Oleh karena itu, kebebasan pers harus tetap dijunjung tinggi sebagai salah satu
upaya penegakan demokrasi di Indonesia dan dapat menjalankan fungsi pers
dengan baik.
Pasal 28F UUD 1945. "Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan
memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya,
serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan
menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.
4. Tipologi Pers
Penerbitan pers berkualitas memilih cara penyajian yang etis, moralis, intelektual.
Sangat dihindari pola dan penyajian pemberitaan yang bersifat emosional frontal.
Pers jenis ini sangat meyakini pendapat: kualitas dan kredibilitas media hanya bisa
diraih melalui pendekatan profesionalisme secara total. Ditujukan untuk
masyarakat kelas menengah atas.
Pers populer sangat menekankan nilai serta kepentingan komersial. Pers ini lebih
banyak dimaksudkan untuk memberikan informasi dan rekreasi (hiburan). Sasaran
pembaca pers populer adalah kalangan menengah-bawah.
Disebut pers kuning karena penyajian pers jenis ini banyak mengeksploitasi
warna. Bagi pers kuning, kaidah baku jurnalistik tak diperlukan.Berita tak harus
berpijak pada fakta, tetapi bisa saja didasari ilusi, imajinasi, dan fantasi. Pers
kuning menggunakan pendekatan jurnalistik SCC (Sex, Conflict, Crime). Pers
kuning lebih banyak ditujukan kepada masyarakat pembaca kelas bawah.
Di luar negeri pers popoler di pelopori oleh Lord North Cliffe dan Lord
Beaverbrook, masing-masing penerbit harian daily mail dan Daily Express, corak
surat kabarnya bertitel mencolok, gaya kalimat pendek dan penuh potret.
Di Amerika, pers popular dikenal sebagai Yellow Paper terjadi antara Joseph
Pulitzer dari NewYork Word dan William Randolp Hearst dari Morning Journal.
Berita-berita yang membangkitkan sensasi bahjkan sampai membangkitkan emosi
rakyat AS dan mendorong meletusnya perang Amerika-Spanyol.