DISUSUN OLEH :
14020119130123
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2019
BAB I
Tahun 2019 Merupakan tahun politik yang bisa dibilang adalah yang paling penting
bagi masa depan indonesia dimana akan dilaksanakan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden.
Salah satu masalah pemilu yang kerap muncul ke permukaan adalah Black Campaign atau
kita kenal dengan istilah kampanye hitam. Pelaksanaan kampanye hitam sangat berpengaruh
dalam merubah budaya demokrasi di negara kita karena jenis kampanye ini dilakukan untuk
menjatuhkan kandidat lainnya dengan berita berita propaganda / kebohongan bohong.
Kampanye hitam sering menggunakan berita berita bohong berupa propaganda atau
populer dengan istilah Hoax yang dilontarkan oleh salah satu kubu politik ke kubu lainnya
demi menurunkan kredibelitas calon presiden atau calon wakil presiden yang diusungkan.
Seperti kita tahu dengan pesatnya teknologi informasi saat ini tentu sangat mudah bagi
oknum oknum yang ingin mencederai nilai luhur demokrasi yang diimplemetasikan ke dalam
asas asas pemilu dan juga tentu akan sangan berpengaruh ke dalam pemahaman politik di
dalam masyarakat di tahun berikutnya.
Hal ini tentu menjadi perhatian kita semua baik di dalam tahun politik ataupun saat
bukan tahun politik sekalipun, bahwa black campaign adalah suatu hal yang mencederai
demokrasi yang dibangun di negara kita. Tentu tidak hanya Bawaslu yang melaksanakan
fungsi pengawasan. Namun Bawaslu dalam hal ini dapat saja bekerja sama dengan
Menkominfo serta Tim Cyber POLRI untuk bersama sama menanggulangi adanya Hoax dan
fitnah fitnah lain yang merujuk pada salah satu kubu sehingga mencoreng pelaksanaan
demokrasi.
Hal ini diharapkan sebagai salah satu solusi dimana dari sisi pengawasan informasi
dan peredaran data di masyarakat, pengawasan pelaksanaan pemilu yang “LUBER JURDIL”
dan pengawasan pelanggaran warga negara dan pemberian rasa nyaman dalam berpolitik
yang sehat sebagai wujud pengayom masyarakat oleh POLRI menjadi satu bagian yang
penting sehingga pelaksanaan Pemilu benar-benar Khidmat. Kita harus melihat bahwa tujuan
dari pelaksanaan Pemilu sendiri adalah dari rakyat, Oleh rakyat dan untuk rakyat yang masa
sama halnya dengan demokrasi itu sendiri. Sehingga perilaku untuk memecah belah bangsa
tidak diperbolehkan dan berkonsekuensi hukum karena berkaitan dengan kelangsungan hidup
bangsa dan negara.
BAB II
PERUMUSAN MASALAH
PEMBAHASAN
a) Penghinaan
Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Bab XVI tentang
penghinaan pasal (1) yang berbunyi: “Barang siapa sengaja menyerang
kehormatan atau nama baik seseorang dengan menuduhkan sesuatu hal, yang
maksudnya terang supaya hal itu diketahui umum, diancam karena
pencemaran dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana
denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah” (hukumpidana. bphn.go.id,
diakses pada diakses pada 5 Juli 2018, pukul 19.00).
b) Memfitnah
Dalam KUHP diatur dalam pasal 311, yang menyebutkan bahwa, “Jika yang
melakukan kejahatan pencemaran atau pencemaran tertulis, dalam hal
dibolehkan untuk membutktikan bahwa apa yang dituduhkan itu benar, tidak
membuktikannya dan tuduhan dilakukan bertentangan dengan apa yang
diketahui, maka dia diancam karena melakukan fitnah, dengan pidana penjara
paling lama empat tahun” (dalam Samudra, 2011). Memfitnah yang berasal
dari kata “fitnah” yang berarti perkataan bohong atau tanpa berdasarkan
kebenaran yang disertakan dengan maksud menjelekkan orang (seperti
menodai nama baik, merugikan kehormatan orang) (KBBI, 2008:393). Dalam
hal ini memfitnah berarti menjelekkan nama orang (menodai nama baik,
merugikan kehormatan).
c) Mengadu Domba
Imam Al-Ghazali menjelaskan bahwa adu domba adalah membeberkan
sesuatu yang tidak suka untuk dibeberkan. Baik yang tidak suka adalah pihak
yang dibicarakan atau pihak yang menerima berita, maupun pihak yang
lainnya. Baik dengan ucapan, tulisan, tanda, ataupun isyarat (Al-Ghazali,
2005:166). Mengadu domba atau adu domba berarti menjadikan berselisih
(bertikai) diantara pihak yang sepaham, menarungkan (mempertarungkan,
memperlagakan) kita sama kita (KBBI, 2008:12).
d) Menghasut
Menghasut bukan berarti memaksa atau memberi perintah, namun berusaha
menggunakan kata-kata agar orang lain bergerak dengan kemauan sendiri
untuk melakukan sesuatu. Menggunakan kata-kata yang dipergunakan oleh si
penghasut dapat secara langsung disebutkan perbuatan apa yang diharapkan
untuk dilakukan oleh mereka yang dihasut. Tetapi mungkin juga perbuatan itu
tidak disebutkan tetapi dapat mudah dimengerti perbuatan apa yang
diharapkan itu (Prodjodikoro, 2008:152).
e) Menyebarkan Berita Bohong (Hoaxs)
Dalam UU ITE Pasal 28 ayat (1) disebutkan bahwa setiap orang dengan
sengaja, dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang
mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik (jdih.
kominfo.go.id, diakses pada diakses pada 15.00.)
PENUTUP
A.) Kesimpulan
Berdasarkan analisis terhadap permasalahan maka dapat disimpulkan bahwa
Media massa berperan besar dan menyebar sangat pesat, sehingga memengaruhi
khalayak umum melalui tayangan- tayangannya tentang fenomena kampanye hitam
dalam pemilu. Namun demikian, khalayak umum semakin pintar untuk memilah-
milah dan menyeleksi berita dan juga sesuatu yang berkaitan dengan kampanye hitam
yang tersebar di media sosial. Kampanye hitam pada umumnya berdampak negatif
pada kontestan pasangan calon (paslon) pemilu. Namun demikian, fakta membuktikan
bahwa kadang-kadang kampanye hitam justru dapat menuai simpati, merupakan
hiburan bagi masyarakat, dan mendongkrak kepopularitasan sang kontestan pasangan
calon pemilu.
Dalam kampanye hitam di media sosial, perlu dilihat lagi apakah kampanye
hitam itu memuat suatu penghinaan dan/atau pencemaran nama baik atau tidak. Bila
mengandung muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik terhadap suatu
pasangan capres cawapres tertentu, hal tersebut merupakan perbuatan yang dilarang
sebagaimana disebut dalam Pasal 27 ayat (3) Undang-Undang Informasi dan
Transaksi Elektronuik: “Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan
dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik
dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau
pencemaran nama baik”.
Dengan demikian bahwa kampanye hitam (black campaign) itu jelas dilarang
dalam pemilu di Indonesia. Dan Lembaga yang berwenang tidak akan segan untuk
menindak pelaku yang menyebarkan kampanye hitam tersebut.
B.) Saran
Setelah kita melihat betapa mengerikannya dampak dari Kampanye Hitam
(Black Campaign) maka dari itu, hendaknya kita dapat menjauh dari hal hal yang
termasuk ke dalam Kampanye Hitam.
Hirzi, Aziz Taufik. 2004. “Merancang Kampanye Pemilu” pada Mediator Jurnal Komunikasi,
Vol 5 No. 1, dalam https://ejournal.unisba.ac.id/index.php/mediator/article/view/1099/673
(Diakses pada 19 September 2019)
Prayogo, Bagus Edi. 2018. “Penanggulangan Kampanye Hitam sebagai Hambatan Demokrasi
di Era Disrupsi Teknologi Informasi dengan Sinergitas Bawaslu, Menkominfo, dan Tim
Cyber POLRI” pada Seminar Nasional Hukum Universitas Negeri Semarang, Vol 4 No. 3
dalam https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh/article/download/27054/11968 (Diakses
pada 19 September 2019)
Octarina, Lolly dan Kharisma Nasionalita. 2019. “Pesan Kampanye Hitam dalam Media
(Analisis Isi Kuantitatif pada Tayangan Debat Publik Pemilihan Gubernur dan Wakil
Gubernur Jawa Barat 2018)” Vol 7 No. 1 dalam Journal.uad.ac.id./article/download
Fatimah, Siti. 2018. “Kampanye sebagai Komunikasi Politik: Esensi dan Strategi dalam
Pemilu” pada Pascasarjana Universitas Diponegoro, Resolusi Vol 1 No. 1 dalam https://
media.neliti.com/publications (Diakses pada 19 September 2019)
www.kompas.com.https://nasional.kompas.com/read/2018/09/27/00312401/ cegah-
kampanye-hitam-di-media-sosial-polri-kerja-sama-dengan- bssn-dan.
www.kompas.com.https://megapolitan.kompas.com/read/2018/02/27/17085 421/usut-black-
campaign-via-medsos-polda-metro-jaya-bentuk- satgas-nusantara.