Anda di halaman 1dari 16

BAB III PUBLIC RELATIONS SEBAGAI ILMU DAN PROFESI

A. Public relations sebagai ilmu


Public relations (PR) is an applaid (PR adalah ilmu terapan ). Merskipun perusahaan
memahami prinsip prinsip aspek histori, dan teori teori untuk mengaplikasikannya di lapangan,
mereka harus menerapkan public relations terhadap kasus kasus actual. Pernyataan ini benar
bagi mereka yang baru saja lulus sarjana PR dan seorang PR professional. Sebagai bukti
kapabilitasnnya adalah keberhasilan menangani sejumlah kasus bagi para kariawan atau para
klien (center dan Jackson,2002:1)
Arus bawah praktik PR adalah hasil yang berasal dari pengempatan teori teori dan
prinsip prinsip untuk melakukan pekerjaan atau kegiatan, dengan cara menguntungkan
organisasi dan menjadikan masyarakat bagian dari organisasi (center dan Jackson,2002:1).
Berdasarkan alasan tersebut metode pembelajaran studi kasus tentang PR adalah bagian
ensensial prapraktisi pendidikan. Secara akurat studi studi kasus yang dihadapi secara rutin bagi
organisasi, para manajer dan para praktisi PR (center dan Jackson,2002;1).
Sebagai kajian ilmu, PR melahirkan berbagai teori, paradigm konsepsi PR. Sedangkan
bagi profesi,PR adalah alat atau fungsi untuk kegiatan yang bersifat praktis . PR sebagai ilmu
tentunya banyak berbicara tentang berbagai penelitian PR yang dapat menguji teori (verifikatif),
pemecahan masalah atau menemukan PR. Termasuk peran penelitian PR dalam membuat
program program yang tepat.
PR sebagai profesi, tentunya menjadi seni tersendiri yang dapat di gunakan secara
praktis ujung ujungnya PR praktis ini melahirkan profesi PR sebagai halnya profesi lainnya
pengacara, kedokteran, akuntasi public, insinyur, dan lain sebagainnya.
Joe Marconi (2004) dalam salah satu bab bukunya berjudul Public Relations The Complete
Guide, menulis “ Public Relations: Art Or Science? Selama lebih dari satu abad, lebih banyak
penjelasan PR sebagai profesi,sebuah bisnis dan sebuah proses. Banyak orang menyetujui dan
memahami bahwa PR adalah sebuah fungsi informasi, tetapi pemahaman ini sudah mulai
berakhir ( Marconi ,2004;21).
Masih banyak yang salah mengerti mengenai PR mereka menyamankan PR dengan
publisitas atau agen pers dan menggeneralisasikan PR hanya memperhatikan media saja: PR
adalah sebuah paying yang mencakup berbagai area fungsi : communication (komunikasi),
community relations (hubungan komunikasi),customer relations (hubungan pelanggan),
consumer affairs (hubungan konsumen), employee relations (hubungan karyawan),industrial
relations (hubungan industrial), internasional relations (hubungan internasional), investor
relations (hubungan modal), issue management (manajemen isu), media relations ( hubungan
media), member relations (hubungan anggota), press agency (agen pers), promotions(promosi),
publicity (publisitas), public affairs (hubungan public umum), shareholders relations (hubungan
pemegang saham), speech writing (penulis naskah pidato), dan visitor relations (hubungan
tetamu). Fungsi PR meliputi: kreasi,produksi, dan publikasi literstur (buku), penelitian laporan,
szurvei, materi audio visual, program program online, newsletter (terbitan cetak
berkala),poster,seminar atau workshop (lokakarya) (Marconi ,2004:22-23).
Selain pengertian lainnya tentang PR meningkat pada tahun 1990-an sewaktu
munculnya terminology spin (spin doctor)yang popular di lingkaran media. Spin doctor adalah
praktis PR yang dilakukan oleh para propaganda untuk mempromosikan sebuah doktrin penting
atau point of view (sudut pandang dengan mengeluarkan sebuah sejumlah biaya. Dalam
kenyataannya,spin doctor membentuk informasi kepada orang lain, baik positif maupun
negative, bergantung pada susut isu penyaji yang mewakilinya. Yang cukup membingungkan
adalah istilah atau apa yang dilakukan lobbyist. Mereka adalah para pengacara atau ahli dalam
subjek tertentu. Para lobbyist melakukan upaya persuasi dan penakanan kepada legislator
(angggota legislative atau anggota parlemen) untuk mendorong atau menolak kreasi, ekspansi
atau eliminasi isi peraturan atau hokum. Tipikal lobbyist mengacu pada apa yang dilakukan PR
sayang, hanya waktu dengar pendapat umum terminologi lobbyist digunakan sewaktu ada
rumor yang kurang beralasan untuk menekan legislator (Marconi ,2004;23).
Para anggota profesi PR melanjutkan berdebatan, apakah PR lebih baik digambarkan
sebagai (seni/profesi)atau science (ilmu). Sementara para praktisi PR lainnya yang berpikiran
pramagtis, secera sederhana menggambarkan PR sebagai pekerjaannya saja (tidak berpikir PR
sebagai seni atau sebagai ilmu). Ilmu berpikir lebih serius, membesar besarkan kepentingannya
tugas mereka untuk memperoleh penghargaan, yang dapat digunakan untuk mendapatkan
reoutasi dan status di dunia industry, dan meningkatkan pengakuan masyarakat (Marconi,
2004;25-26).
PR sebagai ilmu karena memilki persyaratan sebagai ilmu, yakni: memiliki objek material
maupun objek formal, memiliki metode, sistematis dan universal. Objek material PR adalah
manusia atau public, sedangkan objek formalnya adalah relationship (hubungan) antara
organisasi dan publicnya PR memiliki metode untuk diteliti, baik metode penelitian kuantitatif
maupun metode kualitatif. PR bersifat sistematis karena dalam suatu penelitian tahapannya
harus sistematis mulai dari latar belakang penelitian bahkan kesimpulan penelitian dan saran
penelitian.PR bersifat universal, dimana secara umum dapat dilakukan penelitian atau kajian
oleh siapa pun, yang penting sesuai dengan prosedur penelitian ilmiah.
Teori dapat menjadi sebuah pemikiran yang imajiner dan road map (pemetaan jalan)
untuk meningkatkan pemahaman berpikir secara teoritis adalah menggunakan sebuah asumsi
tentang bagaimana bergulirnya dunia dalam urutannya agar bisa memprediksi dan membuat
kesimpulan tentang apa yang terjadi. Pendekatan secara teoritis memberikan kerangka kerja
melalui berbagai pertanyaan yang muncul dan kejadian dialami peristiwa dan proses yang akan
diteliti dan dianalisis. Teori teori tentang sesuatu bervariasi dan berbeda yang didasarkan pada
asumsi asumsi yang kenyataannya berbeda. PR secara teoritis adalah sebuah pendekatan yang
didasarkan pada sejumlah asumsi yang ditawarkan dari sebuah perspektif utama (Johnston dan
Zawawi,2004: 43-44).

B. Teori Prepektif PR
Johnsto dan Zawawi (2004) dalam tulisannya mengungkapkan sejumlah prepektif teori PR:
1) agenda setting (penentuan agenda)
2) general sytem theory (teori system umum)
3) semiotics (semiotika)
4) habermas,critical theory and the nation of the public sphere (teoro krisis dan teori ruang
public dan habermas)
5) gruning’s model and ‘symmetrical debate’ (model gruning dan debat simetrik)
6) heath and ‘rhetorical theory’ (heath dan retorika)
7) the ‘relationship management’ approach (pendekatan manajemen hubungan)
8) theoretical implication of postmodernism and the internet: the future of public relations
theory (implikasi teoritis pascamodernisme dan internet: teori public relations masa
depan).

Teori teori singkat lainnya:

I. situasional theory (teori situasional)


II. opinion attitude and belief (opini,sikap dan kepercayaan)
III. audiences and media effect (khalayak dan efek media)
IV. social exchange theory (pertukaran teori social)

a. Agenda Setting Theory


Teori ini berasal dari sebuah kritik tentang bagaimana berita dipilih. Teori ini
mengemukakan hasil pemilihan dalam penonjolan atau penghilangan berita. Kendati media
berita tidak menjelaskan you what to think (apa yang dipikirkan khalayak). Mereka secara kuat
mempengaruhi what do you think about (tentang apa yang khalayak pikirkan). Sebagai catatan,
penyajian penonjolan berita yang disajikan dihalaman depan surat kabar atau mendominasi
bulletin bulletin, berita televisi dengan citra gratis, membuat berita atau lebih penting
dibandingkan berita yang lainnya, yang kurang mendapat perhatian. Agenda setting theory
menggambarkan pehatian terhadap hubungan antara media berita dan praktis PR. Teori ini
tentang konstrukasi social berita yang memberikan pemahaman tentang peranan dan kekuatan
media dalam masyarakat (Johnston dan zawawi, 2004;44-45)

b. General system theory


Teori berawal pada tahun 1930-an menjelaskan bahwa organisasi dapat digambarkan
sebagai operasi dalam salah satu system tertutup atau system terbuka. System tertutup
menunjukkan bahwa organisasi tertutup dari factor factor pengaruh eksternal jika tidak disebut
vakum. Sementara system terbuka, ada ketergantungan pada yang lain. Kenyatannya organisasi
harus berinteraksi dengan dunia sekeliling mereka dalam operasional untuk memperoleh
keberhasilan.
Teori system terbuka mengemukakan bahwa kita dapat melihat sebuah gambaran
komunikasi yang dapat membantu memetakan PR dan proses prose informasi lain sebagai
umpan balik, serta opini yamg mempengaruhi pemahaman dan hubungan. Dengan
menggunakan intelegensi oleh para strategi PR, analisis ini dapat memban tu pencarian
dimana dan bagaimana organisasi berbicara dengan dirinya dan orang lain. Serta apa yang
dibutuhkan untuk melakukan percakapan pesan.
Teori system tertutup menunjukkan komunikasi hanya berputar putar didalam
departemen yang berbeda sebuah perusahaan. Model system terbuka menunjukkan sesuatu,
tetapi lebih menanamkan adanya arus komunikasi yang relevan dari luar perusahaan, dimana
aspek aspek arus komunikasi ari luar, mencakup sejumlah kritik dari kelompok konsumen,
diskusi oleh salah satu departemen pemerintah tentang kebijkan keamanan dan kebijakan
financial atau kaji ulang tentang rancangan produk suatu perusahaan di antara produk lainnya.
Kedua teori tersebutnya membantu model arus informasi tetapi teori system tertutup
tidak menerima sejumlah factor eksternal dari sekeliling organisasi sebagai suatu opportunities
(peluang). Teori system terbuka lebih banyak memerhatikan pemantauan dan lingkup organisasi
terhadap factor factor eksternal. Teori system ini menyatakan secara tidak langsung bahwa PR
adalah proses organisasi (Johnston dan zawawi, 46-48).

c. Semiotics
Penelitian semiotika atau semiologi adalah kajian tentang signs(tanda). Dalam
pengertian ini, tanda dibentuk melaui kata kata, gambar gambar, symbol symbol atau bunyi
bunyian, yang mewakili sesuat. Sebagai contoh, busana yang anda pakai dan yang dikenakan
orang lain akan menimbulkan sebuah makna tentang bagaimana orang orang menginginkan
orang lain berpikir sesuai dengan pemikirannya.
Dengan mengutamakan sesuatu pada kertas atau kanvas, gambar dan lukisan diberi
warna dan cahaya serta dirancang untuk area gelap tertentu menyampaikan pemandangan
indahknya suasana pedesaan; efek seni modern kayu;lengking suara atau pesan pesan politik
atau mungkinan sindiran politik yang menggigit; semua ini mempersentasikan berbagai citra,
rancangan, kata kata atau bunyi bunyian. Semua ini menggambarkan keberadaan pemehaman
bahasa, yang kita simpan dalam benak kepala kita dalam menyampaikan maksud kita dengan
sengaja umtuk bertindak berdasarkan pemilikan.
Para pendukung semiotika dan semiologi memperoleh gambaran teori dari hasil kajian
sebelum abaad ke-20 oleh filsuf C.S. Peirce dan ahli bahasa Ferinand de Saussure. Mereka
mengemukakan bahwa teori ini mencakup verbal, tulisan dan bahasa bahasa visual serta kode
kode secara konstan dimanipulasi oleh pengiklan, para pembuatbfilm, para pengarang,para
perancang dan para produser media lainnya untuk menyulab pemahaman penting siapa kita
dan bagamana bekerjanya dunia. Para praktis PR secara jelas berada di antara kelompok ini.
Teori semiotika ini digunakan untuk menjelaskan bagaimana pemikiran kita dapat dimanipulasi
melalui penggunaan symbol symbol penting. Sebagai contoh, jika sebuah produk diwarnai
dengan warna emas atau kata’emas’ digunakan dalam penataan atau penggambaran ini, akan
memunculkan pemikiran bahwa produk ini mewah,tingkatan yang top, kualitas tinggi dan
sebagainnya. Hal ini meningkatkan semiotika dari public relations institute of Australia golden
target award (institute PR penghargaan target emas Australia) atau pengemasan rokok emas.
Mengingat pula pengulangan sejumlah citra periklanan tentang kesenangan, dan masalah
pemuda, yang menyampaikannya diasosiakan dengan dark (kegelapan /kemuraman), sweet
(menyenangkan), caffeinated liquid call cola (cairan kafein disebut cola atau minuman ringan.
Pendekatan semiotika tetap menjadi perhatian orang orang PR dan merancang
terhadap kesadaran negative sebagaimana orang orang mengonstruksikan harus pula pesan
pesan dan symbol symbol, semiotika harus pula mempertimbangkan konteks lintas budaya ke
budaya. Karena pemaknaan tanda bervariasi dari budaya ke budaya, semiotika adalah cara
pemaknaan yang dapat diubah dan dimanipulasi oleh kata kata metafora dan citra. Semiotika
membantu kita untuk memahami peranan persepsi dalam komunikasi dan bagaimana persepsi
ditentukan secara budaya. Semiotika juga membantu kita untuk memahami bagaimana
kekuasan dapat diciptkan dan dipelihara antara citra dan kata kata. Dalam kajian secra dan film,
semiotika sesuai untuk dikuntruksi dalam proses PR semiotika penting untuk menyadarkan
proses memeriksa etik sebagai upaya untuk memperoleh praktik komunikasi terbaik (Johnston
dan zawawi,2004;48-50).

d. Habermas, Critical Theory And Nation Of Thr Public Sphere


Teori kritis ini mulai berkembang dari kajian kajian sosiologi dan budaya. Dengan mengkritisi
bagaimana para warga Negara dipenagaruhi oleh pemikiran yang dikepung budaya kapitalis.
Para teoritikus kritis memperhatikan tentang ruang public. Para warga Negara mempersoalkan
dan mendiskusikan opini opini, kepentingan kepentingan, dan kebutuhan kebutuhan mereka
secara bebas diruang public. Habermas adalah seorang tokoh penting dalam school of thought
(lebih dikenal dengan istilah Frankfurt school atau mazhab Frankfurt). Ia mengemukakan bahwa
kualitas masyarakat sipil terpelihara jika dibebaskan untuk membentuk pikiran mereka sendiri
tentang sesuatu secara rasional . aplikasi kondisi ideal speech (pernyataan ideal);
1) Peserta diskusi secara sungguh sungguh mengiginkan tercapainya pemahaman
2) Mereka berdiskusi secara rasional, mereka mengggunakan argumen dibanding emosi
dalam diskusi mereka
3) Diskusi menghasilkan argument yang kuat, berhati hati berargumen dalam
mengemukakan opini agar terima orang lain benar atau salah. Habermas ‘critcal theory
(teori kritis habermas) mengemukakan pedoman mengenai etika pada sebuah program
PR. Apakah ruang public meliputi free comuniacation (banjirnya komunikasi) dan adanya
distorsi pendekatan komunikasi yang dimiliki sebuah kekuatan organisasi. Habermas
kadang kadang mengatakan hubungannya dengan model PR simetrik dari james E.
Gruning (Johnston dan zawawi,2004;50-52).

e. Gruning’s Model And The ‘Symmetrical Debate


Teori PR ini sangat dikenal dengan istilah pendekatan ‘four model’ yang dikaji oleh
gruning dan hunt. Mereka menjelaskan bahwa perkembangan PR sejak akhir abad ke-19 dam
mulai abad ke-20 dipraktikkan sampai sekarang. Gruning dan hunt mengemukakan 4 model
tentang PR. Model 1 press angentry; menggambarkan aktivitas orang orang yang melakukan
sesuatu agar organisasi, event (kegiatan) atau produk mereka mendapat perhatian. Model 2 ;
public information menggambarkan PR menjadi lebih sophisticated dan berkembang secara
akurat menjadi pekerja oneway public relations (PR satu arah).
Model 3; two way asyummetric menggambarkan kegiatan PR yang dua arah, yan mana
menjadi bias, menjadi propaganda dalam menggambarkan organisasi,dibandingkan dengan
respons terhadap pesan pesan dari public public. Model 4; two way symemetric model adalah
model ideal dari gruning dan hunt untuk PR. Dalam model ini public dugambarkan respek dan
memberikan sesuatu yang penting sebagai gambaran organisasi mendukung pekerjaan PR
(Johnston dan zawawi,2004;53)

f. Heath And ‘Rethorocal Theory’


Heath telah melakukan inisiatif untuk berupaya membuat perspektif utama teori
retorika melalui PR agar dapat dipahami ia berkomitmen memperjuangkan dialog retorika
sebagai proses untuk memperoleh kesimpulan dan pengaruh tindakan. Proses ini adalah a two-
way one (sebuah kesatuan dua arah). Melalui pernyataan dan bantahan pernyataan, orang
orang menguji setiap gambaran realita orang lain, nilai nilai dan memilih yang relevan untuk
produk, jasa dan kebijakan public.
Retorika seperti halnya PR kini memiliki konotasi nagatif bagi banyak orang walaupun
terminology asalnya sangat netral atau diterima sebagai cara melakukan komunikasi persuasive,
yang kemunculannya diikuti secara relative bersamaan dengan lahirnya demokrasi pada
masyarakat sipil. Heat menyebutkan bahwa retorika adalah simetrik karena setiap ide
ditempatkan dalam market place (tempat belanja) atau kebijkan public stand (arena) yang baik
keutungan pendekatan teori retorika terhadap PR adalah memperbolehkan orang orang PR
mengambil prepektif baru secara redikal pada situasi situasi tertentu (jhonston dan zawawi,
2004;56-57).

g. The ‘Relationship Management’ Approach


Teori PR lainnya berasal dari ledingham dan bunnning pada buku yang mereka sunting
berjudul On Relationship Management. Dalam kata pengantar, mereka mangatakan, kondisi
darurat hubungan manajeman sebagai sebuah paradigm bagi akademisi dan praktisi PR yang
dikenal dengan istilah esensi pertanyaan PR yakni; apa itu ada apa yang harus dikerjahkan,
menyangkut fungsi dan nilai dalam struktur organisasi dan masyarakat yang lebih besar, serta
keuntungan keuntungan yang dihasilkan tidak hanya mendukung organisasi , tetapi juga public,
komuniktas dan masyarakat, dimana organisasi itu berada, pendekatan hubungan manajemen
terhadap PR terpusat [ada dimensi atau parameter ini adalah asek aspek hubungan antara
oerganisasi yang mendukung pekerjaan PR dan target suatu proyek.
Actor actor untuk meningkatkan hubungan adalah :
1) Bagaimana kemampuan orang atau kelompok beradaptasi dalam membina hubungan
2) Bagaimana memelihara kekuatan keseimbangan hubungan
3) Apakah orang orang mencoba bertindak konstruktif
4) Apakah orang orang lebih terbuka tentang sesuatu
5) Bagaimana tingkatan komitmen setiap kelompok dalam membina hubungan
6) Bagaimana kerja sama setiap kelompok
7) Apakah kredibilitas setiap kelopmok berbeda
8) Bagaimana sinergi yang hasilnya dari membina hubungan
9) Apakah cukup intim atau dingin dalam membina hubungan
10) Berapa banyak waktu dan upaya suatu kelompok digunakan untuk membina hubungan
11) Apakah hubungan itu logis untuk setiap orang
12) Apaka setiap kelompok saling memliki tujuan
13) Apakah disana memerlukan persyaratan legalitas untuk sebuah kerja sama
14) Apakah setiap kelompok memiliki jiwa persahabatan
15) Apaka orang orang memperoleh kepuasan
16) Apakah ada penggunaan pembagian sumber daya difasilitas
17) Apakah setiap sekelompok dapat bergabung menjadi satu untuk menangani tugas yang
sama,
18) Apakah disana, keberadaan social atau ikatan organisasional atau struktur pada tempat
yang sama
19) Apakah perubahan membagi keuntungan atau saling menghindari oleh orang lain atau
sejumlah kelompok
20) Apakah setiap kelompok memahami satu sama lain dan setiap kebutuhan

Tujuan pendekatan hubungan manajemen adalah mendorong para akademisi dan praktisi untuk
menguraikan relationship (hubungan) PR terhadap bagian bgian kompone, dan untuk menemukan
sejumlah cara pengukuran setiap aspek, selayaknya pemahaman setiaap aspek ‘hubungan’
memungkinkan menganalisisnya untuk membuat kepuasan yang berbeda tentang apakah orang
melakukan hubungan didasari transaksi dan analisis lebih baik, bagaimana perubahan hubungan itu
(atau tidak berubah) sebagai hasil dari program PR (Johnston dan sawawi, 2004;58-60).

h. Theoretical Implications Of Postmodernism And The Internet; The Future Of Public Relaations
Theory
Sejumlah teori baru sebagai alternating menggambarkan PR. Holtzhausen, contohnya
sebagai penggagas prepektif posmodernisme (teori pasca modernisasi). Ia menyatakan bahwa
dalam manajemen pemikiran organisasi besar, diperlukan kritik dari orang orang PR untuk
menghadapi tantangan ide ide dominan yang mengabaikan perbedaan gambaran prepektif baru
dalam kondisi posnodernisme masyarakat. Masyarakat posnodernisme kita memaknainya
sebuah masyarakat dalam gambaran kehidupan politik, budaya, social, ekonomi dan
keberagaman masyarakat. Teori teori posmodernisme mendorong para praktisi PR untuk
mengakui sifat dasar politik dalam aktivitas mereka (PR) dan menyadari hubungan kekuatan
melekat pada praktik sehari hari, PR adalah suatu perubahan atau melawan perubahan.
Tindakan politik ini adalah wujud sehari hari menggunakan bahasa organisasional dan
simbolisme serta dipenagruhi oleh budaya organisasi dan simbolisme.
Tantangan lain kemampuan PR adalah kehadiran internet blood menyatakan bahwa
internet tidak hanya menciptakan protes global menghadapi korporasi dan organisasi dominan
lainnya, tetapi juga dengan mudah menciptakan kelas baru para pemprotes. Blood mengacu
pada microativits (para aktivis mikir). mereka menentang kapitalisme. Tantangan ini tidak hanya
datang dari aktivis mikro, tetapi juga dari organisasi besar seperti partau politik kelompok kiri
dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) Greenpeace. Para aktivis mikro inin meyakini
kampanye organisasi organisasi itu suka kompromistis dan berhianat. Sementara aktivis makro,
menolak kehadiran organisasi makro, melalui internet memungkinkan para aktivis mikro bekerja
sama dengan sejumlah kaum politik radikal memprotes world trade organization (WTO) dan
world economic forum (FEW).
Sebagai contoh mereka secara regular memprotes pertemuan organisasi dunia ini
menggunakan internet untuk mengkomunikasikan pesan mereka. Para aktivis mikro dan
kelompok penekan membuktikan penyampaian pesan melalui internet lebih cepat dan lebih
sensitive. Sekarang, perusahaan perusahaan sudah mulai memikirkan dan merencanakan sacara
serius untuk pemeliharaan dan pembentukan reputasi mereka dilingkungan media online
(Johnston dan zawawi, 2004;61-62).

i. Situationall Theory
Teori ini merupakan teori penting lainnya dalam PR yang telah dikembangkan oleh James
E.Gruning Dan Told Hunt. Teori ini mengemukakan bahwa apakah situasi orang orang
mempengaruhinya atau tidak, mereka akan memprotes atau menciba mempengaruhi opini
mereka dengar. Teori ini dapat digunakan untuk membantu organisasi mengklarifikasikan
publiknya:
1) Public yang aktif pada semua isu yang menjadi perhatian public
2) Publik yang apatis pada semua isu
3) Public yang aktif hanya pada isu isu yang melibatkan kedekatan seseorang dalam
populasi tertentu, seperti mengendarai mobil sambil mabuk atau polusi lingkungan
4) Public dengan ini tunggal, seperti para aktivis lingkungan tempat tinggalnya atau protes
‘save the whale’ (penyelamatan ikan paus).

Teori ini mengemukakan bahwa untuk dapat memprediksi bagaimana orang orang
termasuk dalam tiga kategori di atas dari sebuah penelitian sebagai tiga variable
independem, pertama, problem recognition (pengenalan masalah), yaitu apakah orang
orang mengikuti suatu masalah yang mantap, sepert global warning (pemanasan global),
dan apakah merekaa berpikir tentang itu. Kedua, constraint recognition (pengenalan
pembatasan), yaitu apakah orang orang tidak berpikir lebih jauh untuk berbuat tentang isu,
seperti pemanasan global tadi karena rumitnya politik dan ketidakmampuan untuk
memahami masalah yang rumit itu atau menuntut kekuatan politik. Ketiga, level of
involvement (tingkat keterlibatan), yatu tingkatan mereka yang dipengaruhi oleh masalah
sebagai contoh orang orang dikepulauan pasifik tidak berdusta mengakui dan merasakan
sangat terlibat dalam isu pemikiran mantap pemanasan global, mereka melihat constraints
(pembatasan) besar pada apa yang mereka lakukan tentang terminology protes terhadap
pemerintahan asing dan terjadinya polusi industry, satu implikasi situasional teori dapat
digunakan organisasi secara substansi untuk mengenali kelompok orang orang.

Menurut teori ini, tingkat pengenalan keterlibatan dan kemampuan mempengaruhi


situasi yang menentukan perilaku komunikasi aktif dan pasif orang orang. Distu apa dan
bagaimana mereka memprotes dan/ atau mengumpulkan informasi dalam memecahkan
masalah. Lebih lanjut pengembang teori ini menambahkan kognisi atau pengetahuan atau
pemahaman,sikap dan perilaku mereka adopsi untuk memecahkan masalaah. Teori ini
dapat digunakan organisasi organisasi secara subtansi intuk mengidentifikasi kelompok
orang orang yang tidak sama melakukan protes sekalipun kepentingan mereka dirugikan
karena mereka tidak merasakan mereka memiliki literacy (keterbatasan), unity (kesatuan)
atau karena mereka takut retaliation (pembalasan atau dendam) dalam pengertian politik
dan ekonomi. Situasi ini secara jelas memiliki implikasi etik ketika organisasi yang sangat
kuat berhadapan dengan kelompok kelompok yang sangat lemah atau kurang beruntung,
cervile dan mc-comas mengemukakan bagaimana kemungkinan situasi ini dibuat lebih
pantas dalam penyebarannya untuk memfasilitasietika PR (Johnstan dan zawawi,2004;62-
63).

j. Opinion, Attitude, And Blief


Kajian opini public sangat dikenal dalam penelitian politik dan pemanasan. Zaller
mengembangkan teori untuk menjelaskan bagaimana orang orang mengubah informasi dari
media masa dan para elit politik kedalam perilaku pemungutan suara. Teori ini menyebutkan
bahwa orang orang membuat pilihan opini ketika mereka berhadapan dengan isu spesifik, selain
itu orang orang membuat penggunaan ide ide lebih luas yang sangat relevan atau menonjol.
Kemudian, opini opini itu dilawan dengan argementasi yang menyakinkan. Berdasarkan
informasi dan pengalaman jangka panjang atau memang sikap yang sudah mengendap sekian
lama, individu individu kemungkinan memliki lebih dari satu sikap. Bern menyatakan sikap
dibentuk karena ada rasa suka dan tidak suka, menguntungkan dan tidak menguntungkan,
sebagai reaksi terhadap objek, orang, situasi atau aspek lainnya di dunia.
Akan tetapi, sekalipun pemikiran sikap adalah perasaaann mereka sering begantung pada
beliefs (keyakinan keyakinan), beliefs (keyakinan) dibagi dalam tiga ketegori:
1) Zero order (order nol)
2) Fist-order (orde-pertama)
3) Higher-order (orde-tinggi)

Keyakina orde nol adalah ketika anak anak kita belajar tentang sesuatu yang dirasakan
kemudian menceritakannya sebagai sesuatu yang benar. Disini, keyakinan sangat kuat.
Keyakinan orde pertama didasarkan pada keyakinan keyakinan orde-nol tetapi kita dapat
membuat imajinasi alternative terhadap mereka juga keyakinan keyakinan yang mereka
pilih. Keyakinan adalah orde-pertama berdasarkan yang tidak mempersoalkan kepercayaan
orde-nol. Keyakinan orde-tinggi berdasarkan pada suatu otoritas atau lasan alasan tertentu.
Dalam waktu tertentu.kayakina orde tinggi dapat berubah. Kita cenderung berpikir system
keyakinan memiliki kekuatan untuk semua perubahan tetapi dibandingkan yang lainnya,
beberapa keyakinan sangat sulit untuk berubah (johnstan dan zawawi, 2004;64).

k. Audiences And Media Effects


Sejumlah teori digunakan untuk mengkaji bagaimana prosess penyampaian pesan pesan
media masa kepada khalayak khalayak mereka
1) Magic bullet theory (teori peluru) yaitu pengiriman pesan pesan satu arah dari single
point origin (sumber pelaku tunggal) terhadap target khalayak yang mereka inginkan
2) Two step theory (teori komunikasi dua tahap), yaitu menggunakan para pemuka
pendapat dalam komunikasi pesan pesan media massa
3) Usesand gratifications (teori kegunaan dan kepuasaan) yaitu penggunaan media yang
berbeda pula.
Esensinya teori teori ini memiliki keterbatasan bagi khalayak untuk menerima pesan
yang diperlukan melalui pemilihan media. Edward bernays menyebutkan 3 unsur efek
media yang diaplikasikan dalam PR
a) Para praktisi PR harus mau mempelajari media secara seksama untuk
mengetahui orang orang mengembangkan gambaran pemikiran dunia mereka
b) Para praktisi PR harus memiliki pengetahuan tentang sosiologi dan antropologi
untuk mengetahui bagaimana sikap sikap dibentuk melalui struktur struktur
budaya dan social.
c) Para praktisi PR harus memiliki pengetahuan proses proses individu secara
psikologis; para praktisi PR kemudian harus dapat menyesuaikan dengan efek
maksimal (Johnston dan zawawi,2004;66).

l. Social Learning Theory


Teori ini dikenal pula dengan nama cognitive theory (teori kognitif). Teori ini
mengemukakan bahwa orang orang memodifikasi sikpa dan tindakan yang ditunjukkan oleh
orang lain. Teori ini menjelaskan bagaimana orang orang bersikap ,berperilaku serta berekreasi
yang dipengaruhi oleh orang lain. Tahun 1977 ahli psikologi kognitif, albert bandura menjelaskan
humas learning (pembelajaran manusia) untuk teori ini: pembelajaran memiliki banyak kendala,
tidak sekedar menyebutkan adanya resiko, jika orang orang tidak harus mereka sendri untuk
menginformasikan kepeda mereka apa yang dilakukan.
Untungnya, banyak sekali perilaku manusia dipelajari secara pengamatan melalui
metode dari pengamatan orang lain yang membentuk satu ide bagaimana perilaku baru
ditunjukkan dan berikutnya saat pengodean informasi memberikan pedoman bagi sebuah
tindakan. Iklan iklan dintelevisi di antaranya paling banyak membentuk kesamaan dan pervasive
(menembus atau merembes), sebagai contoh modern social learning ( pembelajaran social
modern). Iklan iklan ini menganjurkan minuman soft drink (minuman ringan mengandung soda),
menggunakan sampo menjadi penting atau lebih terkenal dari yang lainnya.
Tujuan iklan ini membentuk perilaku dan mebeli produk yang diiklankan. Kearsley
memberikan catatan tentang teori ini. (1) individu individu lebih suka mengadopsi perilaku yang
bisa menjadi panutan dan hasilnya memberikan nilai tertentu. (2) individu individu lebih suka
mengadopsi perilaku yang bisa menjadi panutan dan ada kemiripan dengan apa yang mereka
amati dan memiliki status yang menggunakan serta perilaku itu memiliki fungsi nilai tertentu
(Johnston dan zawawi,2004;66).
m. Social Exchange Theory
Teori ini mencerminkan kehidupan social sebaai sebuah pertukaran pertukaran secara
serial. Kita member dan menerima pengaruh,penghormatan, pekerjaan, barang dan jasa untuk
memperoleh ganjaran (balasan), dan kita mengeluarkan uang untuk membeli barang dan jasa
itu. Hasilnya interaksi adalah kombinasi dan mencakup biaya dan memaksimalkan ganjaran,
secara ekonomi, dan kemudian sepertinya menjadi pijakan untuk membangun rekasi dengan
seseorang terhadap hasil yang memungkinkan diterima. Ketika hasil yang diterima lebih besar,
kita lebih terlihat dan mengembangkan hubungan yang terbuka dengan seseorang itu.
Perancangan kampanye PR dengan teori ini bertujuan untuk memperoleh gambaran
dari para pemprotes (kelompok penentang), sebagai contoh,pembicaraan secara lengkap dalam
mendukung proyek pembangunan. Para karyawan saling menghormati karyawan lainnya dalam
mengembalikan perhatian mereka dan kepentingan asli mereka. Dukungan bagi bidang seni
atau dukungan terhadap kebijakan pemerintah atau pula loyalitas konsumen, kritik terhadap
teori pertukaran sosial adalah ada sejumlah fenomena sosial yang tidak bisa dijelaskan oleh
teori ini, seperti tradisi atau adat , kekuasaaan politik dan diskriminasi gender. Meskipun teori
pertukaran sosial, dapat digunakan dalam PR; pada kenyataannya banyak orang merasakan
perlunya untuk bertindak secara timbal balik dalam berhubungan dengan semua orang.
(Johnston dan zawawi, 2004;66-67).

C. Public Relation Sebagai Profesi


Public relation (PR) as profesion or art (PR sebagai profesi atau seni ) adalah sebuah
profesi bidang PR, seperti halnya doctor, pengacara, akuntan public, insyur, arsitektur, dan lain
sebagainya. Apa pun profesi yang disandangnya memerlukan keahlian tertentu.
Bagi mereka yang kini banyak yang menggeluti profesi PR dapat menekuni profesinya
sebagai public relation officer (PRO/ pejabat humas) disebuah perusahaan swasta,BUMN,
lembaga pemerintah, dan lembaga nonpemerintah (LSM), ada pula profesi PR yang berkiprah
dalam perusahaan jasa konsultan PR.
Bagi mereka yang menjalani profesi PR diperusahaan swasta, BUMN, lembaga
pemerintahan, dan LSM, menduduki posisi dalam divisi atau departemen PR dengan posisi
manager, general manager, kepala biro atau kepala bagian, di PT Telkom, tbk, dan PT astra
internasional untuk jabatan PR-nya adalah vicepresident dorector of coporate communication
(wakil direktur utama bidang komunikaasi dan PR sedangkan di lembaga pemerintahan
jabatannya PR-nya adalah kepala biro humas (tingkatan kementrian), kepala bagian humas
(tingkatan provinsi, kota dan kabupaten).
Profesi PR diperusahaan swasta,BUMN, LSM, tentunya memiliki tugas utana untuk
kegiatan yang berhubungan dengan public internal dan public eksternal, dengan tetap
memelihara citra dan reputasi perusahaan, produk atau jasa, dalam dunia PR disebut company
image and reputation image and reputation product image/ brand image.
Kiprah profesi PR di perusahaan konsultan PR jabatan tertingginya disebut presiden
direktur, direktur utama atau direktur saja. Para konsultan PR ini pekerjaan utamanya adalah
mengerjakan proyekvPR dank lien (perusahaan swasta, BUMN, dan lembaga pemerintah).
Biasanya pemberian proyek untuk PR konsultan itu dalam bentuk event organizer, penelitian ,
pelatihan, dan konsultan sebagai ahli atau narasumber tentang permaslahan PR gedung putih,
juga menyawa beberapa perusahaan konsultan PR (swasta) untuk menangani kampanye
pemilihan presiden dan program program pemerintah dan kepresidenan setelah presiden itu
terpilih.
Profesi PR konsultan ini tentunya memerlukan jiwa entrepreneurship PR (wirausaha PR)
untuk dapat memperoleh dan menyakinkan klien bahwa perusahaan jasa dapat menyelesaikan
berbagai masalah perusahaan ,BUMN, lembaga pemerintah yang terkait dengan citra dan
reputasi, perusahaan jasa PR ini sebagai outsourcing (peggunaan pekerja lepas) bagi kliennya.
Di era image war (perang citra) ini, segi gaji sebagai PR diperusahaan/lembaga atau
penghasilan sebagai konsultanprofesi PR sangat menjajikan. Semua perusahaan atau lembaga
yang ada sekarang ininberlomba lomba selain unggul dalam selling product, mereka juga harus
tetap melakukan image and reputation bulding (membentuk, meningkatkan dan memelihara
citra dan reputasi).
Seorang pakar PR dar inggir , frank jefkins dalam sejumlah bukunya menulis
persyaratan atau kualitas dasar untuk menjalani profesi PR dalam suatu perusahaan /lembaga
atau sebgai konsultan PR, yakni:
1. Kemampuan komunikasi (ability to communication). Hal ini tidak bisa ditawar tawar
lagi, seperti halnya dalam komunikasi lisan, seorang PRO harus mampu berbicara di
depan public (public speaking) presentasi, wawancara, pers dan konfferensi pers. Dalam
komunikasi tulisan,ia harus mampu mennulis new release (siaran pers yang dibuat PRO),
menulis naskah pidato (speech writing) untuk pimpinan, artikel opini, feature, tulisan
profil untuk media umum/pers (commercial prees) ata media sendiri/
perusahann/lembaga (house jornal/private publication), merancang edvertorial/
pariwara, menulis lapporan tahunan, menulis profil tahunan, dan sebagainnya.

2. Kemampuan manajerial (ablility to organize). Seorang PR itu harus memiliki jiwa


kepemimpinan /leadership), bagaimana mengerakkan orang orang untuk mengelolah
sebuah kegiatan PR dan perusahaan. Ia harus member contoh baik yang dapat ditiru
oleh anak buah. Bentuk kegiatan PR yang membutuhkan keterampilan menejerial ini
antara lain: kegiatan atau kegiatan khusus (event atau secial event), kampanye
kampanye PR dan perusahaan (campaigns), dan program program PR, (program).
Events, yaitu kegiatan PR dalam kerangka terbatas, kapan mulai dan berakhir sangat
jelas, ditujukan untuk satu atau beberapa public terpilih. Campaigns, yaitu kegiatan PR
yang hamper sama dengan event, namun waktunya lebih panjang dan dapat berdiri dari
bebrbagai event. Programs, kegiatan PR yang terdiri berbgai events, biasanya tidak
punya batas waktu yang jelas kapan berakhirnya karena dilakukan secara
berkesinambungan. Kegiatan PR yang lebih spesifik antara lain: seminar lokakarya,
talkshow, open house,wawancara pers, koferensi pers, pelucuran produk baru, milad
(ulang tahun) perusahaan, tamu pelanggan, tanggung jawab, sosial perusahaan (CSR),
community development (comdev), community relations (comrel), bazaar (penjualan
sembako dan bahan pangan murah menjelan idul fitri dan lebaran.)
3. Kemampuan memperlluas jaringan (ability to get on with people). Seorang pejabat PR
dituntut untuk bisa mebina hubungan baik secara formal maupun personal dengan
public pers/media dengan tetap menjaga jarak untuk integritas profesi masing masing
selain harus mengenal wartawan yang suka meliputi berita diperusahaan tempat
pejabat PR tersebut bekerja, sebaiknya ia mengenal juga editor atau redekturnya. Kalau
perlu sampai pemimpin redaksinya. Beberapa perusahaann hampir setiap bulan
ramadhan atau puasa sering mengundang para pemimpin redaksi untuk bersilaturahmi
dan berbuka bersama. Bahkan, perusahaan otomotif yang berkeliling diberbagai kota
besar untuk berbuka puasa bersma dengan seluruh wartawan dan tokoh pers di kota
yang dikunjunginya itu, sperti bandung, bogor, dan Jakarta. Kemampuan memperluas
jaringan ini tidak hanya kepada public pers tetapi juga kepada pemerintah yakni para
birokrat kunci yang memiliki kewenangan dalam mengambil keputusan. Tidak hanya
kenal dekat dengan kepala humas selmbaga pemerintah, tetapi juga kalau
memungkinkan bisa kenal secara personal kepada menteri, gubernur, bupati, dan
walikota.

4. Integritas personal (personality integrity). Agar tetap memiliki kredibilitas tinggi pejabat
PR harus berpegang pada kejujuran dan berjiwa professional. Secara etika, seorang
pejabat PR tidak boleh berbohong kepada siapa pun, termasuk public yang terkait
dengan perusahaan atau lembaga misalnya seorang pejabat PR tidak mengungkap
berita bohong kepada public pers.seperti pepatah yang cukup terkenal ‘’(sekali lancing
keujian, seumur hidup orang tak percaya lagi). Habislah karir seorang PR jika dia tidak
jujur. Selain bersikap dan berperilaku jujur, seorang pejabat PR harus propesional.
Pengertian seorang professional adalah seseorang yang memiliki keahlian,dan dari
keahliannya itu memperoleh penghasilan. Lawan kata professional adalah amatir
(memiliki keahlian tp tidak untuk memperoleh penghasilan, hanya sekedar hobi atau
pengabdian saja,bahasa informal lainnya adalah “proyek thank you.”)

5. Banyak ide dan kreatif ( Imagination). Pejabat PR dituntut untuk banyak idedan kreatif
memunculkan berbagai inovasi (pembaharuan) dalam bidang PR . selalu memiliki ide ide
baru untuk membentuk, meningkatkan dan memelihara citra dan reputasi
perusahaan/lembaga. Kegiatan PR-nya tidak menonton,sangat variatif,tidak
membosankan. Inovasi ini lahir karena seseorang pejabat PR banyak ide. Seorang
pejabat PRpun harus bisa mencari jalan keluar secara kreatif bila perusahaan atau
lembaga menghadapi masalah atau krisis, seperti pemogokan karyawan,pemberitaan
media yang menyudutkan perusahaan (bad news is good news, sementara pejabat PR
inginnya: (good news is good news), pencemaran limbah, produk makanan tercemar.
Sebuah produk bumbu penyedap disinyilir mengadung minyak babi, sementara
konsumen di Indonesia mayoritas muslim, yang mengharam memakan daging babi atau
yang berkaitan dengan babi. Disinilah seorang opejabat PR dituntut kreatif untuk
melakukan pemulihan citra ( recofery imag ) akibat krisis yang dialami perusahaan atau
lembaga. Presiden megawati soekarno putrid pernah melakukan pemulihan citra Negara
Indonesia. Ketika terjadi kasus bom Bali dan bom Jakarta, pemerintah Negara Eropa dan
Amerika menerapkan travel warning dengan melarang warganya untuk berwisata ke
Bali dan daerah lainnya di Indonesia. Dari perspektif PR, untuk melakukan pemulihan
citra, presiden melakukan tahun baruan di Bali. Kegiatan tersebut diliput oleh media
local, nasional dan asing. Media itu memberitakan bahwa Bali aman. Akhirnya para
wisatawan manca Negara kedatangankembali ke Bali dan daerah lain di Indonesia
karena presiden melakukan pemulihan citra bahwa jangna takut, di Indonesia sudah
tidak ada kasus bom.

D. Etika profesi public relations (PR)


Terminology profesi PR semakin hari semakin familir dan mendapat tempat dsalam
kegiatan ekonomi dan bisnis modern. Banyak perusahaan penghasil produk atau jasa merasakan
beta pentingnya membentuk divisi PR di perusahaan mereka untuk memperoleh citra positif
dan merebut dukungan public dalam upaya mengembangkan usaha mereka. Dengan kondisi
yang sangat kompetitif saat ini, agar mereka tetap mampu bersaing dan berkembang terus,
bidang PR berupaya merebut dukungan public melalui program programnya (spemirat dan
ardianto, 2008;121).
Ivy leedbetter telah memikirkkan dan mepraktikkan PR secara konsepsional ia berhasil
mengembangkan pr yang oleh para cendekiawan PR dimulai pada tahun 1906, pada waktu
industry batu bara dinegara “paham sam” itu mengalami kesulitan akibat pemogokan buruh.
Ketika itu lee sebagai seorang wartawan surat kabar. Timbulnya pemogokan para pekerja yang
mengancam kelumpuhan industry batubara itu menyebabkan munculnya gagasan lee untuh
menengahi bagi keuntungan kedua bela pihak, yakni para industriawan dan para pekerja.
Gagasan lvy lee itu ditawarkan kepada pimpinan industry batu bara dengan persyaratan sebagai
berikut: (1) ia diberi kedudukan dalam manajemen puncak, (2) ia diberi wewenang penuh untuk
menyebakan semua informasi actual yang patut diketahui rakyat. Persyaratan lvy lee waktu itu
cenderung evalusioner karena ketika itu orang bergerak dalam bidang komunikasi dan informasi
tidak berada dalam struktur top mamajemet begitu pun fakta kepada public suatu yang tak
lazim, aneh atau unik.
Pekerjaan seorang PR yang dilakukan ivy lee menamakannnya declaration of principles
(deklarasi asas asas) yang pada hakikatnya keberadaan public tidak bisa apa apa oleh pers.
Dengan sikap jujur, ivy lee telah membuka tabir perusahaan besar dalam hubungannya dengan
masyarakat. Lee telah berhasil menciptakan gagasan baru untuk mengatasi pemogokan di
pabrik pabrik besar dan gagasan baru untuk membina hubngan dengan pers.
Keberhasilan lvy lee sebgai PR, kemudian mendapat tawaran dari Pennsylvania railroad
company untuk mengatasi kesulitan sehubungan dengan terjadinya musibah kecelakann pada
jaringan utama perusahaan kereta api tersebut. Setelah bernegoisasi dengan pihak direksi, ivy
lee mengubah cara pengungkapan faktanya. Penanganan manajemen krisis kecelakaan kereta
api telah memberikan kepuasan kepada kedua belah pihak, baik perusahaan maupun pers.
Peristiwa itu menjadi berita yang mennyenangkan bagi perusahaan yang tak pernah dialaminya,
begitu pun wartawan puas dapat menggali informasi dengan akurat dan lengkap, serta
wartawan diberi fasilitas yang diperlukan dalam memburu berita tersebut. Berita yang muncul
menjadi lebih akurat dan obyektif dan public pun merasa puas dengan kajian berita yang
lengkap.
Menurut Edward l. bernays, profesi atau professionalism PR bargantung pada listensi
dan registrasi yang mempersiapkan sertifikasi dan akreditasi perguruan tinggi, yang efektif
untuk memberantas para praktisi yang tidak kompeten, tidak berpendidikan PR yang memadai
dan tidak bertanggung jawab (diadaptasi dari purbaninggrum, 1998;105-113.)

 Jenis jenis profesi


Dalam melaksanakan peran dan kegiatan utamanya, pengetahuan dan keahlian yang
dimiliki oleh para professional tidak lepas dari etika profesi sebagai standar moral. Etika profesi,
yaitu tindakan etis sesuai dengan pedoman dalam berperilaku atau bertindak sebagai
professional dalam mengambil keputusan, dan prosedur apa yang dilakukannya secara objektif
serta dapat dipertanggung jawabkan. Disamping harus memliki keahlian kemampuan atau
keterampilan tinggi, yang bersangkutan dituntut berperilaku baik mempunyai budi luhur atau
akhlaqul karimah (berperilaku mulia) (ruslan,2001;47).
Lebih jauh ruslan (2001) mengatakan, pada praktiknya dikenal dua jenis profesi. (1)
profesi khusus ialah para professional yang melaksankan proffesi secara khusus untuk
mendapatkan nafkah atau penghasilan tertentu sebagai tujuan pokoknya. Misalnya,
profesidibidang ekonomi, politik, hokum,kedokteran,pendidikan, teknik, humas, (PR) dan
sebagai jasa konsultan.(2) profesi luhur ialah para professional yang melaksanakn profesinya
tidak lagi untuk mendapatkan nafkah sebagai tujuan utamanya, tetapi sudah berupa dedikasi
atau sebagai jiwa pengabdiannya semata. Misalnya, profesi di bidang keagamaan, pendidikan,
sosial, budaya, dan seni.
Seorang professional adalah seorang yang hidup dengan memperhatikan suatu keahlian
tertentu atau terlibat dalam suatu kegiatan tertentu yang menuntu keahlian dan keterampilan
tinggi, atau hanya sekedar hobi, untuk bersenag senang dan bekerja untuk mengisi waktu
luangnya.
Untuk menjadi seorang professional harus memiliki cirri cirri khusus yang melekat pada
profesi yang ditekuninya. Khususnya professional PR secara umum meiliki cirri cirri sebagai
berikut:
1. Memiliki kemapuan, pengetahuan tinggi yang tidak dimiliki orang pada umumnya,
apakah itu diperoleh dari hasil pendidikan atau pelatihan dan ditambah dngan
pengalaman selama bertahn tahun yang telah ditempuh secara professional.
2. Mempunyai kode etik dan merupakan standar moral bagi setia profesi yang dituangkan
secara formal tertulis dan normative dalam sutu bentuk aturan main, dan perilaku
kedalam “kode etik” yang merupakan standar atau komitmen moral kode perilaku (code
of conduct) dalam pelaksanaan tugas dan kewajiban selaku by profession dan by
function yang memberikan jaminan dan peoman bagi profesi yang bersangkutan untuk
tetap taat dan mematuhi kode etik tersebut.
3. Memiliki tanggung jawab profesi dan integritas pribadi yang tinggi baik terhadap dirinya
sendri sebagai penyadang profesi PR maupun terhadap public, klien, pemimpin
organisasi perusahaan, penggunaan media umum/ massa dan menjaga martabat serta
nama baik bangsa dan negaranya.
4. Memiliki jiwa pengabdian kepada public atau masyarakat. Dalam mengambil keputusan
meletakkan kepentingan pribadi demi kepentingan masyarakat, bangsa dan Negara
memiliki jiwa pengabdan dan semangat tinggi tanpa pamrih dalam memberikan
pelayanan jasa keahlian dan bantuan kepada pihak lain yang memang
membutuhkannya.
5. Otonomisasi organisasi professional, yaitu memiliki kemampuan untuk mengelola
organisasi PR, yang mempunyai kemampuan dalam perencanaan program kerja jelas,
strategis, mandiri dan tidak bergantung pada pihak lain serta dapat bekerja sama
dengan pihak pihak terkait, dan fungsinya. Disamping memiliki standard an etos kerja
professional tinggi.
6. Menjadi anggota salah satu organisasi profesi sebagai wadah untuk menjaga
eksistensinya, mempertahankan kehormatan dan menertibkan perilaku standar profesi
sebagai to;ak ukur agar tidak dilanggar. Selain sebgai tempat berkumpul, sebgai tempat
saling tukar menukar informasi, pengetahuan dan pembangunan rasa solidaritas.

Tanamkan dalam diri anda hasrat atau kemampuan yang kuat untuk menjalankan
bidang profesi PR ini. Tanpa motivasi yang kuat, kecil kemungkinan anda menjadi PR
professional.

Anda mungkin juga menyukai