluruh media yang tergabung di dalam
seakan tidak menjadi suatu hal yang hanya di group konglomerasi tersebut akan seragam
angan angan. memberitakan hal yang sama. Sehingga
Semenjak lahir masa kebebasan pers dan masyarakat yang mengonsumsi informasi akan
juga berpendapat, pertumbuhan industri media terus berpikir bahwa segala hal pemberitaan
kian pesat dari waktu ke waktu hingga seperti yang ada merupakan benar adanya.
saat ini. Banyak inovasi yang mutakhir yang Sebelum memaparkan beberapa hasil
berkaitan dengan dunia persuratkabaran. Mulai temuan dari berbagai penelitian, penulis terlebih
dari menggunakan cara manual atau yang dikenal ingin memberikan gambaran tentang media
dengan cara analog hingga digitalisasi yang massa. Media massa sangat kental dengan yang
mampu memberikan efek nyata sehingga para kemukakan oleh penemu teori agenda setting
penikmat informasi memperoleh berita langsung yaitu McComb dan Donald Shaw (1972).
dari tempat kejadian. Hal ini tentu dimanfaatkan Teori ini menyatakan bahwa media memiliki
oleh para pelaku industri media untuk bisa kemampuan untuk mentransfer isu untuk
meraup keuntungan dengan modal yang cukup mempengaruhi agenda publik. Khalayak akan
sedikit. Hingga seperti yang saat ini telah terjadi menganggap suatu isu tersebut penting, karena
dan menjadi sebuah rahasia umum bahwa media menganggap isu tersebut penting (Cottam.
berbagai macam media bergabung menjadi satu. et al, 2004:140). Hal inilah yang dimanfaatkan
Penggabungan beberapa media menjadi satu para pemilik group media untuk memobilisasi
yang lebih besar ini bukan tanpa tujuan, bahkan kepentingannya dengan melakukan intervensi
bisa dikatakan sebagai pembaruan di era yang informasi yang sejatinya bersifat netral dan
serba cyber seperti saat ini. berimbang. Saat ini, terdapat dua belas (12)
Gambar tabel 1 berikut ini merupakan kelompok media besar mengendalikan hampir
contoh konkret dari suatu konglomerasi media. semua kanal media di Indonesia, termasuk di
Satu pemilik media akan menamai konglomerasi dalamnya penyiaran, media cetak dan media
tersebut menjadi sebuah “group”. Artinya bahwa online. Mereka adalah MNC Group, Kelompok
penggabungan dari beberapa media kecil untuk Kompas Gramedia, Elang Mahkota Teknologi,
kemudian menjadi satu kesatuan yang besar. Visi Media Asia, Grup Jawa Pos, Mahaka
Media yang telah tergabung di dalam group Media, CT Group, BeritaSatu Media Holdings,
tersebut akan memberitakan hal yang sama Grup Media, MRA Media, Femina Group dan
Konglomerasi Media Antara Konvergensi Media Muhammad Hilmy Aziz
dan Kebebasan Berpendapat 213

Tabel 1. Konglomerasi Media di Indonesia

Stasiun TV Stasiun Media Cetak


Media Pemilik Nasional L a i n n y a K o r a n Tabloid On-Line Bisnis Lainnya
Radio
Telekomunikasi,
property,
Anindya
Visi Media metal, gas dan
Bakrie,
Asia (Viva ANTV, Channel Viva minyak bumi,
Aburizal - - -
Group/Bakrie TV One [V] News agrobisnis,
Bakrie (Pertai
& Brothers) batubara,
Golkar)
infrastruktur
¿VLN
Media
Indonesia,
Surya Paloh
Metro Lampung Media
Media Group (Partai - - - -
TV Post, Indonesia
Nasdem)
Borneo
News
Indovision,
Hary MNC Sky
Tanoesoedibjo RCTI, Vision, Trijaya High
IT, produksi
(Partai Global Oke FM, Radio Seputar End
Media dan distribusi
Perindo, TV, Vision, Dangdut, Indonesia Genie,
Nusantara Citra Okezone konten, talent
dulu Partai MNC Top TV, ARH (Koran Mom &
(MNC) Group management,
Nasdem lalu TV (ex Sun TV, Global Sindo) Kiddie
otomobil
berpeindah ke TPI) Network Radio Tabloid
Hanura) (13 TV
lokal)
Chairul Bank, modal,
Corporation/CT Trans
Tanjung Telkom Detik asuransi, studio
Group (Para TV, - - -
(Partai Vision online trans, resort,
Group) Trans 7
Demokrat) retail, bioskop
Dahlan Iskan
JTV, Jawa Pos,
(Menteri
Batam Indo Pos,
Badan Usaha
TV, Riau Rakyat Mentari,
Milik Negara- Jawa Pos
Jawa Pos TV, Fajar Fajar FM Merdeka, Liberty, Biro Travel,
BUMN-Susilo - Digital
Group TV, dan (Makassar) Radar, 11 power plant
Bambang Edition
lainnya dan lain- tabloid
Yudoyono
(total 12 lain (total
Jilid II, Partai
TV lokal) 151)
Demokrat)

Sumber: Lim, 2011

Tempo Inti Media. Grup MNC memiliki tiga menjadi kelompok media yang kuat dengan dua
kanal televisi free-to-air – jumlah terbanyak saluran televisi teresterial (ANTV dan tvOne)
yang dimiliki oleh grup media – juga 20 jaringan serta media online yang berkembang dengan
televisi lokal dan 22 jaringan radio di bawah anak pesat vivanews.com. Sebuah perusahaan media
perusahaan mereka, Sindo Radio. Grup Jawa Pos di bawah Grup Lippo yakni Berita Satu Media
memiliki 171 perusahaan media cetak, termasuk Holding, telah mendirikan Internet Protocol
di dalamnya Radar Grup. KOMPAS, surat Television (IPTV) BeritaSatuTV, kanal media
kabar paling berpengaruh di Indonesia, telah online beritasatu.com dan juga memiliki
mengekspansi jaringannya dengan mendirikan sejumlah surat kabar dan majalah (Nugroho,
penyedia konten yaitu KompasTV, di samping Yanuar. et al, 2012). Hal tersebut memberikan
12 penyiaran radio di bawah anak perusahaan suatu pandangan di dalam pemikiran kita bahwa
mereka Radio Sonora, dan 89 perusahaan media betapa berkuasanya pemiliki industri media
cetak lainnya. Visi Media Asia telah berkembang yang menjalankan praktik konglomerasi untuk
214 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 16, Nomor 3, September - Desember 2018, halaman 209-226

mengendalikan segala bentuk pemberitaan yang ikut mendemo pemerintah. Sinetron TV pun
maupun informasi. didominasi tentang kehidupan kaum metropolis-
Selain keterkaitannya dalam membentuk borjuis dengan tema yang dapat dikatakan sama
sebuah agenda setting, media juga memiliki antara satu media dengan media lainnya (gejala
fungsi sebagaimana yang dikemukakan oleh konsonansi). Keanekaragaman masyarakat,
Norris (2000), yaitu: 1) sebagai forum warga SRWUHW PRQRJUD¿ NHEKLQHNDDQ ,QGRQHVLD GDODP
(civic forum); 2) sebagai pengawas pemerintah hal daerah, politik, agama, etnik, budaya,
atau lembaga lembaga publik (watch-dog); dan dan sebagainya mustahil dicapai oleh media
3) sebagai agen mobilisasi dukungan warga massa. Yang muncul adalah media memiliki
terhadap suatu posisi politis (Putra, 2004:135). kecenderungan terhadap daerah, agama tertentu
Norris memberikan gambaran yang cukup (Karman, 2013). Dari hasil sorotan paparan
jelas untuk kemudia dapat dikaitkan dengan penelitian di atas dapat menimbulkan sebuah
konglomerasi media seperti saat ini terjadi. Dari pertanyaan, Mengapa media yang berfungsi
pernyataan tersebut dapat diuraikan satu persatu. sebagai forum warga belum terwujud padahal
Pertama, media sebagai forum warga. Indonesia telah lama berada di dalam era
Media yang baik akan senantiasa lebih reformasi dan juga seperti saat ini terjadi yaitu
mengedepankan kepentingan masyarakat praktik konglomerasi media?.
daripada kepentingan pribadi pemilik media. Kedua, media sebagai pengawas
Forum warga yang dimaksud adalah memberikan pemerintah atau lembaga lembaga publik
wadah kepada masyarakat khususnya (watch-dog). Nampaknya media yang memiliki
yang terjadi di Indonesia untuk berdiskusi fungsi sebagai pengawal kebijakan pemerintah
permasalahan di suatu negara yang kemudian dan juga sebagai pengawas pemerintah ini belum
mencari solusi bersama. Sejatinya, media adalah bisa dikatakan optimal. Hal ini terjadi karena
ruang publik dalam konsep kepublikan segala para pemilik media yang berkuasa saat ini dan
hal yang diperbincangkan adalah permasalahan yang terjadi di Indonesia duduk dikursi kursi
publik. Kecenderungan saat ini semua media parlemen. Sehingga bisa dikatakan media hanya
banyak menyajikan informasi maupun berita digunakan untuk memberikan pemberitaan
yang “dibutuhkan” oleh pemilik media. Media “baik” dan seakan menutupi kebobrokan
tidak lagi menghadirkan hal hal yang diinginkan pemerintah maupun lembaga lembaga publik
oleh masyarakat dan ironisnya hal ini terjadi lainnya. Tak khayal bahwa praktik konglomerasi
secara terorganisir dengan baik. Sebuah studi yang tengah berlangsung seperti saat ini adalah
penelitian yang telah dilakukan oleh Karman representasi dari media yang ada di masa
yang berjudul “Media dan Kepentingan Publik: Orde Baru. Karena memang masing masing
Praktik Media Massa Menurut Teori Normatif” group media mengklaim dirinya baik dan lebih
menghasilkan bahwa pluralitas dan kepemilikan unggul diantara yang lainnya. Studi penelitian
(plurality of ownership) media sulit untuk tidak yang dilakukan oleh Aria Aditya Setiawan
didominasi kelompok kepentingan tertentu. yang berjudul “Peran Media Massa dalam
Pengusaha media cenderung meningkatkan Meningkatkan Kualitas Kepemerintahan Lokal
akumulasi modal sehingga cenderung oligarkis Berbasis Human Security di Kota Jayapura”
atau monopoli (konglomerasi media). Sehingga menyatakan bahwa media massa yang ada belum
konten-konten yang disuguhkan beberapa mampu berkoordinasi dengan baik walaupun
media massa mainstream kerap ditunggangi telah melibatkan local governance dan juga tidak
berbagai macam kepentingan pemiliknya. cukup hanya melakukan pendekatan hukum dan
Dalam penelitian ini juga menyoroti tentang militer saja, namun perlu mengintegrasikan
FRQWRK SHPEHULWDDQ NRQÀLN GL $PERQ GXOX DWDX berbagai pendekatan lainnya dan melibatkan
pemberitaan media massa tentang kepala daerah semua komponen masyarakat (Setiawan, 2013).
Konglomerasi Media Antara Konvergensi Media Muhammad Hilmy Aziz
dan Kebebasan Berpendapat 215

Dari hasil tersebut memberikan gambaran lainnya. Dengan pendapatan iklan rata-rata yang
kepada kita masyarakat menjadi modal penentu PDVLK VDQJDW EHUÀXNWXDWLI VHNLWDU MXWD ,'5
bagi keberlangsungan pemerintahan. Termasuk hingga 400 juta IDR per bulan, manajemen
juga di dalamnya itu sebagai pengawas Fajar TV masih harus berupaya keras untuk
pemerintahan. Dengan menghadirkan beragam bisa menutupi operasional cost yang mencapai
konten yang bersifat publik, media diharapkan sekitar 500 juta IDR per bulan dengan ¿[HG FRVW
mampu untuk mengakomodir suara masyarakat tertinggi untuk gaji karyawan 94 juta IDR per
sehingga kritikan kritikan masyarakat terhadap bulan (Sanusi, Hartinah. et al). Seperti yang
kinerja pemerintah bisa langsung didengar. dijelaskan pada tabel 1 di bagian sebelumnya,
Kecenderungan media saat ini ditengah nampak bahwa Fajar TV yang merupakan
praktik konglomerasi yang terus merajalela televisi lokal di Provinsi Sulawesi Selatan
kurang bisa untuk menghubungkan suara rakyat tergabung dalam group Jawa Pos yang dimiliki
dalam hal sinergitas pengawasan terhadap oleh Dahlan Iskan. Secara konglomerasi, Jawa
pemerintah maupun terhadap lembaga lembaga Pos group ini memiliki aset yang cukup besar
publik. Media lebih intens pada kepentingan dimulai dari media televisi hingga media cetak
sendiri termasuk mencari keuntungan dengan berbasis online hanya saja tidak memiliki televisi
jumlah prosentase yang cukup besar. Media nasional. Jika dianalogikan bahwa semakin
menjelma menjadi wadah “pebisnis” yang banyak media yang tergabung maka pendapat
meraup keuntungan dengan memanfaatkan pun juga semakin banyak dan bahkan dapat
fasilitas yang ada. Dari permasalah tersebut, saling menutupi anggaran satu dengan yang
terdapat satu studi penelitian yang dilakukan lainnya. Hal inilah yang kemudian dijadikan
oleh Hartinah Sanusi, dkk dengan judul oleh pemilik media sebagai “kambing hitam”
“Manajemen Media Televisi Fajar TV: Antara dengan alasan anggaran pemasukan yang tidak
Bisnis dan Idealisme” memaparkan hasil bahwa mencukupi. Sehingga kemudian memangkas
aktivitas-aktivitas manajemen media terkait berbagai konten program yang mewadahi suara
isu-isu dorongan pasar, isu-isu kepentingan masyarakat dan cenderung pada konten bisnis
publik, dan isu-isu jurnalisme penyiaran berupa iklan iklan. Beberapa contoh pemaparan
televisi menunjukkan kecenderungan kuat kongkrit hasil penelitian di atas kemudian
pada aktivitas media yang berorientasi bisnis dapat diambil sebuah pertanyaan yang terkait
(market oriented). Hal ini, tidak lepas dari dengan penggabungan media atau yang disebut
pengaruh-pengaruh hubungan eksternal dan dengan konglomerasi media, Mengapa media
internal lingkungan organisasi media Fajar TV, yang berfungsi sebagai pengawas pemerintah
terutama hubungan dengan pemilik (owner), atau lembaga lembaga publik (watch-dog)
pengiklan (advertiser), dan sponsor. Manajemen masih cenderung rendah dan bahkan lebih
Fajar TV cenderung lebih banyak menggunakan mengedepankan kepentingan berbisnisnya?.
rasionalitas ekonomi dalam setiap kebijakannya. Ketiga, sebagai agen mobilisasi
Manajemen redaksi tidak hanya melihat soal isu dukungan warga terhadap suatu posisi politis.
liputan atau peristiwa yang menarik perhatian Fungsi yang terakhir ini merupakan fungsi
audiens dan pengiklan saja, tapi juga pada soal media yang cukup popular terjadi di Indonesia
pembatasan biaya atau cost liputan. Lebih lanjut, khususnya di tengah konglomerasi seperti saat
dalam penelitian ini menyoroti tentang konten ini. Media hanya digunakan sebagai “alat” untuk
televisi yang tidak proporsional. Dengan total memobilisasi kepentingan kepentingan politik
18 jam siaran per hari, manajemen Fajar TV praktis oleh pemilik media. Para pemilik media
mengalokasikan 11 jam untuk program Home tidak hanya berpikir bagaimana memimpin dan
Shopping, dan sisa durasi yang 6 jam harus mengelola perusahaan industri media, lebih dari
dibagi dengan program informasi dan hiburan itu para pemilik media konglomerasi berpikir
216 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 16, Nomor 3, September - Desember 2018, halaman 209-226

bagaimana dirinya bisa berkuasa. Dalam Politik Terhadap Media Group” menghasilkan
pengertian bebasnya, politik merupakan suatu bahwa media group yang dipimpin Surya Paloh
hal yang dilakukan oleh seseorang untuk bisa mengalami proses konglomerasi baik secara
mendapatkan kekuasaan. Artinya bahwa politikus vertikal maupun horizontal. Secara vertikal
adalah orang yang melakukan bermacam macam media group memiliki perusahaan media, seperti
cara untuk bisa berkuasa dan menjadi penguasa. Metro TV, Media Indonesia, Lampung Pos.
Seperti pada tahun 2014 yang merupakan tahun Sedangkan horizontalnya media group memiliki
politik bagi bangsa Indonesia karena di tahun itu usaha lain yang tidak berhubungan dengan usaha
pemilihan presiden akan dihelat. Studi penelitian media seperti hotel, catering, dan pertambangan.
yang dilakukan oleh Alvina Malvi tahun 2014 Media dijadikan alat politik atau publisitas
yang berjudul “Representasi Citra Politik Iklan politik (political publicity) oleh pemiliknya
Hanura WIN-HT Bersih Peduli Tegas di RCTI” untuk memperkenalkan partai Nasdem dari
menyatakan hasil bahwa iklan yang didalamnya berbagai sisi, mulai dari visi dan misi hingga
termuat Hary Tanoesoedibjo yang pada saat itu kegiatan partai. Media juga digunakan untuk
menjadi Cawapres 2014 dari partai HANURA meliput dan memberitakan apa dan bagaimana
ditayangkan di televisi miliknya karena dalam hal DNWL¿WDV SROLWLN SHPLOLN PHGLD PDXSXQ DNWL¿WDV
ini Hary Tanoesoedibjo memiliki kekuatan tiga partainya (Fahrudin, 2013). Dari beberapa
media yang sukses di Indonesia yang kemudian sorotan penelitian di atas lengkaplah sudah
berhak memproduksi dan menayangkan iklan bahwa media tidak lebih hanya sebagai alat
sesuai waktu yang dia inginkan termasuk juga yang digunakan pemilik dalam rangka meraup
pada waktu waktu yang banyak dilihat oleh dukungan warga terhadap suatu posisi politis.
audiens (prime time). Dalam penelitian ini juga Realitas yang sangat bertolak belakang dengan
menyoroti berkaitan dengan citra politik yang tugas pokok dari sebuah media. Akan tetapi
dibangun dan ditampilkan dalam iklan yaitu tidak bisa dipungkiri bahwa hal tersebut sangat
wish image dimana pihak HANURA ingin bebas terjadi karena ketidak kuasaan untuk
memperkenalkan atau mempopulerkan WIN menghalanginya. Terlebih pada saat ini yang
dan HT sebagai satu pasangan yang memiliki sangat gencar praktik konglomerasi media.
sifat bersih peduli tegas (Malvi, 2014). Dari Hal tersebut akan memperpanjang deretan
pemaparan hasil penelitian tersebut tergambar permasalahan yang muncul terkait dengan
bahwa media memegang peranan penting dalam industri media. Bukan hanya satu media yang
memobilisasi kepentingan politik sehingga pesan dijadikan sebagai “alat” melainkan group yang
yang disampaikan akan berdampak langsung tergabung di dalamnya. Sehingga pemberitaan
kepada masyarakat. Selain itu juga, media atau konten yang tersaji akan lebih condong
digunakan sebagai “alat” pelicin yang digunakan sesuai dengan permintaan sang pemilik. Muncul
pemilik dalam hal ini untuk bersosialisasi sebuah pertanyaan, Mengapa media yang
dengan mudah karena masih dalam jangkauan berfungsi sebagai agen mobilisasi dukungan
kepemilikan. warga terhadap suatu posisi politis tidak bisa
Media pada dasarnya memiliki tugas untuk menyeimbangkan konten dan cenderung hanya
memberikan edukasi kepada masyarakat yang terfokus pada yang pemilik minta?.
berkaitan dengan demokrasi. Akan tetapi dalam
hal ini, media yang ada “dimanfaatkan” oleh Metode Penelitian
pemilik media itu sendiri untuk berkampanye Penelitian ini menggunakan metode
politik. Sehingga konten yang ada mengalami kulitatif dengan pendekatan utama yaitu Meta-
gradasi tugas sebagaimana harusnya. Penelitian Sistesis sebagai metode systematic review
lain yang dilakukan oleh Dedi Fahrudin dengan kualitatif. Dalam metode ini ada beberapa
judul “Konglomerasi Media: Studi Ekonomi langkah pendekatan untuk bisa melakukan
Konglomerasi Media Antara Konvergensi Media Muhammad Hilmy Aziz
dan Kebebasan Berpendapat 217

sebuah penelitian. Adapun langkah-langkah telekomunikasinya terlebih pada industri media


systematic review kualitatif diuraikan sebagai yang mempersyaratkan penggunaan peralatan
berikut (Francis & Baldesari, 2006): yang canggih.
1. Memformulasikan pertanyaan penelitian Zaman yang semakin berkembang pesat
(formulating the review question); memaksa para pelaku industri media untuk bisa
2. Melakukan pencarian literatur systematic tetap survive agar mimpi buruk kebangkrutan
review (conducting a systematic literature tidak terjadi. Perlu adanya strategi tingkat tinggi
search); untuk menyesuaikan dengan pesatnya kemajuan
3. Melakukan skrining dan seleksi artikel zaman dan juga teknologi. Selain menjalankan
penelitian yang cocok (screening and fungsinya sebagai media massa, industri media
selecting appropriate research articles); juga menjalankan roda bisnis yang tentu
4. Melakukan analisis dan sintesis temuan- memiliki cara tersendiri dalam merancang
temuan kualitatif (analyzing and strategi. Strategi bisnis bisa berupa perluasan
V\QWKHVL]LQJ TXDOLWDWLYH ¿QGLQJV); JHRJUD¿V GLYHUVL¿NDVL DNXLVLVL SHQJHPEDQJDQ
5. Memberlakukan kendali mutu (maintaining produk, penetrasi pasar, rasionalisasi karyawan,
quality control); divestasi, likuidasi, dan joint venture (David,
6. Menyusun laporan akhir (presenting 2004:15). Bentuk bentuk strategi bisnis tersebut
¿QGLQJV). kemudian diwujudkan dalam penggabungan
Dalam melakukan meta-sintesis (sintesis media (merger media) yang biasa disebut dengan
data kualitatif) terdapat 2 (dua) pendekatan, konglomerasi media.
yakni meta agregasi (meta-aggregation) dan Konglomerasi media sangat erat
PHWD HWQRJUD¿ meta-ethnography). Pada meta kaitannya dengan konvergensi yang di
agregasi, sintesis bertujuan untuk menjawab dalamnya mengubah cara pandang kuno yang
pertanyaan penelitian (review question) dengan mengandalkan teknologi sederhana. Konvergensi
cara merangkum berbagai hasil penelitian media tidak dapat diartikan secara gamblang.
(summarizing 6HPHQWDUD PHWD HWQRJUD¿ Akan tetapi substansi dari konvergensi media
sintesis bertujuan untuk mengembangkan teori ini yaitu seperti layaknya suatu perpaduan suara
baru (new theory) dalam rangka melengkapi yang saling mengisi dan menambahkan pada
teori yang sudah ada (Lewin, 2008). ruang yang kosong. Penambahan inilah yang
Teknologi merupakan alat yang paling selanjutnya merubah konten tradisional kepada
menentukan kualitas suatu hal untuk kemudian suatu konsep modern. Tidak dapat dipungkiri
dapat dinikmati, termasuk dalam hal ini bahwa yang saat ini terjadi media layar menjadi
teknologi yang digunakan industri media dalam pengganti media kertas dalam menemukan
memproduksi sebuah konten. Teknologi akan berbagai macam informasi. Segala hal yang
semakin canggih seiring dengan perkembangan menggunakan analog ketika masuk ke dalam
dan kemajuan zaman. Terlihat seperti yang saat media layar akan berubah menjadi digital. Hal
ini tengah terjadi, seluruh aspek kehidupan inilah yang dimaksud dengan penambahan
manusia tidak luput dari sentuhan berbagai yang terjadi pada konvergensi media. Saling
macam teknologi. Tidak terkecuali dalam melengkapi satu diantara yang lainnya, televisi
aspek telekomunikasi yang kemudian disebut dilengkapi dengan media cetak dan online.
sebagai Information and Communication Begitu juga halnya dengan media online yang
Technology (ICT). Semua hal yang berbau ICT dapat mengakses media televisi di dalamnya.
telah menjelma menjadi bentuk bentuk yang Konvergensi media mendorong untuk terus
digital yang pada awal mulanya hanya analog berinovasi pada pembaruan platform. Manusia
(manual). Perkembangan teknologi inilah akan cenderung dipermudah dengan segala kanal
yang membuat manusia terus memperbarui akses. Informasi yang dihasilkannya pun akan
218 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 16, Nomor 3, September - Desember 2018, halaman 209-226

sangat jauh berbeda karena satu informasi yang media akan semakin baju dan berkembang
disajikan akan berkolaborasi dengan beragam dengan pesat. Dengan menggunakan strategi 3M
media, seperti media visual, audio, audio (multimedia, multichannel, dan multiplatform),
visual, cetak, dan online. Sehingga, informasi industri media mampu mengepakkan sayap
yang diberikan tidak terlalu monoton dan dapat sejauh yang mereka kehendaki. Sangat
dinikmati dengan lebih puas. Disinilah letak HIHNWLI GDQ H¿VLHQ XQWXN GLODNXNDQ GDQ MXJD
kecanggihan teknologi yang dihasilkan oleh meminimalisir dana yang dibutuhkan. Selain
industri media yang saat ini tengah berlangsung. itu juga mengoptimalkan internet yang sebagai
Horst Pirker, Ketua Dewan Styria Medien media penghantarannya. Hal ini merupakan
(Austria), dalam pidatonya di International sebuah terobosan baru di dunia media abad
Newsmedia Marketing Association (INMA) 21 yang tidak pernah terpikirkan pada abad
Konferensi Outlook Eropa, yang ditutup sebelumnya. Hanya dengan mengandalkan
di Wina 2008 mengatakan kepada audiens pancaran sinyal internet yang bisa didapatkan
bagaimana masa depan surat kabar bergantung melalui LAN (Local Area Network) maupun
pada multi-media, multi-channel, dan multi- Wi-Fi (Wireless-Fidelity), para pengguna media
platform. Namun, pidatonya berawal dengan dan audiens bisa dengan leluasa mengakses
kabar buruk bagi industri. Di Jerman, peredaran informasi dimanapun, kapanpun, dan juga dalam
surat kabar harian telah mengalami penurunan kondisi apapun.
sejak tahun 1991. Di AS, obligasi tersebut jatuh
pada tahun 1898. Pangsa pasar juga menurun Hasil dan Pembahasan
dengan cepat. Tapi dia memang punya kabar Kebebasan Pers
baik. Banyak surat kabar melawan tren tersebut Semenjak bergulirnya era reformasi yang
dengan mengadopsi lingkungan media yang dimotori oleh presiden BJ. Habibie, pers mulai
terus berubah. Perkembangan baru muncul yang tumbuh dan menjamur seperti layaknya seekor
mempengaruhi masa depan koran. Ini termasuk harimau yang tengah kelaparan untuk segera
digitalisasi e-paper, broadband, hypermedium mencari mangsa. Nampaknya era reformasi
internet, weblog, games dll. Ada juga pendekatan menjadi pintu gerbang yang terbuka lebar
multimedia atau strategi MMM - multimedia, dalam industri pers untuk mengembangkan seni
multichannel, dan multiplatform. Multimedia jurnalistiknya. Terlebih pada kaum yang bermodal
menyediakan pembaca tidak hanya dengan teks terus berlomba lomba untuk mendirikan industri
dan foto, tapi juga suara dan video. Multichannel media. Dicabutnya Permenpen No.01/Per/
berarti menggunakan banyak saluran distribusi Menpen/1984 tentang SIUPP yang kemudian
yang berbeda (kabel, satelit, GRPS, WiFi, dll). diganti dengan SK No.132/1998 membolehkan
Sementara multiplatform menggunakan semua siapa pun memeroleh SIUPP dengan hanya
platform yang tersedia (kertas, PC, perangkat mengisi formulir permohonan, akte pendirian
Mobile, layar publik, dll.) Pirker meyakini perusahaan, dan susunan pengasuh penerbitan
bahwa surat kabar memiliki masa depan yang pers. Dengan memproduksi berbagai macam hasil
cerah. Karena ada banyak model yang bisa pers dan dipersenjatai peralatan yang canggih,
berhasil di atas kertas, tapi juga model yang industri media terus menerus melakukan ekspansi
lebih banyak untuk sukses secara online. Tujuan besar besaran utamanya pada tataran konten.
bagi perusahaan media adalah bagaimana Pers yang semula tidak bisa memberikan lebih
menghasilkan keuntungan dari inisiatif online, informasi karena “dibungkam” oleh pemerintah,
dan inilah tantangan nyata bagi industri ini saat ini seakan terobati dan menjadi pelepas
(N&M NEWSPAPER&MAGAZINES, 2008:8). dahaga para pencari informasi. Masyarakat pun
Dari pemaparan Horst Pirker memberikan turut hanyut dalam gegap gempita pertumbuhan
gambaran yang cukup gamblang bahwa industri pers yang semakin baik dari waktu ke waktu.
Konglomerasi Media Antara Konvergensi Media Muhammad Hilmy Aziz
dan Kebebasan Berpendapat 219

Kebebasan pers menjamin keterbukaan oleh Joko Martono pada 2014 silam dengan
informasi dan keberagaman opini. Hal ini diatur judul “Kebebasan Pers di Indonesia Pada
dalam Undang-Undang No.40 tahun 1999 Era Reformasi dan Ekonomi Politik Media”
tentang Pers yang dimana pada pasal 4 ayat 3 mengahasilkan suatu fakta bahwa kebebasan
dan ayat 4. Adapun bunyi dari ayat tiga (3) pers di era reformasi ternyata telah didistorsi
yaitu, untuk menjamin kemerdekaan pers, pers oleh kalangan pengelola perusahaan media,
nasional mempunyai hak mencari, memperoleh, terutama media massa swasta/komersial.
dan menyebarluaskan gagasan dan informasi. Kebebasan pers yang telah dijamin melalui
Sedangkan ayat empat (4) berbunyi yaitu, regulasi cenderung ditafsirkan sepihak, hanya
dalam mempertanggungjawabkan pemberitaan untuk memenuhi kepentingan yang berorientasi
di depan hukum, wartawan mempunyai Hak SUR¿W 3HOLSXWDQ WHUKDGDS VXDWX SHULVWLZD VHSHUWL
Tolak. Jelas terlihat dalam Undang-Undang bencana alam pada taraf mikro telah dilakukan
tersebut menjamin kebebasan pers dan juga hak NRPRGL¿NDVL LVL SHVDQ FHQGHUXQJ EHUWXMXDQ
dalam beropini. Segala macam informasi akan untuk meraup keuntungan perusahaan media
legal dan dapat diberitakan selama hal tersebut yang bersangkutan. Konsep yang digunakan
dalam koridor yang benar dan juga sesuai oleh media dalam mengoperasionalisasikan
dengan SOP (Standard Opersional Procedure). aktivitasnya berpendekatan pada ekonomi politik
Jaminan inilah yang kemudian dimanfaatkan sebagai sebuah strategi bisnis. Implikasi atas
oleh sejumlah orang dalam melindungi hak praktik kebebasan pers yang sering menimbulkan
siarannya. efek pesan maupun dampak dampak berupa
Pada era Orde Baru, industri media benturan kepentingan antara pengelola media,
sangat dikendalikan oleh pemerintah yang penguasa, dan kepentingan warga/ khalayak luas
dalam hal ini dibawah departemen penerangan. merupakan konsekuensi yang harus ditanggung.
Tidak ada kebebasan berpendapat di dalamnya. Ruang publik yang seharusnya merupakan
Seluruh industri media mendambakan pers yang milik bersama, dimanfaatkan bersama, namun
otonomi dan juga bebas dalam memberitakan pada kenyataannya cenderung dimonopoli
apapun halnya. Akan tetapi setelah perubahan oleh kepentingan perusahaan (industri) media.
zaman pun hal yang demikian tetap terjadi. Ongkos atau biayanya sosialnya sangat tinggi
Seluruh wartawan yang bekerja di dalam sebuah bilamana efek atas pemberitaan media terhadap
industri media harus tunduk dan patuh terhadap si penerima pesan ini sudah mencapai taraf
pemilik dari media tersebut. Kondisi yang cukup perilaku (behavior), seperti pemberitaan
miris ketika penggabungan beberapa industri tayangan Silet (RCTI) telah menyebabkan
media menjadi sebuah group yang dipimpin terjadinya eksodus 550 warga/korban bencana
oleh satu orang. Seluruh group yang tergabung meletusnya Gunung Merapi yang berada di
di dalamnya berada pada satu komando yang barak pengungsian menuju lokasi lain yang
sama. Hal inilah yang menjadikan kurangnya lebih aman. Demikian halnya pemberitaan
bebas dalam menyiarkan informasi. Dengan bencana banjir di Jakarta yang disajikan secara
kekuasaan pemilik group media tersebut ³EHUOHELKDQ´ GDODP ELQJNDL NRPRGL¿NDVL LVL
mengarahkan segala macam berita yang dapat pesan telah mengundang kecemasan maupun
menguntungkan dirinya beserta perusahaan kekesalan warga, termasuk munculnya respons
yang dimilikinya. Realitas inilah yang disebut atas pesan atau pemberitaan yang dinilai kurang
dengan konglomerasi media. Dengan dalih proporsional.
kebebasan pers, sang pemilik media membentuk Dalam penelitian ini juga menyoroti
sebuah opini dikalangan masyarakat melalui mengenai ketidak siapan masyarakat dalam
pemberitaan yang beredar. menghadapi paparan media yang tersaji secara
Sebuah studi penelitian yang dilakukan beragam. Sehingga memungkinkan masyrakat
220 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 16, Nomor 3, September - Desember 2018, halaman 209-226

untuk menafsirkan sesuai dengan kemampuan Pertama, Mengapa media yang berfungsi
dan pemahaman masing masing. Perlu adanya sebagai forum warga belum terwujud padahal
wawasan pentingnya literasi media dengan Indonesia telah lama berada di dalam era
harapan bahwa seluruh lapisan masyrakat reformasi dan juga seperti saat ini terjadi yaitu
memahami segala bentuk pemberitaan atau praktik konglomerasi media?
informasi yang didalamnya memuat beragam Sebagai institusi kontrol sosial, media
kepentingan dari pemilik industri media. belum mampu menyediakan penuh ruang
Adapun dari pentingnya literasi media di era publik. Kenyataan lain bahwa media hanya
kekinian bagi khalayak luas antara lain: 1) agar digunakan sebagai “alat” atau yang disebut
terbentuk kecakapan dalam menghadapi terpaan sebagai partner pemilik dalam kepentingannya.
pesan media massa; 2) lebih menjadikan mereka Tahun 2018 merupakan tahun politik bagi
sebagai audiens yang aktif ketika menerima kontestasi pemilihan gubernur secara serentak
terpaan pesan dari media, terutama dari medium dibeberapa wilayah di Indonesia. Beberapa
televisi, sehingga akan dapat memilah dan pemilik media yang notabene turut serta dalam
memilih mana pesan/informasi yang bermanfaat dunia perpolitikan terus menerus menghujani
atau tidak bagi diri atau kelompoknya (Martono, media yang dimilikinya untuk bersosialisasi
2014). partai yang dimiliki. Dimulai dari partai Nasional
Penelitian Joko Martono membuka Demokrat (NasDem), partai Golongan Karya
wawasan kita bahwa konten media yang tersaji (Golkar), dan tidak ketinggalan juga yaitu partai
syarat akan kepentingan. Tidak bisa dipungkiri baru yang digagas oleh Hary Tanoesoedibjo
konglomerasi media menjadikan seluruh media yaitu PERINDO. Hary Tanoesoedibjo yang
tidak bisa berimbang dalam menyajikan berita. merupakan pemilik dari MNC Group memperalat
Semua yang tersaji merupakan berita yang media yang dimilikinya untuk terus gencar
memihak pada pemilik media. Media hanya beriklan PERINDO berupa mars PERINDO.
dijadikan boneka kecil yang dapat dimainkan Tercatat bahwa data dari Adstensity–sebuah
dengan leluasa oleh pemiliknya. Terlebih pada platform yang menghitung dan menganalisa
pemilik media yang menginginkan posisi lebih data iklan di televisi-selama kurun waktu tiga
“berkuasa” di dalam ranah politik. Pada bagian bulan terakhir, terhitung dari November 2015
ini, penulis mencoba menjawab beberapa hingga Januari 2016, iklan partai Perindo di
pertanyaan yang telah dirumuskan pada bagian MNC Group mencapai 1918 kali. Rincian iklan
sebelumnya berkaitan dengan konglomerasi tersebut yakni RCTI (648 kali), MNC TV (630
media dan kebebasan pers. Adapun pertanyaan kali) dan Global TV (640 kali). Sedangkan nilai
tersebut adalah: 1) Mengapa media yang yang digelontorkan untuk memasang iklan
berfungsi sebagai forum warga belum terwujud tersebut berkisar 132 milliar IDR (Aqwam
padahal Indonesia telah lama berada di dalam Fiazmi Hanifan, Tirto.id 2016). “Rudal politik”
era reformasi dan juga seperti saat ini terjadi yang diluncurkan oleh Hary Tanoesoedibjo
yaitu praktik konglomerasi media?. 2) Mengapa bukan tanpa tujuan dibalik semua itu bertujuan
media yang berfungsi sebagai pengawas untuk mendulang suara pada partainya untuk
pemerintah atau lembaga lembaga publik (watch- kemudian dirinya dapat mengikuti kontestasi
dog) masih cenderung rendah dan bahkan lebih pada pemilihan presiden di tahun 2019.
mengedepankan kepentingan berbisnisnya?. 3) Dalam survei lain yang dilakukan pada 16
Mengapa media yang berfungsi sebagai agen Februari 2018 oleh adstensity.com merangkum
mobilisasi dukungan warga terhadap suatu posisi selama 7 hari (10 Februari 2018 - 16 Februari
politis tidak bisa menyeimbangkan konten dan 2018) mencatat iklan partai PERINDO yang
cenderung hanya terfokus pada yang pemilik ditayangkan oleh MNC Group yakni Global
minta? TV (116 kali) dengan total durasi 4,880 jam,
Konglomerasi Media Antara Konvergensi Media Muhammad Hilmy Aziz
dan Kebebasan Berpendapat 221

MNC TV (120 kali) dengan total durasi 5,000 pertanyaan yang telah disebutkan pada bagian
jam, dan RCTI (126 kali) dengan total durasi sebelumnya. Media belum mampu secara
5,180 jam. Jika dihitung secara matematis dalam optimal memberikan ruang publik yang
satu hari iklan partai PERINDO yang tayang di digunakan untuk mendiskusikan isu isu terkait
Global TV (41,8 menit), MNC TV (42,9 menit) yang tengah berlangsung. Media sibuk dengan
dan RCTI (44,4 menit). Sedangkan kisaran “agendanya sendiri” sehingga menurunkan
total biaya yang digelontor untuk “beriklan” di kualitasnya sebagai media yang dapat menjadi
medianya sendiri sebesar 22.248.280.000 IDR partner masyarakat. Media hanya mementingkan
dengan rincian yakni Global TV (5,055 miliar kepentingannya sendiri untuk bisa mencapai
IDR), MNC TV (8.203.340.000 IDR), dan tujuan yang telah direncanakan. Dengan kata
RCTI (8.989.940.000 IDR) (adstensity.com - 16 lain bahwa media belum bisa mewujudkan
Februari 2018). Jumlah yang sangat besar dengan ruang publik yang leluasa karena prosentase
waktu yang tidak lama. Dalam melancarkan kepentingan pemilik media masih cenderung
aksinya, pemilik MNC Group ini menempatkan tinggi dibandingkan dengan warga. Kepentingan
iklan partai PERINDO pada tayangan tayangan kepentingan pemilik tersebut tidak bisa ditunda
yang memiliki rating tinggi dan juga di jam- dengan alasan biaya yang telah dikeluarkan
jam prime time. Pada survei yang dilakukan tidaklah sedikit jumlahnya. Oleh karena
Litbang Kompas mencatat bahwa RCTI yang itulah dalam memenuhi kepentingan tersebut,
semenjak sore hingga malam hari menayangkan media mendesain sedemikian rupa sehingga
sinetron, sementara pada pagi hingga siang hari kepentingan tersebut dapat “goals” dan bisnis
menyuguhkan infotainment dan musik. Hal yang dijalankan mendapatkan keuntungan yang
ini terbukti dari survei yang dilakukan Komisi besar.
Penyiaran Indonesia (KPI) dan Ikatan Sarjana Kedua, Mengapa media yang berfungsi
Komunikasi Indonesia (ISKI) serta sembilan sebagai pengawas pemerintah atau lembaga
perguruan tinggi di sembilan kota di Indonesia lembaga publik (watch-dog) masih cenderung
pada pertengahan 2015 menunjukkan, indeks rendah dan bahkan lebih mengedepankan
kualitas program siaran 15 televisi di Indonesia kepentingan berbisnisnya?
hanya 3,27 atau masih di bawah standar ketentuan Penelitian yang dilakukan oleh Yanuar
KPI, yakni 4,0. Survei KPI yang dilakukan pada Nugroho, dkk menghasilkan sebuah temuan
September-Oktober 2015 menunjukkan, indeks bahwa pemilik media membuat media menjadi
kualitas tiga program siaran, yaitu infotainment, sebuah komoditas, dengan pemirsa diperlakukan
VLQHWURQ ¿OP )79 GDQ YDULHW\ VKRZ GL EDZDK hanya sebagai konsumen, bukan sebagai warga
3, masih di bawah standar nilai minimal 4. Skor negara yang sah. Konsentrasi industri media
program infotainment hanya 2,56, sinetron/ yang terjadi melalui merger dan akuisisi antar
¿OP )79 GDQ variety show 2,96. Padahal, perusahaan-perusahaan media telah mengancam
program-program tayangan yang kualitasnya semangat ‘keragaman kepemilikan’ dan
rendah tersebut justru mendominasi layar kaca ‘keragaman informasi’ di media. Beberapa
pada rentang waktu utama (prime time) (Dwi merger dan akuisisi penting telah terjadi baru-
Erianto, Litbang Kompas 2016). Penerapan yang baru ini: Indosiar diakuisisi oleh Elang Mahkota
tidak berimbang antara implementasi hiburan Teknologi perusahaan holding dari SCTV; detik.
dengan penyajian informasi serta ditambah com dibeli oleh CT Group, pemilik TransTV
dengan iklan partai. Ruang publik yang ada di dan Trans7; sejumlah kanal televisi lokal
dalam media massa semakin tereduksi dengan juga diambil alih oleh perusahaan-perusahaan
hal hal yang tidak seberapa berpengaruh. besar seperti Kelompok MNC dengan jaringan
Mendasar dari data hasil survei dan SindoTV dan Jawa Pos, yang memiliki jaringan
juga riset di atas, penulis dapat menjawab televisinya sendiri. Undang-Undang dan
222 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 16, Nomor 3, September - Desember 2018, halaman 209-226

regulasi sepertinya tidak mempunyai gigi dalam rendah dan bahkan lebih mengedepankan
mengendalikan konsentrasi kepemilikan seperti kepentingan berbisnisnya. Media hanya dijadikan
ini. Lebih lanjut adanya pemusatan di industri sebagai komoditas bisnis yang bisa meraup
media yang terjadi sebagai konsekuensi yang keuntungan dengan jumlah besar. Realitas inilah
tak terhindarkan dari kepentingan modal yang \DQJ NHPXGLDQ GLSHUSDUDK GHQJDQ EHUD¿OLDVLQ\D
mendorong perkembangan industri media di pemilik media dengan politik. Media sudah
Indonesia. Oligopoli media yang terjadi saat ini tidak lagi menjadi mitra masyarakat dalam
membahayakan hak warga negara atas informasi mengontrol berbagai kebijakan pemerintah
karena industri media sudah berorientasi karena dalam hal ini pemilik media telah
keuntungan dan perusahaan-perusahaan melunturkan sebagaimana fungsi aslinya.
media telah mewakili gambaran bisnis yang Pemilik yang telah tergabung dalam dunia
menguntungkan yang dapat dibentuk oleh politik hanya akan memikirkan politik praktis
kepentingan pemilik dan dengan demikian, dengan menghiraukan keseimbangan informasi
bisnis media menjadi sangat memberi manfaat yang disajikan.
bagi mereka yang mencari kekuasaan. Hal ini Ketiga, Mengapa media yang berfungsi
terutama menjadi kasus pada sejumlah pemilik sebagai agen mobilisasi dukungan warga terhadap
PHGLD \DQJ MXJD WHUD¿OLDVL GHQJDQ GXQLD SROLWLN suatu posisi politis tidak bisa menyeimbangkan
Aburizal Bakrie, Ketua Umum Partai Golkar konten dan cenderung hanya terfokus pada yang
yang juga pemilik Viva Group dan Surya pemilik minta?
Paloh, pendiri partai politik NasDem yang juga Konglomerasi media menjadi alasan
pemilik Media Group, adalah dua contoh nyata utama mengapa media yang saat ini sajikan
atas tren ini. Ada persepsi umum yang semakin hanyalah berorientasi pada mobilisasi
berkembang bahwa kepentingan pemilik- kepentingan praktis. Seluruh group yang
pemilik media ini telah membahayakan hak WHUJDEXQJ GDODP VDWX D¿OLDVL NRQJORPHUDVL
warga negara terhadap media, karena mereka akan secara masif memberitakan hal hal yang
menggunakan media sebagai alat kampanye terkait dengan kepentingan pemilik. Di tengah
politik untuk mempengaruhi opini publik. Pendek praktik konglomerasi yang semakin pesat, ada
kata, media telah menjadi sebuah mekanisme di agenda politik yang dijalankan dimana media
mana para pebisnis dan politisi menyampaikan mampu untuk mempengaruhi masyarakat dan
kepentingan mereka dan pada saat yang sama juga membombardir dalam segala lapisan
MXJD PHQJDPELO SUR¿W GDUL ELVQLVQ\D 1XJURKR masyarakat. Melalui media massa, pemilik
Yanuar. et al, 2012). melakukan blow up sehingga permasalahan
Terkait dalam hal ini, Litbang Kompas yang dapat diakomodir menjadi seperti isu berat
turut menyatakan dari jajak pendapat tahun 2010 yang tak berujung penyelesaiannya. Mobilisasi
dan 2011, responden selalu berpandangan sama akan menyasar pada kumpulan kumpulan
bahwa media tidak sepenuhnya berpihak pada masyarakat seperti halnya Lembaga Swadaya
kepentingan masyarakat. Pada jajak pendapat Masyarakat (LSM), Organisasi Masyarakat,
kali ini, lebih dari separuh bagian (53,6 persen) Komunitas Masyarakat, dan lain sebagainya.
responden menyatakan media lebih condong Hal ini dilakukan bahwa ada kecenderungan
membela kepentingan bisnisnya daripada masyarakat apabila diberikan pendekatan
kepentingan masyarakat (Sultani, Litbang oleh orang yang telah dikenalnya akan dengan
Kompas 2012). sukarela dilakukan. Ironisnya hal yang demikian
Dari beberapa hasil penelitian di atas telah terjadi cukup lama semenjak bergulirnya
secara jelas menjawab pertanyaan media yang reformasi. Media sudah tidak bisa memberikan
sebagai pengawas pemerintah atau lembaga edukasi kepada masyarakat terkait dengan
lembaga publik (watch-dog) masih cenderung partisipasi politik masyarakat.
Konglomerasi Media Antara Konvergensi Media Muhammad Hilmy Aziz
dan Kebebasan Berpendapat 223

Contoh konkret yang pernah dialami dengan nilai nilai Pancasila tentang beragama.
Indonesia dalam hal demkorasi yaitu Pemilihan Pemaparan contoh di atas menghantarkan
Gubernur DKI Jakarta pada 2017 silam yang kita untuk bisa menelaah lebih luas kekebasan
didalamnya terpilih tiga pasangan kontestasi pers yang terbelenggu saat ini dan hingga terjadi
politik. Pasangan satu Agus Harimurti perpecahan. Jawaban atas pertanyaan media
Yudhoyono-Sylviana Murni, pasangan dua sebagai agen mobilisasi dukungan warga terhadap
Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat, suatu posisi politis tidak bisa menyeimbangkan
dan pasangan tiga Anies Baswedan-Sandiaga konten dan cenderung hanya terfokus pada yang
Uno, sedangkan yang lolos ke putaran kedua pemilik minta memang benar adanya. Karena
adalah pasangan Basuki Tjahaja Purnama- dalam hal ini pemilik media yang juga sebagai
Djarot Saiful Hidayat, dan Anies Baswedan- konglomerat industri media telah mendapuk
Sandiaga Uno. Inilah yang menjadi awal mula dirinya juga dalam dunia perpolitikan. Pemilik
pertikaian seluruh media bahkan seluruh lapisan media hanya mengomando suara untuk disiarkan
masyarakat dalam memberikan dukungan dan yang sesuai dengan kepentingannya. Segala
politiknya. Isu agama menjadi tameng yang bentuk konten yang ada diarahkan untuk bisa
sangat ampuh ketika salah satu dari pasangan memobilisasi pendapat masyarakat untuk
calon gubernur DKI beragama minoritas. Anies memiliki persepsi yang sama seperti kehendak
Baswedan-Sandiaga Uno yang didukung oleh pemilik media. Sehingga konten yang ada sangat
partai Gerindra dan PKS terus melancarkan tidak proporsional dalam menyajikan data, fakta
aksi blow up media yang menyudutkan salah yang sesungguhnya terjadi.
satu pihak dari calon gubernur. Hingga pada
puncaknya tercetuslah beberapa aksi aksi Simpulan
ormas yang ditunggangi kepentingan politik, Di dalam era yang serba online seperti
seperti aksi 212 dan seterusnya. Media yang saat ini terjadi, konglomerasi media memang
tergabung dalam dukungan terhadap pasangan sangat berkaitan erat dengan konvergensi yang
Anies-Sandiaga terus melakukan mobilisasi lebih mengedepankan aspek digitalisasi di dalam
politik kepada masyarakat untuk bisa memilih suatu konten. Hal ini tentu terjadi karena adanya
pemimpin yang “satu agama”. Dengan dalih NHFDQJJLKDQ WHNQRORJL \DQJ HIHNWLI GDQ H¿VLHQ
inilah masyarakat semakin geram karena diduga dalam menunjang konvergensi. Media yang
Basuki Tjahaja Purnama melakukan penghinaan awalnya hanya bisa dinikmati melalui platform
terhadap agama Islam yang selanjutnya yang berbeda, kini hanya dengan satu platform
mengintervensi pemerintah untuk bertindak bisa menikmati berbagai media seperti televisi,
mengenakan sanksi pidana kepadanya. Hingga radio, media cetak online, dan lain sebagainya.
pada akhirnya kesemua hal ini hanya agenda Tentu hal tersebut merupakan suatu penemuan
politik pemilik media yang telah menjalin mitra manusia yang sangat menghemat tenaga dan
untuk terus bisa menggiring opini masyarakat materi. Konten konten yang tersaji cenderung
menjatuhkan salah satu pihak dengan semakin baik dan lengkap karena berpadunya
memobilisir pesan pada pemberitaan. Efek yang seluruh media.
ditimbulkan bukan hanya dipermalukan di mata Kecanggihan teknologi seperti yang saat
dunia yang notabene negara demokrasi, akan ini tengah berlangsung tidak serta merta diikuti
tetapi “pelegalan isu” yang seperti inilah yang dengan kebebasan pers. Walaupun kebebasan
akan terus menjadi senjata utama bagi para pers telah di atur dalam Undang-Undang No.40
pelaku politik untuk bisa meriah kekuasaannya tahun 1999 tentang Pers akan tetapi pers yang
di masa masa mendatang. Hal ini sebuah bukti ada seakan masih terbelenggu layaknya berada
nyata masyarakat sangatlah awam dalam di era Orde Baru. Wartawan yang bekerja tidak
memahami isi media dan sangat tidak relevan lebih hanya sekedar “pekerja” yang dijadikan
224 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 16, Nomor 3, September - Desember 2018, halaman 209-226

boneka oleh pemiliknya untuk senantiasa terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan saat
menuruti keinginan sang pemilik. Segala bentuk ini dalam upaya penyelamatan kebebasan pers
informasi baik dalam bentuk konten berita dan pendapat di tengah praktik konglomerasi
maupun hal hal lainnya diarahkan sesuai dengan media, antara lain:
kepentingannya. Hal tersebut tidak dibarengi 1. Pemerintah selaku pemangku kebijakan
juga dengan kesadaran masyarakat untuk harus mampu untuk mengatur secara ketat
berliterasi media. Akibatnya masyarakatlah yang mengenai konten konten yang tersaji di
menjadi korban korban media dalam terpaan dalam media massa. Bukan hanya konten
konten konten yang tersaji. \DQJ EHUEDX SRUQRJUD¿ VDMD DNDQ WHWDSL
Kesimpulan yang dapat ditarik berkaitan konten yang tidak proporsional yang lebih
dengan konglomerasi media antara konvergensi cenderung mengacu pada kepentingan
media dan kebebasan berpendapat yaitu 1) Media pemilik, seperti halnya kepentingan politik
belum bisa mewujudkan ruang publik yang praktis.
leluasa karena prosentase kepentingan pemilik 2. Terus menerus merevisi payung hukum
media masih cenderung tinggi dibandingkan yang dijadikan dasar hukum untuk mengatur
dengan warga. Kepentingan kepentingan segala bentuk konten yang terkait dengan
pemilik tersebut tidak bisa ditunda dengan alasan konglomerasi media.
biaya yang telah dikeluarkan tidaklah sedikit 3. Sosialisasi pemerintah kepada masyarakat
jumlahnya. Oleh karena itulah dalam memenuhi tentang pentingnya berliterasi media agar
kepentingan tersebut, media mendesain PDV\DUDNDW PDPSX PHP¿OWHU VHJDOD EHQWXN
sedemikian rupa sehingga kepentingan tersebut informasi dari media massa dan mengubah
dapat “goals” dan bisnis yang dijalankan cara pandang masyarakat terhadap media
mendapatkan keuntungan yang besar. 2) Media bahwa media secara intrinsik menyelipkan
hanya dijadikan sebagai komoditas bisnis yang kepentingan kepentingan pribadinya.
bisa meraup keuntungan dengan jumlah besar. Selain itu juga memberikan wawasan
Realitas inilah yang kemudian diperparah kepada masyarakat untuk tidak sepenuhnya
GHQJDQ EHUD¿OLDVLQ\D SHPLOLN PHGLD GHQJDQ mempercayai segala macam informasi
politik. Media sudah tidak lagi menjadi mitra yang berasal dari media massa sebelum
masyarakat dalam mengontrol berbagai kebijakan dilakukannya pencarian kejelasan lebih
pemerintah karena dalam hal ini pemilik media lanjut.
telah melunturkan sebagaimana fungsi aslinya.
Pemilik yang telah tergabung dalam dunia politik Daftar Pustaka
hanya akan memikirkan politik praktis dengan Bartsch, Gerhard. (2008). Newspapers Must
menghiraukan keseimbangan informasi yang Diversify, Converge and Integrate.
disajikan. 3) Pemilik media yang juga sebagai NEWSPAPER MAGAZINES, 1-2008.
konglomerat industri media telah mendapuk ( h t t p : / / w w w. q u a d t e c h w o r l d . c o m /
dirinya juga dalam dunia perpolitikan. Pemilik downloads/thinktank/nm1_2008.pdf)
media hanya mengomando suara untuk disiarkan Cottam, Martha. et al. (2004). Introduction to
dan yang sesuai dengan kepentingannya. Segala Political Psychology, Chapter 6. New
bentuk konten yang ada diarahkan untuk bisa Jersey: Lawrence Erlbaum Association,
memobilisasi pendapat masyarakat untuk Inc., Publishers.
memiliki persepsi yang sama seperti kehendak David, F.R. (2004). Manajemen Strategis:
pemilik media. Sehingga konten yang ada sangat Konsep. Edisi ketujuh. Jakarta: PT.
tidak proporsional dalam menyajikan data, fakta Prenhallindo.
yang sesungguhnya terjadi. Epkamarsa, Hutama. (2014). Perkembangan
Melihat hasil kesimpulan di atas, Konvergensi Media di Indonesia. Naskah
Konglomerasi Media Antara Konvergensi Media Muhammad Hilmy Aziz
dan Kebebasan Berpendapat 225

Ringkas Makalah Non-Seminar. Depok, London School of Hygiene and Tropical


Departemen Komunikasi, Fakultas Ilmu Medicine.
Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Lim, Merlyna. (2011). @crossroads:
Indonesia. Democratization & Corporatization
Erianto, Dwi. (2016). Survei Litbang Kompas: of Media in Indonesia, Participatory
Televisi, Dua Sisi Mata Uang. Kompas. Media Lab University of Arizona & Ford
com, 30 Maret. (http://nasional.kompas. Foundation.
com/read/2016/03/30/05374961/Survei. Malvi, Alvina. (2014). Skripsi: Representasi
Litbang.Kompas.Televisi.Dua.Sisi.Mata. Citra Politik Iklan Hanura WIN-HT
Uang akses 16/02/18 – 21.20 WIB) Bersih Peduli Tegas di RCTI. Jakarta:
Fahrudin, Dedi. (2013). Konglomerasi Media: Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Studi Ekonomi Politik Terhadap Media Islam, Fakultas Dakwah dan Ilmu
Group. Jurusan Komunikasi Penyiaran Komunikasi, Universitas Islam Negeri
Islam, Fakultas Dakwah dan Ilmu Syarif Hidayatullah.
Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Martono, Joko. (2014). Kebebasan Pers di
Jakarta. Jurnal Visi Komunikasi, Volume Indonesia pada Era Reformasi dan
12 No. 1, Mei. Ekonomi Politik Media. Peneliti
Francis C., Baldesari (2006). Systematic Reviews komunikasi dan media di BPPKI
of Qualitative Literature. Oxford: UK Yogyakarta, Kementerian Komunikasi
Cochrane Centre. dan Informatika RI. INSANI, Vol. 1, No.
Hanifan, Aqwam Fiazmi. (2016). Menancapkan 1, Desember.
Mars Perindo lewat Stasiun TV milik Norris, Pippa, (2000). A Virtuous Circle: Political
Pribadi. Tirto.id, 15 Februari. (https:// Communications In PostIndustrial
tirto.id/menancapkan-mars-perindo- Societies. New York: Cambridge
lewat-stasiun-tv-milik-pribadi-nn akses University Press.
16/02/2018 – 20.29 WIB) Nugroho, Y., Putri, DA., Laksmi, S. (2012).
Haritajaya, Olyvie Bintang. (2017). Skripsi: Memetakan Lanskap Industri Media
Pembredelan Pers di Masa Orde Baru Kontemporer di Indonesia (Edisi
(1966-1998). Yogyakarta: Program Studi Bahasa Indonesia). Laporan. Bermedia,
Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan Memberdayakan Masyarakat: Memahami
dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata kebijakan dan tata kelola media di
Dharma. Indonesia melalui kacamata hak warga
Iklan Partai PERINDO (http://www.adstensity. negara. Riset kerjasama antara Centre for
com/service/compare - akses 16/02/18 – Innovation Policy and Governance dan
21.23 WIB). HIVOS Kantor Regional Asia Tenggara,
Karman,. (2013). Media dan Kepentingan didanai oleh Ford Foundation. Jakarta:
Publik: Praktik Media Massa Menurut CIPG dan HIVOS.
Teori Normatif. Peneliti Bidang Putra, I Gusti Ngurah. (2004). Demokrasi dan
Komunikasi & Media Balai Pengkajian Kinerja Pers Indonesia. Jurnal Ilmu
dan Pengembangan Komunikasi dan Komunikasi Universitas Gajah Mada,
Informatika (BPPKI) Jakarta, Badan Vol. 3, No. 2, Juni.
Litbang SDM Kemenkominfo. INSANI, Sanusi, Hartinah., Hamzah, Djabir., Unde, Andi
Vol. 2, No. 15 Desember. Alimuddin. Manajemen Media Televisi
Lewin, S. (2008). Methods to Synthesise Fajar TV: Antara Bisnis dan Idealisme
Qualitative Evidence Alongside a (Broadcasting Media Management of
Cochrane Intervention Review. London: FAJAR TV: Both Idealism and Business).
226 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 16, Nomor 3, September - Desember 2018, halaman 209-226

KWWS SDVFD XQKDV DF LG MXUQDO ¿OHV Valerisha,Anggia. Dampak Praktik Konglomerasi


a5107f7981abffa899b367302a8b1.pdf) Media Terhadap Pencapaian Konsolidasi
Scheufele, D. A. (1999). Framing as a theory of Demokrasi di Indonesia. Jurusan
media effects. Journal of Communication, Hubungan Internasional, Universitas
49(1), 103-122. Katolik Parahyangan, Bandung.
Setiawan, Aria Aditya. (2013). Peran Media Waluyo, Djoko. (2014). Kebebasan Pers dari
Massa dalam Meningkatkan Kualitas Pandangan Wartawan (PWI dan AJI).
Kepemerintahan Lokal Berbasis Human Yogyakarta: Penerbit Tiara Wacana
Security di Kota Jayapura. Politika: Lokus.
Jurnal Ilmu Politik, Vol. 2, No. 2, p. 39-
48, Juni.
Sultani,. (2012). Pers Belum Bisa Memberikan Peraturan Perundang-Undangan
Solusi. Kompas.com, 03 Februari. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945
(http://internasional.kompas.com/ amandemen.
read/2012/02/13/01565786/pers. Piagam Hak Asasi Manusia Indonesia dalam
belum.bisa.memberikan.solusi akses Tap. MPR No. 18 Tahun 1998.
16/02/2018 – 17.38 WIB) Undang-Undang No. 9 Tahun 1998 tentang
Surjomiharjo, Abdurrchman. (2002). Beberapa Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka
Segi Perkembangan Sejarah Pers Di Umum.
Indonesia. Jakarta: PT Kompas Media Undang-Undang No.40 tahun 1999 tentang Pers.
Nusantara.

Anda mungkin juga menyukai