Anda di halaman 1dari 10

PERKEMBANGAN PERS PADA ERA

REFORMASI
Nama Kelompok:
1. Salma Afifah
2. Sekkar Larassaty
3. Selma Safira
4. Shangilia Sifra
5. Siti Wildatul
6. Tia Fitriani
7. Wanda Anisa
8. Widella Aprianti
9. Yaffi Daffa
Pada era reformasi
(tahun 1998-sekarang),
pers mengalami
kebebasan saat Habibie
menjabat sebagai
presiden menggantikan
Suharto
Pers pada masa reformasi

Pers yang bebas merupakan salah satu komponen yang paling


esensial dari masyarakat yang demokratis, sebagai prasyarat bagi
perkembangan sosial dan ekonomi yang baik. Keseimbangan antara
kebebasan pers dengan tanggung jawab sosial menjadi sesuatu hal
yang penting. Hal yang pertama dan utama, perlu dijaga jangan
sampai muncul ada tirani media terhadap publik. Sampai pada
konteks ini, publik harus tetap mendapatkan informasi yang benar,
dan bukan benar sekadar menurut media. Pers diharapkan
memberikan berita harus dengan se-objektif mungkin, hal ini berguna
agar tidak terjadi ketimpangan antara rakyat dengan pemimpinnya
mengenai informasi tentang jalannya pemerintahan.
Pers pada masa reformasi

Era reformasi mulai bergulir sejak tahun 1998 hingga sekarang.


Titik kebebasan pers mulai terasa lagi saat B.J. Habibie menggantikan
Soeharto. Banyak media massa yang muncul dan PWI (Persatuan Wartawan
Indonesia) tidak lagi menjadi satu-satunya organisasi profesi.
Kalangan Pers kembali bernafas lega karena pemerintah
mengeluarkan UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan UU
No. 40 tahun 1999 tentang pers. Dallam UU pers tersebut dengan tegas
dijamin adanya kemerdekaan pers sebagai hak asasi warga negara (pasal 4),
dan terhadap pers nasional tidak lagi diadakan penyesoran, pembredelan,
dan pelarangan penyiaraan (pasal 4 ayat 2).
Pada masa orde baru, pemerintahan Soeharto diharapkan akan
mengubah keterpurukan pemerintahan orde lama. Pemerintah pada
saat itu harus melakukan pemulihan di segala aspek, antara lain
aspek ekonomi, politik, social, budaya, dan psikologis rakyat.
Indonesia mulai bangkit sedikit demi sedikit, bahkan perkembangan
ekonomi pun semakin pesat. Namun tidak dengan perkembangan
kebebasan pers, dunia pers mendapat berbagai tekanan dari
pemerintah. Tidak ada kebebasan dalam menerbitkan berita-berita
miring seputar pemerintah. Bila ada maka media massa tersebut
akan mendapatkan peringatan keras dari pemerintah yang tentunya
akan mengancam penerbitannya. Segala penerbitan di media massa
berada dalam pengawasan pemerintah yaitu melalui departemen
penerangan. Jika ingin tetap hidup, maka perusahaan pers harus
menerbitkan berita-berita positif dari kalangan pemerintah orde baru.
Suatu pencerahan datang kepada kebebasan pers, setelah
runtuhnya rezim Soeharto pada tahun 1998.
Dalam mempertanggungjawabkan pemberitaan di depan
hukum, wartawan memiliki hak tolak agar wartawan dapat
melindungi sumber informasi, dengan cara menolak
menyebutkan identitas sumber informasi, dengan cara menolak
menyebutkan identitas sumber informasi, kecuali hak tolak
gugur apabila demi kepentingan dan ketertiban umum,
keselamatan negara yang dinyatakan oleh pengadilan. Higga
kini kegiatan jurnalisme diatur dengan undang-undang
penyiaran ddan kode etik jurnalistik yang dikeluarkan Dewan
Pers. Namun kegiatan jurnalisme cukup banyak yang melangar
kode etik pers sehingga masih menimbulan kontroversi di
masyarakat.
Pada saat itu rakyat menginginkan adanya reformasi pada segala bidang baik
ekonomi, sosial, budaya yang pada masa orde baru terbelenggu. Tumbuhnya pers
pada masa reformasi merupakan hal yang menguntungkan bagi masyarakat.
Kehadiran pers saat ini dianggap sudah mampu mengisi kekosongan ruang publik
yang menjadi celah antara penguasa dan rakyat. Dalam kerangka ini, pers telah
memainkan peran sentral dengan memasok dan menyebarluaskan informasi yang
diperluaskan untuk penentuan sikap, dan memfasilitasi pembentukan opini publik
dalam rangka mencapai konsensus bersama atau mengontrol kekuasaan
penyelenggara negara.
Oleh karena itu pada saat mahasiswa melakukan tuntutan reformasi ada enam hal
yang dituntut yaitu :

1. Amandemen UUD 1945.


2. Penghapusan doktrin Dwi Fungsi ABRI.
3. Penegakan hukum, HAM, dan pemberantasan KKN.
4. Otonomi Daerah.
5. Kebebasan Pers.
6. Mewujudkan kehidupan demokrasi.
Salah satu tujuan pertama kebebasan pers yang dituntutkan mahasiswa
adalah untuk memaparkan mengenai pemerintahan orde baru.
Di Era reformasi pemerintah mengeluarkan Undang-Undang
Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 1999 tentang pers. Hal ini disambut gembira dikalangan
pers, karena tercatat beberapa kemajuan penting dibanding dengan undang-
undang sebelumnya, yaitu Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1982 tentang
Pokok-Pokok Pers (UUPP). Dalam Undang-Undang ini, dengan tegas
dijamin adanya kemerdekaan pers sebagai hak asasi warga negara (pasal 4).
Itulah sebabnya mengapa tidak lagi disinggung perlu tidaknya surat ijin
terbit, yaitu terhadap pers nasional tidak dikenakan penyensoran,
pembredelan, dan pelarangan penyiaran sebagaimana tercantum dalam pasal
4 ayat 2.
KESIMPULAN

Kebebasan pers bukanlah bebas yang sebebasnya, sehingga


diperlukan tanggungjawab terhadap setiap tindakan pers.
Namun yang terjadi saat ini kebebasan pers banyak
disalahgunakan seperti berita-berita yang tidak
bertanggungjawab, merugikan narasumber ataupun berita
yang asal dibuat untuk kepentingan pribadi ataupun golongan
tertentu saja. Untuk mengatasi hal-hal tersebut perlu
dilakukan standardisasi dan pengawasan mengenai
pelaksanaan kebebasan pers. Dan perlu kembali diingat
mengenai tujuan utama para mahasiswa yang menuntut
kebabasan pers yang tentunya tidak menginginkan pers
merugikan pihak-pihak tertentu.
KESIMPULAN

Pada masa reformasi, pers Indonesia menikmati kebebasan


pers. Pada masa ini terbentuk UU Nomor 40 Tahun 1999
tentang pers. Era reformasi ditandai dengan terbukanya keran
kebebasan informasi.. Di dunia pers kebebasan itu ditunjukkan
dengan dipermudahkannya pengurusan SiUPP. Sebelum tahun
1998, proses memperoleh pembuatan SIUPP melibatkan 16
tahap, tetapi dengan instalasi kabinet B.J. Habibie proses
tersebut melibatkan 3 tahap saja.

Anda mungkin juga menyukai