B. Teori Prepektif PR
Johnsto dan Zawawi (2004) dalam tulisannya mengungkapkan sejumlah prepektif teori PR:
1) agenda setting (penentuan agenda)
2) general sytem theory (teori system umum)
3) semiotics (semiotika)
4) habermas,critical theory and the nation of the public sphere (teoro krisis dan teori ruang
public dan habermas)
5) gruning’s model and ‘symmetrical debate’ (model gruning dan debat simetrik)
6) heath and ‘rhetorical theory’ (heath dan retorika)
7) the ‘relationship management’ approach (pendekatan manajemen hubungan)
8) theoretical implication of postmodernism and the internet: the future of public relations
theory (implikasi teoritis pascamodernisme dan internet: teori public relations masa
depan).
c. Semiotics
Penelitian semiotika atau semiologi adalah kajian tentang signs(tanda). Dalam
pengertian ini, tanda dibentuk melaui kata kata, gambar gambar, symbol symbol atau bunyi
bunyian, yang mewakili sesuat. Sebagai contoh, busana yang anda pakai dan yang dikenakan
orang lain akan menimbulkan sebuah makna tentang bagaimana orang orang menginginkan
orang lain berpikir sesuai dengan pemikirannya.
Dengan mengutamakan sesuatu pada kertas atau kanvas, gambar dan lukisan diberi
warna dan cahaya serta dirancang untuk area gelap tertentu menyampaikan pemandangan
indahknya suasana pedesaan; efek seni modern kayu;lengking suara atau pesan pesan politik
atau mungkinan sindiran politik yang menggigit; semua ini mempersentasikan berbagai citra,
rancangan, kata kata atau bunyi bunyian. Semua ini menggambarkan keberadaan pemehaman
bahasa, yang kita simpan dalam benak kepala kita dalam menyampaikan maksud kita dengan
sengaja umtuk bertindak berdasarkan pemilikan.
Para pendukung semiotika dan semiologi memperoleh gambaran teori dari hasil kajian
sebelum abaad ke-20 oleh filsuf C.S. Peirce dan ahli bahasa Ferinand de Saussure. Mereka
mengemukakan bahwa teori ini mencakup verbal, tulisan dan bahasa bahasa visual serta kode
kode secara konstan dimanipulasi oleh pengiklan, para pembuatbfilm, para pengarang,para
perancang dan para produser media lainnya untuk menyulab pemahaman penting siapa kita
dan bagamana bekerjanya dunia. Para praktis PR secara jelas berada di antara kelompok ini.
Teori semiotika ini digunakan untuk menjelaskan bagaimana pemikiran kita dapat dimanipulasi
melalui penggunaan symbol symbol penting. Sebagai contoh, jika sebuah produk diwarnai
dengan warna emas atau kata’emas’ digunakan dalam penataan atau penggambaran ini, akan
memunculkan pemikiran bahwa produk ini mewah,tingkatan yang top, kualitas tinggi dan
sebagainnya. Hal ini meningkatkan semiotika dari public relations institute of Australia golden
target award (institute PR penghargaan target emas Australia) atau pengemasan rokok emas.
Mengingat pula pengulangan sejumlah citra periklanan tentang kesenangan, dan masalah
pemuda, yang menyampaikannya diasosiakan dengan dark (kegelapan /kemuraman), sweet
(menyenangkan), caffeinated liquid call cola (cairan kafein disebut cola atau minuman ringan.
Pendekatan semiotika tetap menjadi perhatian orang orang PR dan merancang
terhadap kesadaran negative sebagaimana orang orang mengonstruksikan harus pula pesan
pesan dan symbol symbol, semiotika harus pula mempertimbangkan konteks lintas budaya ke
budaya. Karena pemaknaan tanda bervariasi dari budaya ke budaya, semiotika adalah cara
pemaknaan yang dapat diubah dan dimanipulasi oleh kata kata metafora dan citra. Semiotika
membantu kita untuk memahami peranan persepsi dalam komunikasi dan bagaimana persepsi
ditentukan secara budaya. Semiotika juga membantu kita untuk memahami bagaimana
kekuasan dapat diciptkan dan dipelihara antara citra dan kata kata. Dalam kajian secra dan film,
semiotika sesuai untuk dikuntruksi dalam proses PR semiotika penting untuk menyadarkan
proses memeriksa etik sebagai upaya untuk memperoleh praktik komunikasi terbaik (Johnston
dan zawawi,2004;48-50).
Tujuan pendekatan hubungan manajemen adalah mendorong para akademisi dan praktisi untuk
menguraikan relationship (hubungan) PR terhadap bagian bgian kompone, dan untuk menemukan
sejumlah cara pengukuran setiap aspek, selayaknya pemahaman setiaap aspek ‘hubungan’
memungkinkan menganalisisnya untuk membuat kepuasan yang berbeda tentang apakah orang
melakukan hubungan didasari transaksi dan analisis lebih baik, bagaimana perubahan hubungan itu
(atau tidak berubah) sebagai hasil dari program PR (Johnston dan sawawi, 2004;58-60).
h. Theoretical Implications Of Postmodernism And The Internet; The Future Of Public Relaations
Theory
Sejumlah teori baru sebagai alternating menggambarkan PR. Holtzhausen, contohnya
sebagai penggagas prepektif posmodernisme (teori pasca modernisasi). Ia menyatakan bahwa
dalam manajemen pemikiran organisasi besar, diperlukan kritik dari orang orang PR untuk
menghadapi tantangan ide ide dominan yang mengabaikan perbedaan gambaran prepektif baru
dalam kondisi posnodernisme masyarakat. Masyarakat posnodernisme kita memaknainya
sebuah masyarakat dalam gambaran kehidupan politik, budaya, social, ekonomi dan
keberagaman masyarakat. Teori teori posmodernisme mendorong para praktisi PR untuk
mengakui sifat dasar politik dalam aktivitas mereka (PR) dan menyadari hubungan kekuatan
melekat pada praktik sehari hari, PR adalah suatu perubahan atau melawan perubahan.
Tindakan politik ini adalah wujud sehari hari menggunakan bahasa organisasional dan
simbolisme serta dipenagruhi oleh budaya organisasi dan simbolisme.
Tantangan lain kemampuan PR adalah kehadiran internet blood menyatakan bahwa
internet tidak hanya menciptakan protes global menghadapi korporasi dan organisasi dominan
lainnya, tetapi juga dengan mudah menciptakan kelas baru para pemprotes. Blood mengacu
pada microativits (para aktivis mikir). mereka menentang kapitalisme. Tantangan ini tidak hanya
datang dari aktivis mikro, tetapi juga dari organisasi besar seperti partau politik kelompok kiri
dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) Greenpeace. Para aktivis mikro inin meyakini
kampanye organisasi organisasi itu suka kompromistis dan berhianat. Sementara aktivis makro,
menolak kehadiran organisasi makro, melalui internet memungkinkan para aktivis mikro bekerja
sama dengan sejumlah kaum politik radikal memprotes world trade organization (WTO) dan
world economic forum (FEW).
Sebagai contoh mereka secara regular memprotes pertemuan organisasi dunia ini
menggunakan internet untuk mengkomunikasikan pesan mereka. Para aktivis mikro dan
kelompok penekan membuktikan penyampaian pesan melalui internet lebih cepat dan lebih
sensitive. Sekarang, perusahaan perusahaan sudah mulai memikirkan dan merencanakan sacara
serius untuk pemeliharaan dan pembentukan reputasi mereka dilingkungan media online
(Johnston dan zawawi, 2004;61-62).
i. Situationall Theory
Teori ini merupakan teori penting lainnya dalam PR yang telah dikembangkan oleh James
E.Gruning Dan Told Hunt. Teori ini mengemukakan bahwa apakah situasi orang orang
mempengaruhinya atau tidak, mereka akan memprotes atau menciba mempengaruhi opini
mereka dengar. Teori ini dapat digunakan untuk membantu organisasi mengklarifikasikan
publiknya:
1) Public yang aktif pada semua isu yang menjadi perhatian public
2) Publik yang apatis pada semua isu
3) Public yang aktif hanya pada isu isu yang melibatkan kedekatan seseorang dalam
populasi tertentu, seperti mengendarai mobil sambil mabuk atau polusi lingkungan
4) Public dengan ini tunggal, seperti para aktivis lingkungan tempat tinggalnya atau protes
‘save the whale’ (penyelamatan ikan paus).
Teori ini mengemukakan bahwa untuk dapat memprediksi bagaimana orang orang
termasuk dalam tiga kategori di atas dari sebuah penelitian sebagai tiga variable
independem, pertama, problem recognition (pengenalan masalah), yaitu apakah orang
orang mengikuti suatu masalah yang mantap, sepert global warning (pemanasan global),
dan apakah merekaa berpikir tentang itu. Kedua, constraint recognition (pengenalan
pembatasan), yaitu apakah orang orang tidak berpikir lebih jauh untuk berbuat tentang isu,
seperti pemanasan global tadi karena rumitnya politik dan ketidakmampuan untuk
memahami masalah yang rumit itu atau menuntut kekuatan politik. Ketiga, level of
involvement (tingkat keterlibatan), yatu tingkatan mereka yang dipengaruhi oleh masalah
sebagai contoh orang orang dikepulauan pasifik tidak berdusta mengakui dan merasakan
sangat terlibat dalam isu pemikiran mantap pemanasan global, mereka melihat constraints
(pembatasan) besar pada apa yang mereka lakukan tentang terminology protes terhadap
pemerintahan asing dan terjadinya polusi industry, satu implikasi situasional teori dapat
digunakan organisasi secara substansi untuk mengenali kelompok orang orang.
Keyakina orde nol adalah ketika anak anak kita belajar tentang sesuatu yang dirasakan
kemudian menceritakannya sebagai sesuatu yang benar. Disini, keyakinan sangat kuat.
Keyakinan orde pertama didasarkan pada keyakinan keyakinan orde-nol tetapi kita dapat
membuat imajinasi alternative terhadap mereka juga keyakinan keyakinan yang mereka
pilih. Keyakinan adalah orde-pertama berdasarkan yang tidak mempersoalkan kepercayaan
orde-nol. Keyakinan orde-tinggi berdasarkan pada suatu otoritas atau lasan alasan tertentu.
Dalam waktu tertentu.kayakina orde tinggi dapat berubah. Kita cenderung berpikir system
keyakinan memiliki kekuatan untuk semua perubahan tetapi dibandingkan yang lainnya,
beberapa keyakinan sangat sulit untuk berubah (johnstan dan zawawi, 2004;64).
4. Integritas personal (personality integrity). Agar tetap memiliki kredibilitas tinggi pejabat
PR harus berpegang pada kejujuran dan berjiwa professional. Secara etika, seorang
pejabat PR tidak boleh berbohong kepada siapa pun, termasuk public yang terkait
dengan perusahaan atau lembaga misalnya seorang pejabat PR tidak mengungkap
berita bohong kepada public pers.seperti pepatah yang cukup terkenal ‘’(sekali lancing
keujian, seumur hidup orang tak percaya lagi). Habislah karir seorang PR jika dia tidak
jujur. Selain bersikap dan berperilaku jujur, seorang pejabat PR harus propesional.
Pengertian seorang professional adalah seseorang yang memiliki keahlian,dan dari
keahliannya itu memperoleh penghasilan. Lawan kata professional adalah amatir
(memiliki keahlian tp tidak untuk memperoleh penghasilan, hanya sekedar hobi atau
pengabdian saja,bahasa informal lainnya adalah “proyek thank you.”)
5. Banyak ide dan kreatif ( Imagination). Pejabat PR dituntut untuk banyak idedan kreatif
memunculkan berbagai inovasi (pembaharuan) dalam bidang PR . selalu memiliki ide ide
baru untuk membentuk, meningkatkan dan memelihara citra dan reputasi
perusahaan/lembaga. Kegiatan PR-nya tidak menonton,sangat variatif,tidak
membosankan. Inovasi ini lahir karena seseorang pejabat PR banyak ide. Seorang
pejabat PRpun harus bisa mencari jalan keluar secara kreatif bila perusahaan atau
lembaga menghadapi masalah atau krisis, seperti pemogokan karyawan,pemberitaan
media yang menyudutkan perusahaan (bad news is good news, sementara pejabat PR
inginnya: (good news is good news), pencemaran limbah, produk makanan tercemar.
Sebuah produk bumbu penyedap disinyilir mengadung minyak babi, sementara
konsumen di Indonesia mayoritas muslim, yang mengharam memakan daging babi atau
yang berkaitan dengan babi. Disinilah seorang opejabat PR dituntut kreatif untuk
melakukan pemulihan citra ( recofery imag ) akibat krisis yang dialami perusahaan atau
lembaga. Presiden megawati soekarno putrid pernah melakukan pemulihan citra Negara
Indonesia. Ketika terjadi kasus bom Bali dan bom Jakarta, pemerintah Negara Eropa dan
Amerika menerapkan travel warning dengan melarang warganya untuk berwisata ke
Bali dan daerah lainnya di Indonesia. Dari perspektif PR, untuk melakukan pemulihan
citra, presiden melakukan tahun baruan di Bali. Kegiatan tersebut diliput oleh media
local, nasional dan asing. Media itu memberitakan bahwa Bali aman. Akhirnya para
wisatawan manca Negara kedatangankembali ke Bali dan daerah lain di Indonesia
karena presiden melakukan pemulihan citra bahwa jangna takut, di Indonesia sudah
tidak ada kasus bom.
Tanamkan dalam diri anda hasrat atau kemampuan yang kuat untuk menjalankan
bidang profesi PR ini. Tanpa motivasi yang kuat, kecil kemungkinan anda menjadi PR
professional.