Anda di halaman 1dari 9

SERI FILSAFAT ATMA JAYA: 25

TELAAH ANALITIS, DINAMIS, DAN DIALEKTIS

i
SERI FILSAFAT ATMA JAYA: 25

TELAAH ANALITIS, DINAMIS, DAN DIALEKTIS

MIKHAEL DUA

Penerbit Ledalero
Maumere 2007

II iii
Seri Filsafat Atma Jaya: 25

FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN


Telaah Analitis, Dinamis, dan Dialektis
Penulis: Mikhael Dua
Desain Sampul: Ong Hari Wahyu
Tata letak: Arif Nr

Hak cipta dilindungi undang-undang.


KATA PENGANTAR
Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit Ledalero
Cetakan I, Mei 2007.

Penerbit Ledalero
Seminari Tinggi Ledalero
Maumere 86152

P
Tel. (0382) 22898, Fax. (0382) 22898
e-mail: penerbitledalero@yahoo.com ertanyaan lama yang sering menjadi perhatian besar
www.penerbitledalero.org
perguruan tinggi kita dewasa ini adalah: Bagaimana
Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) ia dapat mempertahankan visi mencerdaskan
Mikhael Dua kehidupan bangsa dalam era pragmatisme global yang
FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN berorientasi pada kepentingan pasar?
Telaah Analitis, Dinamis, dan Dialektis
Usia perguruan tinggi di Indonesia belum begitu tua.
Cet. I - Maumere: Penerbit Ledalero, 2007, xvi+ 308 hlm, 140 x 210 mm.
Setelah kemerdekaan tahun 1945 para perintis pendidikan
ISBN: 979-9447-26-7 tinggi di Indonesia memandang agenda utama pendidikan
tinggi sebagai education of mind. Pendidikan dimaknai sebagai
suatu usaha membentuk manusia seutuhnya, yang otonom,
1. Filsafat, I. Judul.
II. Mikhael Dua yang kritis, dan berwawasan kemanusiaan. Tokoh
pendidikan seperti Ki Hadjar Dewantara mendorong agar
pemikiran pendidikan kemanusiaan ini menjadi visi dasar
Dicetak oleh:
dari pendidikan tinggi di Indonesia. Dan humaniora telah
Titian Galang Printika
Jl. Madukismo, Bugisan Selatan No. 15 A, Yogyakarta 55181 dilihat sebagai mata kuliah penting dalam rangka education of
Telp/Fax. (0274) 387928; e-mail: galang_printika2005@yahoo.com mind tersebut.
Namun pragmatisme pasar telah mereduksi visi education
of mind ke dalam pengetahuan ilmiah. Psikologi dan sosiologi

IV v
misalnya dapat dilihat sebagai alternatif bagi humaniora. Kopernikus telah berhasil menarik perhatian dunia
Tujuannya agar mahasiswa dapat mengenal dirinya sendiri astronomi untuk meninggalkan pemikiran Aristoteles dan
dan masyarakat di sekitarnya. Di beberapa universitas, Ptolemeus, yang menempatkan bumi sebagai pusat kosmos,
bahasa Inggris menjadi pilihan menarik untuk kepentingan kepada suatu pendekatan yang lebih empiris-objektif. Dalam
pasar tenaga kerja internasional. Akibatnya, tidak ada lagi gerakan revolusi ilmiah yang dibangun Kopernikus itu, yang
ruang yang memadai bagi humaniora di perguruan tinggi. kemudian dikembangkan oleh ahli-ahli astronomi lainnya
Namun di balik lemahnya apresiasi terhadap seperti Galileo, objektivitas ilmiah tidak ditentukan oleh cita
humaniora, sebuah trend baru muncul di perguruan tinggi. rasa, aspirasi, dan kenangan subjektif sang peneliti tetapi
Beberapa perguruan tinggi mulai memberi tempat bagi ditentukan oleh realitas yang ada di luar sana. Fokus
filsafat dalam rangka perkembangan ilmu dan etika. Kita perhatian ilmu, dengan demikian, tidak lagi pada apa yang
menjumpai filsafat teknologi, filsafat ekonomi, dan filsafat dialami dan dirasakan, tetapi pada apa yang ada di luar sang
pendidikan. Begitu juga dengan etika: ada etika bisnis, etika subjek.
komunikasi, etika politik, etika kedokteran, bioetika, etika Descartes dan Kant tentu menghargai apa yang
lingkungan dan etika rekayasa. Bagi saya gejala-gejala seperti dikembangkan astronomi dan ilmu-ilmu alam pada masa
ini tidak hanya menunjukkan bahwa apresiasi terhadap mereka hidup. Namun keberatan mereka terhadap tesis-tesis
filsafat semakin lama semakin spesifik tetapi sekaligus juga revolusi ilmiah terletak pada gagasan filosofisnya tentang
mendorong pertanyaan-pertanyaan berikut: Mengapa objektivitas. Jika Kopernikus memandang objektivitas berarti
filsafat sebagai humaniora harus digantikan dengan filsafat ‘pengabdian’ pada realitas objektif, maka Descartes dan Kant
sebagai refleksi atas ilmu. Ada persoalan apa di balik justru melihat objektivitas berarti komitmen sang subjek
pendidikan dan pengembangan ilmu di perguruan tinggi kita pengetahuan. Pembalikan filosofis ini coba dikembangkan
dewasa ini, sehingga kalau toh ada filsafat, filsafat tersebut Descartes dengan dubium methodicum. Dengan metode ini,
harus berorientasi pada refleksi kritis atas ilmu yang Descartes membalikkan anggapan ilmiah itu kembali ke dasar
dikembangkan dewasa ini? pengetahuan manusia: Sang Aku yang berpikir, yang
Tesis filsafat sebagai kritik terhadap ilmu pengetahuan bernalar, dan yang berbicara. Descartes seolah-olah
bukanlah sebuah posisi baru. Pada abad ke-16 Réne Descartes melakukan Kopernikanische Wende, pembalikan total terhadap
dan kemudian Immanuel Kant mengembangkan posisi ini pandangan ilmiah Kopernikus, yang berkembang pada
justru ketika menghadapi kecenderungan objektivisme di waktu itu.
balik scientific revolutions. Apa yang dibangun Kopernikus, Hal serupa dilakukan Kant. Dalam pandangan Kant,
bukan hanya sebuah temuan baru tentang sistem astronomi, pengetahuan yang objektif tidak bisa lepas dari subjek
yaitu bahwa matahari merupakan pusat dari peredaran pengetahuan. Tidak ada pengetahuan tanpa subjek. Melalui
planet-planet yang mengelilinginya. Lebih dari itu, teorinya mengenai kategori-kategori subjektif yang ada pada

VI vii
Sang Subjek, Kant telah membongkar asumsi Kopernikus posisi dasar untuk menghargai data, analisis statistik serta
tentang objektivitas murni. Objektivitas murni tak mungkin perhitungan matematis. Namun demikian, para filsuf dewasa
dicapai lagi. Hanya manusia yang menjadi subjek ini harus dapat mengerti apa yang menjadi dasar pijakannya
pengetahuan. Padanya ada kategori-kategori, seperti ruang mengapa ia harus berfilsafat. Dalam semangat selalu ingin
dan waktu, serta sebab-akibat, yang lekat pada pengalaman mempertanyakan segala hal, filsafat harus dapat melihat titik
dan pikiran manusia, yang membuat setiap kita dapat ketidakharmonisan ilmu-ilmu dalam paradigma positivisme
mengenal realitas di luar diri kita. itu.
Apa yang dikembangkan Descartes dan Kant memang Buku ini dimaksudkan untuk melihat beberapa aspek
tidak dapat dilihat sebagai model bagi kritik kita terhadap ilmu pengetahuan yang diabaikan oleh positivisme, dan
ilmu pengetahuan dewasa ini, karena Descartes dan Kant karena itu dapat dilihat sebagai kritik atas pandangan
terjebak dalam a priori pengetahuan manusia. Descartes dan tersebut. Kritik dimaksud akan berpusat pada tiga pemikiran
Kant rupanya harus belajar bahwa pengalaman dapat berikut. Yang pertama, ilmu pengetahuan memiliki struktur
berbicara sendiri sebagai kriteria utama dalam logis tertentu yang sahih. Karl Popper sudah lama
pengembangan ilmu pengetahuan modern. Dan karena itu menegaskan bahwa filsafat ilmu pengetahuan harus bisa
pantas untuk dihargai. menunjukkan ini. Ilmu dibangun oleh conjecture yang harus
Namun pendekatan Descartes dan Kant yang kritis dapat diuji kebenarannya dengan pendekatan falsifikasi. Data-data
dilihat sebagai sebuah model yang relevan dengan konkret tetap berguna, tetapi data itu sendiri tidak cukup
perkembangan ilmu pengetahuan kita dewasa ini yang membuat kita menarik suatu kesimpulan yang umum, tetapi
membangkitkan kembali objektivitas baru. Objektivisme menjadi bukti bahwa teori-teori kita bisa salah. Falsifikasi
dimaksud diwakili oleh pemikiran Sekolah Wina yang merupakan sebuah deduksi-negatif, di mana kita menghargai
memiliki pengaruh sangat besar pada permulaan abad ke- data seturut porsi yang sebenarnya.
20. Dengan berguru pada empirisme klasik David Hume, Yang kedua, positivisme mengabaikan dimensi historis
melalui Ernst Mach, positivisme mempertegaskan kembali ilmu pengetahuan. Ilmu tidak muncul karena data begitu saja
cita-cita objektivisme Kopernikus dalam suatu program tetapi kebiasaan menjelaskan data dalam sebuah kerangka
baru, yaitu bahwa ilmu pengetahuan berkembang dalam paradigma teoretis yang dikembangkan masyarakat.
protocol sentences dan operasionalisasi konsep dan metode yang Ketidakcocokan antara data dan teori dapat menjadi alasan
bersifat induktif semata-mata. bagi sebuah revolusi ide. Demikian Thomas Kuhn
Positivisme memang amat membantu kita untuk membangun teorinya tentang paradigma ilmu pengetahuan.
mengerti sedikit problem demarkasi antara ilmu dan non Yang ketiga, positivisme tidak menghargai kebebasan
ilmu, yaitu bahwa ilmu harus bersifat empiris dan ilmiah, yang menjadi fokus Feyerabend dewasa ini. Sudah
kuantitatif. Dan kemajuan ilmu pengetahuan ditentukan oleh lama John Stuart Mill melihat kebebasan sebagai syarat bagi

VIII ix
perkembangan individu, namun baru Feyerabend
melihatnya sebagai syarat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan. Dalam semangat kebebasan akademis,
Feyerabend mengidealkan ilmu, tanpa prosedur mekanistis.
Ilmuwan, demikian Feyerabend, harus berpikir bebas seperti
seniman yang menghargai kreativitas dan orisinalitas.
DAFTAR ISI
Selamat membaca!
Jakarta,1 Juni 2007

KATA PENGANTAR .................................................................. V


DAFTAR ISI ............................................................................ XI
BAB 1. PENDAHULUAN ...................................................... 1
1. Beberapa Aspek Ilmu Pengetahuan ................. 1
2. Perlunya Filsafat Ilmu Pengetahuan ............... 6
3. Ilmu Pengetahuan: Konsep Atau
Pengalaman? ....................................................... 10
4. Beberapa Teori Ilmu Pengetahuan ................... 15

BAB 2. POSITIVISME: MEMAKNAI


PERNYATAAN ILMIAH BERDASARKAN DATA ............. 23
1. Pendahuluan ....................................................... 23
2. Ernst Mach dan Tradisi Empirisme ................. 26
3. Positivisme Logis dan Programnya ................ 29
3.1. Status Ilmiah dari Pernyataan Ilmiah ................ 29
3.2. Kalimat-Kalimat Protokol ................................. 34
3.3. Operasionalisasi Konsep ................................. 37

X xi
4. Induksi dan Probabilitas ................................... 40 BAB 5. THOMAS S. KUHN: P ARADIGMA ILMU
5. Beberapa Refleksi ............................................... 44 PENGETAHUAN ....................................................... 109
BAB 3. KARL RAIMUND POPPER: 1. Pendahuluan ....................................................... 109
ILMU PENGETAHUAN YANG 2. Program Filsafat Thomas Kuhn ....................... 112
TERBUKA PADA KRITIK .......................................... 51 3. Ilmu Pengetahuan Normal
1. Pendahuluan ....................................................... 51 dan Paradigma ................................................... 114
2. Masalah Epistemologis 3.1. Apa Itu Ilmu Pengetahuan Normal? .................. 114
Ilmu Pengetahuan .............................................. 54 3.2. Tujuan dari Ilmu Pengetahuan Normal .............. 116
2.1. Psikologi dan Epistemologi .............................. 54 3.3. Pemecahan Masalah ...................................... 118
2.2. Masalah Induksi ............................................. 57 3.4. Prioritas Paradigma ........................................ 121
2.3. Masalah Demarkasi ........................................ 61 4. Krisis dan Penemuan Ilmiah ............................ 124
3. Teori dan Pengujian Terhadap Teori ................ 65 4.1. Anomali dan Fakta Baru ................................... 125
3.1. Ilmu Pengetahuan: Suatu Sistem Teori .............. 65 4.2. Krisis dan Penemuan Teori .............................. 128
3.2. Kemungkinan untuk Salah ............................... 69 4.3. Reaksi Terhadap Krisis ................................... 129
3.3. Prinsip Falsifikasi ........................................... 72 5. Revolusi Ilmu ...................................................... 131
4. Kritik Atas Kalimat-Kalimat Basis .................. 74 5.1. Perlunya dan Ciri-Ciri Revolusi
5. Komitmen Pada Kebenaran .............................. 77 Ilmu Pengetahuan ........................................... 132
6. Catatan Kritis ..................................................... 80 5.2. Revolusi Ilmiah dan Perubahan
Gambaran Dunia ............................................. 135
BAB 4. CARL GUSTAV HEMPEL: S TRUKTUR PENJELASAN 6. Relativisme Ilmiah ............................................. 137
ILMU PENGETAHUAN .............................................. 83
1. Pendahuluan ....................................................... 83 BAB 6. IMRE LAKATOS : P ROGRAM RISET ILMU
2. Ilmu Sebagai Sistem Penjelasan ....................... 85 PENGETAHUAN ....................................................... 141
3. Struktur Logis Penjelasan Ilmiah .................... 86 1. Imre Lakatos di Antara
4. Logika dan Hukum Alam .................................. 93 Popper dan Kuhn ............................................... 141
5. Eksplanasi Probabilistis .................................... 98 2. Program Riset Ilmu Pengetahuan .................... 145
6. Masalah Relevansi Penjelasan ......................... 101 3. Metodologi Program Riset Ilmiah .................... 152
7. Refleksi Filsafat ................................................... 105 3.1. Pengujian dan Keteraturan ............................... 152
3.2. Fenomena-Fenomena Baru yang Alamiah? ....... 155
3.3. Dimensi Historis Program Riset ...................... 157
4. Dari Program Riset ke Tradisi
Riset Ilmu Pengetahuan .................................... 159

XII xiii
4.1. Persoalan di Balik Program Riset Lakatos ........ 159 4. Dialektika Pengetahuan dan Alam .................. 235
4.2. Teori Tradisi Riset (Larry Laudan) .................... 162 5. Penutup ............................................................... 239

BAB 7. PAUL FEYERABEND: M ETODE ANARKI DAFTAR PUSTAKA ................................................................... 243


ILMU PENGETAHUAN .............................................. 165 TENTANG PENULIS .................................................................. 247
1. Persoalan di Balik Konvensionalitas
Ilmu Pengetahuan .............................................. 165
2. Feyerabend: Seorang Falsifikasionis
yang Realis .......................................................... 170
3. Against Method ..................................................... 172
4. Kebebasan Ilmuwan .......................................... 178
5. Dari Anarki ke Syarat-Syarat
Metodologi Ilmu ................................................. 183
5.1. Kritik Terhadap Feyerabend ............................. 183
5.2. Syarat-Syarat Perkembangan Ilmu ................... 185

BAB 8. HANS-GEORG GADAMER:


PEMAHAMAN DAN SIKLUS HERMENEUTIK ............... 191
1. Masalah Epistemologis Ilmu-Ilmu Sosial ........ 191
2. Gadamer dan Hermeneutika ............................ 197
2.1. Tugas Hermeneutika ....................................... 197
2.2. Lingkaran Pemahaman dan Vorurteil ............... 204
2.3. Perpaduan Horizon .......................................... 208
2.4. Pengalaman Hermeneutik ............................... 211
3. Vorurteil, Ilmu Pengetahuan
Sosial, dan Klasik ................................................ 214
4. Hermeneutika dan Pendekatan Kritis ............. 217

BAB 9. DIALEKTIKA: F AKTA DAN METODE ......................... 223


1. Pendahuluan. ...................................................... 223
2. Apa Itu Dialektika? ............................................. 226
3. Kebenaran Sebagai Keseluruhan ..................... 231

XIV xv
XVI

Anda mungkin juga menyukai