Anda di halaman 1dari 14

FENOMENA KAMPANYE HITAM (BLACK CAMPAIGN) SEBAGAI

HAMBATAN DEMOKRASI YANG SEHAT

Dosen Pengampu : Dra. Margaretha Suryaningsih, M.S.

DISUSUN OLEH :

ALRIZAL ANWAR SULTHANI

14020119130123

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2019
BAB I

LATAR BELAKANG MASALAH

Tahun 2019 Merupakan tahun politik yang bisa dibilang adalah yang paling penting
bagi masa depan indonesia dimana akan dilaksanakan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden.
Salah satu masalah pemilu yang kerap muncul ke permukaan adalah Black Campaign atau
kita kenal dengan istilah kampanye hitam. Pelaksanaan kampanye hitam sangat berpengaruh
dalam merubah budaya demokrasi di negara kita karena jenis kampanye ini dilakukan untuk
menjatuhkan kandidat lainnya dengan berita berita propaganda / kebohongan bohong.

Kampanye hitam sering menggunakan berita berita bohong berupa propaganda atau
populer dengan istilah Hoax yang dilontarkan oleh salah satu kubu politik ke kubu lainnya
demi menurunkan kredibelitas calon presiden atau calon wakil presiden yang diusungkan.
Seperti kita tahu dengan pesatnya teknologi informasi saat ini tentu sangat mudah bagi
oknum oknum yang ingin mencederai nilai luhur demokrasi yang diimplemetasikan ke dalam
asas asas pemilu dan juga tentu akan sangan berpengaruh ke dalam pemahaman politik di
dalam masyarakat di tahun berikutnya.

Hal ini tentu menjadi perhatian kita semua baik di dalam tahun politik ataupun saat
bukan tahun politik sekalipun, bahwa black campaign adalah suatu hal yang mencederai
demokrasi yang dibangun di negara kita. Tentu tidak hanya Bawaslu yang melaksanakan
fungsi pengawasan. Namun Bawaslu dalam hal ini dapat saja bekerja sama dengan
Menkominfo serta Tim Cyber POLRI untuk bersama sama menanggulangi adanya Hoax dan
fitnah fitnah lain yang merujuk pada salah satu kubu sehingga mencoreng pelaksanaan
demokrasi.

Hal ini diharapkan sebagai salah satu solusi dimana dari sisi pengawasan informasi
dan peredaran data di masyarakat, pengawasan pelaksanaan pemilu yang “LUBER JURDIL”
dan pengawasan pelanggaran warga negara dan pemberian rasa nyaman dalam berpolitik
yang sehat sebagai wujud pengayom masyarakat oleh POLRI menjadi satu bagian yang
penting sehingga pelaksanaan Pemilu benar-benar Khidmat. Kita harus melihat bahwa tujuan
dari pelaksanaan Pemilu sendiri adalah dari rakyat, Oleh rakyat dan untuk rakyat yang masa
sama halnya dengan demokrasi itu sendiri. Sehingga perilaku untuk memecah belah bangsa
tidak diperbolehkan dan berkonsekuensi hukum karena berkaitan dengan kelangsungan hidup
bangsa dan negara.
BAB II

PERUMUSAN MASALAH

1.) Apakah Pengertian Kampanye Hitam itu?


2.) Bagaimana Strategi dan Perencanaan Kampanye yang sehat?
3.) Bagaimana Fenomena Kampanye Hitam dalam Menghambat Demokrasi yang
sehat di Indonesia dari tahun ke tahun?
4.) Bagaimana Penanggulangan Kampanye Hitam agar tidak terjadi dengan melalui
Kewenangan Bawaslu, POLRI, dan Menkominfo?
BAB III

PEMBAHASAN

A.) Pengertian Kampanye Hitam


Kampanye hitam merupakan perilaku kampanye yang dilakukan dengan
menghina, memfitnah, mengadu domba, menghasut, atau menyebarkan berita bohong
yang dilakukan oleh seorang calon, sekelompok orang, partai politik, pendukung
seorang calon terhadap lawan atau calon lainnya (Haboddin, 2017:75).

Pada kenyataannya pelaksanaan kampanye telah memiliki aturan tersendiri


berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2015 Tentang
Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota. Pada bagian kelima pasal 69 tentang
larangan kampanye yaitu:
1. Mempersoalkan dasar negara Pancasila dan Pembukaan Undang-
Undang Dasar Negara RI tahun 1945;
2. Menghina seseorang, agama, suku, ras, golongan, calon gubernur,
calon bupati, calon walikota, dan/atau partai politik;
3. Melakukan kampanye berupa menghasut, memfitnah, mengadu domba
partai politik, perseorangan, dan/atau kelompok masyarakat;
4. Mengunakan kekerasan, ancaman kekerasan atau menganjurkan
penggunaan kekerasan kepada perseorangan, kelompok masyarakat
dan/atau partai politik;
5. Mengganggu keamanan, ketentraman, dan ketertiban umum;
6. Mengancam dan menganjurkan penggunaan kekerasan untuk
mengambil alih kekuasaan dari pemerintah yang sah;
7. Merusak dan/atau menghilangkan alat peraga kampanye;
8. Menggunakan fasilitas dan anggaran pemerintah dan pemerintah
daerah;
9. Menggunakan tempat ibadah dan tempat pendidikan
10. Melakukan pawai yang dilakukan dengan berjalan kaki dan/atau
dengan kendaraan di jalan raya; dan/atau
11. Melakukan kegiatan kampanye di luar jadwal yang telah ditetapkan
oleh KPU Provinsi dan KPU Kabupaten /Kota.
Berdasarkan definisi kampanye hitam menurut Haboddin (2017), berikut ini adalah
penjelasan bentuk-bentuk kampaye hitam adalah sebagai berikut.

a) Penghinaan
Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Bab XVI tentang
penghinaan pasal (1) yang berbunyi: “Barang siapa sengaja menyerang
kehormatan atau nama baik seseorang dengan menuduhkan sesuatu hal, yang
maksudnya terang supaya hal itu diketahui umum, diancam karena
pencemaran dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana
denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah” (hukumpidana. bphn.go.id,
diakses pada diakses pada 5 Juli 2018, pukul 19.00).
b) Memfitnah
Dalam KUHP diatur dalam pasal 311, yang menyebutkan bahwa, “Jika yang
melakukan kejahatan pencemaran atau pencemaran tertulis, dalam hal
dibolehkan untuk membutktikan bahwa apa yang dituduhkan itu benar, tidak
membuktikannya dan tuduhan dilakukan bertentangan dengan apa yang
diketahui, maka dia diancam karena melakukan fitnah, dengan pidana penjara
paling lama empat tahun” (dalam Samudra, 2011). Memfitnah yang berasal
dari kata “fitnah” yang berarti perkataan bohong atau tanpa berdasarkan
kebenaran yang disertakan dengan maksud menjelekkan orang (seperti
menodai nama baik, merugikan kehormatan orang) (KBBI, 2008:393). Dalam
hal ini memfitnah berarti menjelekkan nama orang (menodai nama baik,
merugikan kehormatan).
c) Mengadu Domba
Imam Al-Ghazali menjelaskan bahwa adu domba adalah membeberkan
sesuatu yang tidak suka untuk dibeberkan. Baik yang tidak suka adalah pihak
yang dibicarakan atau pihak yang menerima berita, maupun pihak yang
lainnya. Baik dengan ucapan, tulisan, tanda, ataupun isyarat (Al-Ghazali,
2005:166). Mengadu domba atau adu domba berarti menjadikan berselisih
(bertikai) diantara pihak yang sepaham, menarungkan (mempertarungkan,
memperlagakan) kita sama kita (KBBI, 2008:12).
d) Menghasut
Menghasut bukan berarti memaksa atau memberi perintah, namun berusaha
menggunakan kata-kata agar orang lain bergerak dengan kemauan sendiri
untuk melakukan sesuatu. Menggunakan kata-kata yang dipergunakan oleh si
penghasut dapat secara langsung disebutkan perbuatan apa yang diharapkan
untuk dilakukan oleh mereka yang dihasut. Tetapi mungkin juga perbuatan itu
tidak disebutkan tetapi dapat mudah dimengerti perbuatan apa yang
diharapkan itu (Prodjodikoro, 2008:152).
e) Menyebarkan Berita Bohong (Hoaxs)
Dalam UU ITE Pasal 28 ayat (1) disebutkan bahwa setiap orang dengan
sengaja, dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang
mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik (jdih.
kominfo.go.id, diakses pada diakses pada 15.00.)

B.) Strategi dan Perencanaan Kampanye


Ketika kampanye politik dimaknai sebagai kegiatan mempersuasi pemilih
yang bertujuan untuk meningkatkan elektabilitas dan popularitas, maka seorang
kandidat perlu memiliki strategi dan perencanaan yang matang. Para calon yang ikut
serta dalam pemilu tentunya memiliki cara kampanye yang berbeda dengan calon
lainnya.
Kampanye yang merupakan sarana untuk pencapaian cita-cita politik
membutuhkan strategi, yang akan menjadi sangat penting (Herpamudji, 2015). Hal ini
guna pemenangan pemilu serta cita-cita yang diinginkan caleg dan partai partai
pengusung untuk kedepannya.
Berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam strategi kampanye,
yaitu Analisa peta politik, Penentuan target pemenangan, Pembentukan Tim
kampanye, Perumusan strategi kampanye, Jejaring, Pengorganisasian kampanye, dan
Pengawalan perolehan suara. (http://www.uky.edu)
Pertama adalah analisa peta politik. Dalam sisi ini, calon perlu memetakan
calon pemilih potensial. Teknisnya bisa dengan menelaah daerah pemilihan, menggali
informasi tentang perolehan suara dalam dua massa Pemilu terdahulu dengan maksud
untuk membandingkan. Dalam analisa ini juga perlu untuk memetakan data Key
Person atau orang-orang berpengaruh dalam masyarakat. Misalnya menentukan dan
mengetahui tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh gerakan perempuan, tokoh – tokoh
kelompok profesi, serta kalangan jurnalis yang juga sangat penting.
Kedua adalah Penentuan Target suara. Jumlah suara yang ditargetkan perlu
dirumuskan dengan memahami sebaran wilayah, segmentasi pemilih, sasaran pemilih,
dan kecenderungan pemilih. Hal-hal tersebut penting untuk bahan kalkulasi. Semakin
dalam informasi yang diperoleh, perhitungan atau prediksi dapat semakin bisa
diandalkan.
Ketiga yaitu berkaitan dengan Pembentukan Tim Kampanye. Adanya tim
sangat penting untuk membatu segala proses kampanye dari awal sampai akhir. Tim
kampanye adalah Perseorangan atau Institusi yang mendukung pencalonan si
kandidat. Tim kampanye dapat dibagi menjadi tim inti dan tim pendukung. Tim juga
dapat terdiri dari konsultan, manajer kampanye, direktur komunikasi, staf hukum,
direktur lapangan, pengatur jadwal, koordinator relawan, database admin, dan direktur
penggalangan dana. Elemen lain dapat saja ditambah sejauh dibutuhkan.
Setelah itu, aspek ke empat adalah Perumusan Strategi Kampanye. Dalam hal
ini, tim perlu membuat pemetaan tentang penentuan segmen pemilih yang dibidik,
penentuan skala prioritas penyapaan, penyusunan isu – isu kampanye, media
kampanye, alat kelengkapan kampanye, bentuk dan model kampanye.
Hal yang tidak kalah penting adalah aspek Jejaring. Aspek ke lima ini
berkaitan erat dengan luasan koneksi sosial yang dapat saja digunakan untuk
menjaring Funding atau pendanaan. Selain itu tentunya jejaring dapat berfungsi untuk
mendapatkan dukungan yang lebih luas. Jejaring dapat berupa ormas, LSM,
organisasi profesi, jaringan organisasi mitra, asosiasi jurnalis, organisasi wanita,
organisasi sayap partai, organisasi daerah, organisasi agama, dan organisasi lain yang
concern pada isu – isu relevan.
Yang selanjutnya atau yang ke enam adalah Pengorganisasian Kampanye. Tim
kampanye perlu membuat profil kandidat yang mereka usung. Selanjutnya
pengorganisasian ini juga meliputi pengaturan jadwal kampanye, bentuk kampanye,
isu atau tema (pesan kampanye), skala prioritas, target, key persons, dan temuan
aspirasi.
Yang terakhir adalah perlunya dilakukan Pengawalan Perolehan Suara. Dalam
aspek ini, tim perlu menentukan saksi dan relawan dalam proses pemilihan. Selain itu,
jaringan pemantau independen juga sangat penting. Hal ini dapat digunakan sebagai
sumber dan bahan perbandingan tentang informasi perolehan suara. Setelah itu,
tentunya harus ada sistem pengawalan dalam proses pemilu tersebut.
C.) Fenomena Kampanye Hitam
Musim pemilihan umum (pemilu) adalah momen dimana gencar- gencarnya
pasangan calon (paslon) mengekspresikan pandangan politiknya melalui kampanye.
Banyak cara dalam melalukan kampanye, seperti pidato di depan khalayak umum
yang disaksikan banyak para pendukung atau juga dengan pendekatan-pendekatan
lain seperti berbagi sembako dalam suatu desa yang rakyatnya serba kekurangan.
Kampanye pun dilakukan agar terwujudnya tujuan mereka sebagai pasangan calon
yang disukai, dicintai, bahkan dipuja rakyat sehingga terpilihlah mereka menjadi
pemenang dalam suatu pemilu tersebut. Bukan menjadi rahasia sendiri di Indonesia
bahwa tiap tahun ke tahun ada saja kreativitas dalam cara menyampaikan
kampanyenya. Selain itu, kerap kali kampanye dijadikan ajang untuk menjelek-
jelekkan bahkan menjatuhkan lawannya.
Dalam sebuah pembahasan mengenai Pilpres tahun lalu dalam sebuah jurnal
diungkapkan bahwa dalam pilpres 2014 terdapat beberapa fenomena menarik terkait
dengan perspective media. Yang pertemam pengaruh media dalam kampanye dan
kampanye hitam digunakan sebagai batu loncatan antar kandidat sebelum pilpres
2014. Adapun bunyi aslinya adalah sebagai berikut: “The black campaigning in the
lead-up to Pilpres 2014 presented some interesting phenomena from a media studies
perspective. First, the widespread black campaigning proved the theoretical
assumption that media influence remained a cornerstone of contestation between
candidates and groups before Pilpres 2014.”
Kampanye hitam (black campaign), sebuah cara untuk menjunjung harkat dan
martabat pasangan calon dengan mempertaruhkan lawannya yang dijatuhkan.
Menurut Cangara (2014) setiap usaha untuk mengisi jabatan, terutama untuk jabatan
publik, maka gossip yang mengarah pada bentuk kampanye hitam selalu muncul.
Kampanye hitam yang biasa disebut black campaign cenderung menyudutkan para
calon yang diusung untuk menduduki suatu jabatan. Isu itu biasanya erat kaitannya
dengan apa yang disebut “3Ta”, yaitu : Harta, Wanita, dan Tahta. Harta biasanya
diisukan dalam bentuk korupsi, wanita dalam bentuk istri simpanan atau
perselingkuhan, sedangkan tahta dinilai sikap ambisius.
Cara ini tidak sesuai dengan prinsip dasar negara kita, yaitu Pancasila. Dimana
dapat dikatakan bahwa cara tersebut merupakan cara yang paling kotor untuk
berkampanye. Ada beberapa cara menyebarkan kampanye hitam (black campaign),
salah satunya melalui media massa. Di Indonesia penyebaran melalui media massa
sangat cepat dan pesat. Salah satu media massa yang paling banyak digunakan untuk
menyebarkan menyebarkan kampanye hitam (black campaign) adalah media sosial
(social media).
Seperti sebuah ungkapan yang diungkapkan oleh Pierre Levy :
“As expressed by Pierre Levy (1997) in his book Cyberculture, the internet is
an open, flexible, and dynamic informational environment that allows people to
develop new knowledge orientations. People are involved in a democratic world
which promotes a more interactive society-based allocation of power. The online
realm acts as a meeting place of sorts for people to expand their social spheres,
create opportunities for new knowledge, and offer spaces for broadly sharing
different views (Soukup, 2006: 423).”
Bukan dipungkiri lagi bahwasanya masyarakat Indonesia sesuai yang
diungkapkan oleh Pierre Levy tersebut ketika bermain media sosial seperti Instagram,
Facebook, Twitter, dan forum diskusi online seperti Kaskus, serta media percakapan
(chatting) seperti Line, Whatsapp, dan Black Berry Messenger (BBM) yang mana
semua media ini dikembangkan dan berkembang di dalam masyarakat dan berbentuk
diskusi terbuka sehingga secara tidak langsung dapat menimbulkan paham paham
maupun pengetahuan baru di dalam masyarakat dengan atau tanpa bukti yang jelas.
Untuk masyarakat perkotaan kelas menengah, komunikasi politik melalui media
massa sangat efektif karena pola hidup mereka yang sibuk tidak memberi mereka
peluang untuk melakukan komunikasi langsung dengan orang lain. Apalagi kalau
mereka tidak punya kepentingan langsung dengan sang komunikator. Bagi mereka,
media massa cetak dan elektronik merupakan sarana paling efektif untuk mengetahui
dan menyampaikan umpan balik setiap pesan politik yang ada.
Kemudahan dalam menggunakannya menjadikan media sosial digemari dan
digunakan terus menerus oleh masyarakat Indonesia. Dahulu black campaign
dilakukan melalui pembagian atau penyebaran informasi melalui media cetak seperti
pamflet, fotokopian artikel, dan lain-lain, yang didalamnya berisikan mengenai
informasi-informasi negatif pihak lawan, kepada masyarakat luas. Penyebaran itu
dilakukan oleh tim sukses maupun simpatisan dari si bakal calon legislatif maupun
eksekutif. Sekarang black campaign dilakukan dengan menggunakan media yang
lebih canggih, seperti misalnya menggunakan sosial media dan komunikasi lewat
gadget Namun demikian, media cetak pun masih tetap digunakan untuk media black
campaign ini.
Melihat hal ini, dimanfaatkan oleh oknum-oknum tertentu sebagai ajang dalam
menyebarkan kampanye hitam (black campaign). Karena kemudahan dalam
penggunanannya, pendukung salah satu paslon pun dengan mudah menyebarkan
ulang (re-share) hal-hal yang berbabau kampanye hitam (black campaign) tersebut.
Begitu pula dengan pendukung lainnya yang tidak mau kalah, mereka juga membuat
pernyataan yang buruk yang menjatuhkan, tentang keburukan paslon lawannya
tersebut. Sehingga terjadilah kampanye hitam (black campaign) dalam media sosial
tersebut. Dari tahun ke tahun selalu ada saja paslon yang menjadi sasaran kekejaman
kampanye hitam (black campaign). Dari pilkada sampai pilpres pun semuanya ada.
Terlebih lagi kita sedang dalam masa pilpres yang akan diselenggarakan tahun 2019
nanti. Kampanye hitam (black campaign) bahkan juga kampanye negatif (negative
campaign) sudah mulai banyak terlihat di media sosial. Sering juga dalam prakteknya
kita menjumpai adanya iklan iklan yang berbau black campaign ataupun negative
campaign. Iklan kampanye negatif sering dibagi menjadi tiga kategori: adil, palsu, dan
menipu. Iklan yang adil adalah mereka yang mewakili kejadian faktual dengan
maksud mempermalukan lawan dengan menonjolkan atribut negatif dari karakter
lawan atau karir . Iklan tersebut umumnya berisi kata-kata, frasa, atau gambar abrasif,
merendahkan, dan mudah dilupakan . Iklan palsu, tidak seperti iklan yang adil ,
mereka berisi pernyataan yang tidak benar dibuat dengan niat jahat yang sebenarnya.
Iklan palsu bisa ditantang untuk dibuktikan jika berisi pernyataan yang tidak benar.
Sedangkan dalam iklan kampanye menipu, iklan ini cenderung menyesatkan dan
mendistorsi kebenaran tentang calon lawan dan tidak ada cara yang lebih baik untuk
membuktikannya karena tujuan iklan ini memang menipu dan mendistorsi kebenaran
lawan politik).
Pada 2016 lalu juga BAWASLU Daerah Istimewa Yogyakarta secara serius
dan intensif mencermati kampanye Pilkada Kota Yogyakarta dan Kabupaten
Kulonprogo lewat media sosial. Langkah ini untuk mengantisipasi terjadinya black
campaign (kampanye hitam) yang dihembuskan di dunia maya. Berdasarkan
pemantauan yang dilakukan, menurut Bagus, hingga saat ini, kampanye di media
sosial baik menyangkut Pilkada Kota Yogyakarta maupun Kulonprogo masih bersifat
wajar. Dalam pencermatan yang dilakukan secara intensif itu, Bawaslu masih belum
menemukan adanya indikasi kampanye hitam. Dikatakan jika kampanye di media
sosial berisi ujaran kebencian, fitnah, atau hasutan maka bisa dimasukkan ke ranah
pidana. Kampanye hitam seperti itu dapat dijerat dengan Undang-Undang (UU)
Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). potensi kampanye hitam akan muncul
menjelang masa tenang atau akhir masa kampanye. Kampanye hitam rawan dilakukan
menggunakan media sosial. Ia berharap tidak ada kampanye hitam atau kampanye
yang menyinggung SARA. Dengan kampanye yang fair maka akan menghasilkan
kepala daerah dengan integritas dan program yang bagus. (mediaindonesia.com :
2016)
Penangggulangan secara serius perlu dilakukan oleh Polri, Bawaslu, dan
Kemenkominfo dalam penyelesaian secara jitu menurut penulis. Alasannya karena 3
lembaga ini memegang peran penting dalam pengendalian media untuk tidak
melakukan hal hal yang kurang sportif dalam penyelenggaraan pemilu. Pemilu
seharusnya menjadi ajang pesta demokrasi yang benar benar jujur dan adil.

D.) Penanggulangan Kampanye Hitam


Telah banyak upaya dari lembaga pemerintah dalam mengupayakan
penanggulangan kampanye hitam. Salah satunya dalam menangani terjadinya black
campaign atau kampanye hitam melalui media sosial dalam pemilihan kepala daerah
(pilkada) serentak tahun 2018, Polda Metro Jaya membentuk tim khusus bernama
Satgas Nusantara. Hasilnya jajaran Cyber Crime Polda Metro Jaya telah menemukan
puluhan akun yang diduga melakukan black champaign dalam menghadapi pilkada
serentak 2018, khususnya di wilayah hukum Polda Metro Jaya (Kompas.com : 2018).
Polri juga menjalin kerja sama dengan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN)
serta Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk memberantas
kampanye hitam (black campaign) di media sosial. Siapa pun yang melakukan
kampanye hitam saat masa Pemilu 2019 di media sosial akan ditindak tegas oleh Polri
sesuai peraturan perundang- undangan. Selain itu, Polri juga telah menyiapkan tim
khusus yang bertugas untuk mengais seluruh konten di media sosial yang mengarah
ke black campaign dimana postingan ujaran kebencian atau provokatif dan black
campaign itu bisa dipidanakan.
Penyelenggaraan Pilpres pada masa sebelumnya juga banyak terjadi yaitu
pada PilPres 2014, dimana banyaknya akun twitter melakukan black campaign. Dan
salah satunya adalah akun @triomacan2000 yang menghina- hina salah satu calon
Presiden dan calon wapres. Hanya ada satu undang- undang yang mengatur itu, yakni
Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
(“UU ITE”). Dalam kampanye hitam di media sosial seperti Twitter dalam pertanyaan
Anda, perlu dilihat lagi apakah kampanye hitam itu memuat suatu penghinaan
dan/atau pencemaran nama baik atau tidak.
Menurut Abraham Lincoln dalam Gettysburg Address yaitu pidato politikus
yang paling sering digunakan sebagai wujud demokrasi menyatakan bahwa demokrasi
adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakkyat dan untuk rakyat atau dalam bunyi
pidatonya yaitu “government of the people, by the people, [and] for the people”.
Konsep demokrasi menurut Abraham Lincoln merupakan konsep dengan tujuan yang
sangat mulia dimana semua urusan penyelengaraan Negara semuanya dikembalikan
kepada rakyat. Namun apakah perlu ketika pelaksanaan demokrasi sendiri terdapat
ujaran ujaran yang tidak sepantasnya dan merusak nilai fair dalam pemilu sendiri.
Bila mengandung muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik
terhadap suatu pasangan capres cawapres tertentu, hal tersebut merupakan perbuatan
yang dilarang sebagaimana disebut dalam Pasal 27 ayat (3) UU ITE: “Setiap Orang
dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau
membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang
memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik”.Adapun ancaman
pidana bagi mereka yang memenuhi unsur dalam Pasal 27 ayat (3) UU ITE adalah
dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) [lihat Pasal 45 ayat (1) UU ITE].
Cara pembuktian kampanye hitam tidak dapat dilakukan dengan mudah.
Sebagai contoh, materi yang berisi fitnah dan penghinaan dilakukan dalam
komunikasi antarpribadi atau mulut ke mulut. Undang-undang dan peraturan Komisi
Pemilihan Umum (PKPU) jelas melarang ini. Selain itu dugaan kampanye hitam pun
kerap diberitakan media massa, seperti media cetak dan televisi. Jika kita mengikuti
perkembangan penanggulangan kampanye gelap dari tiap tahun sejak kemunculan
indikasi kampanye gelap, sebenarnya sudah diambil langkah preventif dari lembaga
lembaga Negara terkait termasuk Polri dan Bawaslu sendiri. Namun meskipun upaya
tersebut sudah menuai hasil tetapi kurang maksimal karena hanya berupa data dan
kurang bertindak tegas dalam mengatasi kampanye gelap. Seharusnya memang
kebebasan dalam pemilu harus dijamin namun ketika kebebasan itu untuk merugikan
orang lain ataupun melakukan kecurangan tertentu yang bersifat melanggar asas asas
pemilu maka harus ditindak secara tegas demi tegaknya demokrasi dan kehormatan
pemilu sendiri.
BAB IV

PENUTUP

A.) Kesimpulan
Berdasarkan analisis terhadap permasalahan maka dapat disimpulkan bahwa
Media massa berperan besar dan menyebar sangat pesat, sehingga memengaruhi
khalayak umum melalui tayangan- tayangannya tentang fenomena kampanye hitam
dalam pemilu. Namun demikian, khalayak umum semakin pintar untuk memilah-
milah dan menyeleksi berita dan juga sesuatu yang berkaitan dengan kampanye hitam
yang tersebar di media sosial. Kampanye hitam pada umumnya berdampak negatif
pada kontestan pasangan calon (paslon) pemilu. Namun demikian, fakta membuktikan
bahwa kadang-kadang kampanye hitam justru dapat menuai simpati, merupakan
hiburan bagi masyarakat, dan mendongkrak kepopularitasan sang kontestan pasangan
calon pemilu.
Dalam kampanye hitam di media sosial, perlu dilihat lagi apakah kampanye
hitam itu memuat suatu penghinaan dan/atau pencemaran nama baik atau tidak. Bila
mengandung muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik terhadap suatu
pasangan capres cawapres tertentu, hal tersebut merupakan perbuatan yang dilarang
sebagaimana disebut dalam Pasal 27 ayat (3) Undang-Undang Informasi dan
Transaksi Elektronuik: “Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan
dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik
dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau
pencemaran nama baik”.
Dengan demikian bahwa kampanye hitam (black campaign) itu jelas dilarang
dalam pemilu di Indonesia. Dan Lembaga yang berwenang tidak akan segan untuk
menindak pelaku yang menyebarkan kampanye hitam tersebut.
B.) Saran
Setelah kita melihat betapa mengerikannya dampak dari Kampanye Hitam
(Black Campaign) maka dari itu, hendaknya kita dapat menjauh dari hal hal yang
termasuk ke dalam Kampanye Hitam.

Kita sebagai Generasi Penerus hendaknya dapat Memilah, Memfilter, dan


Mencari Sumber Kebenaran Informasi yang kita dapat melalui Internet. Selain itu,
kita juga dapat menjadi Pelopor Generasi Muda yang Anti Kampanye Hitam.
Daftar Pustaka

Hirzi, Aziz Taufik. 2004. “Merancang Kampanye Pemilu” pada Mediator Jurnal Komunikasi,
Vol 5 No. 1, dalam https://ejournal.unisba.ac.id/index.php/mediator/article/view/1099/673
(Diakses pada 19 September 2019)

Prayogo, Bagus Edi. 2018. “Penanggulangan Kampanye Hitam sebagai Hambatan Demokrasi
di Era Disrupsi Teknologi Informasi dengan Sinergitas Bawaslu, Menkominfo, dan Tim
Cyber POLRI” pada Seminar Nasional Hukum Universitas Negeri Semarang, Vol 4 No. 3
dalam https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh/article/download/27054/11968 (Diakses
pada 19 September 2019)

Octarina, Lolly dan Kharisma Nasionalita. 2019. “Pesan Kampanye Hitam dalam Media
(Analisis Isi Kuantitatif pada Tayangan Debat Publik Pemilihan Gubernur dan Wakil
Gubernur Jawa Barat 2018)” Vol 7 No. 1 dalam Journal.uad.ac.id./article/download

Fatimah, Siti. 2018. “Kampanye sebagai Komunikasi Politik: Esensi dan Strategi dalam
Pemilu” pada Pascasarjana Universitas Diponegoro, Resolusi Vol 1 No. 1 dalam https://
media.neliti.com/publications (Diakses pada 19 September 2019)

www.kompas.com.https://nasional.kompas.com/read/2018/09/27/00312401/ cegah-
kampanye-hitam-di-media-sosial-polri-kerja-sama-dengan- bssn-dan.

www.kompas.com.https://megapolitan.kompas.com/read/2018/02/27/17085 421/usut-black-
campaign-via-medsos-polda-metro-jaya-bentuk- satgas-nusantara.

Anda mungkin juga menyukai