Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Industri media di Indonesia telah mengalami pasang surut, dari menjadi alat untuk
revolusi kemerdekaan di masa awal Republik ini berdiri (1945-1955), menjadi pers partisan
selama periode 1965-1980, dan kemudian menjadi industri yang menjanjikan pada akhir tahun
1980an. Semenjak pergantian kekuasaan dari orde lama ke orde baru, pemerintah memiliki
aturan tersendiri dalam sistem pers. Presiden Soeharto yang berkuasa pada saat itu, sangat ketat
dalam mengatur sistem pers yang berlaku, pemerintah menerapkan SIUPP (Surat Ijin usaha
Perusahaan pers) serta dibentuknya Deppen sebagai kepanjangan tangan dari pemerintah.
Pemerintah memiliki wewenang untuk membubarkan perusahaan pers yang dianggap membuat
pemberitaan yang mengganggu stabilitas pemerintahan yang berkuasa.
Hal ini dapat dilihat dari pembredelan tiga penerbitan secara sekaligus pada tanggal 21
Juni 1994 yaitu Tempo, Editor, dan DeTIK. Artinya, pemerintah memiliki kontrol yang kuat
terhadap sistem pers yang berlaku. Setelah tergulingnya pemerintahan masa Orde baru, dan
dibubarkannya SIUPP. Mulailah diberlakukan Undang-undang Nomor 40 tahun 1999 tentang
Pers. Kemudian, pada masa pemerintahan Gus Dur, lembaga Deppen akhirnya dibubarkan.
Sistem Pers di Indonesia akhirnya menghadapi babak baru dalam episode sejarahnya. Era
Reformasi turut serta membawa kebebasan pers yang berlaku.
Era Reformasi pada akhirnya membawa keterbukaan informasi. Lepasnya masa orde baru
menyebabkan memudarnya kontrol pemerintah sehingga demokratisasi pers semakin terbuka
lebar. Akibatnya, industri media massa di tanah air tumbuh sangat pesat. Banyak pengamat
media meyakini, sejak reformasi bergulir di negeri ini, era kebebasan media (baik cetak maupun
elektronik) kembali memasuki masa bulan madu. Namun, seiring perjalanan waktu, tampilnya
kebebasan media juga tak luput dari bawah “kendali” negara, maka di era reformasi kita
menyaksikan wajah institusi media (baik di level nasional maupun daerah) kini sepenuhnya
berada di bawah kendali pasar, dengan para industrialis dan konglomerat media sebagai pemain,
pemilik, sekaligus penguasa barunya.
Pesatnya Industri Media massa di Indonesia menyebabkan persaingan ketat dalam hal
menguasai pasar. Untuk menguasai pasar, para pemilik media berusaha untuk mengembangkan
sayap industrinya ke berbagai bidang, baik itu bidang media maupun bidang lainnya. Akibatnya,
tujuan pers yang semula dijadikan sebagai kontrol sosial dan fungsi pendidikan, menjadi hilang
independensinya dan bahkan menjadi sebuah industri atau institusi ekonomi. Media hanya
dijadikan alat oleh pemiliknya sebagai komoditi yang bisa dijual dan menghasilkan keuntungan
sebanyak-banyaknya dengan mengesampingkan kepentingan publik.
Melihat kenyataan demokratisasi pers yang menyebabkan keterbukaan informasi, dan
melihat bahwa Media Indonesia merupakan media cetak yang dimiliki oleh Pengusaha yang
membentuk konglomerasi sekaligus politisi yang terlibat dalam infrastruktur politik, namun
disisi lain Media Indonesia merupakan media cetak yang memiliki visi untuk menjadi media
yang independen dengan tagline jujur bersuara, sehingga kemudian peneliti merasa tertarik untuk
menulis sebuah makalah dengan judul, “ Ekonomi Politik Media: Politik dan Komodifikasi
Media Massa di Indonesia ”.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana komodifikasi yang dilakukan oleh Media Indonesia?
2. Bagaimana komodifikasi yang dilakukan oleh media Indonesia dijadikan sebagai
kekuatan ekonomi dan politik pemiliknya?

C. Tujuan
Tujuan dari penulisan ini adalah:
1. Untuk mengetahui komodifikasi yang dilakukan oleh Media Indonesia.
2. Untuk mengetahui komodifikasi yang dilakukan oleh Media Indonesia dijadikan sebagai
kekuatan ekonomi dan politik.

D. Manfaat
Penelitian Sesuai dengan tujuan di atas, maka manfaat dari penulisan ini adalah:
1. Dapat dijadikan sebagai acuan ilmiah ataupun sebagai referensi dalam pengembangan ilmu
komunikasi, khususnya pada tatanan kajian ekonomi politik media.
2. Mengetahui sejauh mana teori-teori komunikasi massa yang dikemukakan oleh beberapa ahli
dapat diterapkan, sehingga penelitian dapat dijadikan pembuktian teori komunikasi massa
dalam kenyataan yang sebenarnya.
3. Mampu memberikan kontribusi yang positif dalam perkembangan studi tentang analisis
media saat ini, khususnya bagi penulis dan bagi akademisi, maupun praktisi komunikasi
media lain, pada umumnya. Selain itu, juga diharapkan mampu menginspirasi pembaca dan
khalayak pada umumnya untuk selektif dan lebih cerdas untuk mengkonsumsi media dan
konten pemberitaannya pada khususnya.
BAB II
KONSEP TEORI

Anda mungkin juga menyukai