Anda di halaman 1dari 4

Mata Kuliah : Dasar-Dasar Jurnalistik

Hari/Tanggal : Senin, 31 Mei 2021


Semester : 2 A / Pagi Waktu : 13.00 – 15.30 WIB
Dosen : Suci Emelsi Jeffri, S.Sos.,M.Ikom.
Nama: ilham rahmat hidayat
Nim: 2001030058

1. Setelah mengalami pengekangan yang begitu lama di era pemerintahan


orde baru, kehidupan pers di Indonesia akhirnya benar-benar mendapatkan
kebebasan ketika reformasi bergulir pada bulan Mei 1998. Reformasi
bergulir karena masyarakat menginginkan reformasi pada segala bidang,
baik ekonomi, sosial, dan budaya yang pada masa pemerintahan orde baru
terbelenggu. Termasuk reformasi pada bidang pers. Reformasi pada
bidang pers ditujukan agar kehidupan pers di Indonesia benar-benar
memperoleh kebebasan. Langkah pertama untuk memulai kebebasan pers
di Indonesia adalah dengan mencabut aturan Surat Izin Usaha Penerbitan
Pers (SIUPP). Dengan dicabutnya SIUPP, akhirnya berbagai perusahaan
pers baru bermunculan, baik itu media cetak, televisi, maupun radio.
Munculnya berbagai macam perusahaan pers tersebut merupakan bentuk
sukacita setelah sekian lama dibelenggu oleh kekuasaan pemerintah orde
baru
Selain dicabutnya SIUPP, upaya lainnya adalah penghapusan Departemen
Penerangan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa Departemen
Penerangan di era pemerintahan orde baru memiliki kekuatan yang luar
biasa untuk menekan dan mengatur pers. Oleh sebab itulah, Departemen
Penerangan dihapus agar pers bisa leluasa melaksanakan kegiatan
jurnalistiknya. Selain kedua tindakan tersebut, ada satu tindakan terpenting
untuk memulai kebebasan pers di Indonesia yaitu diterbitkanya Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers. Undang-undang ini
merupakan tonggak awal kebebasan pers di Indonesia.

2. pers yang bebas dan bertanggung jawab berperan penting dalam


masyarakat demokratis dan menjadi unsur pokok dalam mewujudkan
negara yang demokratis. Sehingga pers dituntut dapat memenuhi hak
masyarakat dalam mengetahui informasi secara akurat, jujur, dan
berimbang.

Oleh karena itu, kebebasan pers harus tetap dijunjung tinggi sebagai salah satu
upaya penegakan demokrasi di Indonesia dan dapat menjalankan fungsi pers
dengan baik.

3. Pers nasional mempunyai fungsi sebagai media informasi, pendidikan,


hiburan, dan kontrol sosial. Di samping fungsi-fungsi tersebut ayat
(1), pers nasional dapat berfungsi sebagai lembaga ekonomi.

Pasal 28F UUD 1945. "Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan
memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya,
serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan
menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.

4. Tipologi Pers

1. Pers berkualitas (quality newspaper)

Penerbitan pers berkualitas memilih cara penyajian yang etis, moralis, intelektual.
Sangat dihindari pola dan penyajian pemberitaan yang bersifat emosional frontal.
Pers jenis ini sangat meyakini pendapat: kualitas dan kredibilitas media hanya bisa
diraih melalui pendekatan profesionalisme secara total. Ditujukan untuk
masyarakat kelas menengah atas.

2. Pers populer (popular newspaper)

Pers populer sangat menekankan nilai serta kepentingan komersial. Pers ini lebih
banyak dimaksudkan untuk memberikan informasi dan rekreasi (hiburan). Sasaran
pembaca pers populer adalah kalangan menengah-bawah.

3. Pers kuning (yellow newspaper)

Disebut pers kuning karena penyajian pers jenis ini banyak mengeksploitasi
warna. Bagi pers kuning, kaidah baku jurnalistik tak diperlukan.Berita tak harus
berpijak pada fakta, tetapi bisa saja didasari ilusi, imajinasi, dan fantasi. Pers
kuning menggunakan pendekatan jurnalistik SCC (Sex, Conflict, Crime). Pers
kuning lebih banyak ditujukan kepada masyarakat pembaca kelas bawah.

Di luar negeri pers popoler di pelopori oleh Lord North Cliffe dan Lord
Beaverbrook, masing-masing penerbit harian daily mail dan Daily Express, corak
surat kabarnya bertitel mencolok, gaya kalimat pendek dan penuh potret.

Di Amerika, pers popular dikenal sebagai Yellow Paper terjadi antara Joseph
Pulitzer dari NewYork Word dan William Randolp Hearst dari Morning Journal.
Berita-berita yang membangkitkan sensasi bahjkan sampai membangkitkan emosi
rakyat AS dan mendorong meletusnya perang Amerika-Spanyol.

Kebanyakan koran popular terbit dan subur di kota-kota besar/metropolitan.


Gejala-gejala tersebut oleh kaum sosiolog dihubungkan dengan atomisasi manusia
yaitu kehidupan orang-orang di metropolitan yang merasa kesepian di tengah
hiruk-pikuk keramaian, dikejar waktu, perkembangan yang cepat serta sikap acuh
tak acuh satu sama lain. sehinnga mereka mencari teman yang cocok yaitu
diantaranya surat kabar bulevar/surat kabar popular. Di dalamnya mereka
menemukan kejadian yang secara emosional membuat dirinya terlepas dari
ketegangan dan proses katarsis sehingga salah satu fungsi koran oleh Dr Prakke
disebut sebagai fungsi socius atau fungsi sahabat.

5. bahasa jurnalistik adalah bahasa pers yaitu bahasa yang digunakan oleh


wartawan. Yang dimaksud dengan bahasa pers adalah salah satu
ragam bahasa yang memiliki beberapa karakteristik yaitu singkat, padat,
jelas, sederhana, lancar, lugas dan menarik.

Anda mungkin juga menyukai